You are on page 1of 5

Pendinginan Global Pendinginan Global adalah menurunnya tingkat suhu udara yang sangat drastis, secara alami , suhu

bumi lebih rendah dari rata rata suhu biasanya. Global dimming, lawan dari global warming Global dimming adalah reaksi dari berkurangnya intensitas cahaya Matahari yang mencapai permukaan. Penyebab dan akibatnya Sekarang ini dipercaya bahwa penyebabnya adalah keberadaan aerosol dan partikel lainnya di atmosfir. Mungkin penyebabnya adalah reaksi antara tetes air di awan dengan partikel-partikel ini yang menyebabkan awan menjadi reflektif: memantulkan kembali cahaya Matahari ke angkasa. Awan menangkap radiasi panas dari Matahari dan dari Bumi. Pada siang hari penangkapan radiasi panas oleh awan memberikan efek dingin tetapi pada malam hari pemantulan dan absorbsi dan radiasi panas dari Bumi-lah satu-satunya yang membuat malam tetap hangat. Walaupun awan mengurangi intensitas cahaya yang mencapai permukaan Bumi, tetapi tidak terhindarkan adanya efek pemanasan dalam siklus 24 jam. Tebalnya awan dan daya pantul dari awan mengakibatkan keseimbangan antara efek pendinginan dan pemanasan. Bagaimanapun sebuah awan tidak pernah persis bentuk maupun lokasinya. Akibat Global dimming mungkin telah berakibat banyak pada pola cuaca. Model iklim secara spekulatif menyatakan hal ini kemungkinan telah menyebabkan kegagalan panen di Afrika pada tahun 1970-1980an, diakibatkan oleh polusi dari Utara yang mendinginkan Atlantik. Hal ini belum diterima secara universal dan susah untuk dibuktikan.

Abu Vulkanik Merapi Pengaruhi Pendinginan Global

Letusan Tambora 1815 menyebabkan pendinginan global yang dramatis dan tahun tanpa musim panas pada 1816. Lalu letusan Merapi apakah juga berpengaruh pada cuaca global?.

Ketinggian abu dari ledakan Merapi mencapai 55 ribu kaki, berdasarkan keterangan Volcanic Ash Centre, Australia. Hal ini sebanding dengan letusan Gunung Eyjafjallajokull, Islandia, pada April lalu. Abu ini lebih rendah dari letusan Gunung Pinatubo 1991 di Filipina yang menyebabkan abu mencapai ketinggian 78.740 kaki.

Pendinginan global dari abu vulkanik tercipta karena menghalangi radiasi matahari yang masuk ke atmosfer. Tingkat pendinginan sendiri tergantung pada jumlah abu yang tersimpan di atmosfer, ketinggian abu dan lokasi letusan.

Jumlah abu yang disimpan di atmosfer terkait letusan Gunung Merapi belum diketahui secara pasti, karena proses alam ini masih terjadi. Namun, diperkirakan tidak akan lebih besar dari ledakan Pinatubo yang mendinginkan Bumi.

Sebuah letusan yang cukup kuat dapat mendorong abu masuk ke dalam lapisan stratosfer di mana ini tempat terjadinya cuaca. Pendinginan global terjadi saat curah hujan berkurang dan abu cenderung menempel. Letusan yang mendorong abu ke stratosfer di kawasan tropis, seperti peristiwa Pinatubo lebih mungkin menciptakan pendinginan global daripada di kawasan lintang tinggi seperti Eyjafjallajokull.

Bagian bumi yang terkena gangguan pemanasan, menerima radiasi yang lebih tinggi di dekat khatulistiwa. Hal ini menyebabkan efek pendinginan lebih besar daripada sekadar gangguan pemanasan global yang menciptakan pendinginan di daerah lintang tinggi.

Aliran stratosfer di atas daerah tropis cenderung meningkat dan menyebar ke segala arah. Ini menciptakan perluasan abu dengan efek pendinginan yang lebih dramatis. Namun, proses pendinginan akibat letusan Gunung Pinatubo pada 1995 relatif singkat dibandingkan perubahan temperatur global. Hal itu juga tidak cukup untuk mematahkan kecenderungan pemanasan global, yang dimulai sebelum letusan itu dan terus berlanjut hingga kini.

Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration Oktober 2010, bumi terus mengalami suhu di atas rata-rata dibandingkan temperatur di abad ke-20. Meskipun, tidak menutup kemungkinan letusan dari gunung berapi lain bisa jauh lebih ekstrim dibandingkan dengan letusan Pinatubo 1991.

Hal ini terlihat dari letusan besar Gunung Tambora, Indonesia, pada tahun 1815. Letusan ini menyebabkan pendinginan global yang dramatis, termasuk tahun tanpa musim panas pada 1816.

Temperatur sangat dingin sempat menghantam kawasan timur Amerika Serikat, Kanada timur dan Eropa utara. Kelaparan secara luas juga menyebabkan ratusan ribu kematian.

Namun, pendinginan global dalam jangka pendek bisa terjadi akibat letusan gunung berapi besar. Letusan melepaskan karbon dioksida ke atmosfer. Padahal materi itu merupakan salah satu gas utama rumah kaca. Ilmuwan percaya pemanasan global akan terjadi setelah fenomena pendinginan akibat induksi abu berakhir.

Uap Air Hasilkan Pendinginan Global Oleh Abiyu Pradipa | 20-09-2011 | alam dan lingkungan

Uap air ternyata mampu membantu mendinginkan seluruh planet Bumi, tidak hanya kawasan tertentu saja. Tepatnya, air yang menguap dari pepohonan dan danau bisa menghasilkan efek mendinginkan seluruh bagian atmosfir. Kesimpulan ini didapat dari sebuah temuan yang dilakukan oleh Global Ecology Department, Carnegie, Stanford University.

Pada studi, peneliti menjelaskan bahwa pendinginan akibat uap air adalah proses di mana sebuah kawasan tertentu didinginkan oleh energi yang digunakan oleh proses penguapan. Sebaliknya, jika tidak ada penguapan air, energi ini justru akan memanaskan permukaan kawasan tersebut.

Seperti diketahui, sejak lama, penutupan permukaan tanah di kawasan perkotaan dan pembabatan hutan berkontribusi terhadap pemanasan suhu dan menurunnya pendinginan lokal akibat penguapan air. Namun demikian, belum pernah diketahui apakah penurunan volume penguapan air juga berkontribusi terhadap pemanasan global.

Pada laporan yang dipublikasikan di Environmental Research Letters, disebutkan bahwa penguapan air cenderung mengakibatkan terbentuknya awan di atmosfir bawah, yang kemudian memantulkan sinar panas matahari kembali ke angkasa. Inilah yang menyebabkan pengurangan panas.

Menggunakan model iklim, tim peneliti yang dipimpin oleh George Ban-Weiss, termasuk Long Cao, Julia Pongratz dan Ken Caldeira dari Carnegie, serta ovindasamy Bala dari Indian Institute of Science di Bangalore menemukan bahwa peningkatan penguapan ternyata benar-benar mampu menghasilkan efek pendinginan terhadap iklim global.

Temuan ini menunjukkan bahwa penguapan air dari pepohonan dan danau di kawasan taman perkotaan, seperti Central Park di New York, tidak hanya mampu membuat kota lebih sejuk, tetapi juga bisa membantu seluruh planet menjadi lebih dingin, kata Caldera. Penelitian kami juga menunjukkan bahwa kita perlu meningkatkan pemahaman atas bagaimana aktivitas keseharian kita bisa mendorong perubahan baik pada iklim lokal ataupun global. Uap air yang keluar dari poci teh Anda mungkin bisa membantu mendinginkan Bumi, namun efek pendinginannya dikalahkan oleh tindakan kita membakar batubara atau bahan bakar lainnya, ucap Caldera. (Sumber: Med India)

You might also like