You are on page 1of 10

Pengertian, Azas-azas Pemungutan, Fungsi dan Tarif Pajak

Pengertian Pajak dan Pengertian Hukum Pajak Pajak pada mulanya merupakan upeti (pemberian secara cuma-cuma) namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus dilaksanakan oleh rakyat kepada seorang raja atau penguasa. Dengan demikian, pajak adalah sumbangan wajib yang harus dibayar oleh para wajib pajak kepada negara berdasarkan undang-undang tanpa ada balas jasa (kontra-prestasi) yang secara langsung diterima oleh pembayar pajak (wajib pajak). Sedangkan, Hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Jenis-jenis Pajak 1. Menurut Sifatnya Jenis-jenis pajak menurut sifatnya dapat dibagi dua yaitu pajak langsung dan pajak tak langsung. Pajak Langsung adalah pajak-pajakyang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu tertentu, misalnya Pajak Penghasilan. Pajak Tak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa tertentu saja, misalnya Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut Sasarannya Menurut sasarannya, jenis pajak dapat dibagi dua yaitu pajak subjektif dan objektif. Pajak Subjektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memperhatikan pribadi Wajib Pajak. Pajak Objektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memperhatikan objeknya baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak.

3. Menurut Lembaga Pemungutnya Menurut lembaga pemungutannya, jenis pajak dapat dibagi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak Pusat adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan cq, Direktorat Jendral Pajak. Pajak Daerah adalah jenis pajak yang dipungut pemerintah daerah yang dalam pelaksanaannya sehari-hari dilakukan oleh Dinas Penadapatan Daerah (Dipenda).

Teori Pemungutan Pajak 1. Teori Asuransi Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak diibaratkan sebagai seuatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut. 2. Teori Kepentingan Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan kepada kepentingan (Misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayarkan. 3. Teori Daya Pikul Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu: - Unsur objektif yaitu dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. - Unsur subjektif yaitu memperlihatkan besarnya kebutuhan materil harus dipenuhi. 4. Teori Bakti Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban. 5. Teori Asas Daya Beli Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dan rumah tangga mayarakat untuk rumah tanggan negara. Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

Azas-asas Pemungutan Pajak

a. Asas Tempat Tinggal Suatu negara hanya dapat memungut pajak terhadap warganya yang bertempat tinggal dinegara bersangkutan atas seluruh penghasilan yang diperoleh, tanpa memperhatikan apakah orang itu warga negaranya atau warga negara asing. b. Asas Kebangsaan Suatu negara akan memungut pajak pada setiap orang yang mempunyai kebangsaan atas negara yang bersangkutan sekalipun orang tersebut tidak bertempat tingggal dinegara yang bersangkutan. c. Asas Sumber Asas pemungutan pajak yang didasarkan pada sumber atau tempat penghasilan berada. Apabila sumber penghasilan berada disuatu negara maka negara berhak memungut pajak pada setiaporang yang memperoleh penghasilan ditempat tersebut.

Tarif dan Fungsi Pajak

1. Tarif Pajak Tarif Progresif Tarif progresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin besar bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar. - Untuk wajib pajak orang pribadi Lapisan penghasilan kena pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp 25.000.000 5 % Diatas Rp 25.000.000 sampai dengan Rp 50.000.000 10% Diatas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 15 % Diatas Rp 100.000.000 sampai dengan Rp 200.000.000 25 % Diatas Rp 200.000.000 35 % - Untuk wajib pajak badan dan bentuk usaha tetap Lapisan penghasilan kena pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000 10 % Diatas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 15 %

Diatas Rp 100.000.000 30 % Tarif Degresif (Menurun) Tarif degresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin kecil bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp 10.000.000 30 % Diatas Rp 10.000.000 sampai dengan Rp 50.000.000 25 % Diatas Rp 50.000.000 15 % Tarif Proporsional Tarif proporsional adalah tarif pajak yang menggunakan persentase tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini diterapkan dalam UU No.18 tahun 2000 (Undang-undang PPN) yang menggunakan tarif proporsional sebesar 10%. Tarif Tetap Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini diterapkan dalam Undang-undang No.13 / 1985 tentang Bea Materai. Berdasarkan PP No.7 / 1995 tarif Bea Materai dinaikkan menjadi Rp1.000 dan Rp 2.000 yang selanjutnya dengan PP No.24 / 2000 dinaikkanlagi menjadi Rp3.000 dan Rp 6.000. Tarif Advalorem Tarif advalorem adalah suatau tarif dengan persentase tertentu yang ditetapkan/ dikenakan pada harga atau nilai suatu barang. Tarif progresif Tarif Progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik. Di Indonesia, pajak progresif diterapkan pada pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi, yakni:[1]

Untuk lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai dengan Rp 50 juta, tarif pajaknya 5%

Untuk lapisan PKP di atas Rp 50 juta hingga Rp 250 juta, tarif pajaknya 15%

Untuk lapisan PKP di atas Rp 250 juta hingga Rp 500 juta, tarif pajaknya 25% Untuk lapisan PKP di atas Rp 500 juta, tarif pajaknya 30%.

2. Fungsi Pajak Dalam literature pajak sering disebutkan bahwa fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi budgeter dan regulerend. Namun dalam perkembangannya ditambah 2 fungsi lagi yaitu fungsi demokrasi dan redistribusi. Fungsi Budgeter adalah fungsiyang letaknya disektor publik yaitu untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan UU berlaku Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan
Stelsel Pajak - Stelsel nyata (riel stelses)

Pengenaan pajak yang didasari pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (seteleh penghasilan diketahui). - Stelsel anggapan (fictieve stelses)
Penenaan pajak didasari pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya, penghasilan satu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak karena pada stelsel ini penghasilan pada tahun berikut sama dengan tahun sebelumnya otomatis tidak usah nunggu sampe akhir tahun pajak berikutnya donk. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun, sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayarkan tidak berdasarkan pada keadaan sebenarnya atau sesungguhnya.

- Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada

awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan sautu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya menurut kenyataan lebih besar pada pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah. Sebaliknya jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.

Ketentuan Umum 1. Wajib pajak pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangn ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajak, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu. 2. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang kegiatan atau pekerjaannya menghasilkan, mengimpor, mengekspor barang, melakukan usaha dagang, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. 3. Pengusaha kena pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud pada point 2 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN tahun 1984 dan perubahannya, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan Kep. Mentri Keuangan. Kecuali, pengusaha kecil yang memilih dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. 4. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberkan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau Identitas Wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. 5. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sma dengan 1 bulan takwim atau jangka waktu yang ditetapkan Kep Mentri Keuangan paling lama 3 bulan takwim. 6. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat , dalam masa pajak, tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan. 7. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan atau pembayaran pajak, objek atau bukan objek pajak, atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan. 8. Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang ke kas negara melalui kantor pos atau Bank BUMN atau Bank BUMD atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Mentri Keuangan. 9. Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi: Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Keetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar,

dan Surat Ketetapan Pajak Nihil. 10. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. 11. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan laindalam rangka melaksanakan ketentuan UU Perpajakan. 12. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan Penilaian SPT dan lampirannya termasuk penilaian terhadap kebenaran penulisan dan perhitungannya. 13. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau pemotongan oleh pihak ketiga yang diajukan Wajib Pajak. 14. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak. Hak-hak Wajib Pajak 1. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus. 2. Hak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan (SPT) 3. Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian SPT 4. Hak memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak 5. Hak mengajukan keberatan 6. Hak mengajukan banding 7. Hak-hak mengadukan pejabat yang membocorkan rahasia Wajib Pajak 8. Hak mengajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak 9. Hak meminta keterangan mengenai koreksi dalam penerbitan ketetapan pajak 10. Hak memberikan alasan tambahan 11. Hak mengajukan gugatan 12. Hak untuk menunda penagihan pajak 13. Hak memperoleh imbalan bungan 14. Hak mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung 15. hak mengurangi penghasilan kena pajak dengan biaya yang telah dikeluarkan 16. Hak pengurangan berupa Pengahsilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 17. hak menggunakan norma perhitungan penghasilan neto 18. Hak memperoleh fasilitas perpajakan 19. Hak untuk melakukan perkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran. Kewajiban Wajib Pajak

1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri 2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) 3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak 4. Kewajiban membuat pemukuan dan pencatatan 5. Kewajiban mentaati pemeriksaan pajak 6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak 7. Kewajiban membuat Faktur Pajak 8. Kewajiban melunasi Bea Materai NPWP dan Surat Pemberitahuan (SPT) Nomor pokok Wajib Pajak merupakan nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau Identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan Hak dan Kewajiban perpajakannya. Berdasar pengertian diatas, NPWP berfungsi sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan : sebagai tanda pengenal diri, sebagai pemenuhan kewajiban perpajakan, menjaga ketertiban dan pengawasan administrasi perpajakan, mendapatkan pelayanan dari instansi tertentu. Tata Cara Memperoleh NPWP Semua Wajib Pajak berdasarkan sistem self assesment wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jendral Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak sekaligus mendapat NPWP. Wajib Pajak orang pribadi menjalankan usaha dan Wajib Pajak Badan, wajib mendaftarkan diri untuk memdapat NPWP paling lama 1 bulan setelah usaha dijalankan. Terhadap Wajib pajak tertentu, Direktur Jendaral Pajak dapat menenntukan kantor Direktorat Jendral Perpajakan sebagai tempat pendaftaran untuk memperoleh NPWP. Penghapusan NPWP Penghapusan NPWP dilakukan dalam hal terjadi kondisi antara lain: Wajib Pajak orang Pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan, wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi, Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, Bentuk usaha tetap yang karena suatu hal kehilangan statusnya sebagi bentuk usaha tetap. Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan

penghitungan atau pembayaran pajak, objek atau bukan objek pajak, atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan. Surat Pemberitahuan terdiri dari: SPT Masa PPh Pasal 21 dan Pasal 26, SPT Masa PPh Pasal 22, SPT Masa PPh Pasal 23 dan 26, SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2, SPT Masa PPh Pasal 15, SPT Masa PPN, SPT Masa PPn bagi Pemungut, SPT Masa PPn BM, SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan, SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dala bahasa Inggris dan mata uang Dolar AS, SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi, SPT Tahunan PPh Pasal 21. Tata Cara Penyelesaian SPT 1. Wajib Pajak harus mengambil sendiri SPT di tempat yang telah ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak. 2. Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, jelas dan lengkapsesuai petunjuk yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 3. Wajib Pajak harus menandatangani serta menyampaikannya kembali ke Kantor Direktorat Jendral Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan. 4. Melampirkan Bukti-bukti wajib dalam SPT antara lain: Keterangan atau dokumen lain yang harus dilampirkan pada SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan, Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pmbukuan, Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan Pencatatan, dan Keterangan Masa PPn dan PPn BM. 5. Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin Mentri Keuangan untuk melakukan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam Bahasa Indonesia dan mata uang selain rupiah yang diizinkan. Batas Waktu Penyampaian dan Perpanjangan Penyampaian SPT a. Untuk SPT Masa, harus disampaikan paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir. b. Untuk SPT Tahunan, disampaikan paling lambat 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan dalam jangka waktu paling lama 6 bulan. Permohonan perpanjangan SPT disampaikan secara tertulis diserai Surat Pernyataan mengenai perhitungan sementara Pajak Terutang dalam 1 Tahun Pajak dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak terutang. Apabila SPT terlambat atau tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan atau batas waktu perpanjangan SPT, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 50.000,- untuk SPT Masa dan Rp 100.000,- untuk SPT Tahunan. Wajib Pajak yang tidak menyampaiakan SPT atau menyampaikan SPT yang keterangan isinya tidak benar/ tidak

lengkap dengan sengaja sehingga dapat menimbulkan krugian pada negara, dipidana dengan pidanan penjara selama-lamanya 6 tahun dengan denda setinggi-tingginya 4 kali jumlah pajak yang terutang yang kurang atau yang tidak bayar. Tata Cara Pembayaran Pajak a. Pembayaran Masa Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk Masa Pajak adalah tidak boleh melebihi 15 hari setelah saat Masa Pajak Berakhir. b. Pembayaran Kekurangan Pajak Pembayaran kekurangan pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan (PPh Pasal 29) harus dibayar lunas selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah Tahun Pajak, atau Bagian Tahun Pajak berakhir, sebelum SPT disampaikan. c. Pembayaran karena Ketetapan Pajak Pembayaran karena Ketetapan Pajak yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan surat ketetapan.

You might also like