You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Sekitar 60 juta jiwa penduduk Indonesia adalah remaja. Permasalahan remaja yang ada saat ini sangat kompleks dan mengkhawatirkan. Berbagai data menunjukkan bahwa penerapan pemenuhan reproduksi bagi remaja belum sepenuhnya mereka dapatkan antara lain dalam hal pemberian informasi. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi . Masalah kesehatan

reproduksi menjadi perhatian bersama karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Masa remaja merupakan perkembangan penting yaitu masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa yang ditandai dengan perubahan yang terus menerus dan berlanjut menuju kondisi seksual serta perkembangan psikologis yang lebih matang. Perubahan tersebut tampak cepat setelah memasuki usia menarche (menstruasi pertama) pada remaja putri. Perubahan pada masa remaja adalah hormon reproduksi yang belum stabil, sehingga menyebabkan remaja putri rentan mengalami keputihan. Keputihan adalah keluarnya cairan dari vagina yang bukan berupa darah. Keputihan ada dua macam yaitu keputihan normal dan keputihan abnormal. Keputihan normal terlihat bening, tidak berbau dan biasanya muncul beberapa saat sebelum atau sesudah menstruasi. Juga saat kondisi terangsang, kondisi kelelahan atau stress. Keputihan yang tidak normal berupa keluarnya cairan berlebihan dari yang ringan sampai yang berat, misalnya cairan kental berbau busuk yang tidak biasanya dan berwarna kuning sampai kehijauan. Masalah keputihan merupakan masalah yang sejak lama menjadi persoalan dan belum banyak diketahui kaum wanita. Mereka terkadang menganggap ringan persoalan tersebut, padahal jika keputihan tidak tertangani akan menyebabkan

kemandulan, hamil diluar kandungan dan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan. Perilaku Vulva Hygiene merupakan tindakan yang dilakukan untuk memelihara organ genetalia bagian luar pada wanita. Masalah kesehatan reproduksi remaja termasuk masalah yang membutuhkan penanganan serius. Masalah kesehatan reproduksi yang dialami remaja putri di negara berkembang seperti Indonesia adlah kurang tersedianya akses untuk mencari informasi kesehatan reproduksi yang benar. 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mengatahui hubungan prilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri.

1.2.2 Tujuan Khusus - Mengidentifikasi teknik vulva hygiene pada remaja putri.
- Mengidentifikasi kejadian keputihan pada remaja putri.

1.3 Manfaat Penulisan - Menambah wawasan tentang pengaruh teknik vulva hygiene dengan kejadian keputihan serta agar dapat mengaplikasikan dalam praktik sehari-hari. - Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan remaja putri tentang faktor-faktor yang menyebabkan keputihan. - Membantu institusi dalam pembuatan sistem KIE yang lebih diterima oleh remaja putri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Vulva Hygiene Vulva Hygiene yaitu membersihkan alat kelamin wanita bagian luar dan sekitarnya. Dengan kebersihan vulva dan sekitarnya membantu dalam penyembuhan luka dan menghindari infeksi. Jadi teknik vulva hygiene adalah tindakan seseorang untuk melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yaitu cara membersihkan alat kelamin wanita bagian luar dan sekitarnya (Laurike, 2007).

2.2 Frekuensi Perawatan Vulva Vulva Hygiene Bisa dilakukan minimal 2 kali sehari dan waktu yang lebih baik adalah pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kecil atau buang air besar.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Teknik Vulva Hygiene Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik vulva hygiene yaitu : - Pengetahuan dan sikap - Kebiasaan - Lingkungan (keluarga, televisi, radio, majalah dan lain-lain) - Sarana (air bersih, sabun dan lain-lain) - Tingkat ekonomi

2.4 Bahan dan Teknik/ Cara Perawatan Vagina 2.4.1 Bahan untuk perawatan vagina Bahan yang dipakai untuk membersihkan vagina yaitu disiram dengan air pada daerah sekitar kemaluan dan perineum atau disemprot air biasa.

2.4.2 Teknik atau cara perawatan vagina 1. Mandi setiap hari dengan sabun atau air hangat, jangan pakai sabun yang mengandung zat-zat kimia tertentu. Pada waktu mencuci regangkan bibir vagina dan bersihkan baik-baik, jangan lupa membersihkan daerah klitoris. 2. Sesudah buang air besar, bersihkan daerah dubur dari depan ke belakang. Pembersihan yang kurang baik bisa memindahkan bakteri dari dubur dan kotoran ke dalam vagina atau saluran kencing sehingga mengakibatkan infeksi saluran kencing. 3. Di kamar mandi umum sebaiknya pakai penutup tempat duduk toilet yang dapat langsung dibuang sesudah dipakai sendiri, jangan lupa cuci tangan sesudahnya. 4. Vulva harus cukup mendapatkan udara dan harus selalu kering, lebih baik pakai celana dalam terbuat dari katun karena nilon tidak menghisap air dan tidak tembus udara sehingga memudahkan berkembang biaknya organisme. 5. Selama haid gantilah pembalut sesering mungkin, minimum dua kali sehari meskipun jumlah darah sedikit, bila terlalu lama bisa tumbuh bakteri yang akhirnya mengakibatkan infeksi. Sebaiknya sering mandi untuk menghilangkan bau karena produksi keringat selama haid lebih banyak daripada biasanya 6. Selama ovulasi pengeluaran cairan dari vagina lebih dari biasanya kadang-kadang ada perdarahan, mencuci dengan air dan sabun sudah cukup. 7. Jangan pakai deodorant khusus untuk vagina karena dapat merangsang dan menutupi gejala infeksi tertentu. 8. Bersikaplah waspada terhadap VD / Veneral Disease yaitu penyakit kelamin, karena itu setiap wanita perlu memperhatikan kesehatan partnernya. Infeksi penyakit seksual dapat menularkan kepada pasangan. 9. Jangan lupa memeriksakan diri secara teratur apabila terdapat gejala yang lain daripada biasanya.

10.

Berusahalah selalu menambah pengetahuan, mengenal fungsi tubuh dan anatomisnya.

2.5 Gambaran Klinik dan Diagnosis Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal ini demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera sehabis senggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks. Perdarahan yang timbul akibat terburuknya pembuluh darah makin lama akan lebih sering terjadi, juga di luar senggama (perdarahan spontan). Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat klinik yang lebih lanjut (II atau III), terutama pada tumor yang bersifat eksofitik. Pada wanita usia lanjut yang sudah tidak melayani suami secara seksual, atau janda yang sudah mati haid (menopause) bilamana mengidap kanker serviks sering terlambat datang meminta pertolongan. Perdarahan spontan saat defekasi akibat tergesernya tumor eksofitik dari serviks oleh skibala, memaksa mereka datang ke dokter. Adanya perdarahan spontan pervaginam saat berdefekasi, perlu dicurigai kemungkinan adanya karsinoma serviks tingkat lanjut. Adanya bau busuk yang khas memperkuat dugaan adanya karsinoma. Anemia akan menyertai sebagai akibat perdarahan pervaginam yang terulang. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf, memerlukan pembiusan umum untuk dapat melakukan pemeriksaan dalam yang cermat, khususnya pada lumen vagina yang sempit dan dinding yang sklerotik dan meradang. Gejala lain yang dapat timbul ialah gejala-gejala yang disebabkan oleh metastasis jauh. Sebelum tingkat akhir (terminal stage), penderita meninggal akibat perdarahan yang eksesif, kegagalan faal ginjal (CRF = Chronic Renal Failure) akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan obstruksi total.

2.6 Pencegahan Daripada menderita dan mengobati suatu penyakit, lebih baik mencegah terjadinya penyakit tersebut selama hal tersebut dapat dilakukan. Pencegahan terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain : - Membiasakan hidup sehat terutama sejak kecil dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan tidak mengandung zat karsinogenik - Selalu menjaga kebersihan genetalia dengan cara melakukan teknik vulva hygiene secara tepat, membersikan vagina segera setelah melakukan hubungan intim - Menghindari kebiasaan merokok dan minum alkohol - Tidak berganti-ganti pasangan seksual - Tidak melakukan hubungan seksual di usia muda (kurang dari 18 tahun).

BAB III PEMBAHASAN

Vulva Hygiene yaitu membersihkan alat kelamin wanita bagian luar dan sekitarnya. Dengan kebersihan vulva dan sekitarnya membantu dalam penyembuhan luka dan menghindari infeksi. Jadi teknik vulva hygiene adalah tindakan seseorang untuk melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yaitu cara membersihkan alat kelamin wanita bagian luar dan sekitarnya. Vulva Hygiene sangat berpengaruh terhadap kesehatan organ genetalia pada wanita. Jika vulva hygiene tidak diterapkan dalam praktik seharai-hari akan menimbulkan keputihan dan mungkin saja dapat berlanjut pada resiko terjadi Infeksi Menular Seksual. Dari penelitian yang dilakukan oleh Andari Wuri Astuti dkk, pada studi pendahuluan didapatkan 12 orang (60%) mengalami keputihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku vulva hygiene sebagian besar kategorinya baik. Sebagian besar responden tidak mengalami keputihan yaitu 65 orang (65%). Hal ini disebabkan karena sudah tingginya pengetahuan remaja tentang perawtan organ kewanitaan. Perilaku dipengaruhi banyak faktor antara lain latar belakang keluarga, kepercayaan dan sarana prasarana. Faktor lain yang ikut mempengaruhi perilaku remaja dalam merawat organ kewanitaannya adalah kepercayaan remaja terhadap kesehatan. Kepercayaan yang dimaksud meliputi manfaat yang didapat, hambatan yang ada, keinginan dan kepercayaan seseorang untuk tidak terserang penyakit. Pada penelitian ini ditemukan hampir sebagian besar remaja putri tidak mengalami keputihan yaitu 65% karena tingginya pengetahuan remaja tentang perawatan organ kewanitaan. Keputihan dapat terjadi karena perilaku dalam merawat organ kewanitaan yang kurang baik (vulva hygiene yang kurang baik). Di dalam penelitian ini ditemukan adanya responden yang berperilaku vulva hygiene baik, tidak mengalami keputihan sebanyak 84%. Responden yang berperilaku vulva hygiene kurang mengalami keputihan sebanyak 18,2%. Hal

tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa semakin baik perilaku vulva hygiene maka resiko terjadinya keputihan semakin kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Andari Wuri Astuti menunjukkan kesesuaian dengan teori yang ada tentang vulva hygiene. Adapun hasil yang diperoleh bahwa benaradanya hubungan antara perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan. Semakin baik perilaku vulva hygiene pada remaja maka akan semakin mengurangi resiko terjadinya keputihan. Faktor-faktor resiko yang ditemukan dalam penelitian seperti latar belakang keluarga, kepercayaan dan sarana prasarana. Faktor lain yang ikut mempengaruhi perilaku remaja dalam merawat organ kewanitaannya adalah kepercayaan remaja terhadap kesehatan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku vulva hygiene yang baik berpengaruh terhadap berkurangnya risiko terjadinya kejadian keputihan. Namun, ada beberapa faktor yang turut berpengaruh terhadap penurunan risiko terjadinya keputihan antara lain kebersihan sumber air, jenis kain yang digunakan sebaiknya katun yang mampu menyerap keringat sehingga kelembaban tetap terjaga, hindari pemakaian deodorant pada vulva.

4.2 Saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut, 1. Bagi tenaga kesehatan Memberikan pelayanan yang optimal tidak hanya terfokus pada kesehatan ibu dan anak tetapi juga terhadap remaja. Memberikan tindakan promotif yaitu penyuluhan kesehatan tentang kebersihan vulva hygiene terutama pada remaja putri. 2. Bagi remaja putri Hendaknya remaja putri lebih memperhatikan dan merawat organ kewanitaan karena perilaku tersebut akan sangat berdampak pada kesehatan reproduksi. Remaja putri seharusnya meningkatkan

pengetahuannya tentang perilaku vulva hygiene pada sumber yang berkompeten misalnya bidan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Laurike. 2007. Tentang Keputihan. www.menstruasi.com 2. Linda, C. 2004. Keputihan dan Infeksi Jamur Kandida Lain. Jakarta: Arcan www.klinikpria.com. Gangguan Seksual Akibat Keputihan

10

You might also like