You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal (R. Miftah Suryadipraja). CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub jantung,

kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark. CHF merupakan penyebab tersering lansia dirawat di rumah sakit (Miller,1997). Sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia 50 tahun, Insiden ini akan terus bertambah setiap tahun pada lansia berusia di atas 50 tahun (Aronow et al,1998). Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang dididiagnosis CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun (Ebbersole, Hess,1998). Dalam makalah ini membahas CHF pada lansia disertai penanganan dan asuhan Keperawatan pada pasien lanjut usia dengan CHF. B. Tujuan 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyakit CHF

2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian CHF b. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab CHF c. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala CHF d. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi CHF e. Mahasiswa mampu menjelaskan masifestasi klinis CHF f. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada CHF g. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pasien dengan CHF h. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan CHF BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat ke seluruh tubuh (Ebbersole, Hess,1998). Klasifikasi 1. Gagal jantung akut -kronik a. Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh darah.

b. Gagal jantung kronik terjadinya secar perkahan ditandai dengan penyakit jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan

hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan hipertrofi. 2. Gagal Jantung Kanan- Kiri a. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan pada katub aorta/mitral b. Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung akan berakumulasi secara sistemik di kaki, asites,

hepatomegali, efusi pleura, dll. 3. Gagal Jantung Sistolik-Diastolik a. Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya kardiak output menurun dan ventrikel hipertrofi b. Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah akibatnya stroke volume cardiac output turun. B. Etiologi Penyebab gagal jantung kongestif yaitu: 1. Kelainan otot jantung 2. Aterosklerosis koroner 3. Hipertensi sistemik atau pulmonal 4. Peradangan dan penyakit miokardium

5. Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, tamponade perikardium, perikarditis konstruktif, stenosis katup AV 6. Faktor sistemik seperti demam, tirotoksikosis, hipoksia, anemia.

C. Patofisiologi Kelainan fungi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventriel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Gagal jantung kiri Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Dispnu dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas.

Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk. Gagal jantung kanan Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti viscera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat

mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan nokturia. D. Tanda dan Gejala 1. CHF Kronik Meliputi: anoreksia, nokturia, edema perifer, hiperpigmentasi ekstremitas bawah, kelemahan, heaptomegali,ascites, dyspnea, intoleransi aktivitas barat, kulit kehitaman. 2. CHF Akut Meliputi: ansietas, peningkatan berat badan, restletness, nafas pendek, bunyi krekels, fatigue, takikardi, penurunan resistensi vaskuler, distensi vena jugularis, dyspnea, orthopnea, batuk, batuk darah, wheezing bronchial, sianosis, denyut nadi lemah dan tidak teraba, penurunan urin noutput, delirium, sakit kepala. E. Komplikasi 1. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah. 2. Syok Kardiogenik, akibat disfungsi nyata

3. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis. F. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan kerusakan pola. 2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung. 3. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulnonal. 4. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung. 5. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner. 6. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic. 7. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM. 8. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida. 9. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan

jantung,missal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH). G. Penatalaksanaan 1. Non Farmakologis

a. CHF Kronik Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas. Diet pembatasan natrium (<> Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari) Olah raga secara teratur b. CHF Akut Oksigenasi (ventilasi mekanik) Pembatasan cairan (<> 2. Farmakologis Tujuan: untuk mengurangi afterload dan preload a. First line drugs; diuretic Tujuan: mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi diastolic. Obatnya adalah: thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic, metolazon (kombinasi dari loop diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic b. Second Line drugs; ACE inhibitor Tujuan; membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja

jantung.Obatnya adalah:

Digoxin; meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan untuk kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk relaksasi Hidralazin; menurunkan afterload pada disfungsi sistolik. Isobarbide dinitrat; mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik. Calsium Channel Blocker; untuk kegagalan diastolic, meningkatkan relaksasi dan pengisian dan pengisian ventrikel (jangan dipakai pada CHF kronik). Beta Blocker; sering dikontraindikasikan karena menekan respon miokard. Digunakan pada disfungsi diastolic untuk mengurangi HR, mencegah iskemi miocard, menurunkan TD, hipertrofi ventrikel kiri. 3. Pendidikan Kesehatan a. Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang penyakit dan penanganannya. b. Informasi difokuskan pada: monitoring BB setiap hari dan intake natrium. c. Diet yang sesuai untuk lansia CHF: pemberian makanan tambahan yang banyak mengandung kalium seperti; pisang, jeruk, dll. d. Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi dengan bantuan terapis. H. Pengkajian primer 1. Airway: penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring.

2. Breathing: frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada. 3. Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi. 4. Disability: nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. I. Pengkajian sekunder Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto thoraks, dll.

J. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 1. Inefektif bersihan jalan napas b.d penurunan reflek batuk 2. Kerusakan pertukaran gas b.d. perubahan membran kapiler-alveolar 3. Penurunan curah jantung b.d. perubahan kontraktilitas miokardial/ perubahan inotropik. 4. Kelebihan volume cairan b.d. meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. K. Intervensi keperawatan 1. Diagnosa: Inefektif bersihan jalan napas b.d penurunan reflek batuk Tujuan: setelah dilakuakn tindakan keprawatan, pasien menunjukkan jalan napas paten

Kriteria hasil: - tidak ada suara snoring - tidak terjadi aspirasi - tidak sesak napas Intervensi: - kaji kepatenan jalan napas - evaluasi gerakan dada - auskultasi bunyi napas bilateral, catat adanya ronki - catat adanya dispnu, - lakukan pengisapan lendir secara berkala - berikan fisioterapi dada - berikan obat bronkodilator dengan aerosol. 2. Diagnosa: Kerusakan pertukaran gas b.d. perubahan membran kapiler-alveolar Tujuan: setelah dilakukan tindakan kerpawatan, pasien dapat menunjukkan oksigenasi dan ventilasi adekuat Kriteria hasil: - GDA dalan rentang normal - Tidak ada sesak napas - Tidak ada tanda sianosis atau pucat Intervensi: - auskultasi bunyi napas, catat adanya krekels, mengi

- berikan perubahan posisi sesering mungkin - pertahankan posisi duduk semifowler 3. Diagnosa: Penurunan curah jantung b.d. perubahan kontraktilitas miokardial/ perubahan inotropik. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukkan tanda peningkatan curah jantung adekuat. Kriteria hasil: - frekuensi jantung meningkat - status hemodinamik stabil - haluaran urin adekuat - tidak terjadi dispnu - tingkat kesadaran meningkat - akral hangat Intervensi: - auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi, irama jantung - catat bunyi jantung - palpasi nadi perifer - pantau status hemodinamik - kaji adanya pucat dan sianosis - pantau intake dan output cairan - pantau tingkat kesadaran

- berikan oksigen tambahan - berikan obat diuretik, vasodilator. - Pantau pemeriksaan laboratorium. 4. Diagnosa: Kelebihan volume cairan b.d. meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mendemonstrasikan volume cairan seimbang Kriteria hasil: - masukan dan haluaran cairan dalam batas seimbang - bunyi napas bersih - status hemodinamik dalam batas normal - berat badan stabil - tidak ada edema Intervensi: - pantau / hitung haluaran dan masukan cairan setiap hari - kaji adanya distensi vena jugularis - ubah posisi - auskultasi bunyi napas, cata adanya krekels, mengi - pantau status hemodinamik - berikan obat diuretik sesuai indikasi BAB IV

PENUTUP Chronik Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh jaringan. Penyebab CHF pada lansia adalah peningkatan kolagen miokard akibat proses penuaan. Gagal jantung diklasifikasikan menjadi gagal jantung kronik dan akut, gagal jantung kiri dan kanan, gagal jantung sistolik-diastolik. Manifestasi klinis dari gagal jantung dikelompokkan menjadi gagal jantung akut dan kronik yang meliputi:anoreksia, asites. Nokturia, intoleransi aktivitas peningkatan BB, fatigue, takikardi, penurunan urin output, dan lainlain. Komplikasi yang disebabkan oleh CHF diantaranya adalah trombosis vena dalam, toksisitas digitalis dan syok kardiogenik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien CHF adalah Rontgen dada, ECG, EKG, dan lain-lain. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat dan dokter meliputi: manajemen farmakologis, non farmakologis dan pendidikan kesehatan. Masalah-masalah Keperawatan yang biasanya muncul pada pasien CHF meliputi: penurunan curah jantung, kelebihan volume cairan, intoleransi aktivitas, cemas, risiko kerusakan pertukaran gas, dan lain-lain. Sebagai perawat professional hendaknya mampu melakukan asuhan Keperawatan baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan petugas kesehatan lain. http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/chf.html K onsep Dasar Medik 1. PengertianCronik Heart Failure (CHF) adalah Keadaan abnormal dimana terdapatgangguan fungsi jantung yang mengakibatkan ketidakmampuan jantung dalammemompa darah keluar untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh waktu,i s t i r a h a t m a u p u n a k t i v i t a s n o r m a l ( A r i t a M u r w a n i , 2 0 0 8 ) . Cronik Heart Failure (CHF) adalah sindrom klinis (sekumpulan tandadan gejala) ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau aktivitas)yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung (W. Aru Sudoyo.2006).Cronik Heart Failure (CHF) /Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak m a m p u m e m o m p a d a r a h u n t u k m e m e n u h i kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada k a l a u d i s e r t a i p e n i n g g i a n volume diastolik secara abnormal (Arif Mansjoer, 2000).Cronik Heart Failure yaitu keadaan ketika jantung tidak

mampum e m p e r t a h a n k a n s i r k u l a s i ya n g c u k u p b a g i k e b u t u h a n t u b u h m e s k i p u n tekanan pengisian vena dalam keadaan normal namun beberapa definisi lainmenyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang terbatas padasatu sistem organ melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung(Arif Muttaqin, 2009)Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwaCronik Heart Failure adalah merupakan kegagalan jantung untuk memompadarah ke seluruh tubuh dalam pemenuhan kebutuhan metabolisme jaringan. 14 diperlukan untuk membuka katup semilunaris aorta danmendorong darah selama berkontraksi. Peningkatan kerja jugameningkatkan k e b u t u h a n o k s i g e n . Curah jantung bergantung pada:Frekuensi denyut jantung: saat istirahat biasanya sekitar 70 kali per menit,isisekuncup:jumlahdarahyangkeluardanventrikelpadasetiapdenyut. Saat istirahat biasanya sekitar 70 ml. Pada latihan ringanmeningkat sampai 125 ml.Pada awal kontraksi ventrikel, dengan tubuh dalam keadaan istirahat,mengandung sekitar 120 ml. Sekitar 50 ml berasal dari ventrikel kiri pada setiap denyutnya. Jumlah darah yang keluar per menit adalah sekitar 5 liter.B u n y i j a n t u n g Jantung menghasilkan bunyi selama denyutnya, suara dapat terdengar bila telinga diletakkan pada dinding dada atau dengan bantuanstetoskop.a) Bunyi jantung ISuara lembut seperti "lub". Bunyi ini dihasilkan oleh teganganmendadak katup mitralis dan trikuspidalis pada permulaan sistoleventrikel. Lamanya 0,15 detik dan frekuensinya 25-45 Hz. b) Bunyi jantung IISuara seperti "dup". Bunyi ini dihasilkan oleh getaran yang dise- babkan oleh penutupan katup aorta dan pulmonalis. Frekuensinya50 Hz dan berakhir 0,15 detik.c) Bunyi jantung IIIBunyi ini lemah dan rendah disebabkan oleh getaran karenadasakan darah yang lamanya 0,1 detik.

fajar andi setyawan


i'm not perfect...but here's i'm is the existence....!!!!!

Sabtu, Juli 03, 2010


Proses Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dnegan gangguan system cardiovaskuler : Congestif Heart Failure (CHF) dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan. Teori dan konsepkonsep keperawatan diimplementasikan secara terpadu dalam tahap yang terorganisir yang meliputi empat tahap yaitu : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Proses keperawatan adalah metode pemberian Asuhan Keperawatan yang bersifat ilmiah, sistematis, dinamis danterus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien / klien yang dimuali dari pengkajian (pengumpulan data, analisa, penentu

masalah). Diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan dan penilaian keperawatan (Zaidin Ali, 2002). Pada klien dengan CHF dari data subjektif akan ditemukan : kelelahan, anoreksia, nausea / vemitus, ansietas dan nokturia. Sedangkan data objektifnya yaitu : takhipneu, nokturia, takhikardia, gallops (S3 dan S4), cyanosis perifer, rales, bunyi ronkhi, aritmia, intoleransi aktivitas, dyspneu. 1. Pengkajian Pengkajian menurut Nursalam (2000, 17) sebagaimana dikutip dari Iyer et al adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Data merupakan informasi yang telah diolah. Data dapat diperoleh secara primer, sekunder atau tertier. Sedangkan metode yang digunakan dalam pengumpulan data observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. a. Pengumpulan Data Menurut Arif Mutaqqin (2009, 58) yang dikutip dari Nursalam (2001) yaitu pengumpulan data secara umum merupakan hal yang mutlak dilakukan perawat dalam melakukan pengkajian keperawata. Pengumpulan data dapat dilihat dari tipe dan kataristik data. Ada dua tipe datapada pengkajian, yaitu : data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur (Arif Mutaqqin, 2009 : 58). Pada saat pengkajian diperoleh data-data sebagai berikut : 1) Identitas Identitas terdiri dari identitas klien dan identitas penanggungjawab. Identitas klien meliputi : nama, usia, jenis kelamin, status matrial, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nomor medical record, diagnose medis, alamat, dan Dokter penanggungjawab. Sedangkan identitas penanggungjawab meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat jelas. 2) Riwayat Kesehatan Klien a) Keluhan utama Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan klien pada saat pengkajian. Pada klien dengan CHF keluhan yang lazim dikeluhkan adalah sesak nafas, batuk, nyeri dada, pingsan, berdebardebar, cepat lelah, edema ekstremitas. b) Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat kesehatan sekarang, merupakan pengembangan dari keluhan utama yang dijabarkan dalam narasi PQRST. P : Paliatif / provokatif Keluhan yang dirasakan dapat memperingan dan memperberat keadaan disertai dengan keluhan lainnya Q : Qualitas / Quantitas Seberapa kuat intensitasnya dan seberapa sering keluhan utama tersebut dirasakan. R : Regio / Radiasi Daerah atau letak kjeluhan utama dirasakan dan penyebarannya. S : Skala / Severety Ukuran atau skala keluhan utama dan dampak / keparahan pada aktivitas apakah mengganggu atau tidak. T : Timing

Waktu terjadi keluhan utama apakah mendadak atau secara bertahap. c) Riwayat Kesehatan dahulu Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sebelumnya dan kapan terjadi. Apakah klien pernah dirawat dirumah sakit dengan kasus serupa dengan keadaan sekarang. d) Riwayat Kesehatan Keluarga Dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah atau sedang menderita penyakit yang sama dialami oleh klien. e) Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Lemah, gelisah 2. Tanda-tanda vital Peningkatan tekanan darah, nadi cepat / melemah, respirasi meningkat. 3. Sistem pernafasan Sesak nafas, peningkatan respirasi, suara tambahan, irama pernafasan, penggunaan bantuan pernafasan, pergerakan dada, bentuk dada, suara nafas. 4. Sistem Cardiovaskuler Kaji adanya tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, terdapat distensi vena jugularis, terdapat pembesaran jantung, suara tambahan : gallop (S3 dan S4), frekuensi jantung : takhikardia, CRT, irama jantung : disritmia, kardiomegali, peningkatan JVP. 5. Sistem Pencernaan Pada klien CHF dijumpai adanya : Spetomegali dan Hepatomegali, terdapat distensi abdomen, dan peningkatan berat badan, maul, muntah, bising usus, warna bibir, nyeri tekan pada abdomen. 6. Sistem Persyarafan Dikaji dengan fungsi cerebral dengan GCS, fungsi 12 pasang syaraf cranial, penurunan kesadaran. 7. Sistem Muskulokeletal Kaji tonus otot, gerak klien adalah atropi pada otot-otot pergerakan dan kesemetrisan pada semua ekstrimitas. 8. Sistem Intregumen Kaji keadaan kulit : lembab, pucat, kaji adanya kemerahan pada kulit akibat tirah baring lama. Kebersihan kulit, massa, lecet, adakah edema di ekstremitas bawah, acites, bising usus. 9. Sistem Endokrin Tidak terjadi kelainan pada sitem endokrin 10. Sistem reproduksi Kaji adanya peradangan dan warna. 11. Sistem Eliminasi Jumlah, penurunan berkemih, warna urine : gelap, nokturia, diare / kontipasi, retensi urin. f) Data Psikologis Data mengenai persepsi klien terhadap penyakitnya dan dampak hospitalisasi. g) Data Spiritual Data mengenai kepercayaan klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan bagaimana persepsi klien terhadap Dokter, Perawat yang merawatnya. h) Data Sosial Data mengenai hubungan dengan orang lain termasuk Dokter dan Perawat yang merawatnya (Heni Rokhaeni, 2001 : 122). b. Analisa data

Analisa data keperawatan adalah kemampuan pengembangan daya piker dan penalaran data keperawatan sesuai dengan kaidah-kaidah dalam ilmu keperawatan untuk mendapatkan kesimpulan permasalahan keperawatan atau diagnosa keperawatan (Zaidin Ali, 2002 : 68). 2. Diagnosa Keperawatan Menurut Zaidin Ali (2002 : 71) yang dikutip dari ANA (American Nursing Association) : Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan yang actual dan potensial. Masalah actual adalah masalah yang ditemui waktu pengkajian. Masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Menurut J. Wilkson (2008 : 34 - 43) Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan Congestive Heart Failure antara lain sebagai berikut : a. Resiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan : 1) Penurunan kontraktilitas ventrikel kiri 2) peningkatan isi kuncup b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : 1) kongesti paru hipertensi pulmonal 2) penurunan curah jantung. c. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan : 1) berkurangnya curah jantung 2) retensi cairan dan natrium oleh ginjal 3) hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal. d. Cemas berhubungan dengan : 1) penyakit kritis 2) takut akan kematian atau kecatatan 3) perubahan peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanent. e. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan : 1) keterbatasan pengetahuan penyakitnya 2) komplikasi yang mungkin muncul 3) perubahan gaya hidup. Sedangkan menurut Arif Mutaqqin (2009 : 228 - 230) diagnosa yang muncul pada Congestif Heart Failure adalah sebagai berikut : f. Resiko tinggi penurunan tingkat kesadaran yang berhubungan dengan : Penurunan aliran darah ke otak. g. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan : 1) Penurunan intake 2) Anoreksia dan mual h. Resiko tinggi kekambuhan yang berhubungan dengan : 1) Ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik 2) Tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai 3. Perencanaan Perencanaan keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian Asuhan Keperawatan pada pasien atu klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan perawatan pasien dapat diatasi (Zaidin Ali, 2000 : 82). Perencanaan tindakan keperawatan yang muncul pada klien dengan Congestive Heart Failure adalah sebagai berikut : a. DK I

1) Kriteria Hasil : Dalam waktu 3 x 24 jam penurunan jantung dapat teratasi dan menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diteerima (disritmia terkontrol atau hilang dan bebas gejala gagal jantung (seperti parameter hemodinamika dalam keadaan batas normal, keluaran urine adekuat). 2) Rencana Keperawatan : a) Kaji dan laporkan tanda penurunan curah jantung. Untuk mengetahui kejadian mortalitas dan morboditas sehubungan dengan MI yang lebih dari 24 jam. b) Kaji TTV. Untuk mengetahui tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, sirkulasi). c) Catat bunyi jantung. Untuk mengetahui perkembangan bunyi jantung (gallop atau mur-mur). d) Palpasi nadi perifer Untuk mengetahui penurunan curah jantung ditandai dengan menurunnya nadi, radial, popliteal, dorsilis pedis dan postibial. e) Catat keluaran dan kepekatan / konsentrasi urine Untuk mengetahui perkembangan sirkulasi cairan pada malam hari. f) Istirahatkan klien dengan tirah baring optimal atur posisi tirah baring yang ideal dengan semi flower (200 - 300) Pada posisi ini aliran balik vena ke jantung dan paru berkurang. g) Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan yang tenang Untuk mengurangi stress emosi sehingga beban kerja jantung berkurang. h) Berikan oksigen tambahan dengan nasal/masker sesuai dengan indikasi Untuk meningkatkan persediaan oksigen sehingga meningkatkan kebutuhan miokardium guna melawan efek hipoksia atau iskemia. i) Kolaborasi dengan Dokter tentang pemberian diueretik, vasodilator, digoxin. Untuk meningkatkan volume sukuncup dan memperbaiki kontraktilitas. b. DK II 1) Kriteria Hasil : a) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat. b) Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan. c) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah tidak ada pursed lips). d) Tanda-tanda dalam rentang normal 2) Rencana Keperawatan : a) Monitor respirasi dan status O2 Untuk mengetahui perkembangan status kesehatan dan keluhan keluhan sesak nafas klien. b) Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan Untuk mengetahui perkembangan keluhan sesak nafas pasien. c) Berikan tambahan O2 sesuai dengan indikasi dan kebutuhan Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas. d) Cegah atelektasis dengan melatih batuk efektif dan nafas dalam. Untuk mengetahui status kongesti berat yang memperburuk proses pertukaran gas. e) Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya. Untuk mengetahui perkembangan adanya bunyi nafas tambahan.

c. DK III 1) Kriteria Hasil : a) Klien terbebas dari edema, efusi. b) Bunyi nafas klien bersih atau tidak ada sesak dyspneu / ortopneu c) Klien terbebasnya dari distensi vena jugularis d) Klien terbebas dari kelelahan atau kebingungan e) Hb dan hematrokit klien menurun 2) Rencana Keperawatan : a) Pasang kateter jika diperlukan Untuk mengetahui keseimbangan cairan (balance) di dalam tubuh. b) Monitor TTV Sebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan jumlah cairan yang dpat diketahui dengan meningkatkan beban kerja jantung. c) Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan Untuk mengetahui tingkat cairan didalam tubuh / menjelaskan indicator kelebihan cairan. d) Berikan posisi yang membantu drainase ektremitas, lakukan dengan latihan gerakan pasif. Untuk meningkatkan venous return dan mendorong berkurangnya edema perifer. e) catat intake dan output yang akurat Dengan mencatat intake dan output diharapkan diketahui keseimbangan cairan didalam tubuh f) monitor tanda dan gejala edema untuk menjelaskan indicator dari CHF. g) kolaborasi dengan dokter tentang pemberian diuretic Obat diuretic bertujuan untuk menurunkan retensi dan meningkatkan volume plasma. h) monitor adanya distensi leher Untuk mengetahui peningkatan cairan yang dapat membebani fungsi ventrikel kanan yang dapat dipantau dengan cara pemeriksaan tekanan vena jugularis. d. DK IV 1) Kriteria Hasil : a) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkap gejala cemas b) Mengidentifikasi, mengungkap, dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas c) Vital sign batas normal d) Postur, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan 2) Rencana Tindakan keperawatan : a) Gunakan pendekataan yang menenangkan Untuk menghindarkan Cemas berkelanjutan dapat memberikan dampak serangan jantung selanjutnya. b) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur Untuk mengurangi kecemasan yang meningkatkan beban kerja jantung. c) Temani pasien untuk memberikan rasa aman dan mengurangi ketakutan Untuk mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu. d) Identifikasi tingkat kecemasan Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien e) Bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan kecemasan Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan. f) Instrusikan pasien untuk menggunakan tekhnik nafas dalam

Untuk mengurangi perasaan cemas pasien. e. DK V 1) Kriteria Hasil a) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, prognosis dan program pengobatan. b) Pasien dan keluarga mampu pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan oleh perawat / tim kesehatan lainnya. 2) Rencana tindakan keperawatan a) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses yang spesifik. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya dengan cara yang benar. b) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang benar. Memberikan gambaran atau informasi tentang tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakitnya. c) Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat. Untuk memberikan informasi kepada pasien tentang proses penyakitnya secara benar. d) Hindarkan harapan yang kosong Untuk menghindarkan kesalahpahaman tentang penyakit yang di derita oleh pasien. e) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang. Untuk memberikan informasi dan membiasakan pasien untuk mematuhi program pengobatan. f) Instrusikan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberian perawatan kesehatan dengan cara yang tepat. Untuk mengetahui tingkat pemahaman pasien tentang penyakitnya setelah diberikan informasi atau pendidikan kesehatan tentang tanda dan gejala penyakit pasien. f. DK VI 1) Kriteria Hasil : Dalam perawatan 2 x 24 jam tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran dan dapat mempertahankan cardiac output secara ada kuat guna meningkatkan perfusi jaringan otak yang ditandai dengan : a) Klien tidak mengeluh pusing b) TTV dalam batas normal c) Tidak Sesak nafas d) GCS kembali normal 2) Rencana tindakan Keperawatan : a) Kaji status mental klien Untuk mengetahui derajat hipoksia b) Observasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran klien Untuk mengetahui terhadap penurunan darah ke jaringan serebral. c) Kurangi aktivitas yang merangsang Untuk mengurangi respons valsava yang akan meningkatkan beban jantung. d) Catat adanya keluhan pusing Keluhan pusing merupakan manfestasi penurunan suplai darah ke jaringan otak yang parah. e) Pantau frekuensi jantung dan irama Untuk mengetahui frekuensi dan irama jantung yang menunjukkan disritmia. f) Jangan memberikan digitalis bila didapatkan perubahan denyut jantung, bunyi jantung, atau perkembangan toksisitas digitalis.

Efek dari toksisitas digitalis dengan peningkatan denyut jantung akan merangsang terjadinya disritmia. g. DK VII 1) Kriteria Hasil Dalam waktu 3 x 24 jam terdapat peningkatan dalam pemenuhan nutrisi yang ditandai dengan : a) Klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai dengan anjuran b) Asupan meningkat pada porsi makan yang disediakan 2) Rencana tindakan keperawatan a) Jelaskan tentang manfaat makan bial dikaitkan dengan kondisi klien saat ini. Dengan pemahaman klien akan lebih kooperatif mengikuti aturan. b) Anjurkan agar klien memakan-makanan yang disediakan oleh rumah sakit. Untuk menghindari makanan yang justru dapat mengganggu proses penyembuhan klien. c) Beri makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diet tinggi kalori tinggi protein rendah garam (TKTPRG). Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual serta mengurangi beban kerja jantung. d) Libatkan keluarga pasien dalam pemenuhan nutrisi tambahan yang tidak bertentangan dengan penyakitnya. Dengan bantuan keluarga dalam pemenuhan nutrisi dengan tidak bertentangan dengan pola diet akan meningkatkan pemenuhan nutrisi. e) Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan sesudah intervensi / pemeriksaan per oral. Oral hygiene yang baik akan meningkatkan nafsu makan. h. DK VIII 1) Criteria Hasil Dalam waktu 1 x 24 jam klien mengenal factor-faktor yang menyebabkan peningkatan resiko kekambuhan yang ditandai dengan : a) Klien secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk melakukan aturan terapeutik jangka panjang b) Mau menerima perubahan pola hidup yang efektif 2) Rencana Tindakan Keperawatan a) Identifikasi factor yang mendukung pelaksanaan terapeutik Untuk mengidentifikasi keluarga terdekat agar menjadi pengawas klien dalam menjalankan pola hidup yang efektif. b) Berikan penjelasan penatalaksanaan terapeutik lanjutan. Untuk memberikan informasi secara benar tentang penatalaksanaan terapeutik lanjutan. c) Menyarankan kepada keluarga agar memanfaatkan sarana kesehatan di masyarakat. Untuk memudahkan klien dalam memantau status kesehatannya. d) Mengikuti latihan fisik rutin Untuk memberikan adaptasi pada ventrikel kiri dalam melakukan kompensasi kebutuhan suplai darah otot rangka. e) Berikan pendidikan kesehatan diet. Untuk memberikan informasi tentang makanan yang perlu atau tidak perlu dikonsumsi oleh klien. f) Beri dukungan secara psikologis Untuk dapat membantu meningkatkan motivasi klien dalam mematuhi apa yang telah diberikan penjelasan.

You might also like