You are on page 1of 69

HASIL PEMERIKSAAN INVESTIGASI ATAS PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA TAHUN 2001 DAN 2004 PADA LEMBAGA KANTOR

BERITA NASIONAL (LKBN) ANTARA DI JAKARTA

I. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Hasil Pemeriksaan terhadap Bantuan Pemerintah Berupa Pengadaan Sarana Dan Prasarana Tahun Anggaran 2001 dan 2004 pada Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA di Jakarta menunjukkan bahwa dalam proses pelaksanaan pengadaan Sarana dan Prasarana ditemukan unsur-unsur perbuatan melawan hukum dan penyalahgunaan wewenang yang dapat mengakibatkan kerugian negara. Berbagai tindak penyimpangan yang terjadi dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi negara sebagai pihak yang menyediakan dana untuk pengadaan sarana dan prasarana tersebut antara lain disebabkan kelemahan sistem pengendalian. Hal ini terbukti dengan fakta-fakta sebagai berikut : a. Lingkungan pengendalian kurang mendukung dalam pengelolaan kegiatan pengadaan sarana dan prasarana antara lain terbukti dengan tidak jelasnya

tugas pokok dan fungsi dalam masing-masing unit pelaksana dalam pengelolaan proyek/bantuan pemerintah. Kompetensi, integritas dan

pengalaman para pelaksana Proyek kurang memadai. b. Penilaian Risiko belum dilakukan secara komprehensif oleh Pelaksana Proyek Pengadaan Sarana dan Prasaran. Pimpro belum mengidentifikasikan risikorisiko yang berpeluang menghambat pelaksanaan proyek yang berakibat pada keterlambatan dan mengelola risiko tersebut sehingga dapat mengantisipasi kendala yang dihadapi demi keberhasilan pelaksanan proyek. c. Aktivitas Pengendalian belum dilakukan secara optimal antara lain terbukti dengan ditemukannya kontrak yang dibuat melewati tahun anggaran, karena lemahnya pengendalian Pimpro dalam pembuatan kontrak. Berita Acara Hasil Prestasi Pekerjaan sebagai salah satu kelengkapan persyaratan pengajuan SPP dibuat tidak sesuai kenyataan, dan dibuat untuk menghindari hangusnya anggaran. d. Pemantauan dan pengawasan belum dilaksanakan secara optimal dikarenakan tidak berfungsinya Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan Pimpinan Umum LKBN ANTARA belum memiliki persepsi tentang pentingnya peranan SPI dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Kelemahan sistem pengendalian intern tersebut menyebabkan tidak bekerjanya mekanisme saling uji dalam pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana pada LKBN ANTARA sehingga memberikan peluang bagi berbagai pihak yang terkait untuk melakukan penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang yang dapat mengakibatkan potensi kerugian negara dan kurang optimalnya pemanfaatan bantuan yang diberikan kepada LKBN ANTARA.

2. Kasus Posisi Berdasarkan hasil audit investigasi ditemukan penyimpangan-penyimpangan berkaitan dengan peraturan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam pengelolaan keuangan negara antara lain :

a. Pembuatan Kontrak Pengadaan Sarana dan Prasarana Database Online TA 2001 dengan PT Elnusa Multi Industri Komputer (PT Elmik) tidak memenuhi syarat-syarat umum pembuatan kontrak pengadaan barang/jasa yang mempersyaratkan adanya jaminan pemeliharaan sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keppres No.18 Tahun 2000 ; b. Terdapat Pemberian Uang Jaminan Pemeliharaan sebesar Rp630.000.000,00 pada Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana Database Online TA 2001 yang tidak sesuai ketentuan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan

penggunaannya sesuai dengan Addendum Kontrak No.08/SP/VII/2001 tanggal 5 Desember 2001 ; c. Proyek Pelaksana Pengadaan Sarana dan Prasarana Database Online LKBN ANTARA TA 2001 tidak mengenakan denda kepada PT Elmik atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan Pasal 18 Surat Perjanjian Kerja No.08/SP/VII/2001 tanggal 12 Juli 2001; d. Proyek Pelaksana Pengadaan Perangkat Pendukung Multimedia TA 2004 tidak mengenakan denda kepada PT Infokom Elektrindo atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan Kontrak No.04/SP/X/2004 tanggal 12 Oktober 2004 pasal 19 ayat 1 mengenai sanksi dan denda; e. Pembuatan Kontrak Pengadaan Perangkat Pendukung Multimedia dengan PT Infokom Elektrindo dan Pengadaan Infrastruktur Komunikasi Dua Arah dengan PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk melewati tahun anggaran yang tidak sesuai dengan Pasal 4 UU No.17 Tahun 2003 ;

3. Modus Operandi Penyimpangan Berdasarkan pemeriksaan atas dokumen serta permintaan keterangan dari pihakpihak terkait dengan Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana TA2001 dan 2004 ditemukan indikasi unsur-unsur perbuatan melawan hukum dan penyalahgunaan wewenang dari berbagai pihak yang terlibat kegiatan tersebut yang dapat berakibat menimbulkan kerugian negara. Hal ini dibuktikan dengan

ditemukannya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Secara garis besar

modus operandi penyimpangan yang dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Pemimpin Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana Database Online LKBN ANTARA TA 2001 Tidak Mengenakan Denda Keterlambatan senilai Rp415.250.000,00 kepada PT Elnusa Multi Industri Komputer (PT Elmik)

Dalam Tahun Anggaran (TA) 2001 LKBN ANTARA telah menerima bantuan Pemerintah dalam bentuk Daftar Isian Pembiayaan Proyek (DIPP) No.003/DIPP/0/2001 tanggal 29 Maret 2001 untuk Proyek LKBN ANTARA dengan nilai sebesar Rp9.970.354.000,00. Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam proyek tersebut adalah Pengadaan Sarana dan Prasarana Informasi Teknologi (IT) berupa Peralatan Database On Line serta Aplikasi Database yang dilakukan pelelangan.

Berdasarkan Surat Panitia Lelang tertanggal 21 Juni 2001 perihal Hasil Penilaian Akhir, Pemimpin Proyek LKBN ANTARA melalui Surat Keputusan Nomor 07/PIMPRO/VI/2001 tanggal 4 Juli 2001 menetapkan PT Elnusa Multi Industri Komputer (PT ELMIK) sebagai Penyedia Barang dan Jasa Proyek LKBN ANTARA TA 2001 dan diikat dalam Surat Kontrak No.08/SP/VII/2001 tanggal 12 Juli 2001. Nilai kontrak tersebut adalah sebesar Rp8.305.000.000,00, dengan waktu pelaksanaan pekerjaan mulai tanggal 12 Juli 2001 sampai dengan 13 Desember 2001.

Lingkup pekerjaan sesuai kontrak mencakup pelaksanaan pengadaan, pembuatan dan pemasangan perangkat keras, perangkat lunak dan aplikasi program komputer serta sistem jaringan yang merupakan satu sistem teknologi informasi database online LKBN ANTARA. Atas pelaksanaan

pekerjaan tersebut diatas, PT ELMIK menerima realisasi pembayaran dalam Rekening PT ELMIK pada Bank Mandiri Cabang Wisma Nusantara No.Acc.103.05.00842.795.83 (rupiah account) dalam 3 (tiga) tahap dan 4

pembayaran terakhir (Tahap III) adalah sebesar 20% dari nilai kontrak atau senilai Rp1.661.000.000,00 telah dibayar lunas sesuai dengan SPM-LS No.228493W/018/120 tanggal 14 Desember 2001.

Berdasarkan pengujian dan penelitian atas dokumen serta hasil permintaan keterangan kepada para pejabat dan para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek diketahui telah terjadi keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh PT Elmik yaitu pada Pekerjaan Pengembangan Aplikasi dan Jaringan, yang baru dapat diselesaikan sesuai dengan Berita Acara Acceptance Test terakhir No.117/BA/Elmik/M011/2002 tanggal 18 tanggal Nopember 2002.

Dengan demikian terjadi keterlambatan selama 340 hari (mulai tanggal 14 Desember 2001 sd. 18 Nopember 2002). Sampai dengan pemeriksaan Tim BPK-RI berakhir (tanggal 2 Mei 2005), Pihak Proyek tidak mengenakan denda keterlambatan kepada PT Elmik atas tidak selesainya pekerjaan tersebut di atas.

Hal tersebut tidak sesuai Pasal 18 Kontrak No.08/SP/VII/2001 tanggal 12 Juli 2001 yang menyatakan bahwa apabila PT Elmik tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jangka wakrtu pelaksanaan (sampai dengan 13 Desember 2001), maka untuk setiap hari keterlambatan PT Elmik wajib membayar Denda Keterlambatan sebesar satu per seribu (1/1000) dengan maksimal 5 (lima) persen dari harga kontrak.

Seharusnya Pemimpin Proyek mengenakan denda keterlambatan maksimal yang dihitung mulai setelah berakhirnya masa kontrak yaitu tanggal 14 Desember 2001 sampai dengan terselesaikannya seluruh lingkup pekerjaan yaitu tanggal 18 Nopember 2002 (sesuai tanggal Berita Acara Acceptance Test No.117/BA/Elmik/M011/2002 atas diselesaikannya Pekerjaan

Pengembangan Aplikasi Modul Redaksi). Nilai denda keterlambatan dengan mengacu pada ketentuan Pasal Pasal 18 Kontrak No.08/SP/VII/2001 tanggal 5

12 Juli 2001 adalah sebesar Rp415.250.000,00 yaitu 5% dari nilai kontrak Rp8.305.000.000,00 )

Tindakan Pemimpin Proyek dengan tidak mengenakan denda keterlambatan tersebut mengakibatkan hak negara sebesar Rp415.250.000,00 atas

penerimaan yang berasal dari denda tidak terpenuhi.

b. Terdapat

pemberian

uang

jaminan

pemeliharaan

sebesar

Rp630.000.000,00 kepada Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana Database Online TA 2001 yang tidak sesuai ketentuan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya.

Pengadaan Sarana dan Prasarana Database Online TA 2001 dalam Proyek LKBN Antara dilaksanakan oleh PT. Elnusa Multi Industri Komputer (PT Elmik) dan diikat dalam Kontrak No.08/SP/VII/2001 tanggal 12 Juli 2001 senilai Rp8.305.000.000,00, waktu pelaksanaan pekerjaan mulai tanggal 12 Juli 2001 sd. 13 Desember 2001. Jangka masa pemeliharaan adalah 2 bulan terhitung setelah pekerjaan selesai dilaksanakan. Selanjutnya dalam pelaksanaan proyek dilakukan Addendum Kontrak (tanpa nomor) pada tanggal 5 Desember 2001. Addendum tersebut secara garis besar menyepakati hal-hal sebagai berikut : 1) Biaya-biaya untuk pekerjaan pemeliharaan, melengkapi, konsultan dan pekerjaan tambahan lainnya setelah selesainya pekerjaan pada Proyek LKBN Antara adalah tanggungjawab PT Elmik ; 2) PT Elmik dan Proyek LKBN Antara sepakat menyerahkan pekerjaan pada butir 1) tersebut di atas kepada Pihak Proyek LKBN ANTARA ; 3) Proyek LKBN ANTARA dan PT Elmik menyetujui biaya sebesar Rp630.000.000,00 sebagai jaminan pembiayaan pekerjaan butir 1) ; 4) Batas waktu pelaksanaan pekerjaan butir 1) tersebut adalah dalam waktu 1(satu) tahun, terhitung sejak tanggal ditandatangani perjanjian (atau 6

berakhir

pada

Desember

2002)

dan

Pihak

Proyek

wajib

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan penggunaan uang tersebut kepada PT Elmik. Pemeriksaan lebih lanjut atas aliran dana yang diberikan oleh PT Elmik kepada Pihak Proyek LKBN Antara dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) Dana sebesar Rp630.000.000,00 diberikan oleh PT Elmik kepada Pihak Proyek LKBN ANTARA diberikan dalam 2 tahap. Tahap Pertama sebesar Rp53.000.000,00 diberikan langsung kepada Pimpro untuk mengganti bon sementara honor panitia lelang dan tim proyek yang sudah bekerja dan Tahap Kedua sebesar Rp577.000.000,00 diserahkan kepada Pimpro (Achmad Faried) secara formal oleh Pimpinan PT Elmik tanggal 13

Desember 2001 (setelah perayaan hari ulang tahun LKBN Antara) dalam bentuk 2 buah Cek Bank Mandiri senilai Rp543.600.000,00 dan uang tunai senilai Rp33.400.000,00. Penyerahan ini disaksikan oleh para Staf Pimpinan LKBN Antara. Selanjutnya Pimpro menyerahkan dana senilai Rp577.000.000,00 tersebut kepada Plt. Sekretaris Lembaga (STK) dikarenakan Pimpro akan cuti keluar daerah ; 2) Sehari setelah penerimaan dana PT Elmik tersebut, terdapat Nota Dinas Nomor : 316.A/ND/PAP/XII/2001 tanggal 14 Desember 2001 yang ditandatangani Pemimpin Umum LKBN ANTARA (MS) perihal permintaan kepada Pimpro untuk menyerahkan dana yang diterima dari PT Elmik tersebut kepada Plt. Seklem untuk disimpan sementara.; 3) Pada tanggal 21 Desember 2001, Plt.Seklem mentransfer dana dari PT Elmik tersebut ke Rekening Pribadi Plt. Seklem (yaitu Rekening Tabungan Gamma pada Haga Bank dengan Nomor Rekening 3623000264 atas nama STK).; 4) Kemudian pada tanggal 21 Februari 2002, Plt Seklem mentransfer dana yang disimpan dalam rekening pribadi sebesar Rp571.035.943.00 (pokok Rp566.775.000 + bunga Rp4.257.343) ke Rekening Dana Taktis 7

Pemimpin Umum (RDTPU) pada Bank

BNI

Cab.Gambir Nomor

Rekening 089.004382959.001 atas nama LKBN ANTARA; 5) RDTPU adalah Rekening Dana Taktis LKBN ANTARA yang dikelola dan diketahui secara terbatas oleh Direktur Keuangan dan Sekretaris

Lembaga (Seklem) serta dibukukan terpisah dari sistem pembukuan dan laporan keuangan resmi LKBN. Sumber dana RDTPU berasal dari pendapatan tidak resmi LKBN antara lain dari Komisi Kerjasama Operasi (KSO) Kantor Berita Reuters dan Telerate dan pendapatan lainnya (bunga deposito). Penggunaan RDTPU adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran yang sifatnya tidak terduga, khusus, dan ekstra yang tidak tertampung dalam anggaran keuangan LKBN ANTARA. RDTPU hanya dapat digunakan setelah ada persetujuan dari Pemimpin Umum LKBN. 6) Pemeriksaan atas mutasi aliran Dana RDTPU pada Rekening BNI Cab.Gambir No.Rek. 089.004382959.001 periode 1 Januari 2002 sd.31 Desember 2004 menunjukkan bahwa dana jaminan pemeliharaan dari PT Elimik tersebut tersebut tidak digunakan untuk membiayai kegiatan pemeliharaan namun dimasukkan dan tercampur dalam RDTPU serta digunakan untuk pengeluaran biaya lain-lain yang harus ditanggulangi oleh RDTPU sebagaimana dinyatakan dalam adenddum (rincian penggunaan dana RDTPU diuraikan dalam Bab II); 7) Sesuai dengan Addendum Kontrak tanggal 5 Desember 2001, maka Pihak Proyek LKBN harus melakukan pertanggunggjawaban dan serah terima sisa dana jaminan pemeliharaan PT Elmik. Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa pertanggungjawaban Proyek kepada PT Elmik tersebut hanya formalitas, karena sisa dana jaminan pemeliharaan yang diserahkan oleh Pihak LKBN ANTARA kepada PT Elmik dalam bentuk Cek BNI Cab.Gambir No.CU290658 dengan nilai Rp494.950.000 tidak didukung dana yang cukup sehingga tidak bisa dicairkan ; 8) Cek kosong tersebut terjadi karena dana jaminan PT Elmik yang telah dimasukan dan tercampur dalam RDTPU, terpakai untuk membiayai 8

pengeluaran-pengeluaran RDTPU, sementara posisi RDTPU per 31 Desember 2002 menunjukan saldo Rp144.760.066 sehingga tidak cukup untuk membayar cek senilai Rp Rp494.950.000,00 tersebut di atas. Penelaahan Tim Audit atas Addendum Kesatu Kontrak No.08/SP/VII/2001 tanggal 5 Desember 2001 dan pelaksanaannya menunjukkan kelemahankelemahan yang mendasari pemberian dana jaminan pemeliharaan sebagai berikut : 1) Objek yang diperjanjikan dalam Addendum tidak jelas. Kontrak induk dan Addendum Kesatu tidak menyebutkan secara jelas dan rinci mengenai maksud serta definisi dari pekerjaan pemeliharaan, melengkapi, konsultan dan pekerjaan tambahan lainnya ; 2) Kaitan antara Addendum dengan Kontrak yang diaddendum tidak jelas, sebab Addendum tersebut tidak mengaitkan klausul-klausul atau pasalpasal tertentu dalam Kontrak yang akan diaddendum ; 3) Terdapat ketidakwajaran substansi Addendum Kesatu yaitu adanya penyerahan pekerjaan pemeliharaan yang seharusnya menjadi

tanggungjawab PT Elmik kepada pemberi kerja/bohir (Pihak Proyek LKBN ANTARA) yang disertai dengan pemberian uang jaminan pemeliharaan sebesar Rp630.000.000,00 ; 4) Kenyataan bahwa penggunaan dana sebesar Rp630.000.000,00 tidak dapat dipertanggungjawabkan, dan pertanggungjawaban sisa dana PT Elmik oleh Pihak Proyek LKBN ANTARA senilai Rp454.950.000,00 dalam bentuk cek ternyata tidak didukung oleh dana yang sehingga tidak bisa dicairkan oleh PT Elmik. Sampai dengan saat pemeriksaan berakhir (tanggal 2 Mei 2005) pertanggungjawaban uang jaminan pemeliharaan dari PT Elmik, belum dapat diselesaikan. Pihak LKBN ANTARA mengalami kesulitan likuiditas untuk mempertanggungjawabkan dan mengembalikan sisa dana jaminan

pemeliharaan tersebut. Demikian juga, PT Elmik tidak berupaya untuk 9

mengajukan tuntutan secara formal atas wanprestasi yang dilakukan oleh Pihak Proyek LKBN ANTARA, karena menganggap hal tersebut sebagai salah satu bentuk pelayanan dan hubungan baik kepada LKBN ANTARA yang merupakan potensi pasar bagi PT Elmik sebagaimana dijelaskan oleh Direktur Utama PT Elmik sesuai BAPK No.07/BAPK-LKBN/IV/2005 tanggal 18 April 2005. Berdasarkan kondisi diatas menunjukkan bahwa Aliran Dana dari PT Elmik senilai Rp630.000.000,00 kepada LKBN ANTARA tidak dilandasi dasar hukum yang memadai (tidak memenuhi unsur objektif syarat sahnya suatu perjanjian) patut diduga bahwa sebagai pemberian komisi (kickback) dengan indikasi-indikasi sebagai berikut : 1) Jumlah dana yang diberikan oleh PT Elmik sebesar Rp630.000.000,00 tidak didasarkan pada perkiraan dan rincian kebutuhan kegiatan pemeliharaan, namun hanya berdasarkan tawar menawar PT Elmik dan Staf Pimpinan LKBN tanpa acuan yang jelas ; 2) Uang dari PT Elmik tersebut tidak disimpan pada Rekening Proyek (Rekening Resmi) namun disimpan pada Rekening Pribadi Plt Seklem dan selanjutnya disimpan dalam Rekening Dana Taktis Pemimpin Umum (RDTPU) dan digunakan dengan tidak sesuai peruntukan sebagaimana diatur dalam adenddum ; 3) PT Elmik tidak memantau pengelolaan dan realisasi penggunaan dana jaminan pemeliharaan ; 4) Pertanggungjawaban sisa dana jaminan pemeliharaan dari pihak LKBN ANTARA kepada PT Elmik hanya formalitas dengan penyerahan cek yang tidak cukup dananya ; 5) Pihak PT Elmik tidak menuntut pertanggungjawaban dan pengembalian sisa dana bahkan menyatakan bahwa dana tersebut sebagai salah satu bentuk pelayanan yang diberikan kepada LKBN ANTARA.

10

Seharusnya aliran dana sebesar Rp630.000.000,00 dari PT. Elmik tersebut (jika tidak digunakan sesuai peruntukannya) disetorkan ke Kas Negara sebagai penerimaan, sebagaimana disebutkan pada Keppres No.17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan APBN pada Pasal 1 ayat (2.a) yang menyatakan bahwa semua Penerimaan Negara yang diperoleh dari sumber-sumber perpajakan dan bukan perpajakan selama Tahun Anggaran yang bersangkutan dimasukan dalam Rekening Kas Negara, diperhitungkan antar bagian anggaran, dibukukan pada rekening tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Tindakan Para Pengelola Dana RDTPU yang tidak menyetor ke kas negara dan menggunakan Dana Jaminan Pemeliharaan dari PT Elmik tidak sesuai peruntukkannya merupakan penyalahgunaan wewenang dan perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan kerugian keuangan negara.

c. Penyusunan dan Pelaksanan Kontrak Pengadaan dalam Proyek LKBN ANTARA TA 2004 dengan PT Infokom Elektrindo tidak sesuai ketentuan yang dapat mengakibatkan kerugian negara senilai

Rp74.868.000,00 Pada Tahun Anggaran 2004 LKBN ANTARA mendapat bantuan pemerintah melalui Daftar Isian Proyek (DIP) sebesar Rp8.984.925.000,00. Terhadap DIP tersebut telah dilakukan revisi sebanyak dua kali yaitu tanggal 2 Juni 2004 dan 27 Agustus 2004. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk merealisasikan bantuan pemerintah tersebut adalah Pengadaan Perangkat Pendukung Multimedia. Pelaksanaan pengadaan dilakukan melalui proses pelelangan

yang dimenangkan oleh PT Infokom Elektrindo dengan nilai proyek sebesar Rp3.119.500.000,00. Pekerjaan dilaksanakan berdasarkan Kontrak

No.04/SP/X/2004 tanggal 12 Oktober 2004 dengan nilai kontrak sebesar Rp3.119.500.000,00. Jangka waktu pelaksanaan kontrak selama 60 hari kerja terhitung mulai tanggal 12 Oktober 2004 sd. 10 Januari 2005.

11

Pekerjaan telah dinyatakan selesai dilaksanakan sesuai dengan Berita Acara Hasil Prestasi Pekerjaan (tanpa nomor) tanggal 14 Desember tahun 2004 dan telah dilakukan Uji Coba Sistem serta pengecekan barang sesuai dengan Berita Acara User Acceptance Test System (tanpa nomor) tanggal 20 Desember tahun 2004, dan dinyatakan bahwa sistem dan peralatan diterima dalam keadaan baik. Pelaksanaan pembayaran kepada rekanan dhi PT Infokom Elektrindo dilakukan dengan 3 tahap dengan nilai keseluruhan sebesar Rp3.119.500.000,00, dimana pembayaran terakhir (lunas) sebesar 20% dengan nilai Rp623.900.000,00 sesuai SPM No.929102Y/018/110 tanggal 17 Desember 2004. Pemeriksaan atas Pelaksanaan Proyek Pengadaan TA 2004 tersebut ditemukan beberapa penyimpangan sebagai berikut : 1) Kontrak Pelaksanaan Pekerjaan dengan PT Infokom dibuat Melampaui Tahun Anggaran 2004 Berdasarkan pemeriksaan atas Dokumen Kontrak Pengadaan Perangkat Pendukung Multimedia No.04/SP/X/2004 tanggal 12 Oktober 2004 yang ditandatangani oleh Pemimpin Proyek LKBN ANTARA TA 2004 (Adri Yuniar) dan Direktur Utama PT Infokom Elektrindo (Susilo Elektrindo

H.Sumarsono) diketahui bahwa jangka waktu pelaksanaan kontrak adalah 60 hari kerja. Hasil perhitungan Tim BPK-RI menunjukkan bahwa jika waktu pelaksanaan kontrak dimulai pada tanggal 12 Oktober 2004 maka kontrak akan berakhir tanggal 10 Januari 2005 (selama 60 hari kerja).

Hal tersebut tidak sesuai UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 4 yang menyatakan bahwa Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Hal tersebut mengakibatkan pembuatan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan tidak sesuai kondisi yang sebenarnya dalam rangka untuk mencairkan dan menghindari hangusnya anggaran.

12

Atas masalah tersebut Pemimpin Proyek LKBN Antara TA 2004 sesuai keterangannya dalam BAPK No.06 /BAPK-LKBN/IV/2005 pada 27 April 2005 mengakui terdapat kelemahan dalam perencanaan penentuan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. Pengajuan pembayaran lunas dilakukan untuk menghindari hangusnya anggaran terkait dengan ketentuan dari Menteri Keuangan mengenai pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) LS ke KPKN paling lambat tanggal 20 Desember tahun berjalan.

2) Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Pengadaan Perangkat Pendukung Multimedia sebesar Rp74.868.000,00 pada PT Infokom Elektrindo. Berdasarkan hasil pemeriksaan atas kontrak dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan pekerjaan Pengadaan Perangkat Pendukung Multimedia serta permintaan keterangan kepada Pimpro dan Ketua Panitia Pengadaan Proyek tahun 2004 dapat dikemukakan beberapa hal sebgai berikut : a) Tidak diperoleh bukti tertulis yang menunjukkan adanya persetujuan dari Pihak Proyek LKBN ANTARA atas Surat Pernyataan Keterlambatan PT Infokom Elektrindo. b) Pemeriksaan lanjut ditemukan beberapa Surat Keterangan Perubahan Spesifikasi Barang dari PT Infokom Elektrindo yang terakhir dibuat pada tanggal 2 Februari 2005 ; Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa pekerjaan PT Infokom baru diselesaikan paling cepat pada tanggal 2 Februari 2005. Sesuai kontrak, PT Infokom Elektrindo harus menyelesaikan pekerjaan paling lambat tanggal tanggal 10 Januari 2005. Dengan terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan selama 24 hari (mulai 11 Januari 2004 sd. 2 Februari 2005). tidak dikenakan

Hal ini tidak sesuai Keppres No.80 Tahun 2003 Tentang

Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan barang/jasa Pemerintah pada Pasal 37 ayat (1)

13

dan Kontrak No.04/SP/X/2004 tanggal 12 Oktober 2004 pasal 19 ayat 1 mengenai sanksi dan denda. Seharusnya Pihak Proyek LKBN Antara mengenakan denda

keterlambatan kepada PT Infokom Elektrindo sebesar Rp74.868.000,00 ( 24/1000 X Rp3.119.500.000,00). Tindakan Pemimpin Proyek tersebut mengakibatkan hilangnya hak negara atas penerimaan yang berasal dari denda keterlambatan sebesar Rp74.868.000,00. Atas masalah tersebut, Pimpro LKBN ANTARA sesuai dengan keterangannya dalam BAPK No.06 /BAPK-LKBN/IV/2005 pada 27 April 2005 mengakui adanya keterlambatan penyelesaian pekerjaan dan tidak mengenakan denda dikarenakan dalam pengadaan peralatan multi media yang merupakan barang impor terhambat oleh prosedur kepabeanan.

d. Pembuatan Kontrak Pengadaan Pengadaan Infrastruktur Komunikasi Dua Arah Dengan PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk Tidak Sesuai Ketentuan Pada TA 2004, Proyek LKBN ANTARA melaksanakan kegiatan Pengadaan Infrastruktur Komunikasi Dua Arah dilakukan penunjukan langsung kepada PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk. Lingkup pekerjaan meliputi Pengadaan VPN Dial, Pengembangan ANTARA Online dan perangkat pendukung Informasi Pasar Modal. Pekerjaan dilaksanakan berdasarkan Kontrak No.06/SP/XI/2004 tanggal 29 November 2004 dengan nilai kontrak sebesar Rp1.339.735.500,00. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 60 hari kalender terhitung mulai tanggal 29 November 2004 s.d 27 Januari 2005 atau berarti kontrak dibuat melewati tahun anggaran. Pada tanggal 14 Desember 2004 pekerjaan telah dinyatakan selesai 100%, sesuai dengan Berita Acara Hasil Prestasi Pekerjaan. Berdasarkan Surat PT Telkom tanggal 17 Desember 2004 diketahui bahwa bahwa pengiriman barang dilakukan pada 15 Januari 2005. Dengan demikian Berita Acara Hasil Prestasi Pekerjaan 100% tersebut tersebut dibuat tidak

14

sesuai fakta sebenarnya dan dilakukan semata-mata dalam rangka mencairkan anggaran untuk menghindari hangusnya anggaran. Pelaksanaan pembayaran kepada rekanan dhi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk telah dilakukan dengan 2 tahap dengan nilai keseluruhan sebesar Rp1.339.735.500,00 dengan rincian sebagai berikut : 1) Pembayaran Tahap I (uang muka) sebesar 20 % senilai Rp267.947.100,00 sesuai SPM No.92594Y/018/110 tanggal 8 Desember 2004 ; 2) Pembayaran Tahap II (lunas) sebesar 80 % senilai Rp1.071.788.400,00 sesuai SPM No.929995Y/018/110 tanggal 20 Desember 2004. Berdasarkan kondisi di atas berarti pelaksanaan pekerjaan (kontrak) dibuat melewati Tahun Anggaran sehingga tidak sesuai dengan UU No.17 Tahun 2003 tentang UU Keuangan Negara Pasal 4 yang menyatakan bahwa Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Hal tersebut mengakibatkan pembuatan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan tidak sesuai kondisi yang sebenarnya dalam rangka untuk mencairkan dan menghindari hangusnya anggaran.

Atas masalah tersebut Pihak Proyek sesuai keterangannya dalam BAPK No.06 /BAPK-LKBN/IV/2005 tanggal 27 April 2005 mengakui terdapat kelemahan dalam perencanaan penentuan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. Selain itu adanya ketentuan Menteri Keuangan Cq.Dirjen Anggaran mengenai pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) LS ke KPKN paling lambat tanggal 20 Desember, menyebabkan Pimpro membuat Berita Acara Hasil Prestasi Pekerjaan sebagai salah satu kelengkapan persyaratan pengajuan SPP tidak sesuai kenyataan untuk menghindari hangusnya anggaran.

4. Sebab-sebab Penyimpangan Sebab-sebab penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian bagi Keuangan Negara (Bantuan Pemerintah kepada LKBN ANTARA) dapat diuraikan sebagai berikut : 15

a. Tidak Dikenakannya Denda Keterlambatan kepada PT Elnusa Multi Industri Komputer (PT Elmik) antara lain disebabkan oleh : 1) Adanya pemberian toleransi oleh Pimpro LKBN ANTARA Tahun Anggaran 2001 atas terjadinya keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh PT Elmik ; 2) Adanya berbagai pekerjaan tambahan dan penyempurnaan aplikasi yang diminta oleh Pihak Proyek dan adanya kejadian penggantian IP Adress oleh Indosatnet yang diluar kendali PT Elmik. b. Terjadinya Pemberian Aliran Dana dari PT Elmik sebesar

Rp630.000.000,00 kepada LKBN ANTARA Tidak Dilandasi Dengan Dasar Hukum Yang Memadai dan Penggunaannya Tidak Dapat Dipertanggungjawabkan, antara lain disebabkan oleh : 1) Adanya upaya dari Pimpro dan Para Staf Pimpinan LKBN ANTARA untuk mendapatkan dana dari PT Elmik tanpa dasar hukum yang memadai (memenuhi unsur objektif sahnya suatu perjanjian) ; 2) Tidak profesionalnya Direktur Keuangan dan Plt.Sekretaris Lembaga dalam pengelolaan dan penggunaan dana dari PT Elmik ; 3) Adanya itikad tidak baik dari Plt.Sekretaris Lembaga dalam

mempertanggungjawabkan sisa penggunaan dana PT Elmik dengan memberikan cek kepada PT Elmik tanpa didukung dengan dana cukup ; 4) Lemahnya pengawasan Pemimpin Umum dalam pengelolaan dana yang berasal dari PT Elmik. c. Tidak disusunnya Kontrak sesuai dengan ketentuan dan tidak dipungutnya denda keterlambatan dalam pelaksanaan Proyek LKBN ANTARA TA 2004 antara lain disebabkan oleh : 1) Kelalaian dari Pemimpin Proyek yang tidak cermat dalam

memperhitungkan jangka waktu penyelesaian pekerjaan yang dituangkan dalam Kontrak dengan PT Inforkom Elektindo dan PT Telekomunikasi Indonesia; 2) Adanya pemberian toleransi dari Pimpro LKBN ANTARA Tahun Anggaran 2004 atas terjadinya keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh PT Infokom Elektrindo. 16

5. Dampak Penyimpangan Akibat tindak penyimpangan baik berupa penyalahgunaan wewenang dan perbuatan melawan hukum dalam proses pengadaan sarana dan prasarana pada Proyek LKBN ANTARA TA 2001 dan 2004 tersebut adalah terjadinya kerugian negara sebesar Rp1.120.118.000,00 dengan perhitungan sebagai berikut : a. Indikasi kerugian negara akibat tidak diterimanya hak negara atas denda keterlambatan pada PT Elmik senilai Rp415.250.000,00 ; b. Indikasi kerugian negara akibat tidak dapat dipertanggungjawabkannya aliran dana dari PT Elmik sebesar Rp630.000.000,00 ; c. Indikasi kerugian negara akibat tidak diterimanya hak negara atas denda keterlambatan pada PT Infokom Elektrindo senilai Rp74.868.000,00;

6. Unsur Kerjasama Berdasarkan kenyataan pada modus operandi, terlihat bahwa penyimpanganpenyimpangan yang terjadi timbul akibat adanya unsur kerjasama antara : a. Pimpro TA 2001 dan Para Staf Pimpinan LKBN ANTARA dengan PT Elmik melalui cara-cara yang tidak sesuai ketentuan untuk keuntungan diri sendiri atau orang lain yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Indikasi kerjasama antara Pimpro TA 2001 dan Staf Pimpinan Cq.Plt Sekretaris LKBN ANTARA dengan Direktur Utama PT Elmik dalam pembuatan addendum yang tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku ; 2) Indikasi kerjasama antara Pimpro LKBN ANTARA TA 2001 dengan Direktur Utama PT Elmik untuk tidak mengenakan denda dengan memberikan toleransi atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan ; b. Adanya indikasi kerjasama antara Pimpro LKBN ANTARA TA 2004 dengan Direktur Utama PT Infokom Elektrindo untuk tidak mengenakan denda keterlambatan.

17

7. Pihak-Pihak Yang Diduga Terlibat Pejabat atau pun pihak-pihak yang diduga terlibat atas terjadinya kerugian negara pada Proyek LKBN ANTARA akibat adanya penyimpangan dalam proses pengadaan sarana dan prasarana serta bantuan tanah dan Gedung Wisma ANTARA adalah : a. AF selaku Pimpro LKBN ANTARA TA 2001 ; b. STK, selaku Plt.Sekretaris Lembaga LKBN ANTARA ; c. MS, selaku Pemimpin Umum LKBN ANTARA; d. DS, selaku Direktur Utama PT Elmik;

8. Rekomendasi Tindak Lanjut Berdasarkan modus operandi dari penyimpangan yang terjadi, maka masalah ini disarankan untuk ditindaklanjuti dengan langkah-langkah yuridis..

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI Penanggungjawab Audit

Drs.A.Sjakir Amir,MM NIP. 24000803

18

II. URAIAN HASIL PEMERIKSAAN 1. Dasar Pemeriksaan 1.1. Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan Pemeriksaaan (RKP) Auditama KN I BPK RI Tahun Anggaran 2005; 1.2. Undang-undang Nomor 5 tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; 1.3. Tindak lanjut Hasil Pengumpulan Data dan Informasi pada Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA tanggal 1 Maret s.d. 15 Maret 2005 sesuai dengan Surat Tugas BPK-RI No.02/ST/III-XI.2/2/2005 tanggal 23 Maret 2005; 1.4. Surat Tugas BPK-RI Nomor No.17/ST/X/4/2005 tanggal 4 April 2005.

2. Sasaran dan Ruang Lingkup Pemeriksaan Pemeriksaan ini bersifat investigatif atas kegiatan pengadaan sarana dan prasarana yang dananya berasal dari bantuan pemerintah. Sasaran pemeriksaan dibatasi pada kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan Gedung Wisma ANTARA serta kegiatan pengadaan TA 2001 dan 2004, dikarenakan kegiatan pengadaan sarana dan prasarana TA 2002 dan 2003 telah diperiksa oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Dalam pelaksanaan pemeriksaan disamping melakukan pengujian terhadap buktibukti terkait, cek fisik atas hasil pengadaan dan juga dilakukan permintaan keterangan dengan para pejabat dan pihak-pihak yang terkait dalam proses pengadaan sarana dan prasarana dalam proyek LKBN ANTARA 2001 dan 2004 serta bantuan pemerintah berupa Gedung Wisma ANTARA. Pemeriksaan lapangan berakhir pada tanggal 3 Mei 2005. 3. Data Umum 3.1 Entitas dan Pihak Yang Diperiksa Entitas yang diperiksa adalah LKBN ANTARA Kantor Pusat Jakarta mencakup Proyek LKBN ANTARA TA 2001 dan 2004 serta Pengadaan

19

Tanah untuk pembangunan Gedung Wisma ANTARA. Dalam melakukan pemeriksaan dilakukan konfirmasi dan permintaan keterangan pada beberapa pihak/institusi/instansi yang terkait diantaranya : a. PT Elnusa Multi Industri Komputer selaku Rekanan yang melaksanakan Kegiatan Pengadaan TA 2001; b. Direktur dan pendiri PT Antar Kencana Utama Estate Limited (PT AKU) yang masih hidup; c. Direktur Utama dan Komisaris Utama PT Anpa Internasional selaku perusahaan patungan (joint venture) sebagai pemilik dan didirikan untuk mengelola Gedung Wisma ANTARA Jalan Medan Merdeka Selatan No.17 Jakarta Pusat; d. Deputi Bidang Administrasi, Kantor Sekretariat Negara selaku Dewan Pembimbing LKBN ANTARA ; e. Badan Pertanahan Nasional Jakarta Pusat, konfirmasi terkait dengan instansi yang memberikan perpanjangan Sertifikat Hak Guna Bangunan Gedung Wisma ANTARA.

3.2

Lokasi Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan di Kantor Pusat LKBN ANTARA di Jakarta dan pengujian fisik atas distribusi hasil pengadaan sarana dan prasarana Proyek LKBN ANTARA melalui uji petik LKBN ANTARA Biro Bandung dan Surabaya.

3.3

Profil Organisasi Yang Diperiksa Kantor Berita ANTARA didirikan pada tanggal 13 Desember 1937 oleh Adam Malik, Soemanang, A.M. Sipahoetar dan Pandoe Kartawagoena. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Kantor Berita ANTARA berhasil menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan RI ke seluruh dunia. Perkembangan lebih lanjut

20

dibentuk Yayasan Kantor Berita Nasional ANTARA berdasarkan Akte Notaris Rd. Ir. Soewandi No.52 tanggal 20 Mei 1953. Berdasarkan Keputusan Penguasa Perang Tertinggi No.19/Peperti Tahun 1962 tanggal 28 Mei 1962 ditetapkan untuk sementara hingga waktu yang ditentukan kemudian, Yayasan Kantor Berita Nasional ANTARA dibawah penguasaan Penguasa Perang Tertinggi. Kemudian berdasarkan Keppres RI No.307 Tahun 1962 tanggal 24 September 1962 di tetapkan Peraturan Dasar yang mengubah keseluruhan Anggaran Dasar dan ketentuanketentuan lain dari Yayasan Kantor Berita Nasional ANTARA, antara lain yaitu Yayasan Kantor Berita nasional ANTARA menjadi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTAR dengan Pimpinan Tertinggi Lembaga berada ditangan Presiden. Lembaga ini ditempatkan dibawah asuhan Dewan Pengawas yang susunannya ditentukan oleh Presiden. Lembaga diurus oleh Dewan Pimpinan yang susunannya ditentukan oleh Dewan Pengawas. Ketua Dewan Pimpinan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 85 Tahun 1966, LKBN ANTARA di pimpin oleh seorang Pemimpin Umum yang diangkat oleh dan bertanggungjawab kepada Presiden RI. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Pemimpin Umum menerima petunjuk dari Dewan Pembimbing yang dibentuk dengan Keputusan Presiden RI Nomor 23 Tahun 1989. Dewan Pembimbing saat itu terdiri dari Menteri Sekretaris Negara RI sebagai Ketua, Direktur Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika Departemen Penerangan RI serta Deputi Bidang Pengamanan Bakin sebagai Anggota. Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 85 Tahun 1966 tugas pokok LKBN ANTARA adalah : a. Ikut serta dalam memberikan arah kepada pertumbuhan dan perkembangan Pers Nasional sebagai alat mencapai cita-cita perjuangan Bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; b. Membantu usaha pembinaan, pertumbuhan dan pemerataan Pers Nasional yang sehat, yaitu pers bebas dan bertanggung jawab:

21

c. Memupuk dan mengembangkan pendapat umum yang sehat serta mengembangkan saling pengertian dan persahabatan antar bangsa.

LKBN ANTARA berkantor pusat di Wisma Antara Lantai 19 dan 20, Jalan Merdeka Selatan No.17 Jakarta Pusat dan mempunyai Biro di seluruh Provinsi dan Perwakilan beberapa Kotamadya dan Kabupaten, serta satu Biro Luar Negeri di New York, Koresponden di Sanaa, Kairo, Kuala Lumpur dan Tokyo.

Pimpinan-pimpinan

Kantor

Berita

ANTARA

yang

diangkat

dan

diberhentikan oleh Presiden RI adalah sebagai berikut : No


1 2 3 4 5 6 7 8 7

Nama
Brigjen Noor Nasution Letkol CKH Ali Siregar, SH, Brigjen Harsono Reno Utomo Brigjen TNI Ismail Saleh, SH, Mayjen Agus Marpaung, SH Marsma TNI Tranggono, SH Drs. Bakir Hasan, MBA, Letkol Ir. Handjojo Nitimihardjo Parni Hardi,

SKEP Pengangkatan
No.72/M/1968 tgl 20 Pebruari 1968 No.64/M/1970 tgl 24 April 1970 No.76/M/ 1976 tgl 18 Juni 1976 No.70/M/1979 tgl 10 April 1979 No.207/M/1983 tgl 5 Sept 1983 No.199/M/1985 tgl 9 Oktober 1985 No.88/M/1987 tanggal 11 Mei 1987 No.171/M/1998 tgl 25 Juli 1998

Pada saat pemeriksaan, Pemimpin LKBN ANTARA dijabat oleh Drs.Mohamad Sobary, MA, sebagai Pemimpin Umum berdasarkan Skep No.71/M Tahun 2000 tanggal 17 Maret 2000.

Struktur Organisasi terakhir berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Umum LKBN ANTARA No. SKEP-69/PAP/VIII/ 2002 tanggal 19 Agustus 2002 terdiri atas unsur pimpinan lembaga sebagai berikut :
No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Drs. Mohammad Sobary , MA Heru Purwanto Boyke Soekapdjo Rachmad Syarif IB Alit Wiratmadja St. K. Kristyono Deddy, SE Jabatan Pemimpin Umum Pemimpin Pelaksana Redaksi Wk Pemimpin Pel. Redaksi I Wk. Pemimpin Pel. Redaksi II Direktur Pemasaran Sekretaris Lembaga Koordinator Keuangan

22

LKBN ANTARA membiayai kegiatan operasional secara mandiri yang diperoleh dari pendapatan produk sendiri (copyright berita, pendapatan VSAT dan pelayanan khusus), kerjasama operasi (KSO) dengan kantor berita asing (Reuters, Telerate, dan Bloomberg) serta pendapatan dari unit usaha strategis (IMQ, Jasa Informasi On Line, Foto dan Galeri Foto, Percetakan dan Penerbitan, Asia Net dan Lembaga Pendidikan Jurnalistik). Pemerintah memang tidak mengalokasikan dana untuk membiayai kegiatan rutin LKBN ANTARA, namun sejak tahun 2001 sampai dengan 2004, Pemerintah telah membantu LKBN ANTARA dalam bentuk pengadaan sarana dan prasarana melalui DIPP/DIP adalah sebagai berikut :
TA 2001 2002 2003 2004 Jenis Bantuan DIPP DIP DIP DIP Total Pagu (Rp) 9.970.354.000,00 6.982.000.000,00 8.978.000.000,00 8.984.925.000,00 34.915.279.000,00 Realisasi (Rp) 9.793.600.000,00 6.573.647.000,00 8.959.882.750,00 8.923.865.904,00 34.250.995.654,00 Sisa (Rp) 165.354.000,00 408.353.000,00 18.117.250,00 61.059.096,00 652.883.346,00

Bantuan pemerintah lainnya yang diberikan kepada LKBN ANTARA adalah berupa lahan tanah yang digunakan untuk pembangunan Gedung Wisma ANTARA. Pada periode kepemimpinan oleh Brigjen Harsono Reno Utomo disusun Master Plan LKBN ANTARA yang antara lain berupa rencana pembangunan Gedung Wisma ANTARA dengan maksud agar

LKBN ANTARA mempunyai gedung kantor yang representatif sekaligus mempunyai saham dalam bangunan yang dapat menjadi sumber keuangan karena keuangan LKBN ANTARA dari penjualan berita tidak dapat mencukupi biaya operasi, tidak bisa untuk investasi peralatan yang memadai serta tidak bisa untuk meningkatkan kesejahteraan/gaji karyawan dan wartawan ANTARA. Master Plan LKBN ANTARA tersebut mendapatkan persetujuan dari Presiden RI sebagaimana Surat Kepala Biro Tata Usaha Sekretaris Kabinet kepada Pimpinan LKBN ANTARA

No.B.9987/Setkab/TU/B/70 tanggal 20 Agustus 1970 yang memberitahukan persetujuan Presiden RI atas Master Plan LKBN ANTARA. Langkah

pertama yang dilakukan dalam merealisasikan Master Plan tersebut adalah

23

melakukan pengadaan tanah pada Gedung Kantor Pusat RRI Jalan Merdeka Selatan No.17 melalui dukungan penuh pemerintah. Secara kronologis proses perolehan tanah tersebut diuaraikan sebagai berikut : 1) Menteri Keuangan RI menyetujui pemindahtanganan/penyerahan persil dan gedung di Jalan Merdeka Selatan No.17 (Gedung Kantor Pusat RRI) dari Departemen Penerangan RI kepada LKBN ANTARA sesuai Surat Menteri Keuangan kepada Menteri Penerangan No.846/MK/IV/11/1971 tanggal 11 Nopember 1971; 2) Mengingat LKBN ANTARA bukan merupakan suatu Badan Hukum maka dalam rangka mewujudkan pembangunan gedung ANTARA, pribadi-pribadi pimpinan melalui

LKBN ANTARA (Brigjen Harsono R.U, secara

Mohamad Nahar, Muhiddin Hamidy dan Drs. Bakti Bakar)

bersama-sama bermufakat mendirikan perusahaan bernama PT. Antar Kencana Utama Estate Limited (PT AKU) dihadapan Notaris Khiril Bahri, SH dengan Akte No.53 tanggal 24 Oktober 1972. 3) PT AKU tersebut didirikan semata-mata hanya untuk mewakili/bertindak atas nama LKBN ANTARA dalam rangka mewujudkan pembangunan Gedung ANTARA sebagaimana dituangkan dalam Surat Pernyataan yang dibuat Brigjen Harsono Reno Utomo selaku Pemimpin Umum LKBN ANTARA dan Mohamad Nahar salah satu tanggal 13 Nopember 1972 ; 4) Menteri Penerangan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor Direktur PT.AKU pada

.090/Kep/Menpen/1973 tanggal 6 Pebruari 1973 tentang Pengesahan Harga serta Pelepasan Haknya Atas Persil dan Gedung RRI Jalan Medan Merdeka Selatan No.17 yang antara lain menyetujui pelepasan hak yang melekat pada Persil dan gedung RRI Jalan Merdeka Selatan kepada PT.AKU yang bertindak untuk dan atas nama LKBN ANTARA ; 5) Penyerahan dan Pelepasan Hak Atas Tanah/Persil beserta Bangunan Gedung RRI Jalan Merdeka Selatan No.17 tersebut kemudian dibuatkan Akte dihadapan Notaris Khairil Bahri, SH dengan Akte No.30 tanggal 14 April 1973 ;

24

6) Menteri Dalam Negeri mengeluarkan SK No.593/HGB/DA/1973 tanggal 30 Oktober 1973 yang antara lain memutuskan memberikan kepada PT AKU berupa Hak Guna Bangunan untuk selama 30 tahun atas Tanah Hak Pakai No.204/Gambir luas 6400 m2 terletak di Jalan Merdeka Selatan No.17 berlaku terhitung tanggal didaftarkan pada Kantor Direktorat Agraria DKI Jakarta yang dipergunakan untuk bangunan kantor ; 7) Kantor Direktorat Agraria DKI Jakarta mengeluarkan Sertifikat Hak Guna Bangunan No.205 atas tanah tersebut selama 30 tahun pada tanggal 1 Nopember 1973 kepada PT AKU (sebagai Pemegang hak) ; Pemimpin Umum LKBN ANTARA (Brigjen Harsono Reno Utomo) kemudian mendapatkan petunjuk dari Presiden RI antara lain bahwa dalam pembangunan Gedung ANTARA agar LKBN ANTARA tidak membebani keuangan Negara dan harus mencari sumber keuangan sendiri dengan memanfaatkan peraturan yang ada. Atas petunjuk Presiden tersebut Pemimpin Umum LKBN ANTARA kemudian mengambil langkah-langkah: 1) Mencari pemilik modal baik dari dalam maupun luar negeri yang bersedia menanamkan dananya pada proyek ANTARA dan diperoleh investor dari Belanda yaitu PABEMA South East Asia BV (PABEMA BV) yang bersedia menanamkan modalnya dalam proyek ANTARA ; 2) Untuk membangun Gedung Wisma ANTARA, PT.AKU dengan PABEMA BV membuat Agreement bawah tangan tanggal 22 Desember 1972 yang antara lain berisi kesepakatan akan mendirikan PT.Anpa Internasional dengan modal dasar atau ditempatkan dan disetor sebesar US$1,000,000.00 dengan komposisi PT.AKU sebesar 20% & PABEMA BV sebesar 80% ; 3) Sebagai realisasi dari Agreement tersebut selanjutnya PT.AKU bersama PABEMA BV mendirikan perusahaan Joint Venture (PMA) bernama PT.Anpa Internasional dihadapan Notaris Khairil Bahri, SH di Jakarta dengan Akte No.50 tanggal 30 Juni 1973. Berdasarkan Anggaran

Dasarnya dinyatakan antara lain bahwa Modal dasar perseroan berjumlah Rp415.000.000,00 atau US $1,000,000.00 atau 100.000 lembar saham. Dari modal tersebut telah diambil bagian oleh PABEMA sebanyak 16.000 25

lembar saham senilai Rp66.400.000,00 atau US $160,000.00 dan PT.AKU sebanyak 4.000 lembar saham senilai Rp16.600.000,00 atau US $40,000.00. Dari hasil pengujian atas dokumen yang berkaitan dengan pengadaan tanah dan kerja sama (Joint Venture) PT AKU dengan PABEMA BV dalam mendirikan PT Anpa International untuk pembangunan Gedung Wisma ANTARA menunjukkan ada beberapa indikasi penyimpangan antara lain : 1) Penetapan Nilai (Harga) Tanah Gedung ANTARA Dalam Penyertaan Modal Dasar Perseroan (PT.Anpa International) Tidak Sesuai Dengan Harga Perolehannya. Berdasarkan Agreement PT.AKU dengan PABEMA BV yang dibuat

dibawah tangan tanggal 22 Desember 1972 untuk membangun Gedung Wisma ANTARA antara lain disepakati mendirikan PT.Anpa International dengan modal dasar atau ditempatkan dan disetor sebesar US $1,000,000 dengan komposisi kepemilikan saham PT. AKU sebesar 20% dan PABEMA BV sebesar 80%. Untuk memenuhi kewajiban PT.AKU dalam permodalan PT.Anpa International sebesar 20% dimasukan Tanah Hak Guna Bangunan No.205/Gambir yang harga perolehan/pengadaannya sebesar Rp220.680.000,00 dan ditetapkan dalam Akte Notaris Khairil Bahri, SH (Akte Pemasukan Dalam Perseroan terbatas) No.6 tanggal 12 Maret 1975. Dalam Akte tersebut antara lain dinyatakan: a) Sebagai pihak yang melakukan pemasukan atau Pihak Pertama adalah Brigjen Harsono Reno Utomo sebagai Direktur Utama PT.AKU dan yang disebut sebagai pihak yang menerima pemasukan adalah Jakob Polman selaku Direktur utama PT. PT.Anpa International ; b) Pihak pertama dengan akte ini memasukan Perseroan Terbatas PT.Anpa International sebidang Tanah Hak Guna Bangunan No.205/Gambir seluas 6.408 m2 ; c) Pemasukan Tanah Hak Guna Bangunan No.205/Gambir seluas 6.408 m2 dalam Perseroan Terbatas (PT.Anpa International) tersebut dinilai dengan harga US $200,000.00 ;

26

d) Pihak Pertama mengakui telah menerima sebanyak 20.000 lembar saham dalam Perseroan Terbatas PT.Anpa International masing saham dengan harga nominal US $10,00. Berdasarkan pengujian atas dokumen dan perhitungan yang dilakukan Tim BPK-RI diperoleh indikasi bahwa penetapan nilai (harga) Tanah Hak Guna Bangunan No.205/Gambir seluas 6.408 m2 dalam modal PT.Anpa International adalah terlalu rendah (tidak sesuai harga yang sebenarnya), karena harga perolehan/pengadaan tanah tersebut sebesar Rp220.680.000,00 dan atau hanya dinilai sebesar US $200,000.00. Sedangkan berdasarkan Anggaran Dasar PT.Anpa International masing-

sebagaimana tertuang dalam Akte Notaris Khairil Bahri No.50 tanggal 30 Juni 1973 (Pendirian PT.Anpa International), nilai dollar (US $) yang ditetapkan dalam Modal Dasar adalah US $1.00 dengan kurs Rp415,00. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Anggaran Dasar Perseroan bahwa Modal Dasar Perseroan berjumlah Rp415.000.000,00 atau senilai US

$1,000,000.00 atau 100.000 lembar saham. Dari modal tersebut telah diambil bagian oleh : a) PABEMA BV sebanyak 16.000 lembar saham senilai

Rp66.400.000,00 atau senilai US $160,000.00; b) PT.AKU sebanyak 4.000 lembar saham senilai Rp16.600.000,00 atau senilai US $40,000.00 ; c) Dengan demikian jumlah seluruhnya (PT.AKU + PABEMA BV) sebanyak 20.000 lembar saham senilai Rp83.000.000,00 atau senilai US $200,000.00. Mengingat Tanah HGB No.205/Gambir diperuntukan sebagai pemenuhan kewajiban modal dasar seharusnya pemasukan Perseroan (PT.Anpa International) maka tanah dalam modal Perseroan tersebut

penilaiannya dihitung dengan menggunakan dan berdasarkan penetapan kurs dollar (US $) sebagaimana pada saat didirikannya PT.Anpa

International tersebut yaitu menggunakan dengan menggunakan kurs Rp415,00 per US $1 .

27

Berdasarkan penetapan penilaian kurs dollar (US $1.00 dengan kurs Rp415,00) maka seharusnya penilaian harga tanah (HGB No.205/Gambir) yang harga pengadaan/perolehan senilai Rp220.680.000,00 tersebut dimasukan dalam penyertaan modal PT. Anpa International dengan nilai US $531,759.03 (Rp220.680.000,00/Rp415,00 per US $). Dengan demikian terjadi kekurangan penilaian (underpricing) atas Tanah HGB No.205/Gambir milik PT AKU yang dimasukkan dalam penyertaan modal PT. Anpa International sebesar US $331,759.03 (US $531,759.03 US $200,000.00). Selisih nilai harga tanah sebesar US $331,759.03 tersebut seharusnya bisa digunakan untuk meningkatkan/memperbesar komposisi kepemilikan saham PT.AKU pada PT. Anpa International sesuai dengan agreement PT AKU dengan Pabema tanggal 22 Desember 1972 pada pasal 5 yang antara lain menyebutkan bahwa setiap waktu perusahaan patungan ini akan mempunyai hak untuk menambah sahamnya dan disepakati bahwa patner asing (Pabema) akan menawarkan bagian sahamnya kepada patner Indonesia (PT AKU) sehingga dalam kurun waktu 10 tahun setelah didirikan perusahaan patungan ini akan naik dari 20 % hingga 50 %. Namun keterangan dari Brigjen Harsono Reno Utomo sebagai Direktur Utama PT.AKU yang bertindak atas nama PT.AKU yang memasukan tanah Gedung Wisma ANTARA pada Perseroan PT. Anpa International tidak dapat diperoleh karena yang bersangkutan telah meninggal dunia. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat indikasi kerjasama yang dilakukan oleh Brigjen Harsono Reno Utomo (almarhum) sebagai Direktur Utama PT.AKU dengan mediang Jakob Polman selaku Direktur Utama PT. PT. Anpa International, dalam menetapkan nilai harga Tanah Hak Guna Bangunan N0.205/Gambir seluas 6.408m2 untuk dimasukan pada pemodalan PT. Anpa International tidak sesuai dengan harga perolehan/pengadaan yang sebenarnya, namun hanya ditetapkan dengan nilai US $200,000.00, sehingga menguntungkan pihak PABEMA BV dan merugikan LKBN ANTARA sebesar US $331,759.03

28

(Eq.Rp137.679.997,45 dengan kurs saat itu atau Eq.Rp 2.985.831.325,30 dengan kurs US $ = Rp9000) .

2) Keberadaan Gedung Wisma ANTARA Belum Memberikan Manfaat Secara Optimal Kepada LKBN ANTARA Sesuai Dengan Tujuan Pembangunannya. Sejak penandatanganan kerjasama pengelolaan gedung sampai

dengan saat pemeriksaan Tim BPK-RI berakhir (per 2 Mei 2005) atau hampir 25 tahun, PT AKU yang bertindak sebagai kuasa atau atas nama LKBN ANTARA belum pernah mendapatkan pembagian keuntungan

berupa deviden dari PT Anpa Internasional. Berdasarkan keterangan dari Direktur Utama PT Anpa Internasional pembagian deviden sampai dengan saat ini belum dapat diberikan dikarena PT Anpa Internasional masih terus merugi dan harus mengalokasikan dananya untuk membayar hutang akibat pembangunan Gedung Wisma ANTARA. Berdasarkan Laporan Keuangan Audited PT Anpa International untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 yang diaudit oleh Auditor Independen (Drs. Dedy Muliadi dan Rekan) sesuai Laporan Nomor : 350104SA tanggal 23 Agustus 2004, dengan opini wajar dengan pengecualian. PT Anpa Internasional dinyatakan mengalami ekuitas negatif dan modal kerja perusahaan didanai melalui hutang kepada pemegang saham (PABEMA BV) dengan jumlah yang signifikan (posisi hutang kepada pemegang saham per 31 Desember 2003 adalah sebesar Rp47.827.250.000 sementara nilai asset perusahaan hanya

Rp7.134.457.207). Hal ini menimbulkan ketidakpastian yang signifikan tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Laporan Keuangan tersebut juga menunjukkan bahwa PT Anpa Internasional masih menderita rugi dengan akumulasi kerugian (defisit) s.d 31 Desember 2003 sebesar Rp55.856.862.671,00 Berdasarkan penelusuran atas catatan laporan keuangan tersebut diketahui terdapat beberapa transaksi signifikan dalam pengelolaan Wisma ANTARA yang sifatnya hubungan istimewa (related parties transaction) 29

yang berpotensi terjadinya benturan kepentingan (conflict of interest) dengan adanya dalam indikasi tranfer pricing serta mark up dalam penentuan tarif/biaya agen pemasaran dan jasa teknik gedung yang pada gilirannya akan merugikan kepentingan PT AKU, antara lain : a) Pemilik saham mayoritas (C & P Realty Inc.) telah menunjuk wakilnya (Mulia Grup) sebagai agen pemasaran Gedung Wisma Antara melalui PT Mulia Indoland ; b) Pemilik mayoritas (C & P Realty Inc.) telah menunjuk International Consultants Consortium Asia B.V. untuk membangun dan

mengoperasikan Gedung Wisma ANTARA dengan memperoleh imbalan jasa teknik sebesar 7% dari penghasilan sewa dan parkir; c) PT Anpa International memperoleh pinjaman dari pemegang saham mayoritas (sebesar US. $.6,800,000.00) dan dikenakan bunga sebesar 0.5% di atas SIBOR. Berdasarkan keterangan yang diberikan Direktur PT.Anpa Internasional (Handrian Tjahya) dinyatakan bahwa Gedung Wisma ANTARA dibangun dalam suatu bentuk perjanjian Joint Venture antara PT Anpa Internasional dan PT.AKU dan bukan melalui sistim BOT. Sehingga apabila Pihak LKBN ANTARA menghendaki untuk mengambil alih kepemilikan Gedung ANTARA maka harus melalui ganti rugi. Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Pimpinan Umum LKBN ANTARA (Mohamad Sobary) bahwa dengan dikuasainya PT.Anpa International oleh Mulia Group (Joko Chandra), maka LKBN ANTARA yang hanya memiliki saham 20% akan mengalami kesulitan untuk segera bisa mengambil alih Gedung ANTARA dengan membeli 80% saham PABEMA BV di PT.Anpa International, tanpa adanya campur tangan dari pihak pemerintah. Pihak LKBN ANTARA menyatakan bahwa

penyelesaian Gedung ANTARA telah dilimpahkan oleh Wakil Presiden kepada Menteri Sekretaris Negara. Dari konfirmasi kepada Pihak Sekneg Cq.Deputi Bidang Administrasi (Bpk. Rildho Anwar) deiketahui bahwa yang bersangkautan belum mendapatkan perintah dari Menteri Sekretaris Negara perihal penyelesaian Gedung ANTARA, namun demikian Deputi 30

Bidang Administrasi akan segera membuat nota dinas untuk menanyakan kepada Menteri perihal pelimpahan penyelesaian Gedung ANTARA dari Wakil Presiden setelah mendapatkan risalah hasil rapat terakhir perihal penyelesaian Gedung ANTARA di Sekretariat Wakil Presiden. Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa PT.Anpa International tidak transparan dan tidak melibatkan pihak-pihak yang ditunjuk mewakili kepentingan PT AKU (LKBN ANTARA) dalam mengelola Gedung Wisma ANTARA, sehingga dapat merugikan PT.AKU sebagai pemegang saham minoritas. Selain itu pengendalian Direksi dan pengawasan Komisaris yang ditempatkan oleh LKBN ANTARA pada PT Anpa International terhadap pengelolaan PT Anpa International tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga transaksi hubungan istimewa yang begitu dominan yang merugikan pihak LKBN ANTARA. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan dan maksud pemerintah yang menyatakan bahwa Gedung ANTARA dibangun dengan tujuan agar LKBN ANTARA mempunyai gedung kantor yang representative dan selain itu agar LKBN ANTARA mempunyai sumber keuangan dari pengusahaan gedung tersebut dalam rangka membiayai operasional LKBN ANTARA. Pemeriksaan lebih lanjut atas bantuan pemerintah berupa lahan tanah untuk pembangunan Gedung Wisma ANTARA tersebut tidak dapat dilakukan secara optimal dikarenakan keterbatasan data dan sumber informasi, mengingat saksi mahkota (Brigjen Harsono Reno Utomo) telah meninggal dunia.

3.4

Latar Belakang Kejadian dan Permasalahan Berdasarkan pemeriksaan melalui permintaan keterangan dan hasil pengujian atas dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Bantuan Pemerintah berupa Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana TA 2001 dan 2004 menunjukkan adanya indikasi perbuatan melawan hukum atas beberapa proses kegiatan, sebagai berikut : 31

a. Terdapat kelemahan-kelemahan dalam perencanaan dan pelaksanaan Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana Database Online dan Sistem Aplikasi Berbasis Web TA 2001 yang memberikan peluang terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dapat mengakibatkan timbulnya kerugian negara. Beberapa kelemahan dalam pelaksanaan proyek TA 2001 antara lain sebagai berikut : 1) Pada tahap perencanaan, Pihak Proyek tidak mengidentifikasikan kebutuhan dan memperhitungkan biaya Konsultan Perencana dan Pengawas, hal ini terjadi disebabkan oleh ketidaktahuan para pelaksana proyek, mengingat Proyek TA 2001 merupakan proyek bantuan pemerintah yang dikelola LKBN ANTARA. 2) Para pelaksana Proyek kurang memahami prosedur pelaksanaan proyek bantuan pemerintah dan kemampuan teknis terkait dengan kompleksitas pekerjaan pembangunan sistem IT yang tidak bisa direncanakan dan dilaksanakan secara tepat dan akurat tanpa tenaga ahli yang kompeten ; 3) Pada tahap penyusunan kontrak tidak diatur mengenai perlunya masa dan pekerjaan pemeliharaan yang wajar sesuai dengan karakteristik pekerjaan yang akan dilaksanakan. Perjanjian Kerja antara pihak Proyek dengan PT Elmik sebagaimana tertuang dalam Dokumen Kontrak No08/SP/VII/2001 tanggal 12 Juli 2001 Pasal 15 mengenai Penyerahan Hasil Pekerjaan mengatur bahwa masa pemeliharaan hanya 2 bulan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan ; 4) Pemimpin Proyek yang ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut masih merangkap dan melaksanakan tugas sebagai Direktur Keuangan LKBN ANTARA ; 5) Pelaksanaan penyelesaiaan pekerjaan rekonfigurasi jaringan dan aplikasi database yang berlarut-larut dan dan baru dilakukan ujicoba terakhir sesuai dengan Berita Acara Acceptance Test

No.117/BA/Elmik/M011/2002 tanggal 18 Nopember 2002 sesuai.

32

b. Perencanaan dan pelaksanaan Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana Sistem Informasi dan Komunikasi Media Massa TA 2004 kurang memadai yang memberikan peluang terjadinya perbuatan melawan hukum yang dapat merugikan negara. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa : 1) Kelemahan dalam melakukan analisis kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh LKBN ANTARA sehingga terjadi perubahan-perubahan jenis sarana dan prasarana pada saat DIP 2004 sehingga diperlukan Revisi DIP sebanyak dua kali yang berakibat terlambatnya dan sempitnya waktu pelaksanaannya pekerjaan yaitu baru dimulai pada bulan Agustus 2004 ; 2) Dengan adanya revisi DIP yang baru selesai pada tanggal 8 Agustus 2004 menyebabkan terlambatnya pelaksanaan tender dan pekerjaan tidak dapat dilaksanakan tepat waktu. 3) Pembuatan kontrak pengadaan TA 2004 berupa perangkat pendukung multimedia dengan rekanan PT Infokom Elektrindo dan kontrak pengadaan infrastruktur komunikasi dua arah dengan rekanan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang melewati tahun anggaran. 4) Tidak Dikenakannya Denda Keterlambatan dalam Pengadaan Infrastruktur Komunikasi Dua Arah antara LKBN ANTARA yang dilaksanakan oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

4. Temuan Hasil Pemeriksaan 4.1 Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan bantuan pemerintah berupa pengadaan sarana dan prasarana serta lahan tanah dalam pembangunan Gedung Wisma ANTARA antara lain disebabkan oleh adanya kelemahan dalam system pengendalian intern. Hal ini terbukti

dengan fakta-fakta sebagai berikut :

33

a. Lingkungan Pengendalian Kelemahan-kelemahan lingkungan pengendalian yang mempengaruhi kegiatan pengadaan sarana dan prasarana antara lain adalah: 1) Tugas pokok dan fungsi dalam masing-masing pelaksana dalam Struktur Organisasi Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana TA 2001 dan 2004 belum ditentukan secara jelas dan rinci ; 2) Kompetensi para pelaksana Proyek Pengadaan baik yang tergabung dalam Panitia Pelaksana, Panitia Pelelangan dan Panitia Pengawas kurang memadai, baik dalam memahami peraturan-peraturan terkait dengan prosedur pelaksanaan dan pertanggungjawaban proyek bantuan pemerintah ; 3) Para pelaksana proyek belum mempunyai pengalaman dalam menangani proyek bantuan pemerintah sebelumnya. Proyek TA 2001 merupakan Proyek pertama yang dilaksanakan oleh LKBN ANTARA ; 4) Biro Umum LKBN ANTARA sebagai salah satu unit kerja yang membuat perencanaan anggaran belum sepenuhnya melaksanakan fungsi dan tugasnya dalam membuat analisis kebutuhan sarana dan prasarana sehingga dalam perencanaan anggaran terjadi beberapa kali revisi DIP yang menyebabkan terlambatnya pelaksanaan pekerjaan proyek; 5) Pimpinan Umum LKBN ANTARA belum memiliki persepsi tentang pentingnya pengendalian dan pengawasan atas setiap pengeluaran yang dilakukan, sehingga ditemukan pengeluaran-pengeluaran yang tidak terkendali ; 6) Adanya konflik internal diantara para karyawan yaitu antara kelompok Serikat Pekerja ANTARA (SPA) dengan kelompok pimpinan dan kelompok karyawan lainnya.

34

b. Penilaian Resiko Pimpro belum mengidentifikasikan risiko-risiko yang berpeluang menghambat pelaksanaan proyek dan mengelola risiko tersebut sehingga dapat mengantisipasi kendala yang dihadapi demi keberhasilan pelaksanan proyek, termasuk didalamnya risiko keterlambatan

penyelesaiaan pekerjaan hal ini terjadi karena kurang memadainya pemahaman Pimpro atas karakteristik dan kompleksitas pekerjaan yang akan dilaksanakan. Hal ini berakibat penyelesaian pekerjaan yang berlarut-larut. c. Aktivitas Pengendalian Pimpro melakukan aktivitas pengendalian melalui diskusi-diskusi dengan staf pimpinan. Keputusan-keputusan yang akan diambil sehubungan dengan proyek didiskusikan dalam rapat pimpinan. Namun demikian, dalam pelaksanaanya masih terdapat penyimpangan antara lain penyusunan kontrak yang melewati tahun anggaran, karena

lemahnya pengendalian Pimpro dalam membuat kontrak. Berita Acara Hasil Prestasi Pekerjaan sebagai salah satu kelengkapan persyaratan pengajuan SPP dibuat tidak sesuai kenyataan untuk menghindari hangusnya anggaran. d. Informasi dan Komunikasi Pencatatan informasi, khususnya pengarsipan data-data dan dokumentasi proyek telah dilaksanakan secara memadai. Data dan dokumen yang diperlukan dalam rangka audit diterima secara cepat dan dapat diandalkan kecuali untuk Berita Acara Hasil Prestasi Pekerjaan belum dapat diandalkan. e. Pemantauan Pelaksanaan pemantauan terhadap proyek oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI) belum dilakukan. Pimpinan Umum LKBN ANTARA belum memiliki persepsi tentang pentingnya peranan SPI dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. SPI hanya berperan dalam menangani pengaduan yang masuk. Jumlah dan kompetensi sumber 35

daya manusia yang ada dalam SPI tidak memadai karena hanya terdiri dari 3 orang dan belum didukung dengan latar belakang pendidikan dan pelatihan yang memadai. Kelemahan system pengendalian intern sebagaimana diuraikan diatas menyebabkan tidak bekerjanya mekanisme saling uji dalam pelaksanaan proyek pengadaan sarana dan prasarana TA 2001 dan 2004 sehingga memberikan peluang bagi berbagai pihak meakukan penyimpangan yang dapat mengakibatkan terjadinya kerugian keuangan negara dan kurang optimalnya pemanfaatan bantuan yang diberikan pemerintah kepada LKBN ANTARA

4.2 Kasus Posisi Berdasarkan penyimpangan hasil audit investigatif ditemukan penyimpangan-

berkaitan dengan peraturan dan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku dalam pengelolaan keuangan negara antara lain : a. Pembuatan Kontrak Pengadaan Sarana dan Prasarana Database Online TA 2001 dengan PT Elnusa Multi Industri Komputer (PT Elmik) tidak memenuhi barang/jasa syarat-syarat yang umum pembuatan adanya kontrak pengadaan pemeliharaan

menentukan

jaminan

sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keppres No.18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah pada BAB V tentang Penyusunan Kontrak mengatur bahwa syarat-syarat umum dalam suatu kontrak pengadaan salah satunya harus terdapat jaminan pemeliharaan ; b. Terdapat uang jaminan pemeliharaan sebesar Rp630.000.000,00 pada Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana Database Online TA 2001 yang tidak sesuai ketentuan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya sesuai dengan Addendum Kesatu Kontrak

No.08/SP/VII/2001 tanggal 5 Desember 2001 ;

36

c. Proyek Pelaksana Pengadaan Sarana dan Prasarana Database Online LKBN ANTARA TA 2001 tidak mengenakan denda kepada PT Elmik atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan : 1) Pasal 39, Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah 2) Pasal 18 Kontrak Nomor 08/SP/VII/2001 tanggal 12 Juli 2001 mengenai sangsi dan denda; d. Proyek Pelaksana Pengadaan Perangkat Pendukung Multimedia tidak mengenakan denda kepada PT Infokom Elektrindo atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan Kontrak No.04/SP/X/2004 tanggal 12 Oktober 2004 pasal 19 ayat 1 mengenai sanksi dan denda; e. Pembuatan Kontrak Pengadaan Perangkat Pendukung Multimedia dengan PT Infokom Elektrindo dan Pengadaan Infrastruktur

Komunikasi Dua Arah dengan PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk melewati tahun anggaran. Hal tersebut tidak sesuai UU No.17 Tahun 2003 tentang UU Keuangan Negara Pasal 4 yang menyatakan bahwa Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember ;

4.3 Modus Operandi Penyimpangan Berdasarkan pemeriksaan atas dokumen serta permintaan keterangan dari pihak-pihak terkait dengan pengadaan sarana dan prasarana serta pengadaan tanah dan pengelolaan Gedung Wisma ANTARA diperoleh indikasi terjadi unsur-unsur perbuatan melawan hukum dan penyalahgunaan wewenang dari berbagai pihak terkait yang dapat berakibat menimbulkan potensi kerugian negara. Secara garis besar modus operandi penyimpangan yang dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Pimpinan Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana Database Online LKBN ANTARA TA 2001 Tidak Mengenakan Denda 37

Keterlambatan senilai Rp415.250.000,00 kepada PT Elnusa Multi Industri Komputer (PT Elmik)

Dalam Tahun Anggaran (TA) 2001 LKBN ANTARA telah menerima bantuan dari Pemerintah Republik Indonesia Cq. Departemen Keuangan melalui alokasi Bagian Anggaran 69 (Belanja Lain-lain) dalam bentuk Daftar Isian Pembiayaan Proyek (DIPP) No.003/DIPP/0/2001 tanggal 29 Maret 2001 untuk Proyek LKBN ANTARA dengan nilai sebesar Rp9.970.354.000,00.

Tujuan proyek adalah untuk melaksanakan kegiatan LKBN ANTARA dalam pengumpulan, pengolahan, dan penyiaran-penyiaran kembali berita-berita untuk dalam dan luar negeri. DIPP tersebut digunakan untuk membangun sistem aplikasi database online, sistem aplikasi redaksi, sistem aplikasi acuan dan perpustakaan, sistem aplikasi pemasaran, sistem aplikasi mail.antara.net.id, serta sistem distribusi jasa informasi on line serta infrastruktur komunikasi dua arah.

Bantuan sebesar Rp.9.970.354.000,00 pengeluaran sebagai berikut : No 1. 2. 3. Uraian Administrasi Umum Pengadaan Sarana dan Prasarana Sewa Saluran VSAT Jumlah

tersebut di alokasikan untuk

Jumlah 11.400.000,00 8.470.354.000,00 1.488.600.000,00 9.970.354.000,00

Untuk melaksanakan proyek tersebut Pemimpin Umum LKBN ANTARA membentuk Panitia Proyek melalui SKEP Pemimpin Umum LKBN ANTARA No.27/PAP/I/2001 tanggal 7 Januari 2001 dengan Susunan Panitia Proyek sebagai berikut : No 1. 2. 3. Nama AF DD SE.Ak HF 38 Jabatan Pemimpin Proyek Bendahara Proyek Sekretaris Proyek

No 4. 5.

Nama HR MSr

Jabatan Staf Proyek Staf Proyek

Dalam rangka penjabaran pelaksanaan Proyek, dibentuklah Tim Lelang Pengadaan Sarana dan Prasarana Sistem Teknologi Informasi dan Database Online LKBN ANTARA melalui Surat Keputusan Pemimpin Umum LKBN ANTARA Nomor SKEP-37/PAP/III/2001 tanggal 13 Maret 2001 dengan susunan tim sebagai berikut : No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nama HS. MM Drs. Pri RH R CH SK NS Drty Drs.M.AL RM Drs.AY,M Jabatan Ketua Tim Lelang Wakil Ketua lelang Sekretaris Lelang Anggota Tim Lelang Anggota Tim Lelang Anggota Tim Lelang Anggota Tim Lelang Anggota Tim Lelang Anggota Tim Lelang

Secara garis besar tugas Tim Lelang tersebut adalah merencanakan dokumen lelang, mengevaluasi hasil lelang dan memberikan saran calon pemenang kepada Pemimpin Umum. Selain itu dalam pelaksanaan proyek ditunjuk konsultan independen untuk membantu dalam tahap persiapan dan tahap pelelangan sebagai berikut :

No 1. 2. 3.

Nama PS AB HW

Jabatan Konsultan Database Konsultan Jaringan Konsultan Sistem Internet

Pelaksanaan Pekerjaan Proyek LKBN ANTARA TA 2001 mencakup dua kegiatan dan salah satunya adalah Pengadaan Sarana dan Prasarana IT berupa Peralatan Database On Line serta Aplikasi Database yang dilakukan dengan sistem lelang. Evaluasi atas penawaran yang masuk mencakup evaluasi administrasi dan evaluasi teknis dengan metode

39

standard weighted score yaitu pemberian nilai bobot

pada aspek

administrasi, teknis dan harga. Berdasarkan Hasil Penawaran Lelang Pengadaan Barang/Jasa dari Tim Lelang diketahui terdapat 4 perusahaan dengan skor sebagai berikut :
No 1. 2. 3. 4. Nama Perusahaan Elnusa Multi Ind Komputer Mastersytem Infotama Elektrindo Nusantara Wira Eka Bhakti Adm 20,00 20,00 20,00 20,00 SKOR Teknis 52,89 48,60 38,77 38,36 Harga 17,01 15,41 17,77 12,19 Total Skor 89,90 84,01 76,55 70,55

Berdasarkan Surat Laporan Panitia Lelang tertanggal 21 Juni 2001 perihal Hasil Penilaian Akhir, maka Pemimpin Proyek LKBN ANTARA melalui Surat Keputusan Nomor 07/PIMPRO/VI/2001 tanggal 4 Juli 2001 menetapkan PT Elnusa Multi Industri Komputer (PT ELMIK) sebagai Penyedia Barang dan Jasa Proyek LKBN ANTARA TA 2001 dan diikat dalam Surat Kontrak No.08/SP/VII/2001 tanggal 12 Juli 2001. Nilai kontrak untuk pekerjaan tersebut di atas adalah sebesar Rp8.305.000.000,00, dengan waktu pelaksanaan pekerjaan mulai tanggal 12 Juli 2001 sampai dengan 13 Desember 2001. Adapun lingkup pekerjaan sesuai kontrak adalah mencakup : 1) Pelaksanaan pengadaan ; 2) Pembuatan dan pemasangan perangkat keras, perangkat lunak dan aplikasi program komputer ; 3) Database serta sistem jaringan komunikasi yang merupakan satu sistem teknologi informasi dan database online LKBN ANTARA. Rincian kegiatan di atas mencakup Pengadaan Database Server, Replication Server, Aplication Server, ISP Server (Firewall Server, DNS Server, Billing Server, Mail Server, Web Server, dan Peripheralnya), Software Web Database serta pengembangan Aplikasi Online berupa Teks, Foto, Audio, Visual yang diterima dan dikirimkan LKBN dari dalam maupun luar negeri.

40

Atas pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas, PT ELMIK menerima realisasi pembayaran dalam Rekening PT ELMIK pada Bank Mandiri Cabang Wisma Nusantara No.Acc.103.05.00842.795.83 (rupiah

account) dengan rincian pembayaran sebagai berikut : 1) Pembayaran Tahap I merupakan uang muka sebesar 20% atau sebesar Rp1.661.000.000,00 telah dibayar lunas sesuai dengan SPMLS No.859077U/018/120 tanggal 15 Agustus 2001. Pembayaran dilakukan setelah : a) Surat Kontrak ditandatangani ; b) Penyerahan Surat Jaminan Uang Muka berupa Garansi Bank Mandiri No.103/03020-28235/05-CRMS/2001 tanggal 30 Juli 2001 senilai Rp1.661.000.000,00 yang berlaku 5 bulan mulai 12 Juli 2001 sampai dengan 13 Desember 2001; 2) Pembayaran Tahap II sebesar 60% atau sebesar Rp4.983.000.000,00 telah dibayar lunas sesuai dengan SPM-LS No.874991U/018/120 tanggal 4 Desember 2001. Pembayaran dilakukan setelah PT ELMIK: a) Menyerahkan Perangkat Keras sesuai Berita Acara Serah Terima (BAST) No.33/BA/M100/2001 tgl 2 Oktober 2001; b) Menyerahkan Perangkat Lunak sesuai Berita Acara sesuai BAST No.32/BA/M100/2001 tanggal 14 September 2001; c) Melakukan kegiatan Pelatihan Perangkat Keras dan Operating System sesuai BAST No.31/BA/M100/2001 tanggal 7 September 2001 ; d) Menyerahkan Laporan Awal berupa Laporan Survey dan Spesifikasi Kebutuhan User disertai ; e) Penyerahan Berita Acara Pembayaran Tahap II

No.035/BA/M100/2001 26 Oktober 2001 dan Serah Terima Pekerjaan 3) Pembayaran Tahap III sebesar 20% atau sebesar Rp1.661.000.000,00 telah dibayar lunas sesuai dengan SPM-LS No.228493W/018/120

41

tanggal 14 Desember 2001. Pembayaran dilakukan setelah PT ELMIK menyerahkan : a) Laporan Rancangan Detail sesuai dengan Berita Acara Perancangan Sistem Jaringan No.107/BA/ELMIK /M101/2001 tanggal 10 Desember 2001; b) Kegiatan Pelatihan Database dan Pelatihan Web sesuai dengan Berita Acara Pelatihan Database dan Web

No.109/BA/ELMIK/M010/2001 tgl 10 Desember 2001 dan ; c) Pelaksanaan Pembangunan Database serta Seluruh Pekerjaan

Pengembangan Aplikasi sesuai dengan Berita Acara Nomor 108/BA/ELMIK/M010/2001 tanggal 10 Desember 2001. Berdasarkan pengujian dan penelitian atas dokumen terkait dengan pelaksanaan pekerjaan serta hasil permintaan keterangan kepada para pejabat dan para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek tersebut diatas dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut : 1) Pengadaan perangkat keras dan perangkat lunak telah dilakukan dalam periode 29 Agustus 2001 sd.14 September 2001; 2) Dua hari menjelang berakhirnya masa kontrak, PT Elmik melalui Surat Nomor : L8M100-2001-035 tanggal 11 Desember 2001 menyatakan masih terdapat penyelesaian pekerjaan sisa yang terdiri atas Maintenance System, Paralel Run, Acceptance Test untuk Aplikasi dan Jaringan dan Pelatihan/Sosialisasi Aplikasi. Pekerjaan sisa ini dijanjikan akan diselesaikan dalam waktu 2 bulan mengacu pada Pasal 15, yaitu masa pemeliharaan sistem; 3) Pada tanggal 18 Februari 2002 dilakukan presentasi kepada Manajemen LKBN ANTARA mengenai aplikasi yang sudah dikembangkan. Pada saat itu dikemukakan bahwa Database versi VARCHAR II tidak bisa memasukan data yang besar dari 4000 karakter sehingga harus diganti kedalam Database versi CLOB. Selain itu juga terdapat revisi database dan modul-modul aplikasi

42

yang dikembangkan dengan static page menjadi dinamic page agar dapat mengakses Database CLOB; 4) Pada tanggal 25 Juni 2002, PT Elmik mengirim Surat No.L8M1002002-009 kepada Pimpro LKBN ANTARA perihal Pengantar Kronologis dan Risalah Keterlambatan Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana Aplikasi LKBN ANTARA (ditandatangani oleh Manajer Proyek PT Elmik). Surat tersebut antara lain menyatakan bahwa Keterlambatan Pengembangan Sistem Aplikasi LKBN ANTARA dengan menggunakan teknologi Web dan Database Oracle 9i disebabkan ketidakberhasilan instalasi Oracle 9i sampai dengan minggu akhir Oktober 2001 sehingga perlu dilakukan Reinstalasi Database dari Oracle 9i menjadi Oracle 8i dan Oracle IAS 9i, sehingga pengembangan Sistem Aplikasi baru dapat dimulai pada minggu pertama bulan Nopember 2001; 5) Berdasarkan Catatan Acceptance Test Aplikasi Berbasis WEB LKBN ANTARA, diketahui bahwa Acceptance Test terhadap Sistem Aplikasi LKBN ANTARA telah dilaksanakan pada tanggal 15 -19 April 2002 dihadiri oleh Tim Pelaksana dan Tim Pengawas, serta Tim Teknis masing-masing user sesuai group kerja (Redaksi, Jasa Informasi Online, Biro Foto, Acuan dan Pustaka serta Admin Web) dengan hasil test masih ada perbaikan yang bersifat pokok dan perbaikan kemudahan pengoperasian (applications user

friendliness) pada beberapa modul, yaitu Modul Redaksi, Modul Ekubis, Modul Admin dan penyempurnaan beberapa fasilitas searching dan button serta tambahan beberapa modul. Konfirmasi hasil perbaikan akan langsung dilakukan kepada user terkait; 6) Pada tanggal 18 Maret 2002, PT Elmik melalui Surat No.L8M1002002-005 perihal Jaringan IBM AIX LKBN ANTARA menyatakan bahwa terjadi permasalahan pada jaringan akibat pergantian IP Address dari IndosatNet tanpa pemberitahuan ke LKBN sehingga

43

perlu dilakukan perubahan setting di seluruh komponen jaringan yang diubah IP Addressnya (Re-konfigurasi jaringan) ; 7) Pelaksanaan test jaringan dilakukan pada tanggal 22 Mei 2002 sesuai dengan Dokumen Hasil Acceptance Test atas Konfigurasi Jaringan LKBN ANTARA dengan melakukan 4 test yaitu, Test Routing, Test Firewall, Test DNS, dan Test Kecepatan FTP untuk intranet ; 8) Pelaksanaan Acceptance Test terhadap Sistem Aplikasi dilakukan sebagai berikut : a) Acceptance Test atas Modul Foto dilaksanakan pada 15 Oktober 2002 sesuai Berita Acara No.117/BA/Elmik /M010/2002; b) Acceptance Test atas Modul Pelayanan Berita, Modul Jasa Informasi Online (Modul Web Admin, Modul Billing, Modul Kontrak) dilaksanakan pada 9 Nopember 2002 sesuai Berita Acara No.117/BA/Elmik/M011/2002; c) Acceptance Test atas Modul Redaksi dilaksanakan pada tanggal 18 Nopember 2002 sesuai Berita Acara

No.117/BA/Elmik/M011/2002;

Berdasarkan kronologis, bukti-bukti dokumentasi serta permintaan keterangan tersebut diatas menunjukkan bahwa telah terjadi

keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh PT Elmik khususnya pada Pekerjaan Pengembangan Aplikasi dan Jaringan .

Dengan demikian Berita Acara Nomor 108/BA/ELMIK/M010/2001 tanggal 10 Desember 2001 yang menyatakan bahwa Pelaksanaan Pembangunan Database serta Seluruh Pekerjaan Pengembangan Aplikasi telah selesai adalah tidak benar dan tidak sesuai dengan kenyataan serta sengaja dibuat semata-mata untuk menghindari hangusnya Pembayaran Tahap III (terakhir) sebesar 20% atau senilai Rp1.661.000.000,00 yang berdasarkan fakta telah dibayar dibayar lunas 44

sesuai dengan SPM-LS No.228493W/018/120 tanggal 14 Desember 2001.

Terhadap masalah ini Pemimpin Proyek TA 2001 (sesuai Berita Acara Permintaan Keterangan No.01/BAPK-LKBN/IV/2005 tanggal 11 April 2005) menanggapi dan mengemukakan hal-hal sebagai berikut : 1) Permasalahan utama dalam Pengembangan Aplikasi LKBN ANTARA Berbasis Web adalah pekerjaan pada Butir No.6 Kontrak yaitu Perancangan dan Pengembangan Aplikasi Database On Line karena terjadi proses penyempurnaan pada tiap user. Namun demikian pada dasarnya aplikasi pokok sudah selesai pada Desember 2001 dan nilai pekerjaan yang tersisa tersebut tidak lebih dari 20% dari nilai kontrak ; 2) Pekerjaan penyempurnaan aplikasi itu selesai pada Acceptance Test pada Oktober tahun 2002. Ada dua kali Acceptance Test, pertama bulan Maret 2002 ; 3) Sedangkan keterlambatan pekerjaan perancangan jaringan

disebabkan pihak PT Indosat memberi IP Address yang telah dipesan oleh PT Elmik untuk kepentingan LKBN ANTARA ternyata diberikan kepada pihak lain. Sehingga dengan IP Address yang baru diperlukan re-konfigurasi jaringan yang memakan waktu lama sehingga testing baru bisa dilakukan pada 22 Mei 2002 ; 4) Pimpro menyadari kenyataan masih ada beberapa pekerjaan yang belum selesai, namun hal itu dikerjakan pada masa pemeliharaan dan penyempurnaan dan Pimpro telah melaporkan pada Staf Pimpinan dan menerima kenyataan keterlambatan tersebut ; 5) Pimpro pernah mewacanakan pengenaan denda keterlambatan kepada PT Elmik sesuai dengan pasal mengenai keterlambatan dalam kontrak, namun berdasarkan kesepakatan Staf Pimpinan, masalah tersebut masih bisa ditoleransi karena masih dalam masa pemeliharaan ;

45

6) Pimpro selanjutnya telah memberikan teguran kepada PT Elmik dalam rapat-rapat rutin yang dihadiri oleh Pimpro, Staf Pimpro, Tim Pelaksana, Konsultan dan Tim Pengawas serta Project Manager dari PT Elmik dan bahkan teguran secara tertulis atas tidak dapat diselesaikannya pekerjaan setelah masa pemeliharaan berakhir.

Dengan demikian telah terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh PT Elmik selama minimal 340 hari (mulai tanggal 14 Desember 2001 sd. 18 Nopember 2002).

Sampai dengan pemeriksaan Tim BPK-RI berakhir (tanggal 2 Mei 2005), Pihak Proyek tidak mengenakan denda keterlambatan kepada PT Elmik atas tidak selesainya pekerjaan.

Hal tersebut tidak sesuai ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai berikut Pasal 18, Kontrak No.08/SP/VII/2001 tanggal 12 Juli 2001, menyatakan bahwa apabila Pihak Kedua (PT Elmik) tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan (sampai dengan 13 Desember 2001), maka untuk setiap hari keterlambatan, Pihak Kedua wajib membayar denda keterlambatan sebesar satu per seribu (1/1000) dengan maksimal 5(lima) persen dari harga kontrak.

Seharusnya Pemimpin Proyek mengenakan denda keterlambatan maksimal yang dihitung mulai setelah berakhirnya masa kontrak yaitu tanggal 14 Desember 2001 sampai dengan terselesaikannya seluruh lingkup pekerjaan yaitu tanggal 18 Nopember 2002 (sesuai Beita Acara Acceptance Test No.117/BA/Elmik/M011/2002 atas diselesaikannya Aplikasi Modul Redaksi).

Besarnya denda keterlambatan dengan mengacu pada Pasal 18 Kontrak No.08/SP/VII/2001 tanggal 46 12 Juli 2001 adalah sebesar Rp

Rp415.250.000,00 yaitu 5% dari nilai kontrak (5% dari nilai kontrak Rp8.305.000.000,00)

Tindakan

Pemimpin

Proyek

dengan

tidak hak

mengenakan negara

denda sebesar

keterlambatan

tersebut

mengakibatkan

Rp415.250.000,00 atas penerimaan yang berasal dari denda tidak terpenuhi.

b. Terdapat

pemberian

uang

jaminan

pemeliharaan

sebesar

Rp630.000.000,00 kepada Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana Database Online TA 2001 yang tidak sesuai ketentuan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya.

Pelaksana Pengadaan Sarana dan Prasarana Database Online TA 2001 dilakukan oleh PT. Elnusa Multi Industri Komputer (PT Elmik) dan diikat dalam Kontrak No.08/SP/VII/2001 tanggal 12 Juli 2001 senilai Rp8.305.000.000,00, waktu pelaksanaan pekerjaan mulai tanggal 12 Juli 2001 sd. 13 Desember 2001. Masa pemeliharaan diatur dalam Pasal 15 Kontrak yang menyatakan bahwa jangka waktu masa pemeliharaan adalah 2 bulan terhitung setelah pekerjaan selesai dilaksanakan. Selanjutnya dalam pelaksanaan proyek dilakukan Addendum Kontrak (tanpa nomor) pada tanggal 5 Desember 2001. Addendum tersebut secara garis besar menyepakati hal-hal sebagai berikut : 1) Biaya-biaya untuk pekerjaan pemeliharaan, melengkapi, konsultan dan pekerjaan tambahan lainnya setelah selesainya pekerjaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Proyek LKBN ANTARA adalah tanggungjawab PT Elmik ; 2) Namun mengingat kewajiban PT Elmik akan selesai, sedangkan pekerjaan pada butir 1) tersebut diatas tidak termasuk dalam bagian pekerjaan pengadaan, maka PT Elmik dan Proyek LKBN ANTARA

47

sepakat menyerahkan pekerjaan pada butir 1) tersebut kepada Proyek LKBN ANTARA ; 3) Proyek LKBN ANTARA dan PT Elmik menyetujui biaya sebesar Rp630.000.000,00 sebagai jaminan pembiayaan pekerjaan butir 1) dan akan diserahkan kepada Pihak Proyek LKBN ANTARA selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah addendum perjanjian ditandatangani secara tunai dan sekaligus ; 4) Batas waktu pelaksanaan pekerjaan butir 1) tersebut adalah harus selesai dalam waktu 1(satu) tahun, terhitung sejak tanggal

ditandatangani perjanjian (atau berakhir pada 4 Desember 2002) dan Pihak Proyek wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan dan penggunaan uang tersebut kepada PT Elmik ; 5) Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum berakhirnya

Addendum, Pihak Proyek wajib menyerahkan sisa uang jaminan pekerjaan butir (a) tersebut kepada PT Elmik. Kronologi dan latar belakang timbulnya addendum berdasarkan keterangan Pimpro (Sdr.AF) sesuai Berita Acara Permintaan Keterangan No. 01/BAPK-LKBN/IV/2005 tanggal 11 April 2005, adalah sebagai berikut : 1) Ketika panitia lelang sudah selesai pekerjaannya, timbul kebutuhan untuk membayar biaya-biaya tak terduga yang harus dibayar oleh pihak Proyek yaitu biaya konsultan, honor panitia lelang dan orangorang yang bekerja untuk proyek. Sementara itu kondisi keuangan LKBN ANTARA sedang defisit. Hal tersebut dilaporkan secara lisan dalam Rapat Pimpinan yang biasanya dilakukan secara rutin tiap Senin pagi dihadiri oleh seluruh Staf Pimpinan ; 2) Selanjutnya dalam Rapat Pimpinan timbul pemikiran untuk minta tolong pada Pihak PT Elmik dan setelah dilakukan pendekatan, PT Elmik menyanggupi pembayaran biaya tak terduga tersebut ; 48

3) Berdasarkan pembicaraan antara Para Staf Pimpinan dengan Pimpinan PT Elmik (Sdr.DS dan Ev) disepakati jumlah kebutuhan yang akan dibayar PT Elmik adalah sebesar Rp630.000.000,00 ; 4) Rincian jumlah kebutuhan sebesar Rp630.000.000,00 tersebut hanya berdasarkan tawar-menawar antara Para Staf Pimpinan dengan PT Elmik. Rincian kebutuhan biaya yang sudah teridentifikasi saat itu adalah sebesar Rp175.050.000,00 untuk pembayaran honor

konsultan dan pelaksana proyek sedangkan sisanya untuk membiayai masalah-masalah yang timbul terkait dengan pemeliharaan sarana dan prasarana yang mengharuskan Pihak LKBN ANTARA menyewa dan membiayai tenaga ahli dari luar; 5) Selanjutnya kesepakatan tersebut diikat dalam suatu Addendum pada tanggal 5 Desember 2001. Adendum disusun oleh Plt. Sekretaris Lembaga (Seklem) LKBN ANTARA (Sdr.STK). Namun demikian hal tersebut disangkal oleh Plt Seklem sesuai Keterangan Plt. Sekretaris Lembaga (Plt.Seklem) dalam Berita Acara Permintaan Keterangan No.06/BAPK-LKBN/IV/2005 tanggal 18 April 2005 yang menjelaskan bahwa Plt.Seklem tidak menyusun addendum tersebut. Plt.Seklem hanya menerima tembusan addendum dari Pemimpin Proyek sebagai arsip perusahaan. Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa Aliran Dana pemberian dari PT Elmik sebesar Rp630.000.000,00 tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Dana sebesar Rp630.000.000,00 diberikan oleh PT Elmik kepada Pihak Proyek LKBN ANTARA dalam 2 tahap yaitu : a) Tahap pertama sebesar Rp53.000.000,00 diberikan langsung kepada Pimpro dan Bendaharawan Proyek di Kantor LKBN ANTARA Pasar Baru (tanggal penyerahan tidak diketahui) dan

49

telah digunakan untuk mengganti bon sementara pembayaran honor panitia lelang dan tim proyek yang sudah bekerja ; b) Pada Tahap Kedua, dana tersebut diserahkan kepada Pimpro secara formal oleh Pimpinan PT Elmik pada tanggal 13

Desember 2001 (setelah perayaan hari ulang tahun LKBN Antara) sebesar Rp577.000.000,00 dalam bentuk 2 buah Cek Bank Mandiri senilai Rp543.600.000,00 dan uang tunai senilai Rp33.400.000,00. Penyerahan ini disaksikan oleh para Staf Pimpinan dan dilakukan di ruang kerja Pemimpin Umum Lantai 3 Wisma ANTARA. Selanjutnya Pimpro menyerahkan dana senilai Rp577.000.000,00 tersebut kepada Plt. Seklem

dikarenakan Pimpro akan cuti keluar daerah ; 2) Sehari setelah penerimaan dana dari PT Elmik, terdapat Nota Dinas Nomor : 316.A/ND/PAP/XII/2001 tanggal 14 Desember 2001 yang ditandatangani Pemimpin Umum LKBN ANTARA (MS) perihal permintaan kepada Pimpro untuk menyerahkan dana yang diterima dari PT Elmik tersebut kepada Plt. Seklem untuk disimpan sementara. Namun demikian Pemimpin Umum LKBN ANTARA membantah telah membuat Nota Dinas tersebut sebagaimana diterangkan kepada Tim BPK-RI sesuai Berita Acara Permintaan Keterangan No.05/BAPK-LKBN/IV/2005 tgl 12 April 2005; 3) Pada tanggal 21 Desember 2001, Plt.Seklem mentransfer dana PT Elmik berupa 2 buah cek Bank Mandiri senilai Rp543.600.000,00 dan uang tunai sebesar Rp23.175.000,00 ke Rekening Pribadi Plt. Seklem (yaitu Rekening Tabungan Gamma - Haga Bank Nomor Rekening 3623000264 atas nama STK). Berdasarkan keterangan Plt Sekretaris Lembaga sesuai dengan BAPK No.08/BAPK-

LKBN/IV/2005 tanggal 18 April 2005 pentransferan/penyetoran Dana PT Elmik ke rekening pribadinya tersebut dilakukan karena Plt. Seklem tidak mengetahui bahwa LKBN ANTARA mempunyai 50

rekening khusus mengingat menjabat menjadi Plt Seklem ;

yang bersangkutan baru 2 bulan

4) Kemudian pada tanggal 21 Februari 2002, Plt Seklem mentransfer dana yang disimpan dalam rekening pribadi sebesar

Rp571.035.943.00 (pokok Rp566.775.000 + bunga Rp4.257.343) ke Rekening Dana Taktis Pemimpin Umum (RDTPU) pada Bank BNI Cab.Gambir Nomor Rekening 089.004382959.001 atas nama LKBN ANTARA. Untuk selanjutnya dana tersebut dikelola oleh Direktur Keuangan LKBN ANTARA yang saat itu dijabat oleh AF (sekaligus merangkap Pemimpin Proyek); 5) RDTPU adalah Rekening Dana Taktis LKBN ANTARA yang dikelola dan diketahui secara terbatas oleh Direktur Keuangan dan Sekretaris Lembaga LKBN ANTARA serta dibukukan terpisah dari sistem pembukuan dan laporan keuangan resmi LKBN. Sumber dana RDTPU berasal dari Komisi Kerjasama Operasi (KSO) Kantor

Berita Reuters dan Telerate serta pendapatan lainnya (bunga deposito). 6) Penggunaan RDTPU adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran yang sifatnya tidak terduga, khusus, dan ekstra yang tidak tertampung dalam anggaran keuangan LKBN ANTARA. RDTPU hanya dapat digunakan setelah ada persetujuan dari Pemimpin Umum LKBN. Pengelola RDTPU secara berturut-turut adalah sebagai berikut :
Pengelola AF STK RM Jabatan Dir. Keuangan Plt Seklem Kepala SPI Periode 2001 sd.13 Mei 2002 13 Mei 2002 sd.17 Mei 2004 17 Mei 2004 sd.sekarang

7) Secara garis besar Mutasi Aliran Dana RDTPU pada Rekening BNI Cab.Gambir No.Rek. 089.004382959.001 periode 1 Januari 2002 51

sd.31 Desember 2004 (melalui uji petik transaksi dengan nilai diatas Rp10.000.000,00) dapat diuraikan sebagai berikut :
No I II 1 2 III 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 IV Tanggal Uraian Jumlah (Rp) 3,856,723 744,777,800 575,241,733 169,536,067 685,188,733 100,000,000 90,000,000 61,800,000 55,000,000 50,000,000 40,000,000 25,000,000 20,000,000 20,000,000 19,777,500 17,500,000 16,000,000 15,000,000 12,000,000 11,700,000 10,558,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 60,853,233 63,445,790

Saldo Awal RDTPU per 1 Januari 2002 Total Penerimaan Penerimaan Dana dari PT Elmik setelah 28-Feb-02 dikurangi pembayaran tahap pertama Penerimaan KSO dan Bunga serta pendapatan 30-Dec-04 lain (selama 2 tahun) Total Pengeluaran 11-Jul-03 7-Mar-03 2-Apr-02 4-Mar-02 24-Jan-03 20-Feb-03 12-Dec-02 1-Nov-02 12-Mar-02 16-Dec-03 16-Dec-03 21-Mar-03 30-Aug-04 13-Jul-04 12-Apr-02 19-Sep-02 30-Jul-04 7-Nov-02 7-Nov-02 9-Jul-02 20-Jun-02 12-Mar-02 31-Dec-04 31-Dec-04 Pinjaman Tim Proyek TA 2002 Biaya Audit IT Honor Tim Pelaksana dan Pengawas Proyek TA 2001 Honor Konsultan Perencana Independen Proyek TA 2001 Biaya Operasional Pengadilan PTUN-Tuntutan CEO IMQ-Nick Hasyim Biaya Operasional Pengadilan PTUN-Tuntutan Dir Keu-IMQ-Adam Hatumena Launching & Cetak Buku Tak Ada Jalan Pintas Bantuan Kompleks Perumahan ANTARA di Tambun Pinjaman Sdr.MB & Sdr.DN Pinjaman Galery Foto Atas kekurangan dana dari sponsor Pengambilan untuk Pembayaran THR Honor Konsultan (AB) Biaya Operasional Pengadilan PTUN-Tuntutan Dir Keu-IMQ-AH Pinjaman Sdr.Sr Kompensasi Mutasi Sdr.Sr Jamuan Makan Malam Sekneg dan DPR Biaya Operasional Pengadilan PTUN-Tuntutan Dir Keu-IMQ-AH Sumbangan ke Koperasi ANTARA Biaya Pengamanan Polisi Kasus IMQ-Ivhan Biaya Pengamanan Polisi Pinjaman Karyawan ANTARA Biaya Lomba dan Honor Juri Biaya Serba-serbi (Bantuan, Sumbangan, Kepentingan umum, sosial dll ) Saldo Akhir per 31 Desember 2004

52

Berdasarkan permintaan keterangan kepada pihak-pihak terkait dan bukti-bukti yang diperoleh sehubungan dengan aliran dana dari PT Elmik senilai Rp630.000.000,00 tersebut dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut : 1) Penelusuran atas aliran dana dari PT Elmik menunjukkan bahwa dana yang seharusnya masuk ke dalam Rekening Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana LKBN ANTARA TA 2001 dan digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan sesuai Addendum, pada kenyataannya disetor dan dimasukkan ke dalam Rekening Pribadi Plt.Seklem dan selanjutnya dimasukan ke dalam RDTPU sehingga tercampur dengan sumber dana-dana RDTPU lainnya. Sesuai keterangan yang diperoleh Tim BPK-RI, Pimpro dan Staf Pimpinan tidak memahami bahwa dana dari PT Elmik tersebut seharusnya dimasukan ke dalam Rekening Proyek yang khusus disediakan untuk keperluan proyek dan dikelola oleh Bendaharawan Proyek TA 2001 ; 2) Pemimpin Umum LKBN ANTARA selaku otorisator dalam pengeluaran RDTPU tidak melakukan pemantauan secara memadai atas pengelolaan RDTPU dan hanya melandaskan kepercayaan sepenuhnya pada para Staf Pimpinan yang ditugaskan untuk mengelola RDTPU (Direktur Keuangan dan Sekretaris Lembaga). Namun terkait aliran dana PT Elmik dalam RDTPU secara lisan Pemimpin Umum telah memerintahkan pemisahan pengelolaannya ; 3) Sesuai dengan Addendum Kontrak tanggal 5 Desember 2001 maka dilakukan pertanggunggjawaban dan serah terima sisa dana PT Elmik. Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa Pihak LKBN telah mengundang PT Elmik untuk dilakukan serah terima sisa dana jaminan pemeliharaan. Sisa dana tersebut dikembalikan kepada PT Elmik dalam bentuk Cek BNI Cab.Gambir No.CU290658 dengan nilai Rp494.950.000 yang ditandatangani oleh Pemimpin Umum

53

LKBN ANTARA dan telah diterima Direktur PT Elmik (Djoko Suwito) sesuai dengan bukti tanda terima Kwitansi No.5; 4) Namun demikian, berdasarkan permintaan keterangan kepada

Direktur PT Elmik sesuai BAPK No.07 /BAPK-LKBN/IV/2005 tanggal 18 April 2005 diketahui bahwa Cek No.CU290658 senilai Rp494.950.000,00 tersebut ternyata tidak didukung dana yang cukup sehingga tidak bisa dicairkan ; 5) Cek yang tidak bisa dicairkan tersebut terjadi karena dana jaminan PT Elmik yang ada pada rekening koran/RDTPU telah terpakai untuk pengeluaran-pengeluaran taktis yang dibiayai dari RDTPU. Posisi saldo RDTPU per 31 Desember 2002 menunjukan nilai Rp144.760.066 sehingga tidak cukup untuk membayar cek senilai Rp Rp494.950.000,00 tersebut di atas. Penelaahan dan analisis Tim BPK RI atas Addendum Kontrak No.08/SP/VII/2001 tanggal 5 Desember 2001 dapat dikemukakan permasalahan-permasalahan sebagai berikut : 1) Objek yang diperjanjikan dalam Addendum Kontrak

No.08/SP/VII/2001 tgl. 5 Desember 2001 tidak jelas. Kontrak induk dan Addendum tidak menyebutkan secara jelas dan rinci mengenai maksud dan definisi dari pekerjaan pemeliharaan, melengkapi, konsultan dan pekerjaan tambahan lainnya ; 2) Kaitan antara Addendum dengan Kontrak yang diaddendum tidak jelas, sebab klausul-klausul dalam Addendum tersebut tidak dikaitkan klausul-klausul atau pasal-pasal tertentu dalam Kontrak yang akan diaddendum, sehingga tidak jelas hubungan antara Kontrak dengan Adendum. Addendum disusun hanya dengan memperhatikan hasil-hasil pembicaraan dan kesepakatan lisan antara Pihak LKBN ANTARA dan PT Elmik ;

54

3) Terdapat

ketidakwajaran

substansi

Addendum

yaitu

adanya

penyerahan pekerjaan pemeliharaan yang seharusnya menjadi tanggungjawab PT Elmik kepada pemberi kerja (bohir/Pihak Proyek LKBN ANTARA) yang disertai dengan pemberian uang jaminan pemeliharaan sebesar Rp630.000.000,00; 4) Penggunaan dana sebesar Rp630.000.000,00 tidak dapat

dipertanggungjawabkan terbukti dengan sisa dana PT Elmik yang akan dikembalikan oleh Pihak Proyek LKBN ANTARA senilai Rp454.950.000,00 dalam bentuk cek ternyata tidak didukung dana yang cukup. Hal ini terjadi karena dana jaminan dari PT Elmik telah tercampur dalam RDTPU terpakai untuk membiayai pengeluaranpengeluaran atas kegiatan (sebagaimana diuraikan sebelumnya) yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan pemeliharaan prasarana dan sarana database online hasil pengadaan TA 2001. Sampai dengan saat pemeriksaan berakhir (tanggal 2 Mei 2005) pertanggungjawaban uang jaminan pemeliharaan dari PT Elmik, belum dapat diselesaikan. Pihak LKBN ANTARA mengalami kesulitan likuiditas untuk mempertanggungjawabkan dan mengembalikan sisa dana jaminan pemeliharaan tersebut. Demikian juga, PT Elmik tidak berupaya untuk mengajukan tuntutan secara formal atas wanprestasi atas adendum yang dilakukan oleh Pihak Proyek LKBN ANTARA, karena menganggap hal tersebut sebagai salah satu bentuk pelayanan dan hubungan baik kepada LKBN ANTARA yang merupakan potensi pasar bagi PT Elmik sebagaimana dijelaskan oleh Direktur Utama PT Elmik sesuai BAPK No.07/BAPK-LKBN/IV/2005 tanggal 18 April 2005. Dengan demikian berdasarkan kondisi di atas menunjukkan bahwa aliran Dana dari PT Elmik senilai Rp630.000.000,00 kepada LKBN ANTARA yang tidak dilandasi dasar hukum yang kuat (tidak memenuhi unsur objektif syarat sahnya suatu perjanjian) dapat diduga

55

bahwa sebagai pemberian komisi (kickback) dengan indikasi antara lain sebagai berikut : 1) Jumlah dana yang diberikan tidak didasarkan pada perkiraan kebutuhan kegiatan pemeliharaan yang rinci, namun berdasarkan tawar menawar tanpa acuan yang jelas ; 2) Uang dari PT Elmik tersebut tidak disimpan pada rekening proyek namun disimpan pada Rekening Dana Taktis Pemimpin Umum dan penggunaannya tidak sesuai dengan peruntukan sebagaimana diatur dalam adenddum ; 3) PT Elmik tidak memantau pengelolaan dan realisasi penggunaan dana jaminan pemeliharaan ; 4) Pertanggungjawaban sisa dana jaminan pemeliharaan dari pihak LKBN ANTARA kepada PT Elmik hanya formalitas dengan penyerahan cek yang tidak didukung dana yang cukup ; 5) Pihak PT Elmik tidak menuntut pertanggungjawaban dan hanya

pengembalian sisa dan bahkan menyatakan bahwa dana tersebut sebagai salah satu bentuk pelayanan yang diberikan kepada LKBN ANTARA. Sehingga seharusnya aliran dana jaminan dari PT. Elmik tersebut (jika tidak digunakan sesuai peruntukannya) disetorkan ke Kas Negara sebagai penerimaan, sebagaimana disebutkan pada Keppres No.17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan APBN pada Pasal 1 ayat (2.a) yang menyatakan bahwa semua Penerimaan Negara yang diperoleh dari sumber-sumber perpajakan dan bukan perpajakan selama Tahun Anggaran yang bersangkutan dimasukan dalam Rekening Kas Negara, diperhitungkan antar bagian anggaran, dibukukan pada rekening tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

56

Tindakan Para Pengelola Dana dari PT Elmik yang tidak menyetor ke kas negara dan menggunakannya dengan tidak sesuai peruntukkannya merupakan penyalahgunaan wewenang dan perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan kerugian keuangan negara.

c. Penyusunan dan Pelaksanan Kontrak Pengadaan dalam Proyek LKBN ANTARA TA 2004 dengan PT Infokom Elektrindo dan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk tidak sesuai ketentuan

mengakibatkan potensi kerugian negara atas tidak dipungutnya denda kepada PT Infokom Elektrindo senilai Rp74.868.000,00

Pada Tahun Anggaran 2004 LKBN ANTARA mendapat bantuan dari pemerintah melalui Daftar Isian Proyek (DIP) sebesar

Rp.8.984.925.000,00. Terhadap DIP tersebut telah dilakukan revisi sebanyak dua kali yaitu tanggal 2 Juni 2004 dan 27 Agustus 2004. Bantuan dari pemerintah sebesar Rp. 8.984.925.000,00 alokasikan untuk :
No 1. 2. 3. 4. Uraian Administrasi Umum Pengadaan alat pengolah data Pendidikan dan pelatihan Penyuluhan dan Penyebaran informasi Jumlah Jumlah (Rp) 200.000.000,00 4.103.155.000,00 62.530.000,00 4.619.240.000,00 8.984.925.000,00

tersebut di

Pelaksanaan Pengadaan Proyek TA 2004 tersebut dilakukan sebanyak 5 tender yaitu : 1) Pengadaan Konsultan Manajemen yang dilaksanakan melalui proses pelelangan dan dimenangkan oleh PT Binaman Utama dengan nilai proyek sebesar Rp145.429.900,00 ; 2) Pendidikan dan Pelatihan dilaksanakan melalui proses pelelangan yang dimenangkan oleh PT Inixindo Persada Rekayasa Komputer dengan nilai proyek sebesar Rp61.490.000,00 ;

57

3) Pengadaan Alat Pengolah Data dan Oracle dilaksanakan melalui proses pelelangan yang dimenangkan oleh PT Wira Eka Bhakti dengan nilai proyek sebesar Rp4.073.420.000,00; 4) Pengadaan perangkat pendukung multimedia dilaksanakan melalui proses pelelangan yang dimenangkan oleh PT Infokom Elektrindo dengan nilai proyek sebesar Rp3.119.500.000,00; 5) Pengadaan Infrastruktur Komunikasi Dua Arah yang dilaksanakan melalui penunjukan langsung oleh PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk dengan nilai proyek sebesar Rp1.339.735.500,00.

Untuk melaksanakan proyek tersebut telah ditetapkan : 1) Pemimpin Proyek yaitu Adri Yuniar melalui SK Sekretaris Negara RI No.69 Tahun 2003 yang bertanggung jawab baik dari segi keuangan mapun segi fisik untuk proyek yang dipimpinnya serta atas ketertiban administrasi keuangan yang diselenggarakan

Bendaharawan dibawah pengawasannya ; 2) Bendaharawan Proyek yaitu Herry Fadianto melalui SK Sekretaris Negara RI No.70 Tahun 2003 yang bertanggung jawab atas penggunaan uang yang diserahkan kepadanya dalam arti pasal 77 UU Perbendaharaan Indonesia (ICW) Stbl.1925 No.448 ; 3) Panitia pengadaan Barang/Jasa Proyek melalui SK Pemimpin Umum LKBN ANTARA No.SKEP-29/PAP/II/2004 tanggal 27 Pebruari 2004 dengan susunan Panitia sebagai berikut :
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. NAMA Drd SK DAR R. CH AK Dwt ErM HR ASy KEDUDUKAN Ketua Panitia Wakil Ketua Panitia Sekretaris Panitia Anggota Panitia Anggota Panitia Anggota Panitia Anggota Panitia Anggota Panitia Anggota Panitia

58

Tugas dan tanggung jawab Panitia Pengadaan Barang/Jasa Proyek LKBN Antara Tahun 2004 berpedoman kepada Keputusan Presiden Indonesia No. 80 Tahun 2003 tanggal 3 November 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah tersebut antara lain adalah : a) Menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan; b) Menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi; c) Menyiapkan dokumen pengadaan; d) Mengumumkan pengadaan barang/jasa melalui media cetak dan papan pengumuman resmi ; e) Menyusun dan menyiapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS); f) Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang diajukan oleh penyedia barang/jasa; g) Mengusulkan calon pemenang; h) Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pengguna barang/jasa; i) Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan

pengadaan barang/jasa dimulai. Panitia Pengadaan Barang/jasa Proyek LKBN Antara Tahun 2004 bekerja sampai dengan terpilihnya pemenang tender proyek LKBN ANTARA Tahun 2004.

Berdasarkan pemeriksaan atas Pelaksanaan Proyek Pengadaan TA 2004 ditemukan beberapa penyimpangan sebagai berikut :

1) Penyusunan

Kontrak

Pengadaan

Perangkat

Pendukung

Multimedia dengan PT Infokom Elektrindo Tidak Sesuai Ketentuan Dan Denda Keterlambatan Sebesar Rp74.868.000,00 Tidak Dipungut

59

Pengadaan perangkat pendukung multimedia dilaksanakan melalui proses pelelangan yang dimenangkan oleh PT Infokom Elektrindo dengan nilai proyek sebesar Rp3.119.500.000,00. Pelaksanaan pekerjaan dillaksanakan berdasarkan kontrak No.04/SP/X/2004 tanggal 12 Oktober 2004 dengan nilai kontrak sebesar

Rp3.119.500.000,00. Jangka waktu pelaksanaan kontrak selama 60 hari kerja terhitung mulai tanggal 12 Oktober 2004 sampai dengan 10 Januari 2005. Pekerjaan dinyatakan telah selesai dilaksanakan sesuai dengan Berita Acara Hasil Prestasi Pekerjaan (tanpa nomor) tanggal 14 Desember tahun 2004 dan telah dilakukan uji coba sistem serta pengecekan barang sesuai dengan Berita Acara User Acceptance Test System (tanpa nomor) tanggal 20 Desember tahun 2004, dan dinyatakan bahwa sistem dan peralatan diterima dalam keadaan baik. Pelaksanaan pembayaran kepada rekanan dhi PT Infokom Elektrindo dilakukan dengan 3 tahap dengan nilai keseluruhan sebesar Rp3.119.500.000,00 dengan rincian : a) Pembayaran Tahap I (uang muka) sebesar 20 % senilai Rp623.900.000,00 sesuai SPM No.929102Y/018/110 tanggal 17 Desember 2004 ; b) Pembayaran Tahap II sebesar 60 % senilai Rp1.871.700.000,00 sesuai SPM No.924125Y/018/110 tanggal 2 Desember 2004 ; c) Pembayaran Tahap III (lunas) sebesar 20 % senilai

RpRp623.900.000,00 sesuai SPM No.929102Y/018/110 tanggal 17 Desember 2004.

Berdasarkan pemeriksaan ditemukan indikasi-indikasi perbuatan melawan hukum yang dapat merugikan keuangan negara dengan modus operandi sebagai berikut :

a)

Kontrak Pelaksanaan Pekerjaan dengan PT Infokom Elektrindo dibuat Melampaui Tahun Anggaran 2004. 60

Berdasarkan pemeriksaan atas Dokumen Kontrak Pengadaan Perangkat Pendukung Multimedia No.04/SP/X/2004 tanggal 12 Oktober 2004 yang ditandatangani oleh Pemimpin Proyek LKBN ANTARA TA 2004 (Adri Yuniar) dan Direktur Utama PT Infokom Elektrindo (Susilo H.Sumarsono) diketahui bahwa jangka waktu pelaksanaan kontrak selama 60 hari kerja. Berdasarkan hasil perhitungan Tim BPK-RI menunjukkan bahwa jika waktu pelaksanaan kontrak dimulai pada tanggal 12 Oktober 2004 maka akan berakhir tanggal 10 Januari 2005 (selama 60 hari kerja).

Hal tersebut tidak sesuai UU No.17 Tahun 2003 tentang UU Keuangan Negara Pasal Pasal 4 yang menyatakan bahwa

Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Hal tersebut dapat mengakibatkan pembuatan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan tidak sesuai kondisi yang sebenarnya dalam rangka untuk mencairkan dan menghindari hangusnya anggaran.

Atas masalah tersebut Pihak Proyek sesuai keterangannya dalam BAPK No.06 /BAPK-LKBN/IV/2005 pada 27 April 2005 mengakui terdapat kelemahan dalam perencanaan penentuan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan pengajuan pembayaran lunas dilakukan untuk menghindari hangusnya anggaran terkait dengan ketentuan dari Menteri Keuangan mengenai pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) LS ke KPKN paling lambat tanggal 20 Desember tahun berjalan.

61

b)

Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Pengadaan Perangkat Rp74.868.000,00 Elektrindo. Pendukung Multimedia sebesar

tidak dikenakan pada PT Infokom

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas kontrak, dan dokumedokumen lain yang berkaitan dengan pekerjaan Pengadaan Perangkat Pendukung Multimedia serta permintaan keterangan kepada Pimpro dan Ketua Panitia Pengadaan Proyek tahun 2004 dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut : (1) Pengadaan Perangkat Pendukung Multimedia

dilaksanakan berdasarkan

Kontrak No.04/SP/X/2004

tanggal 12 Oktober 2004 dengan nilai kontrak sebesar Rp3.119.500.000,00; (2) Jangka waktu pelaksanaan kontrak selama 60 hari kerja. terhitung mulai tanggal 12 Oktober 2004 s.d 10 Januari 2005 ; (3) Berita Acara Hasil Prestasi Pekerjaan tanggal 14 Desember tahun 2004 dan telah dilakukan uji coba sistem serta pengecekan barang sesuai dengan Berita Acara User Acceptance Test System tanggal 20 Desember 2004, dan dinyatakan bahwa sistem dan peralatan diterima dalam keadaan baik ; (4) Dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat perubahan-

perubahan pekerjaan yang dituangkan dalam Design Review Meeting (DRM II) tanggal 14 Desember 2004, mengenai perubahan spesifikasi 16 item barang yang diadakan disebabkan barang-barang tersebut tidak ada lagi dipasaran dan tidak ada stocknya, sehingga spesifikasinya dirubah; (5) PT Infokom Elekrindo tanggal 14 Desember 2004 membuat Surat Pernyataan Keterlambatan Pengiriman 62

Barang kepada Proyek LKBN ANTARA yang isinya menyatakan bahwa pengiriman barang untuk beberapa item barang, baru dapat dikirim pada tanggal 15 Januari 2005 disebabkan pemesanan barang-barang tersebut oleh principal bersangkutan masuk dalam daftar tunggu (indent) dan adanya kesulitan mengeluarkan barang dari Kepabeanan (Bea Cukai) ; (6) Tidak diperoleh bukti tertulis yang menunjukkan adanya persetujuan dari Pihak Proyek LKBN ANTARA atas Surat Pernyataan Keterlambatan PT Infokom Elektrindo ; (7) Terdapat beberapa Surat Keterangan Perubahan

Spesifikasi Barang dari PT Infokom Elektrindo dan Surat Keterangan terakhir dibuat pada tanggal 2 Februari 2005.

Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa pekerjaan PT Infokom baru diselesaikan paling cepat pada tanggal 2 Februari 2005. Sesuai kontrak, PT Infokom Elektrindo harus menyelesaikan pekerjaan paling lambat tanggal tanggal 10 Januari 2005. Dengan terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan selama 24 hari (mulai 11 Januari 2004 sd. 2 Februari 2005). Hal ini tidak sesuai Keppres No.80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan barang/jasa Pemerintah pada Pasal 37 ayat (1) yang mnyebutkan bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat dari kelalaian penyedia

barang/jasa, maka penyedia barang/jasa yang bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 1%0 (satu perseribu) perhari dari nilai kontrak dan berdasarkan kontrak No.04/SP/X/2004 tanggal 12 Oktober 2004 pasal 19 ayat 1 mengenai sanksi dan denda. yang menyatakan apabila pihak kedua tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan tercantum dalam pasal 4 kontrak ini maka untuk setiap hari keterlambatan pihak kedua wajib 63

membayar denda keterlambatan sebesar satu per seribu (1/1000) dengan maksimal 5 (lima) persen dari harga kontrak.

Seharusnya Pihak Proyek mengenakan denda keterlambatan kepada PT Infokom Elektrindo sebesar (24/1000 X Rp3.119.500.000,00). Rp74.868.000,00

Tindakan Pemimpin Proyek dengan tidak mengenakan denda keterlambatan tersebut mengakibatkan hilangnya hak negara atas penerimaan yang berasal dari denda keterlambatan sebesar Rp74.868.000,00

Atas masalah tersebut Pihak Pimpro LKBN ANTARA sesuai keterangannya dalam BAPK No.06 /BAPK-LKBN/IV/2005 pada 27 April 2005 mengakui dan tidak adanya keterlambatan denda

penyelesaian

pekerjaan

mengenakan

dikarenakan dalam pengadaan peralatan multi media yang merupakan barang impor terhambat oleh prosedur kepabeanan. Namun demikian Pihak Proyek telah minta Bank Garansi selama setahun.

2) Pembuatan Kontrak Pengadaan Pengadaan Infrastruktur Komunikasi Dua Arah PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk Tidak Sesuai Ketentuan

Pengadaan Infrastruktur Komunikasi Dua Arah dilaksanakan melalui penunjukan langsung oleh Proyek LKBN ANTARA TA 2004 kepada PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk. Lingkup pekerjaan meliputi pengadaan VPN Dial, pengembangan ANTARA Online dan perangkat pendukung Informasi Pasar Modal. Pekerjaan

dilaksanakan berdasarkan Kontrak No.06/SP/XI/2004 tanggal 29 November 2004 dengan nilai kontrak sebesar Rp1.339.735.500,00. 64

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 60 hari kalender terhitung mulai tanggal 29 November 2004 s.d 27 Januari 2005 dan pekerjaan selesai 100% pada tanggal 15 Januari 2005 atau berarti kontrak dibuat melewati tahun anggaran.

Namun pada tanggal 14 Desember 2004 pekerjaan telah dinyatakan selesai 100%, sesuai dengan Berita Acara Hasil Prestasi Pekerjaan, sehingga Berita Acara tersebut dibuat tidak sesuai fakta sebenarnya dalam rangka mencairkan anggaran untuk menghindari hangusnya anggaran. Pelaksanaan pembayaran kepada rekanan dhi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dilakukan dengan 2 tahap dengan nilai keseluruhan sebesar Rp1.339.735.500,00 dengan rincian : a) Pembayaran Tahap I (uang muka) sebesar 20 % senilai Rp267.947.100,00 sesuai SPM No.92594Y/018/110 tanggal 8 Desember 2004 ; b) Pembayaran Tahap II (lunas) sebesar 80 % senilai

Rp1.071.788.400,00 sesuai SPM No.929995Y/018/110 tanggal 20 Desember 2004.

Berdasarkan kondisi di atas berarti pelaksanaan pekerjaan (kontrak) dibuat melewati Tahun Anggaran sehingga tidak sesuai dengan UU No.17 Tahun 2003 tentang UU Keuangan Negara Pasal 4 yang menyatakan bahwa Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Hal tersebut mengakibatkan pembuatan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan tidak sesuai kondisi yang sebenarnya dalam rangka untuk mencairkan dan menghindari hangusnya anggaran.

Atas masalah tersebut Pihak Proyek sesuai keterangannya dalam BAPK No.06 /BAPK-LKBN/IV/2005 tanggal 27 April 2005 65

mengakui terdapat kelemahan dalam perencanaan penentuan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. Selain itu adanya ketentuan Menteri Keuangan Cq.Dirjen Anggaran mengenai pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) LS ke KPKN paling lambat tanggal 20 Desember, menyebabkan Pimpro membuat Berita Acara Hasil Prestasi Pekerjaan sebagai salah satu kelengkapan persyaratan pengajuan SPP tidak sesuai kenyataan untuk menghindari hangusnya anggaran.

4.4 Sebab-sebab Penyimpangan Sebab-sebab penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian bagi Keuangan Negara (berupa Bantuan Pemerintah kepada LKBN ANTARA) dapat diuraikan sebagai berikut : a. Tidak Dikenakannya Denda Keterlambatan kepada PT Elnusa Multi Industri Komputer (PT Elmik) antara lain disebabkan oleh : 1) Adanya pemberian toleransi oleh Pimpro LKBN ANTARA Tahun Anggaran 2001 atas terjadinya keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh PT Elmik; 2) Adanya berbagai pekerjaan tambahan dan penyempurnaan aplikasi yang diminta oleh Pihak Proyek dan adanya kejadian penggantian IP Adress oleh Indosatnet yang diluar kendali PT Elmik; b. Terjadinya Pemberian Aliran Dana dari PT Elmik sebesar

Rp630.000.000,00 kepada LKBN ANTARA Tidak Dilandasi Dengan Dasar Hukum Yang Memadai dan Penggunaannya Tidak Dapat Dipertanggung-jawabkan, antara lain disebabkan oleh : 1) Adanya upaya dari Pimpro dan Para Staf Pimpinan LKBN ANTARA untuk mendapatkan dana dari PT Elmik tanpa dasar hukum (memenuhi unsur objektif sahnya suatu perjanjian) ; 2) Tidak profesionalnya Direktur Keuangan dan Plt.Sekretaris Lembaga dalam pengelolaan dan penggunaan dana dari PT Elmik ;

66

3) Adanya itikad tidak baik dari Plt.Sekretaris Lembaga dalam mempertanggungjawabkan sisa penggunaan dana PT Elmik dengan memberikan cek kepada PT Elmik tanpa didukung dengan dana cukup ; 4) Lemahnya pengawasan Pemimpin Umum dalam pengelolaan dana yang berasal dari PT Elmik. c. Tidak disusunnya Kontrak sesuai dengan ketentuan dan tidak dipungutnya denda keterlambatan dalam pelaksanaan Proyek LKBN ANTARA TA 2004 antara lain disebabkan oleh : 1) Kelalaian dari Pemimpin Proyek yang tidak cermat dalam memperhitungkan jadwal penyelesaian pekerjaan dalam tahun anggaran sesuai ketentuan ; 2) Adanya pemberian toleransi dari Pimpro LKBN ANTARA Tahun Anggaran 2004 atas terjadinya keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh PT Infokom Elektrindo;

4.5 Dampak Penyimpangan Akibat tindak penyimpangan baik berupa penyalahgunaan wewenang dan perbuatan melawan hukum dalam proses pengadaan sarana dan prasarana pada Proyek LKBN ANTARA TA 2001 dan 2004 tersebut adalah terjadinya kerugian negara sebesar Rp1.120.118.000,00 dengan perhitungan sebagai berikut : a. Indikasi kerugian negara akibat tidak diterimanya hak negara atas denda keterlambatan pada PT Elmik senilai Rp415.250.000,00 ; b. Indikasi kerugian negara akibat tidak dapat dipertanggungjawabkannya aliran dana dari PT Elmik sebesar Rp630.000.000,00 ; c. Indikasi kerugian negara akibat tidak diterimanya hak negara atas denda keterlambatan pada PT Infokom Elektrindo senilai Rp74.868.000,00;

67

4.6 Unsur Kerjasama Berdasarkan kenyataan pada modus operandi, terlihat jelas bahwa penyimpangan-penyimpangan yang terjadi timbul akibat adanya unsur kerjasama antara : a) Pimpro TA 2001 dan Para Staf Pimpinan LKBN ANTARA dengan dengan PT Elmik melalui cara-cara yang tidak benar untuk keuntungan diri sendiri atau orang lain yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Indikasi kerjasama antara Pimpro TA 2001 dan Staf Pimpinan Cq.Plt Sekretaris LKBN ANTARA dengan Direktur Utama PT Elmik dalam pembuatan addendum yang tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku ; 2) Indikasi kerjasama antara Pimpro LKBN ANTARA TA 2001 dengan Direktur Utama PT Elmik untuk tidak mengenakan denda dengan memberikan toleransi atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan ; 3) Adanya indikasi kerjasama antara Pimpro LKBN ANTARA TA 2004 dengan Direktur Utama PT Infokom Elektrindo untuk tidak mengenakan denda dengan alasan sudah dijamin dengan Bank Garansi ;

4.7 Pihak-pihak Yang Diduga Terlibat Pejabat atau pun pihak-pihak yang diduga terlibat atas terjadinya kerugian negara pada LKBN ANTARA akibat adanya penyimpangan dalam proses pengadaan sarana dan prasarana serta bantuan tanah dan Gedung Wisma ANTARA adalah : a. AF selaku Pimpro LKBN ANTARA TA 2001 yang membuat addendum dan mengenakan denda kepada PT Elmik yang tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta tidak mengelola dana dari PT Elmik sesuai dengan ketentuan yang berlaku ; b. STK, selaku Plt.Sekretaris Lembaga LKBN ANTARA yang mengelola dan menyimpan dana dari PT Elmik pada rekening pribadi, 68

mengeluarkan dana PT Elmik untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak sesuai ketentuan yang menguntungkan pihak diri sendiri atau pihak lain dan beritikad tidak baik dalam mempertanggungjawabkan sisa dana PT Elmik dengan memberikan cek kosong ; c. MS, selaku Pemimpin Umum LKBN ANTARA yang memberikan

persetujuan pengeluaran dana melalui Rekening Dana Taktis Pemimpin Umum dimana sebagian besar sumbernya berasal dari Dana PT Elmik yang tidak sesuai dengan ketentuan serta lemah dalam pengawasan pengelolaan dana yang berasal dari PT Elmik ; d. DS, selaku Direktur Utama PT Elmik yang menandatangani addendum dan memberikan dana kepada pihak LKBN ANTARA yang tidak sesuai ketentuan serta tidak melakukan penuntutan atas tidak dapat

dipertanggungjawaban dana tersebut dengan alasan sebagai salah satu pelayanan kepada LKBN karena berharap adanya peluang pasar potemsial atas kelanjutan proyek LKBN ANTARA pada periode yang akan datang ; e. AY, selaku Pimpro TA 2004 yang menandatangani kontrak dengan PT Infokom Elektrindo dan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk melewati Tahun Anggaran yang mengakibatkan tidak bisa dikenakan dan atau berkurangnya denda yang harus dipungut oleh Pihak Proyek LKBN ANTARA TA 2004 atas pekerjaan yang dilaksanakan melewati batas tahun anggaran. Selain itu juga tidak mengenakan denda kepada PT Infokom Elektrindo sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku;

III. REKOMENDASI TINDAK LANJUT Berdasarkan modus operandi dari penyimpangan yang terjadi, maka masalah ini disarankan untuk ditindaklanjuti dengan langkah-langkah yuridis.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI 69

You might also like