You are on page 1of 1

MAFIA SKRIPSI DI PERGURUAN TINGGI

Mendengar kata mafia pasti berkaitan dengan hal negatif, baru-baru saja kita di tenarkan dengan kata mafia tersebut, mulai dari kasus gayus sebagai mafia pajak dan mafia-mafia hukum lainnya. Sungguh kata mavia ini sangat meresahkan kehidupan masyarakat.

Mencari uang

tak perlu lagi banyak menggunakan tenaga yang lebih seperti para kuli,

namun dengan keterampilan menulis dan plagiat kita dapat menghasilkan uang yang banyak. Seperti yang banyak terjadi di perguruan tinggi Indonesia. Mulai dari yang ingin menyandang gelar sarjana sampai gelar doktor pun dapat terealisasikan dengan membayar sejumlah uang kepada ahli tersebut. Hal ini sungguh sangat menjajikan jika kita selalu berpikir individualis tanpa mempertimbangkan efek lainnya. Bisa di bayangkan jika satu skripsi di hargai 2 hingga 3 juta rupiah, sementara tesis dan disertasi dapat mencapai angka yang lebih fantastis lagi. Mengapa semua bisa terjadi? Menulusuri jejak mavia ini tidak perlu waktu yang banyak, hanya dengan mendatangi mahasiswa di perguruan tinggi dan menanyakan tentang hal tersebut jawabannya pasti hal yang sangat lumrah, kegiatan ini terjadi karena adanya legitimasi dari beberapa dosen sampai rektor dan pejabat-pejabat perguruan tinggi. Dengan dalih kemanusiaan, hal ini pun seperti dilegalkan bahkan secara tidak langsung banyak mendapat dukungan dari pihak perguruan tinggi. Tak memperdulikan efek lain dari perbuatan tersebut, ada sebagian dari dosen pendidik yang menawarkan jasa pembuatan skripsi. Dengan cara mempersulit mahasiswa tersebut dalam pembuatan skripsi, akhirnya beberapa mahasiswa meminta dosen-dosen agar dibuatkan skripsi. Bagaimana semua ini tidak terjadi sementara dosen bahkan beberapa pimpinan perguruan tinggi sendiri ikut berpartisipasi dengan meminta orang lain dalam menyelesaikan studinya. Akhirnya muncullah kata-kata pemimpin saja seperti itu mengapa kita tidak?. Kembali kepada diri sendiri bagitu tega kah kita membodohi dan menipu sesama manusia, dimana etika akademis yang telah ucapkan dalam sumpah pendidikan. Pembodohan manusia Terstruktur Mavia skripsi ini tidak hanya berdampak saat sekarang tapi akan terus berlanjut bagai sebuah mata rantai yang akan turun menurun diwarisi para pelajar-pelajar di Indonesia. Jadi apa sebenarnya yang kita harapkan di dunia pendidikan Indonesia ini, mampukah kita bersaing dengan orang-orang yang diluar sana, ataukah akan menjadi pengangguran di Negara sendiri?, setiap tahunnya pemerintah meningkatkan standar pendidikan, seminar pendidikan di adakan dimana-mana tapi apa yang bisa diharapkan sementara para mavia-mavia pendidikan terus gencar menjalankan misi-misi individualisnya. Jadi tidak heran jika hari ini pengangguran terus bertambah. Nah, jika 10% saja dari mahasiswa di Indonesia yang melakukan perbuatan ini mau jadi apa Negara kita?. Lihatlah hari ini begitu banyak sarjana-sarjana Indonesia yang hanya menyandang gelah tanpa sebuah pekerjaan yang jelas, membawa kesana kemari ijazah yang telah di peroleh dari perguruan tinggi. Mavia skripsi ini sebenarnya bukan mavia dadakan namun telah terstruktur dan terencana, mavianya bukan hanya berasal dari luar lingkup perguruan tinggi namun lebih banyak di aktori oleh pihak-pihak perguruan tinggi, dengan menawarkan jasa-jasa mereka kepada mahasiswa-mahasiswa yang membutuhkan, akhirnya menciptakan kebodohan yang terstruktural pula. Kalau sudah seperti ini pantaskah system pendidikan sekarang terus di pertahankan???? Jawabannya ada pada diri anda masing-masing, putus mata rantainya dengan menerapkan system pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas manusia, karena kejahatan dapat terjadi jika ada peluang.

You might also like