You are on page 1of 1

Indonesia memiliki pantai yang luas, sehingga seharusnya mampu menghasilkan garam yang banyak dan berkualitas, namun

tidak untuk saat ini, kita belum mampu. Indonesia masih mengimpor garam untuk jenis garam industri, yaitu yang digunakan sebagai bahan baku atau katalis dalam berbagai jenis industri (misal: penyamakan kulit hewan, tekstil, dan kosmetik). Tentu saja untuk keperluan industri dibutuhkan garam berkualitas, namun Indonesia belum bisa memenuhi permintaan pasar untuk yang satu ini. Kemampuan petani garam Indonesia sebagian besar baru sebatas untuk garam konsumsi (garam dapur) yang kebanyakan berada di kualitas ke-3. Selain permasalahan atas kualitas garam, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Dedi Saleh mengungkapkan kebijakan impor garam yang mereka terapkan disebabkan juga karena produksi dalam negeri yang tidak mencukupi. Ia mengungkapkan, pada tahun 2010 lalu, panen garam tidak bagus sehingga keran impor akhirnya dibuka. Dedi menambahkan, pihaknya akan benar-benar mengurangi izin impor atau bahkan menutup keran impor garam asalkan kebutuhan garam dalam negeri benar-benar sudah dapat dicukupi. Namun, semua pihak terkait juga perlu memberikan data yang benar agar tidak merugikan konsumen dalam negeri. Untuk menghadapi kendala ini, salah satu solusi yang akan segera dicanangkan adalah penggunaan suatu formula hasil temuan oleh Hasan Achmad Sujono, mantan seorang PNS Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang dapat meningkatkan kualitas garam Indonesia dan disebut dengan nama Ramsol (Garam Solusi). Semoga saja suatu saat nanti berkat temuan beliau, Ramsol dapat memajukan industri garam rakyat setara dengan garam kelas industri di luar negeri, sehingga kita tidak perlu lagi mengimpor garam.

You might also like