You are on page 1of 10

JUDUL KARYA TULIS

E-Demokrasi Alat Peningkatan Akuntabilitas dan Transparansi Pencegahan Kesempatan Korupsi

Diusulkan Oleh: DONI NUR HIDAYAT NIM11010111130189/Angkatan 2011

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

E-Demokrasi Alat Peningkatan Akuntabilitas dan Transparansi Pencegahan Kesempatan Korupsi

Pendahuluan Tindak Korupsi telah melingkupi praktik pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia sejak zaman Orde Baru. Indonesia yang dikenal sebagai Negara dengan (SDA) melimpah seharusnya menjadi sumber pendapatan Negara yang dominan. Namun pada praktiknya terjadi berbagai macam bentuk penyimpangan yang akhir-akhir ini dilakukan oleh pemerintah daerah.Korupsi bersama factor lain seperti

ketergantungan atas sumber daya alam, minimnya upaya disfersifikasi sumber energy alternatif, rendahnya akuntabilitas dan tranparansi kinerja,politisasi isu,hingga faktor ketamakan bagi Mohammmad Tadjoeddin(2007) merupakan kumpulan faktor yang saling

berkombinasi menciptakan konflik di berbagai daerah di Indonesia. Desentralisasi yang sudah dijalankan selama masa reformasi memicu peningkatan korupsi sejak jatuhnya orde baru.Memang media massa penuh dengan berita-berita tenatng korupsi pada tinkat pemerintah daerah.Beberapa elit setempat memandang desentralisasi sebagai suatu peluang untuk memaksimalkan kantung-kantung mereka dalam

perbendaharaan publik. Namun desentralisasi ,bila dikerjakan dengan baik merupan alat perubahan yang dapat menjanjikan perjuangan melawan korupsi di Indonesia. Di sektor kehutanan, korupsi di masa Orde Baru timbul dari penjualan hak-hak eksploitasi hutan kepada kepentingan-kepentingan komersial, praktek-praktek dan pengelolaan yang salah dari dana-dana reboisasi. Praktek-praktek korup tersebut tidak hanya mengakibatkan kerusakan hutan melainkan juga memarjinalisasikan masyarakat-masyarakat lokal dalam penagambilan keptusan yang mempengaruhi kehidupan

mereka.Perlu diketahui hal ini masih berlangsung hingga sekarang.

Pembahasan Menurut Gary Goodpaster (2002):Hanya orang Indonesia sendiri yang bisa menanggulangi korupsi di Indonesia.Mereka akan melakukannya jika diyakinkan bahwa itu perlu.Kajian-kajian cermat yang mengekspoks secara terinci sistem-sistem, jaringan serta biaya-biaya sosial dan ekonomi akibat korupsi merupakan alat-alat mutlak dalam kampanye anti korupsi. Kemauan, seperti disebut Sang Budha, akan mencapai pengetahuan. Dari pernyataan ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa korupsi hanya bisa dilawan dengan partisipasi dari masyarakat.Untuk itulah sebuah inovasi dalam pencegahan korupsi yang melibatkan masyarakat secara keseluruhan perlu digalakkan.Permasalahan utama dari partipasi masyarakat adalah bagaimana cara mengumpulkan partisipasi

masyarakat secara efektif dan membuat sebuah badan pengawas yang independen, berasal dari masyarakat dan dilakukan pada tingkat terkecil atau lokal. Korupsi merupakan sebuah budaya yang sudah mengakar sejak zaman dahulu.Budaya patron-client yang dikembangkan saat zaman orde baru semakin mengukuhkan budaya korupsi di Indonesia.Zaman Reformasi pun datang, korupsi berubah dari pusat menjadi kedaerahan akibat adanya desentralisasi dan otonomi daerah Desentralisasi mungkin menyebakan korupsi mejadi lebih terfragmentasi dan tidak teratur, tetapi juga dapat menjadi penyelamat sector tersebut. Para pemimpin daerah tidak bisa lagi melemparkan kritik mereka kepada pihak pusat karena sudah menjadi tanggung jawab mereka sendiri dalam pengelolaan daerahnya. Akan tetapi desentralisasi juga meningkatkan akuntabilitas komitmen pemerintah terhadap transparansi di dalam sektor di dalam sektor, pemasukan ke dalam pembuatan keputusan,

rasionalisasi peraturan-peraturan kehutanan, dan tata pemerintahan terdesentralisasi yang efektif dari sumber daya alam kehutanan. Dengan bergulirnya waktu suatu dana besar diciptakan dari pajak iuran sumber daya yang dikumpulkan untuk setaip meter kubik kayu gelondongan yang dipotong untuk membiayai rehabilitasi dan reboisasi yang diharuskan melalui korupsi regulasi. Akan tetapi dana reboisasi ini disalahkelolakan dengan sangat mencolok. Audit independen oleh Ernst & Young pada 1999, atas perintah Departemen Keuangan , memperkirakan bahwa pada akhir 1990an iuran hak pengusahaan hutan yang dikumpulkan berkurang sekitar 50 persen karena kurang pelaporan produksi kayu gelondongan yang dimungkinkan dengan pembayaran uang suap kepada pemeriksa-pemeriksa pemerintah( ).Pendapatan dari dana reboisasi disalahalokasikan kepada investasi nonkehutanan dan diboroskan dalam program-program reboisasi yang kurang diaudit (Ernst & Young, 1999).Menurut perkiraan konservatif, kerugian pendapatan pemerintah dari korupsi hutan selama 11 tahun masa pembangunan kayu lapis jauh diatas US$ 5 miliar.Audit Ernst& Young atas dana reboisasi menyimpulkan bahwa selama masa lima tahun, 1993/94 sampai 1997/98, kerugian pendapatan pemerintah akibat salah-urus pengumpulan dan alokasi berjumlah US$ 5,252 miliar (Ernst & Young). Karena itulah diperlukan sebuah sistem untuk meningkatkan

akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan SDA khususnya kehutanan.

Sebagai

respon

perubahan

lingkungan

dan

tekanan

kekuasaan

konsumen, paradigma

banyak baru

organisasi berfokus

melakukan perubahan ke arah kepada pelayanan konsumen

yang

(customer-centric). Struktur, orang dan proses organisasi diarahkan kepada paradigma baru ini. Paradigma baru ini tidak hanya dilakukan oleh organisasi bisnis, tetapi sudah merambah kepada organisasiorganisasi publik yang selama ini enggan untuk melakukan perubahan. Hadirnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta teknologi digital lainnya termasuk internet, telah menjadi media baru dan

instrumen penting dalam paradigma baru tersebut. TIK dan internet sebagai media elektronik tidak saja sebagai driver perubahan sistem organisasi, tetapi juga merubah paradigma cara berfikir, berperilaku, berkomunikasi, hingga kepada gaya hidup seseorang. Dalam organisasi publik, media elektronik ini telah menjadi isu penting. Ia sebagai driver transformasi birokrasi tradisional menuju modernisasi sistem

birokrasi. Keterlibatan media elektronik dalam sistem demokrasi dikenal dengan istilah e-demokrasi, yang kini telah menjadi isu penting dan dikembangkan oleh banyak negara maju di dunia, terutama sejak awal 1990-an, seiring perkembangan teknologi informasi berbasis internet. E-demokrasi sendiri bertujuan untuk meningkatkan struktur dan proses sistem demokrasi suatu negara melalui media elektronik.

E-demokrasi merupakan inovasi baru dalam dunia politik, dengan inovasi baru ini muncul inovasi-inovasi baru lain yang merupakan

bagian dari e-demokrasi. Seperti e-forum, e-konsultasi, e-voting, epetisi, e-panel, e- kelompok, blogs, dan lain sebagainya. Perkembangan inovasi-inovasi baru ini, peran aktif dari masyarakat dalam sistem demokrasi dapat ditingkatkan dan kualitas kebijakan publik juga akan semakin lebih baik. Situs-situs partai politik juga menyediakan pelbagai informasi politik yang dapat diakses jarak jauh. Keterlibatan media elektronik ke dalam proses demokrasi, memungkinkan terjadinya debat-debat publik, diskusi publik, mengkritisi dan menganalisis pelbagai keputusan publik. Secara politis, inisiatif penerapan edemokrasi adalah ingin melibatkan partisipasi masyarakat ke dalam kebijakan-kebijakan publik, agar menghasilkan kebijakan-kebijakan yang bernilai, transparan dan mempunyai akuntabilitas yang tinggi dalam kaitannya dengan keputusan- keputusan politik.

E-demokrasi bukanlah sistem yang berdiri sendiri tetapi ia terikat dengan berbagai sistem pemerintahan suatu negara. E-demokrasi tidak hanya sekedar mengaplikasikan media elektronik ke dalam proses demokrasi. Media elektronik tidak lebih hanya sebagai alat atau media.

TIK hanya merupakan pemangkin (enabler) bukan solusi. TIK dan internet tidak mempunyai makna sosial ketika tidak dijalankan secara maksimal. Tetapi, ia dapat dijadikan untuk memainkan peranan dalam struktur sosial dan pembaharuan sistem demokrasi. Penggunaan media elektronik ini telah digunakan oleh banyak negara sebagai reformasi manajemen organisasi publik dalam menghadapi persaingan global dan sekaligus memperbaiki mutu pelayanan birokrasi. Pada masa yang sama, bertambahnya jumlah pengguna internet telah meningkatkan interaksi organisasi sosial dalam proses pemilu di kebanyakan negara maju.

Selain itu, media elektronik ini juga digunakan untuk menyuntik dimensi baru dalam meningkatkan legitimasi hubungan dengan warganegaranya. Pada masa sebelum pemerintahan ini, ketika

masyarakat

ingin menyampaikan aspirasinya, misalnya, dilakukan

ketika masa kampanye atau melalui wakil rakyat yang mereka pilih atau melalui mekanisme surat-menyurat. Dengan hadirnya TIK dan internet sebagai media elektronik dalam proses demokrasi, mereka dapat

menyampaikan aspirasinya lebih leluasa dan sedikit lebih lantang. Keadaan ini secara langsung memberi peluang kepada masyarakat untuk melibatkan diri dalam perumusan dan pelaksanaan pemerintahan secara efisien, efektif dan harmonis. Namun demikian, e-demokrasi dalam konteks Indonesia masih pada tahap pengenalan, yang tentunya banyak masalah yang dapat menjadi hambatan terwujudnya makna dari konsep e-demokrasi yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, paper ini mencoba untuk mengkritisi pelbagai peluang dan hambatan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan e-demokrasi sebagai bentuk pencegahan korpsi di Indonesia.

Konsep E-Demokrasi Di Indonesia E-demokrasi di Indonesia nantinya akan diluncurkan dalam sebuah

Web. Didalam Web e-demokrasi tersebut terdapat sebuah sistem pengikutsertaan anggaran yang mengupayakan untuk memadukan

demokrasi langsung dengan pemberdayaan dan promosi representasi parlementer.Dalam prakteknya sebuah kota akan membentuk suatu dewan pengikutsertaan anggaran yang anggota-anggotanya dipilih oleh warga kota(dengan dua wakil dan dua pengganti bagi setiap wilayah). Anggota-anggota dewan bertanggung jawab untuk membicarakan urusan-urusan komunitas dan isu-isu yang berkaitan dengan penghasilan dan pengeluaran kotapraja.Mereka juga akan menyusun kriteria untuk mengalokasikan sumber daya-sumber daya, dan memproritaskan kebutuhan-kebutuhan mereka dan menilai program bupati atau walikota.Dengan demikian sistem anggaran baru ini dapat menciptakan kesempatan-kesempatan transparansi. Nantinya para dewan tersebut bertugas mengelola Participatory Buddget (PB) yaitu dimana masyarakat turut aktif dalam partisipasi pembuatan anggaran dana dimana nantinya anggota dewan membuat form-form berisi pilihan anggaran apa saja yang diprioritaskan sehingga terjadilah sebuah demokrasi langsung.Praktik PB merupakan konsep untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.Didalam Web tersebut juga terdapat akses informasi berisi layanan-layanan dan tentang transaksitransaksi yang diadakan kotapraja.Kotapraja-kotapraja juga bagi pengikutsertaan,akuntabilitas dan

menggunakan sitem Web ini untuk meminta pendapat para warga tentang anggaran sebelum difinalkan. Situs Web ini memungkinkan masyarakat melacak transaksi-transaksi kotapraja. Semua perusahaan yang menyediakan barang atau layanan untuk atau atas nama pemerintah kota yang melampaui nilai ambang tertentu harus mendaftarakan atau menyediakan suatu laporan status di Internet. Hal ini juga berlaku bagi perusahaan-perusahaan yang mengelola sumber daya alam baik itu kehutanan maupun pertambangan, dapat dilacak oleh seluruh masyarakat. Jika perusahaan dengan sengaja lalai, maka perusahaan tersebut akan mendapatkan sanksi.Warga yang tidak mempunyai akses terhadap komputer atau Internet dapat datang ke kantor penerangan kota.

Nantinya dalam sistem e-demokrasi ini,warga dapat melihat proses pembuatan anggaran maupun kebijakan-kebijakan yang dibuat anggota dewan melalui video live streaming , dalam konteks pengelolaan SDA, nantinya masyrakat dapat memberikan komplain-komplain mengenai kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan , lalu dewan akan membahasnya secara online melalui forum internet. Keputusan ada pada aspirasi masyarakat terbanyak, lalu keputusan tersebut akan diajukan kepada DPD sebagai jembatan antara daerah dengan pusat sesuai

dengan dasar pembentukannya yaitu Pasal 2 ayat (1), 22C, 22D dan 22E UUD Negara Republik Indonesia 1945. Tugas dan wewenang DPD telah diatur secara ekspilist oleh UUD 1945 maupun oleh UU Susduk

Menurut pasal 3 ayat (7): Peraturan daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum diatasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan. a) Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh DPRD Provinsi bersama Gubernur. b) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh DPR Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota c) Peraturan Daerah atau yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau yang setingkat, sedangkan tata cara pembuatan peraturan desa atau yang setingkat diatur oleh peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Dengan menjalankan sistem peraturan daerah terkecil yaitu desa,dimana orang-orang yang dipilih menjadi dewan akan menetapkan prioritas apa yang perlu diperlukan dan sebagai badan pengawas SDA kehutanan. Sehingga hutan dapat terus lestari dan pengawasan terhadap perusahaan dan birokrat nakal dapat ditingkatkan. Konsep pembuatan uu no 32 tahun 2004 Peluang untuk dijalankannya sistem e-demokrasi dapat dilihat dari jumlah pengguan facebook terbanyak kedua di dunia setelah Amerka

Serikat.Hal ini membuktikan bahwa peran internet khusunya media jejaring sosial di Indonesia sangat dominan.Masyarakat sebagai public watch dog merupakan sebuah badan pengawas yang benar-benar independen, apalagi dengan dijalankanya desentralisasi oleh pemerintah merupakan sebuah kesempatan untuk memperbaiki sistem yang kurang efektif. Dengan adanya situs jejaring sosial seperti facebook maupun twiter, merupakan sebuah kesempatan untuk mensosialisasikan Jika e-demokrasi dijalankan dengan baik, otomatis akuntabilitas dan transpansi menjadi semakin baik Hambatan yang dapat terjadi pada pembuatan sistem e-democracy, ada pada kurangnya sosialisasi pada masyarakat maupun lembaga pemerintah.Birokrasi yang ruwet juga menjadi masalah dalam penerapan e-demokrasi di Indonesia.DPR sebagai lembaga legislatif tertinggi di Indonesia, tidak akan dengan mudah menyetujui rencana ini, karena akan mengurangi kewenangan mereka. Sistem teknologi informasi berbasis komputer dan internet juga perlu digalakkan sampai daerah terpencil agar mekanisme e-demokrasi tersebut dapat dijalankan.

Kesimpulan Korupsi terjadi karena ada niat dan kesempatan bagi pelakunya.Untuk menutupi kesempatan pelaku korupsi dibuthkan sebuah alat bernama edemokrasi sebagai upaya meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan SDA dan peningkatan mutu kerja para birokrat yang cenderung nakal.

Daftar Pustaka The World Bank/Bank Dunia.2000.Memerangi Korupsi di Indonesia :Memperkuat World Bank Akuntabilitas Untuk Kemajuan.Washington,D.C:The

Peixoto,Tiago.2009.Beyond Theory:e-Participating Budgeting and its Promises for eParticipation.European:European Univesitiy Institute

Colemen, Stephen dan Jay. G Blumler.2009.The Internet and Democratic Citizenship, Theory, Practice and Policy: New York .Cambridge University Press

You might also like