You are on page 1of 3

ENDOTRACHEAL TUBE Endotracheal tube (ETT) adalah suatu alat yang dapat mengisolasi jalan nafas, mempertahankan patensi,

mencegah aspirasi serta mempermudah ventilasi, oksigenasi dan pengisapan. ETT terbuat dari material silicon PVC (Polyvinyl Chloride) yang bebas lateks, dilengkapi dengan 15mm konektor standar. Termosensitif untuk melindungi jaringan muk osa dan memungkinkan pertukaran gas, serta struktur radioopak yangmemungkinkan perkiraan

lokasi pipa secara tepat. Pada tabung didapatkan ukuran dengan jarak setiap 1cm untuk memastikan kedalaman pipa.

Anatomi laring dan rima glotis harus dikenal lebih dulu. Besar pipa trakea disesuaikan dengan besarnya trakea. Besar trakea tergantung pada umur. Pipa endotrakea yang baik untuk seorang pasien adalah yang terbesar yang masih dapat melalui rima glotistanpa trauma. Pada anak hewan trakea berbentuk corong, karena yang

ada penyempitan di daerah subglotis (makin kecil makin sempit). Oleh karena itu ETT

dipakai pada anak hewan adalah pipa tanpa balon (cuff). Bila dipakai pipa tanpa balon hendaknya dipasang kasa yang ditempatkan di faring di sekeliling pipa tersebut untuk mencegah aspirasi untuk fiksasi dan agar tidak terjadi kebocoran udara inspirasi. Hewan berumur dewasa bisa digunakan pipa dengan balon untuk menguci udara agar tidak keluar masuk trachea. Bila intubasi secara langsung (memakai laringoskop dan melihat rima glotis)tidak berhasil, intubasi dilakukan secara tidak langsung (tanpa melihat trakea) yang juga disebut intubasi tanpa lihat (blind)

Intubasi trakea merupakan suatu tindakan memasukkan pipa khusus kedalam trakea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu atau dikendalikan. Dapat digunakan pada tindakan pertolongan darurat (penyelamatan hidup) dan sangat sering dilakukan di unit terapi

intesif untuk pasien yang refleks laringnya terganggu serta gagal nafas akut. Intubasi endotrakea diindikasikan sebagai pilihan terakhir penguasaan jalan nafas darurat pada pasien tidak sadar. Intubasi tersebut dapat dikerjakan dengan mengunakan pipaorotrakeal, nasotrakeal atau trakeostomi.Indikasi utama dilakukannya intubasi pada anestesia umum bertujuan untuk: 1.Mempermudah pemberian anestesia. 2.Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas, mempertahankan kelancaran pernafasan. 3.Mencegah kemungkinan aspirasi isi lambung (pada keadaan-keadaan tidak sadar,lambung penuh, tidak ada refleks batuk). 4.Memudahkan pengisapan sekret trakeo bronkial. 5.Pemakaian ventilasi mekanis yang lama. 6.Mengatasi obstruksi laring akut.Anestesia umum dengan teknik endotrakea dilakukan pada operasi-operasi lama yangmemerlukan nafas kendali, operasi daerah leher-kepala, operasi dengan posisi miring,tengkurap atau duduk dimana jalan nafas bebas sulit dipertahankan. Pada keadaan-keadaan tertentu dimana kesulitan intubasi tidak dapat diduga sebelumnya maka pada waktu tindakan intubasi sedang berlangsung hendaknya selalu diperhatikan nadi dan perifer/mukosa mulut. Bila timbul bradikardia dan atausianosis hendaknya tindakan dihentikan. Berikan kembali bantuan nafas dan oksigen. Hal-hal yang harus diperhatikan setelah pipa endotrakea masuk : 1.Rongga dada kiri dan kanan harus sama-sama mengembang serta bunyi udarainspirasi paru kanan dan kiri harus terdengar sama keras dengan memakaistetoskop. Bila pipa masuk terlalu dalam seringkali pipa masuk ke bronkus kanansehingga bunyi nafas hanya terdengar pada satu paru. Pipa harus ditarik sedikit,lalu periksa kembali dengan stetoskop. 2.Balon cuff diisi sampai tidak ada tanda-tanda bocor (kebocoran dapatdiketahui dengan mendengar bunyi di mulut pada saat paru di inflasi/ditiup). 3.Pasang alat pencegah tergigitnya pipa. 4.Lakukan fiksasi dengan plester atau dengan tali pengikat agar pipa tidak bergerak (malposisi). Pada umumnya intubasi endotrakeal dibatasi, tidak lebih dari 2 minggu.Tindakan trakeostomi sebaiknya dihindari, kecuali bila bantuan jalan nafas masih diperlukan untuk jangka waktu tertentu. Keuntungan intubasi lama ialah bahwa komplikasi trakeostomi dapat dihindari, walaupun diketahui bahwa intubasi sendirimemiliki berbagai komplikasi, diantaranya komplikasi

selama intubasi berupa traumagigi geligi; laserasi bibir, gusi, laring; merangsang saraf simpatis (hipertensi-takikardi); intubasi bronkus; intubasi esofagus; aspirasi; spasme bronkus. Komplikasisetelah ekstubasi berupa spasme laring, aspirasi, gangguan fonasi, edema glotissubglotis, infeksi laring, infeksi faring dan infeksi trakea. ESOPHAGEAL STETOSKOP(masih tahap pencarian..susah.)

You might also like