You are on page 1of 3

Risda Amelia Putri Nasution (23010110130134) C / Klimatologi dan Lingkungan Ternak

BREATHING DAN PANTING


Breathing dan panting adalah istilah yang sama-sama berhubungan dengan pernafasan. Namun dalam artian lebih dalam brathing dan panting memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Breathing atau yang lazim disebut pernapasan artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas diartikan sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Sementara, respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel sehingga diperoleh energi. Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang sekali untuk melakukan beberapa aktifitas. Misalnya saja, mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan pernapasan dan respirasi sebenarnya saling berhubungan. Sistem pernapasan kita terdiri dari hidung dan mulut, faring dan laring, trakea dan bronkus, paru-paru dan rongga dada. Panting (terengah-engah) merupakan peristiwa yang berhubungan dengan pernafasan yang dialami oleh hewan/makhluk hidup yang secara anatomis tidak memiliki kelenjar keringat sehingga pengeluaran panas dalam tubuhnya dilakukan dengan cara evaporasi. Contohnya unggas dan anjing. Stres panas pada unggas contohnya ayam akan menurunkan tampilan produksi karena berkaitan langsung dengan perubahan-perubahan fisiologik dan biokimiawi dalam tubuhnya. Temperatur yang tinggi dan musim panas yang panjang pada negara tropis seperti Indonesia dapat menimbulkan stres dan membangkitkan adaptasi perilaku (behavior), fisiologik dan biokimiawi pada tubuh ayam, yang semuanya memerlukan energi yang pada akhirnya menurunkan penampilan (performance) ayam. Ayam petelur memiliki temperatur optimum untuk produksi adalah 18-210C. Jika temperatur lingkungan lebih dari 240C dalam periode yang cukup lama selama musim kemarau, maka ayam petelur akan menyebabkan produksi dan berat telur serta kualitas kerabang akan menurun sehingga pada gilirannya akan meningkatkan konversi pakan yang merugikan secara ekonomis bagi peternak. Hal ini sebagai akibat menurunnya nafsu makan ayam, sehingga zat-zat gizi yang diperlukan tubuh berkurang. Perubahan behavior pada ayam yang diamati selama stres panas antara lain : hiperventilasi (panting), yaitu meningkatnya kecepatan respirasi sampai lebih dari 20 kali per menit. Aktivitas tubuh berkurang, sedikit sedikit makan, banyak minum untuk menurunkan suhu tubuh. Penurunan konsumsi pakan membuat asupan nutrisi pakan juga berkurang sehingga imbasnya pada penurunan kualitas performance produksi. Adaptasi perilaku terjadi

Risda Amelia Putri Nasution (23010110130134) C / Klimatologi dan Lingkungan Ternak

pada suhu 24-300C. Di atas suhu tersebut ayam sudah tidak mampu lagi mengatasi suhu tubuh yang terus meninggi, sehingga pada tahap tersebut akan terjadi adaptasi berupa perubahan biokimiawi, seperti penurunan Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan vitellogenin, yang merupakan faktor penting untuk sintetis kuning telur, dengan demikian secara praktis berat dan ukuran kuning telur akan berkurang. Selama stres panas metabolisme dalam tubuh berlangsung cepat sehingga membutuhkan banyak oksigen (O2), sedangkan karbondioksida (CO2) dalam darah menurun. Oksidasi asam lemak (glukoneogenesis) meningkat untuk memenuhi tuntutan energi.

Risda Amelia Putri Nasution (23010110130134) C / Klimatologi dan Lingkungan Ternak

DAFTAR PUSTAKA

Zaifbio. 2010. Bernafas. (online) (http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/13/sistem-respirasimanusia/) diunduh tanggal 20 Desember 2011 Adriansyah, H. 2010. Anatomy of Brathing. (online) (http://www.mailarchive.com/harmonisasi-universal@googlegroups.com/msg04546.html) diunduh tanggal 20 Desember 2011 Hasan. 2011. Stress dan Perubahan Fisiologis Ayam. (online) ( http://www.poultryindonesia.com/modules.php?name=News&file=article&sid=108 4) diunduh tanggal 20 Desember 2011

You might also like