You are on page 1of 7

INVAGINASI

I. PENGERTIAN Invaginasi atau intususepsi merupakan keadaan gawat darurat, dimana bila tidak ditangani segera dan tepat akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut. Hampir 70% kasus invaginasi terjadi pada anak anak umur kurang dari 1 tahun, paling sering dijumpai pada ileosakal. Invaginasi ini sangat jarang ditemukan pada orang tua, serta tidak banyak tulisan yang membahas hal ini secara rinci. Invaginasi atau intususcepti adalah masuknya segmen usus proksimal ( ke arah oral ) ke rongga usus yang lebih distal ( ke arah anal ) sehingga menimbulkan gejala obstruksi berlanjut strangulasi usus. Definisi lain mengatakan invaginasi adalah masuknya segmen usus ( intesusceptum ) ke dalam segmen usus di dekatnya ( intususcipient ). Pada umumnya usus bagian proksimal yang mengalami invaginasi ( Bailey, 1990 ).

Gambar 1. Invaginasi pada bayi

Gambar 2. Sistem pencernaan

Klasifikasi yang terdapat pada invaginasi adalah : 1. Enterik Usus halus ke usus halus. 2. Ileosekal Valvula ileosekalis mengalami invaginasi prolaps ke sekum dan menarik ileum di belakangnya. Valvula tersebut merupakan apex dari intususepsi. 3. Kolokolika Kolon ke kolon. 4. Ileokoloika Ileum prolaps melalui valvula ileosekalis ke kolon

II. ETIOLOGI Ada perbedaan yang mencolok pada etiologi invaginasi, antara anak anak dan dewasa. Pada anak anak penyebab atau etiologi terbanyak adalah idiopatik yang mana lead pointnya tidak ditemukan. Penyebab terjadinya invaginasi bervariasi, diduga

tindakan masyarakat tradisional berupa pijat perut serta tindakan medis pemberian obat anti diare juga berperan pada timbulnya invaginasi sedangkan pada dewasa penyebab terbanyak adalah keadaan patologik intra lumen oleh suatu neoplasma baik jinak maupun ganas sehingga pada saat operasi lead pointnya dapat ditemukan. Keadaan patologik ini terjadi pada lumen usus, yaitu suatu neoplasma baik yang bersifat jinak dan ganas, seperti apa yang pernah dilaporkan ada perbedaan kausa antara usus halus dan kolon. Invaginasi yang terbanyak pada usus halus adalah neoplasma yang bersifat jinak ( diverticle meckels, polip ). Etiologi lainnya yang

frekuensinya lebih rendah

seperti tumor extra lumen seperti lymphoma, diarhea,

riwayat pembedahan abdomen sebelumya, inflamasi pada appendiks, dan trauma tumpul abdomen.

III. PATOFISIOLOGI Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus ( obstruksi ) baik partiil maupun total dan stranggulasi ( Boyd, 1956 ). Proses terjadinya invaginasi dimulai dengan hiperperistaltik usus bagian proksimal yang lebih mobil menyebabakan usus masuk ke dalam lumen usus distal kemudian berkontraksi terjadi edema mengakibatkan terjadinya perlekatan yang tidak dapat kembali normal sehingga terjadi invaginasi. Sedangkan pada orang dewasa biasanya di awali adanya gangguan motilitas usus lainnya yang terfiksir/ atau kurang bebas dibandingkan bagian lainnya,karena arah peristaltik adalah dari oral ke anal sehingga bagian yang masuk ke lumen usus adalah yang arah oral atau proksimal, keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik usus. Akibat adanya segmen usus yang masuk ke segmen usus lainnya akan menyebabkan dinding usus yang terjepit sehingga akan mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir adalah akan menyebabkan nekrosis dinding usus.

IV. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala yang dapat ditemui pada pasien dengan invaginasi adalah : Nyeri kolik sampai kejang yang ditandai dengan fleksi sendi koksa dan lutut secara intermitent.

Stranggulasi yang ditandai dengan keluarnya mukus bercampur dengan darah sehingga tampak seperti agar agar jeli darah.

Diare, dimana merupakan suatu gejala awal yang disebabkan oleh perubahan faali saluran pencernaan ataupun karena infeksi.

Muntah efektif sampai bilus menunjukkan telah terjadi suatu obstruksi. Kembung, merupakan suatu gambaran adanya distensi sistem usus oleh suatu sumbatan didapatkan pada 90%.

Teraba massa seperti sosis di daerah subcostal yang terjadi spontan. Nyeri tekan positif. Dancen sign positif ( sensasi kekosongan pada kuadran kanan bawah karena masuknya sekum pada kolon ascenden ).

Trias Invaginasi pada anak adalah: Anak mendadak kesakitan episodic, menangis dan mengangkat kaki ( Crapin pain ), bila lanjut sakitnya continue. Muntah warna hijau ( cairan lambung ). Defekasi feses campur lendir ( kerusakan mukosa ) atau darah ( lapisan dalam ) a currant jelly stool.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan invaginasi adalah: 1. Pemeriksaan Radiologis Dilakukan foto abdomen 3 posisi

Tanda obstruksi ( + ): Distensi, Air Fluid Level, Hering Bone ( Gambaran plika circularis usus ). 2. Colon In loop Hal ini dilakukan mempunyai fungsi sebagai diagnosis dan terapi. Dimana ditemukan cupping sign, letak invaginasi. Pada terapi dilakuak reposisi dengan tekanan tinggi, bila belum ada tanda tanda obstruksi dan kejadian < 24 jam. 3. USG akan terlihat dougnut sign

VI. PENATALAKSANAAN Pada dasarnya, pengobatan yang dilakukan adalah : Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. Menghilangkan peregangan usus dan muntah dengan selang nasogastrik. Antibiotika. Laparotomi eksplorasi.

Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan yang diberikan, jika pertolongan kurang dari 24 jam dari serangan pertama, maka akan memberikan prognosa yang lebih baik. Pada bayi dan anak anak, penanganan yang dilakukan mencakup dua tindakan : 1. Reduksi Hidrostatik. Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anaus mengguanakan kateter dengan tekanan tertentu.

2. Reduksi manual ( milking ) dan reseksi usus Cara ini dilakukan apabila pasien dalam keadaan tidak stabil , dimana didapatkan peningkatan suhu tubuh, angka leokosit, mengalami gejala berkepanjanagn atau ditemukan sudah lanjut yang ditandai dengan distensi abdomen, feses berdarah, gangguan sistema usus yang berat sampai timbul shock atau peritonitis, maka pasien segera disiapkan dengan suatu operasi yaitu tindakan Laparatomi dengan incisi tranversal interspina.

Laparatomi pada invaginasi


Adalah suatu tindakan dimana dilakukan tindakan pembedahan dengan reduksi manual guna mereduksi usus yang mengalami invaginasi.

Gambar 3. Laparatomi Indikasi operasi Gejala klinis : obstruksi usus. Radiologi : Gagal dengan reduksi barium

Kontra indikasi operasi Kondisi umum jelek. Tampak pada operasi : Perforasi usus, usus tak viable.

Untuk pemakaian jenis anastesi biasanya dilakukan tekhnik Anastesi umum ( GA ).

You might also like