Professional Documents
Culture Documents
DEFINISI
berkurangnya
diameter atau elastisitas uretra yang disebabkan penggantian jaringan uretra oleh jaringan ikat (fibrotik) sehingga lumen uretra menyempit Lebih sering terjadi pada pria Menyebabkan gangguan dalam berkemih Menyebabkan banyak komplikasi, termasuk gagal ginjal
Normal diameter lumen uretra pria 24 ch (7,2 mm), wanita 30 ch (9 mm) . 1 ch= 0,3 mm Uretra pria dibagi menjadi 2 bagian: anterior & posterior Uretra anterior panjang 18-25 cm (9-10 inchi) dimulai dari meatus uretra, pendulans uretra & bulbus uretra. Terletak bebas di luar tubuh. Uretra posterior panjang 3-6 cm (1-2 inchi) terdiri dari uretra pars prostatika (dikelilingi kelenjar prostat) & pars membranasea (terpendek dibanding bagian uretra lainnya, sukar untuk dilatasi, terdapat otot yg membentuk sfingter volunter, dibelakang simfisis pubis)
ETIOLOGI
Kongenital
ex: meatus stenosis Trauma straddle injury, instrumentasi Infeksi saluran kemih (ISK) Tumor post operasi
ex: operasi prostat, operasi rekontruksi kelainan kongenital
Pada
MANIFESTASI KLINIS
Pancaran
urine lemah Pancaran urine bercabang Frekwensi Urgensi Overflow inkontinensia Urine menetes Disuria Hematuria Kadang: pembengkakan penis, abses, fistel Gejala lanjut: retensi urine
KOMPLIKASI
Infeksi
saluran kemih Refluks vesiko uretra Gagal ginjal Abses, fistulasi Retensi urine
PEMERIKSAAN
Anamnesa
Ureum & creatinin untuk menilai faal ginjal kultur urine untuk mengetahui adanya infeksi
Uroflowmetri menentukan kecepatan pancaran urine. kecepatan pancaran urine= volume urine yg dikeluarkan dibagi lamanya miksi. pria: n 20 ml/dtk wanita: n 25 ml/dtk bila < normal menandakan adanya obstruksi Instrumentasi
Memasukkan folley kateter ukuran 24 ch, bila ada hambatan dicoba dg kateter ukuran > kecil sampai dapat masuk ke buli2. apabila dg kateter ukuran kecil dapat masuk maka menandakan adanya striktur Pada wanita: dengan bougie aboule, bila pada saat dilepas terdapat flik/hambatan
PENATALAKSANAAN
Konservatif:
bouginasi (logam,
PENCEGAHAN Menghindari trauma pada pelvis & uretra Berhati2 dalam melakukan tindakan trans uretra ex: pemasangan kateter Menghindari kontak langsung dengan penderita PMS Pengobatan dini striktur uretra untuk menghindari komplikasi
PROGNOSIS
Striktur
kerap kambuh Pasien harus menjalani pemeriksaan teratur Dikatakan sembuh bila setelah dilakukan operasi selama satu tahun tidak menunjukkan tanda2 kekambuhan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan
pola eliminasi urine b.d post op cystostomi Nyeri b.d post op cystostomi Resiko infeksi b.d pembedahan Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi
DX I
Pemantauan output urine dan karateristik. Mempertahankan irigasi kemih yang konstan selama 24 jam. Mempertahankan kepatenan dower kateter dengan irigasi. Mengusahakan intake cairan (2500 3000 cc). Setelah kateter diangkat, terus memantau gejala-gejala gangguan pola eliminasi urine
DX II
Pemantauan
pasien pada interval yang teratur selama 24 jam, untuk mengenal gejala dini spasmus VU Memberikan obat-obatan yang dipesankan (analgetik, antispasmodik) Jelaskan pada pasien bahwa intensitas dan frekuensi akan berkurang dalam 24 jam sampai 28 jam
DX III
Pemantauan
dan demam Pemantauan warna urine Mencegah pemakaian termometer rectal Mempertahankan teknik aseptik dari sistem drainase urine, irigasi bila perlu saja Mengusahakan intake cairan yang banyak