You are on page 1of 9

USHUULUS SUNNAH1

Al-Hafizh Abu Bakar al-Humaidi Al-Humaidi2 berkata: As-Sunnah menurut kami adalah:

1.

Seseorang beriman kepada takdir baik dan

takdir buruk, yang manis maupun yang pahit dan ia mengetahui bahwa semua yang telah ditetapkan bakal menimpanya, niscaya tidak akan terluput darinya dan semua yang telah ditetapkan tidak akan menimpanya, niscaya tidak akan menimpanya. Semua ini merupakan qadha yang telah ditentukan Allah 2. Bahwa iman bertambah perbuatan

.
adalah dan dan perkataan berkurang, perkataan dan tidak kecuali

perbuatan, bermanfaat

dengan niat dan tidak bermanfaat perkataan, perbuatan dan niat kecuali dengan as-Sunnah.
1

Ushuulus Sunnah [Aqidah Shahih Penyebab Selamatnya Seorang Muslimedisi Indonesia] oleh: Al-Hafizh Abu Bakar Al-Humaidi, Terbitan Pustaka Imam SyafiI 1425 H Al-Hafizh Abu Bakar al-Humaidi, nama lengkap beliau adalah al-Hafizh Abdillah bin az-Zubair bin Isa bin Ubaidillah bin Humaid bin Zuhair bin al-Harits bin Asad bin Abdil Izzi

3.

Mencintai semua sahabat Muhammad

sebab Allah berfirman:


Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami (QS: 59 Al- Hasyr: 10)

Kita

tidak

diperintahkan

melainkan

memohonkan ampun untuk mereka. Siapa saja yang mencela dan mencerca mereka atau salah seorang dari mereka, berarti orang tersebut tidak berada di atas as-Sunnah dan dia tidak berhak mendapat fai
3

Beberapa orang telah mengabarkan kepadaku dari Malik bin Anas4 bahwa ia berkata: Allah telah membagikan harta fai, Dia berfirman:
3

Fai adalah harta rampasan yang didapat tidak dengan peperangan Beliau adalah Imam Malik bin Anas bin Abi Amir Abu Abdillah al-Madani, Imam Darul Hijrah (Madinah), salah satu dari Imam yang empat


(Juga) bagi para fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman mereka. (QS: 59 Al- Hasyr: 8)


Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami (QS: 59 Al- Hasyr: 10)

4.

Al-Qur-an adalah Kalamullah. Aku mendengar Sufyan5 berkata: Al-Qur-an

adalah Kalamullah. Siapa saja yang mengatakan makhluk berarti ia adalah mubtadi dan kami tidak pernah mendengar seseorang berkata seperti yang ia katakan.

Beliau adalah Sufyan bin Uyainah bin Maimun al-Hilali alKufi, seorang Hafizh dan Imam, guru dari Abu Bakar al-Humaidi penulis risalah ini

5.

Aku

mendengar

Sufyan

berkata:

Iman

adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang. Saudaranya Ibrahim bin Uyainah berkata kepada beliau: Wahai Abu Muhammad! Janganlah kamu katakan (iman itu) berkurang. (Sufyan) marah seraya berkata: Diam kamu wahai anak kecil! Bahkan (iman akan berkurang) hingga tidak ada yang tertinggal sedikitpun

6.
7.

Mengimani adanya ru`yah6 setelah meninggal Dan apa yang disebutkan dalam al-Qur-an

dan al-Hadits, seperti:


Orang-orang terbelenggu", Yahudi sebenarnya berkata: tangan "Tangan merekalah Allah yang dibelenggu. (QS: 5 Al- Maaidah: 64)

Ahlus Sunnah telah sepakat bahwa Allah akan dilihat pada hari kiamat yaitu dapat dilihat oleh orang-orang mukmin dengan mata kepala mereka di dalam surga, sebagaimana mereka melihat matahari dan bulan yang tidak ditutupi awan. Mereka nanti tidak bersusah payah melihat Allah

Dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. (QS: 39


Az-Zumar: 67)

Dan ayat-ayat al-Qur-an dan al-Hadits yang sejenis dengan ayat diatas tidak boleh menambahnambahinya dan tidak boleh menakwilnya, kita memutuskan 8. sesuai dengan apa yang telah diputuskan al-Qur-an dan as-Sunnah. Dan kami menegaskan:


(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas 'Arsy. (QS: 20 Thaahaa: 5)

Barangsiapa 9.

yang

berpendapat

selain

itu,

berarti ia adalah seorang Muaththhil dan Jahmi Dan kami tidak akan mengatakan seperti yang dikatakan oleh kaum Khawarij: Barangsiapa yang melakukan dosa besar, maka ia telah kafir

10.

Kami tidak mengkafirkan seseorang kerena

dosa. Seseorang akan kafir kerena meninggalkan rukun Islam yang lima yang telah di sabdakan Rasulullah

: .

Islam dibangun di atas lima perkara: Persaksian bahwa tiada Ilah (Yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah (utusan Allah), mendirikan Shalat, membayar Zakat, ber-Syaum pada bulan Ramadhan dan melaksanakan haji ke Kabah.

Adapun Barangsiapa

rukun yang

yang tidak

tiga

tidak

bisa tidak

ditangguhkan atas orang yang meninggalkannya. bersyahadat, melaksanakan shalat dan tidak bersyaum, kerena dalam melaksanakannya tidak boleh ditunda dari waktu yang telah ditentukan dan juga tidak sah jika dilakukan dengan mengqadha setelah dengan sengaja dilalaikan hingga keluar dari waktunya. Adapun zakat jika dibayarkan, maka zakat tersebut wajib sah atas dan seseorang berdosa dan jika telah ditunda sanggup membayarkannya. Dan pelaksanaan haji jika telah melaksanakannya, maka wajib hukumnya untuk

dilaksanakan dan haji ini belum diwajibkan hingga terpenuhi hal-hal di atas, kapan saja ia laksanakan, maka hajinya tetap sah dan tidak berdosa jika ia menunda keberangkatannya7 berbeda dengan zakat yang berdosa jika ditunda. Sebab, berarti ia telah menunda hak orang-orang muslim yang miskin. Dan ia tetap berdosa hingga zakat tersebut sampai kepada yang berhak. Adapun haji merupakan perkara antara ia dan Rabb-nya. Jika ia laksanakan, berarti ia telah melakukan kewajiban, lantas jika ia meninggal dan belum haji padahal ia sanggup untuk melaksanakan haji, maka ia akan bermohon dikembalikan ke dunia agar bisa melaksanakan haji.
7

Para ulama berselisih pendapat: apakah bagi seseorang yang telah wajib harus melaksanakannya dengan segera? Atau boleh menundanya? Dalam perkara ini terdapat dua pendapat: 1. Wajib atasnya untuk segera melaksanakannya dan tidak boleh menunda jika tidak ada penghalang. Ini adalah madzhab Abu Hanifah, Malik dan Ahmad

2.

Boleh menundanya. Ini madzhab Asy-Syafii. Ibnu Qudamah menguatkan pendapat pertama dalam al-Mughni (V/36). Untuk memperluas pembahasan ini silahkan baca al-Umm (II/110), al-Mughni karya Ibnu Qudamah (V/36), al-Inshaaf (III/404), al-Majmu karya an-Nawawi (VII/102), Badaaish ShaanaaI (III/1080) dan al-Kafi fi Fiqh Ahlil Madiinah al-Maaliki (I/358)

Dan yang

wajib itu

atas dapat

keluarganya sebagai

untuk pengganti

menhajikannya dan kita berharap mudah-mudahan demikian untuknya sebagaimana halnya jika ia mempunyai hutang yang harus dibayar meskipun setelah ia meninggal. Dan selesailah kitab ini. Segala puji bagi Allah semata dan semoga shalawat dan salam senangtiasa tercurah kepada Nabi

Muhammad

dan keluarga beliau.

You might also like