You are on page 1of 1

Tasya Tiddy Hapsari 2009420019

Wastu Citra
Y.B Mangunwijaya memaparkan tentang hal hal yang bersifat lebih dalam di dunia arsitektur bahwasanya segala hal dapat dilihat dari segi fisik maupun segi rohani. Dalam hal membuat bangunan, bangunan adalah sesuatu yang mem-bahasa-kan diri si pembuatnya. Maka dari pada itu terdapat dua lingkungan masalah yang perlu diperhatikan yaitu lingkungan masalah citra dan lingkungan masalah guna. Yang dimaksudkan dengan lingkungan masalah guna adalah dalam penciptaan sebuah bangunan kita harus memikirkan tentang kekuatan konstruksi yang dipakai untuk menanggapi masalah lingkungan site daerah tersebut. Dengan konstruksi yang kuat, aman, kokoh dan sesuai dengan situasi lingkungan tersebut akan memberikan kenyamanan bagi pemiliknya. Kenyamanan akan memberikan nilai kegunaan yang tinggi pada bangunan tersebut.Sedangkan yang dimaksudkan dalam lingkungan masalah citra adalah menjelaskan keindahan,kewajaran,keluwesan,kejujuran dan budi bahasa tinggi yang mencerminkan budaya di lingkungan tersebut. Citra bertugas melambangkan dan membahasakan ciri kemanusiaan itu sendiri yakni dari segi kebudayaan dan segi spiritualnya. Citra menunjuk pada tingkat kebudayaan sedangkan guna lebih menuding pada segi keterampilan atau kemampuannya. Dari segi arsitekturalnya kita dapat mengetahui filosofis dan kehidupan bangsa di jaman tersebut. Di setiap kebudayaan bangsa mereka memiliki penghayatan gatra dan ruang yang berbeda. Seperti pada arsitektur yunani yang lebih menyukai penghayatan gatra dengan olahan gatra yang berat di tiap bangunannya tetapi minim penghayatan ruang. Sedangkan pada arsitektur romawi mereka masih mempertahankan penghayatan gatra tetapi juga sudah mulai memiliki penghayatan ruang. Dijelaskan bahwa bangsa Aztec-Maya merupakan bangsa yang paling tinggi penghayatan gatra dan ruangannya karena mereka sungguh-sungguh mencipta tata kota,tata rumah, tata lingkungan dan sebagainya dengan ambisi dan pencapaian ordo yang hebat. Wastu dalam arti utuh adalah mempelajari seni gatra dan ruang karena ruangan barulah ruangan bila memperoleh batas batasnya.Seperti halnya sebuah gedung, selain berfungsi intern sebagai bangunan itu sendiri ia juga berfungsi ekstern sebagai penyumbang bidang pembatas ruang diluarnya. Pengertian arsitektur sendiri tidak hanya berujung pada penghayatan estetik saja atau hanya terhadap teknis yang murni tetapi lebih menyeluruh, lebih lengkap dan utuh. Masalah arsitektur bukan hanya soal kekuatan bangunan, bukan cuma harus nikmat dan elok, tetapi harus menyentuh dimensi penghayatan dan memberikan suatau kosmos yang teratur dan harmonis. Mengolah arsitektur yang lengkap dalam arti wastu merupakan suatu arsitektur total yang lebih layak dan manusiawi. Jadi makna estetis karya arsitektur harus kita ambil dari pemahaman tentang realita sebenarnya karena keindahan adalah kecerlangan kebenaran, benar untuk saatnya dan tepat pada tempatnya.

You might also like