Professional Documents
Culture Documents
ASPEK PRODUKSI
PROSES PRODUKSI 1. Persiapan Greenhouse Persiapan greenhouse meliputi sanitasi dan sterilisasi. Sanitasi dilakukan dengan membuang sisa tanaman yang masih ada didalam greenhouse. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan penularan penyakit dan hama yang ada pada sisa tanaman itu.
Foto 4.2.Sterilisasi Greenhouse Sterilisasi greenhouse dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti Lysol dan Formalin untuk membunuh bibit penyakit yang dapat menyerang tanaman paprika. Untuk musim tanam berikutnya, dilakukan penggantian plastik mulsa greenhouse yang berfungsi untuk menjaga kelembaban daerah sekitar perakaran tanaman paprika. 2. Pembibitan Benih paprika sebelum ditanam di dalam greenhouse disemai dahulu agar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan tanam nanti. Teknis pembibitan paprika adalah sebagai berikut :
Benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku selama 30 menit. Media tanam berupa arang sekam atau rockwool dibasahi dengan air bersih dan dipastikan agar media basah sampai merata dan dibiarkan sesaat agar air siraman yang berlebihan menetes.
Apabila menggunakan media Rockwool, dibuat lubang kecil pada Rockwool dan apabila menggunakan arang sekam dibuat garitan kecil yang saling berpotongan pada sekam dengan jarak + 2 x 2 cm. Benih diletakkan satu persatu pada setiap lubang dengan posisi calon lembaga (titik tumbuh) menghadap ke bawah 0,5 cm dengan menggunakan pinset, setelah semua benih disemai kemudian tutup dengan plastik mulsa. Benih-benih tersebut ditaruh dilemari semai (germnation chamber) dengan suhu optimal 20-25 C dan RH 70%-90%. Suhu dan RH dapat diatur dengan cara memasang lampu jika suhu rendah dan jika kelembaban rendah semprotkan air ke dalam lemari semai dengan menggunakan hand sprayer. Benih akan berkecambah dalam waktu 7 hari, plastik mulsa dibuka kemudian bibit dipindahkan ke tempat yang ada sinar dengan tetap menjaga suhu dan kelembaban. Bibit dengan kotiledon tumbuh sempurna, dipindahkan ke polybag 15 x 15 cm yang telah dibasahi dengan larutan nutrisi dengan EC 1,5 mS/cm dan pH 5,5. Pemeliharaan di persemaian/pembibitan meliputi penyiraman 1-2 kali sehari (tergantung cuaca, fase pertumbuhan bibit, dan media yang digunakan), pengendalian hama dan penyakit selama di nursery misalnya Trips, Mite, Leaf miner, rebah kecambah dll) dan yang tak kalah pentingnya adalah pengaturan kembali jarak antar tanam agar daun tanaman tidak saling menutupi. Bibit siap ditanam ke greenhouse produksi setelah berumur 2130 hari di polybag atau sudah berdaun 5 helai.
Foto 4.3. Persemaian Paprika 3. Penanaman Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit yang telah berumur + 21-30 hari pada media tanam yang lebih besar yang telah disusun di
dalam greenhouse. Media yang digunakan untuk penanaman ini adalah arang sekam. Pemindahan tanaman dilakukan dengan cara :
Bibit diletakkan di sisi polybag untuk penyesuaian cuaca. Media tanam disiram sampai basah dengan larutan hara sebanyak 2 liter. Regulating stick dicabut dan dikeluarkan dari media. Bagian tengah media dilubangi dan tambahkan karbofuram 1 g/polybag. Bibit disiram dan dikeluarkan beserta medianya dengan cara membalikkan polybag bibit sambil menyangga bibit dengan tangan. Bibit dimasukkan ke lubang tanam, dan media dirapatkan di sekitar batang. Regulating stick dipasang kembali.
Foto 4.4. Penanaman Paprika 4. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman paprika meliputi pemupukan, pengajiran, pemangkasan, penjarangan buah, dan pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan bersamaan dengan penyiramaan/irigasi. Pupuk dilarutkan dalam air kemudian ditampung di dalam tangki air untuk irigasi tetes. Frekuensi pemberian pupuk ini tergantung pada kondisi cuaca dan umur tanaman. Pada kondisi cuaca panas, pemberian pupuk dilakukan lebih sering untuk menjaga supaya tanaman tidak layu. Waktu pemberian pupuk dilakukan pada pukul 8:00, 10:00, 12:00, 14:00, dan 16:00 dengan lama tiap pemberian selama 2 menit. Terdapat 2 sistem irigasi pada hidroponik paprika di Kabupaten Bandung. Sistem irigasi pertama menggunakan metode penyiraman
tanaman satu per satu menggunakan selang. Sistem irigasi kedua menggunakan irigasi tetes dimana pada masing-masing polybag tanaman dipasang pipa kecil yang terhubung dengan tangki penyimpanan air. Dengan irigasi tetes penyiraman tanaman dilakukan sekaligus pada seluruh tanaman pada waktu yang bersamaan. Skema irigasi tetes dapat dilihat pada Gambar 4.2. Pada tanaman yang masih muda larutan pupuk diberikan sebanyak 0,5 liter per pohon dan pada tanaman dewasa diberikan sebanyak 1,2 liter per pohon. Salah satu sistem irigasi yang digunakan petani paprika di Kabupaten Bandung menggunakan sistem irigasi tetes. Pada sistem irigasi tetes ini, selain seluruh polybag tanaman mendapat penyiraman yang bersamaan, volume penyiraman lebih terkontrol sehingga lebih efisien dalam hal waktu dan volume penyiraman.
Foto 4.5. Pengajiran Pengajiran dilakukan dengan melilitkan benang pada tanaman paprika untuk menopang tanaman paprika. Dengan penopangan tanaman akan diperoleh bentuk tanaman yang sesuai dengan kegiatan produksi secara maksimal, terutama dalam efisiensi lahan. Pengajiran dilakukan pada tanaman yang berumur 2 minggu setelah tanam. Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tanaman sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman maksimal. Pemangkasan ini meliputi pemangkasan cabang dan tunas (pewiwilan), pemangkasan daun dan pemangkasan bunga.
Pemangkasan cabang dan tunas dilakukan dengan mengatur dan mengurangi cabang dan tunas di ketiak daun sehingga hanya ada 2 cabang utama. Pemangkasan ini dilakukan sampai bunga yang dipelihara tumbuh dan mekar. Pemangkasan daun dilakukan dengan membuang semua daun pada batang utama, daun yang tua dan sakit serta daun yang terlalu rimbun. Pemangkasan bunga dilakukan sampai tanaman berusia 4 minggu setelah tanam. Bunga yang muncul sebelum 4 minggu setelah tanam dibuang. Dari satu ketiak daun sebaiknya hanya dipelihara 1 bunga agar buah yang dihasilkan besar dan berkualitas.
Foto 4.6. Pemeliharaan Paprika Salah satu kendala dalam pertanian yang menggunakan sistem monokultur adalah penyebaran penyakit dan hama yang sangat cepat jika tidak segera ditangani. Untuk mencegah penyebaran penyakit dan hama, dilakukan tindakan seperti pengamatan dini pada serangan hama dan penyakit, membuang dan membakar tanaman yang terkena serangan dan penyemprotan pestisida. 5. Pemanenan Dalam pemanenan perlu diperhatikan beberapa hal seperti waktu dan cara pemanenan. Berdasarkan waktu, pemanenan dibagi menjadi 2, yaitu panen buah matang hijau dan panen buah matang berwarna (merah, kuning, orange). Penggolongan ini disesuaikan dengan permintaan pasar dan harga jual. Pada saat pemetikan harus diusahakan agar tidak merusak ranting atau tanaman yang masih muda. Buah paprika sebaiknya dipanen beserta tangkai buahnya dengan menggunakan gunting atau pisau tajam. Diusahakan agar tangkai buah tidak terlepas dari buah atau tertinggal di cabang tanaman karena buah akan mudah terserang patogen.
Foto 4.7. Pemanenan Paprika 6. Pascapanen Pada tahap pascapanen, buah paprika yang telah dipanen dicuci. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan sisa pestisida yang ada pada buah paprika. Selain itu, pencucian ini juga bertujuan untuk menurunkan panas lapang buah sehingga transpirasi buah menurun. Setelah dilakukan pencucian, buah paprika kemudian disortasi dan digrading.
nutrisi merupakan alasan petani responden untuk menanam lebih dari banyak tanaman per meter persegi. Hasil survei juga menunjukkan bahwa dari keseluruhan total biaya produksi tanaman paprika, ternyata alokasi biaya untuk nutrisi mendominasi biaya produksi secara keseluruhan. Biaya untuk nutrisi adalah 35,2% dari biaya total produksi secara keseluruhan, diikuti oleh biaya tenaga kerja yaitu sebesar 25% dari biaya total produksi secara keseluruhan. Biaya untuk pestisida, benih atau bibit dan media tanam berturut-turut hanya sebesar 20,5, 10,6 dan 8,6 % dari biaya total produksi secara keseluruhan. Hasil tanaman paprika di negara Belanda dapat mencapi 25-30 kg per meter persegi dengan periode pertumbuhan selama 12 bulan (Gunadi 2006). Di Indonesia hasil tanaman paprika yang dapat dicapai di Balai Penelitian Tanaman Sayuran adalah 8-9 kg per meter persegi dengan periode pertumbuhan selma 7 bulan (Gunadi et al.2005). Hasil paprika di Indonesia yang relatif masih rendah masih dapat ditingkatkan kembali dengan teknik budidaya yang sesuai dengan kondisi tropis di Indonesia. No CommentsKategori: Artikel
aroma buah paprika pedas menusuk, namun rasanya tidak pedas, bahkan cenderung manis, sehingga disebut sweet pepper. Paprika membutuhkan kondisi tertentu untuk pertumbuhannya, yaitu suhu 2430 celcius pada siang hari dan 9-12 celcius pada malam hari. Meskipun demikian, tanaman itu masih dapt bertahan pada suhu 38 celcius (Hartz 2002). Di Indonesia, tanaman itu cocok ditanam pada dataran tinggi yang bersuhu 16-25 celcius (Prihmantoro dan Indriani 2000). Buah paprika mengandung sedikkit, protein, lemak dan gula, tatapi mengandung banyak karoten dan sebagai sumber vitamin C (sampai 340 mg/100 g buah segar). Jika dibandingkan dengan buah jeruk yang mengandung vitamin C sekitar 146 mg/100 g, maka kandungan vitamin C pada paprka jauh lebih tinggi daripada buah jeruk (Morgan dan Lennard 2000). Pada umumnya paprika digunakan sebagai bumbu penyedap atau bahan masakan, selain itu juga digunakan sebagai zat pewarna makanan. Antosianin yang terkandung dalam paprika merupakan zat pewarna makanan yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan pewarna makanan yang berasal dari sumber lain, yaitu lebih tahan suhu tinggi dan stabil pada kisaran PH lebar yaitu 1 sampai 9 (Hartuti 2004). No CommentsKategori: Artikel
Di Indonesia, tanaman paprika mulai dibudidayakan sejak tahun 1990-an. Pada awalnya pengembangannya paprika ditanam di lahan terbuka, tatapi kini telah dikembangkan secara hidroponik di rumah kasa atau plastik. Produksi buah paprika selain untuk memenuhi pasar dalam negeri (hotel berbintang, pasar swalayan, rumah makan internasional, pasr tradisional, dll.) juga untuk memenuhi pasar ekspor.Paprika adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi, yang sebagian besar hasil panennya diekspor ke luar negeri. No CommentsKategori: Uncategorized
yang terkontrol,dimana cahaya,air,suhu, karbondioksida,oksigen,PH dn nutrisi dapat dikontrol (Alberta 2004) Ada banyak jenis tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan di rumah plastik,seperti paprika,tomat beef,tomat cherry,mentimun dan sayuran daun seperti selada,packcoy,kiln,dan caysin. Hasil survei identifikasi potensi dan masalh produksi sayuran di rumah plastik dan lokakarya (workshop) parisipatif karakterisasi budidaya sayuran di rumah plastik yang dilaksanakan pada tahun 2003 (Gunadi et al. 2003) menunjukkan bahwa tanaman paprika merupakan tanaman yang paling banyak dibudidayakan di rumah plastik di Indonesia. (Reff:Bali Penelitian Tanaman Sayuran)
Tingkatkan Paprika
JAKARTA Sebanyak 40 petani yang tergabung dalam koperasi petani Mitra Sukamaju di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, giat mengembangkan budi daya paprika di lahan seluas kurang lebih enam hektare. Lahan seluas itu terbagi dalam 100 unit dan masing-masing unit memanfaatkan lahan antara 500 sampai 1.500 meter persegi. Paprika di sana dibudidayakan menggunakan sistem hidroponik. Dengan sistem ini, tanah tidak digunakan sebagai media tumbuh namun diganti dengan media lain seperti rockwool, arang sekam, cocopeat, atau material lainnya selain tanah. Media tersebut tidak mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Karenanya, unsur hara tersebut diberikan melalui pupuk. Dalam hidroponik istilah pupuk disebut juga nutrisi. Khusus untuk budi daya paprika yang dilakukan para petani di Sukamaju, media tumbuh yang digunakan adalah arang sekam yang didatangkan dari daerah Subang dengan pertimbangan ekonomis. Karena relatif mudah didapat, harganya pun lebih murah ketimbang memakai rockwool, media tumbuh yang dipakai para petani paprika di negeri Belanda, kata Sutardi (40), Ketua Koperasi Mitra Sukamaju di sela sela mengikuti pameran di Gedung Bidakara, Jakarta barubaru ini. Terlihat banyak sekali pengunjung tertarik dengan buah paprika yang bentuknya seperti cabai raksasa dan beraneka warna. Buah paprika itu sengaja dipamerkan lengkap dengan pohon-pohonnya. Selain pertimbangan ekonomis, lanjut Sutardi, kelebihan dibanding media tanam lain, penggunaan arang sekam membuat tanaman paprika menjadi lebih steril atau tahan terhadap penyakit dan juga yang tak kalah penting, daya cengkram airnya juga baik. Sebelum ditanam di arang sekam, terlebih dulu biji pabrika yang diimpor langsung dari Belanda tersebut disemai selama satu bulan menggunakan media tanah. Sementara itu, untuk iklim ideal penanaman, Sutardi menjelaskan paprika cocok tumbuh di kawasan beriklim sub tropis atau di atas ketinggian 1000 m dpl. Namun begitu, tanaman paprika sangat rentan terhadap air hujan. Untuk menyiasatinya, para petani menaruh pot-pot tanaman di bawah naungan rumah plastik (green house) sehingga terlindung dari air hujan. Perawatan Intensif Dibanding budi daya tanaman lain yang menggunakan media tanam tanah, paprika
membutuhkan perawatan yang cukup intensif dan agar hasil buahnya pun baik. Sutardi mengatakan pemberian pupuk dilakukan setiap hari. Pupuk yang diramu sendiri oleh Sutardi dan kawan-kawan ini terdiri dari 10 macam yang dicampur dengan air. Ia mengatakan ramuan pupuk ini tidak bisa sembarangan diungkapkan kepada khalayak. Ramuannya rahasia, katanya. Tentang ancaman hama yang kerap menjadi momok bagi petani, Sutardi mengatakan, untuk yang satu ini tidak menjadi permasalahan besar karena sudah bisa dikendalikan penyebarannya. Ia menyebutkan hama yang sering menyerang paprika, kutu dan trips. Pertumbuhan buah paprika dimulai sejak tanaman berumur dua bulan sampai delapan bulan. Dua bulan setelah masa tanam, buah paprika yang berwarna hijau ini sudah mulai bisa dipanen. Ia mengungkapkan, untuk pasar lokal paprika hijaulah yang paling digemari. Selain warna hijau mampu memberikan kesan segar dalam makanan dan menambah selera makan orang Indonesia, harganya pun lebih murah. Masyarakat bisa mendapatkan paprika hijau dengan harga berkisar antara Rp 6.000-7.000 per kilogram. Sementara untuk paprika merah dan kuning masing-masing dijual dengan harga Rp 8.000 dan Rp 9.000. Ditanya berapa keuntungan yang diperoleh para petani setiap masa panen, Sutardi tidak bisa memberi angka persisnya dan hanya memberikan gambaran. Setiap satu meter persegi bisa ditanam 3-4 pohon paprika. Satu pohon tersebut bisa menghasilkan 2,5-3 kilogram buah paprika dalam satu musim tanam (delapan bulan). Sementara modal kerja yang dikeluarkan petani per pohon Rp 1.000 sudah termasuk penyusutan. Dari situlah, paprika tersebut didistrubusikan oleh para supplier ke supermaket, hotel maupun restoran. Kepada pembaca SH, Pria yang memulai usaha budi daya paprika ini sejak 10 tahun lalu mengungkapkan bagaimana cara mengenali buah paprika yang bagus dari penampilan fisik. (SH/danang joko)
Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman yang dilakukan akan berbeda, ini tergantung dari jenis tanaman apa yang dipilih. Tetapi pemeliharaan pada tanaman paprika pada umumnya sebagai berikut: a. Pemilihan cabang produksi Pada tanaman Paprika perlu dilakukan pemilihan cabang utama untuk produksi, dengan hanya membiarkan 2 batang cabang yang hidup sebagai cabang utama. Pemilihan cabang produksi ini dilakukan karena tanaman paprika secure alami akan membentuk semak, dari batang utama akan bercabang dan dari setiap cabang akan membentuk dua cabang sehingga tanaman akan kelihatan bergerombol. Apabila tidak dilakukan pemilihan cabang, akan menghasilakan bunga yang banyak, karena pada sudut diantara dua cabang berpotensi menghasilkan bunga. Pemilihan cabang produksi ini juga dimaksudkan mengefesienkan translokasi hasil fotosintesis dari daun menuju buah dan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar mampu berproduksi dengan baik. Di dalam pemilihan cabang produksi sebaiknya mempunyai kriteria, antara lain : - kondisi cabang lebih baik dan sehat daripada cabang lain yang tumbuh. jarak antar cabang berjauhan dan menghadap keluar. ukuran atau besarnya cabang seimbang. mempunyai vigor yang baik. bebas dari penyakit. b. Pembuangan daun semu Daun-daun semu yang tumbuh diantara ketiak daun sebaiknya dibuang. Selain daun tersebut tidak bermanfaat, juga akan menyerap energi hasil asimilasi tanaman itu sendiri. Di dalam pembuangan daun semu ini dapat dilakukan bersamaan dengan pewiwilan. c. Pengikatan/pengajiran/pelilitan . pada tanamanTanaman yang tumbuh semakin besar dan tinggi, diperlukan pegangan untuk menopang tumbuhnya tanaman dengan benang/tali agar bisa berdiri tegak sesuai dengan pengaturan jalur yang direncanakan. Pengikatan/pelilitan benang/tali pada tanaman dilakukan bersamaan dengan pewiwilan
Pentingnya
Siapa yang tidak mengenal tanaman Paprika? Tanaman ini menghasilkan buah seperti cabe hanya saja berukuran besar, gemuk dengan rasa manis-manis agak pedas yang seringkali dipakai untuk makanan siap saji seperti Pizza, atau yang lainnya. Meskipun sudah banyak dikenal, namun tidak semua petani mau membudidayakannya. Bukan apa-apa, namun karena paprika itu sendiri tergolong ke dalam sayuran oriental dimana memiliki karakteristik antara lain : unik, harganya tinggi, disukai oleh kalangan tertentu terutama menengah atas sehingga tingkat permintaannya pun sedikit namun kontinyu. Artinya meskipun petani mampu menghasilkan paprika namun bila pemasarannya tidak terjamin akan percuma saja.
Tabel 1.
Perlaku an A
Pengaruh Jenis Bahan Naungan terhadap Hasil dan Kualitas Buah Cabai Paprika, Lembang 1988
Bobot Panjang Diameter buah per Buah buah (cm) tan (gr) (cm) 93,00 3.00 4.50 Kandungan air Kandungan buah saat total buah panen panen (%) (%) 87.39 3.88 gula saat
B C D E CD (%)
Membudidayakan paprika memang hampir sama dengan tanaman cabe namun karena produk yang dihasilkan ditujukan untuk segmen kalangan menengah ke atas, telah menuntut produk tersebut agar selalu berkualitas dan memenuhi standar yang ketat. Untuk itu, tidaklah mengherankan bila pengusahaannya pun harus memperhatikan semua aspek yang mempengaruhi keberhasilan budidaya. Adanya gugur bunga, gugur buah maupun daun haruslah dicegah sedemikian rupa sehingga tanaman paprika dapat berbuah secara optimal. Hal tersebut biasa terjadi hanya jika tanaman paprika berada dalam lingkungan yang kurang menguntungkan seperti kelembaban relatif rendah, temperatur tinggi, dan disertai intensitas cahaya matahari yang tinggi. Dengan kondisi lingkungan yang kurang mendukung tersebut mengakibatkan transpirasi dan evaporasi pada tanaman yang tinggi (berlebihan) dan kekurangan air dalam tanaman meskipun tanaman mendapat suplai air yang mencukupi. Tanaman paprika membutuhkan kondisi khusus agar tumbuh dengan baik. Salah satunya adalah menghendaki kisaran suhu optimum 21 o C 25 o C untuk pertumbuhan dan perkem-bangannya dan 18,3 26,7 o C untuk pembuahannya. Di luar itu, maka pertumbuhan paprika akan terganggu. Selain itu, tanaman paprika termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap intensitas cahaya yang tinggi, akibatnya bila ditanam pada kondisi yang intensitasnya tinggi menyebabkan hasil akhir bobot buah cabai paprika akan sangat rendah. Sebenarnya tidak akan menjadi masalah apabila penanaman paprika dilakukan dalam green house yang notabene kondisi iklim mikronya mudah dikontrol, namun mengingat pembuatan green house menelan biaya yang tidak sedikit, maka tidak sedikit petani kita yang mengusahakannya di lahan terbuka. Pengusahaan paprika di alam terbuka tentu saja membawa dampak kurang bagus pada produksinya karena intensitas cahaya dan suhu tidak sesuai yang diinginkan. Untuk mengatasi hal tersebut maka dalam pembudidayaannya harus diusahakan agar agroklimatnya terpenuhi dengan menggunakan sumber daya yang ada dan lebih terjangkau. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan naungan. Pemberian naungan itu sendiri ditenggarai dapat mengurangi intensitas cahaya matahari serta mengurangi kekurangan air akibat proses evapotranspirasi yang tinggi. Masalahnya adalah naungan seperti apa yang cocok dan bagus bagi tanaman paprika. Berkaitan dengan hal itu, sebuah penelitian telah dilakukan oleh Etty sumiati, Subhan dan Nunung Kartika staff peneliti Balai Penelitian Hortikultura lembang untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis naungan terhadap hasil dan kualitas cabe paprika hibrida. Penelitian yang dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Hortikultura Lembang di dilakukan pada bulan Februari Juli tahun 1988 menggunakan varietas Beauty. Naungan yang diuji ada 4 macam
yaitu naungan berupa tanaman hidup (dalam hal ini tanaman jagung), daun rumput alang-alang, jerami serta plastik bening. Tanaman jagung merupakan tanaman yang dapat tumbuh cepat serta tidak membutuhkan pemeliharaan khusus. Dengan penampilan daun yang lebar dan tanaman yang tinggi, sangat baik untuk menjadi naungan hidup bagi tanaman lain. Penanaman jagung dilakukan dengan jarak tanam 25 cm x 100 cm, paprika dapat ditanam diantara tanaman jagung tersebut. Daun rumput alang-alang sudah seringkita kenal sebagai gulma, namun dia juga dapat dimanfaatkan untuk atap rumah. Sedangkan plastik selain digunakan untuk keperluan rumah tangga maupun industri, juga sering digunakan sebagai naungan tanaman terutama untuk green house.
Tabel 2.
Perlaku an A B C D E CD (%)
Pengaruh Jenis Bahan Naungan terhadap Suhu, pH dan, Kelembaban Relatif dan Kandungan air Tanah , Lembang 1988
Temperatur Tanah pH (oC) tanah 27.04 26.05 25.04 24.04 25.04 c 9.97 a b c d 6.57 b 6.38 c 6.38 c 6.38 c 6.63 a 8.75 Kandungan Kelembaban Relatif tanah (%) (%) 50.50 67.50 68.00 68.75 56.25 d 9.32 e c b a 36.84 35.57 36.37 36.25 37.15 b 4.80 air
ab b b ab
Dengan
Naungan
lebih
Baik
Pentingnya peran naungan yang digunakan tanaman paprika terlihat nyata pada hasil pengamatan yang didasarkan kandungan khlorofil di daunnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan kandungan klorofil pada tanaman paprika yang dinaungi baik oleh tanaman jagung, alang-alang, jerami padi maupun dengan plastik. Adanya naungan tersebut, secara langsung akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang berlebihan. Artinya, naungan dari bahan apapun mampu menjadi pereduksi intensitas cahaya matahari yang datang langsung pada tanaman paprika yang notabene tidak tahan terhadap intensitas cahaya yang tinggi. Intensitas cahaya yang terlalu berlebihan tersebut juga akan mengganggu perkembangan sel-sel klorofil yang mengakibatkan kandungan klorofil menurun. Selain mengurangi intensitas cahaya, penggunaan naungan pada tanaman paprika ternyata dapat menurunkan suhu, dan pH tanah (Tabel 2). Hal ini penting karena bila suhu tanah terlalu tinggi, selain dapat mempe-ngaruhi penurunan laju fotosintesis, translokasi dan akumulasi fotosintat dari organ sumber ke organ penerima, juga dapat meningkatkan laju respirasi sel yang pada akhirnya akan mengurangi produksi netto fotosintesis. Penurunan pH akibat dari penggunaan naungan dapat membuat iklim agroklimat optimum bagi tanaman paprika. Dengan didukung oleh kondisi agroklimat yang optimal seperti kelembaban relatif yang tinggi, temperatur yang rendah, nilai pH optimum, serta intensitas cahaya yang rendah sebagai akibat pemberian naungan, menyebabkan tanaman paprika menjadi
berkecukupan air, berkurangnya gugur bunga dan buah, serta produktivitas dan kualitas buah paprika (yang dilihat dari bobot buah, diameter buah, panjang buah, kandungan air buah dan kandungan gula total) menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan naungan. Dari beberapa naungan yang digunakan, nampak bahwa penggunaan plastik memberikan hasil yang paling baik , sehingga wajar apabila plastik paling banyak digunakan green house untuk penanaman cabe paprika baik secara hidroponik maupun konvensional. (Jurnal Hortikultura XIX, 1990, Etty sumiati, Subhan dan Nunung Nurtika, peneliti muda ekofisiologi Tanaman Balai Penelitian Hortikultura Lembang)
Isu, sejelek apapun, tetap bisa dijadikan media pembelajaran, terutama bagi petani paprika. Tak bisa dimungkiri, lalat buah memang menjadi momok bagi para petani atau pembudidaya tanaman ini. Oleh karena itu, para petani perlu berusaha semaksimal mungkin untuk mengeliminasi kemungkinan terjadinya serangan hama lalat buah. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah menerapkan sistem pertanian setengah organik, atau semiorganik. Disebut semiorganik, karena memang tidak menerapkan sistem organik sempurna (100 %). Jadi ada kombinasi antara sistem organik dan nonorganik. Dalam hal ini, penggunaan pestisida sama sekali ditiadakan. Untuk mencegah maupun memberantas hama, petani dianjurkan menggunakan predator alami -meski sampai sekarang masih harus diimpor. Tetapi petani masih diperbolehkan menggunakan insektisida (obat antiserangga) dan fungisida (obat antijamur). Penyemprotan insektisida dilakukan satu kali dalam satu periode tanam. Itu pun dengan dosis yang sangatkecil. Pemakaian fungisida tetap dilakukan secara berkala, sekitar dua kali/minggu. Selain itu, para petani paprika perlu meninggalkan berbagai kebiasaan bertani secara konvensional. Dianjurkan menanam paprika tidak dalam lahan terbuka, namun dalam polibag serta diberi naungan dari plastik. Meski biaya produksi menjadi mahal, tetapi produkivitas tanaman bisa meningkat dan paprika relatif aman dari berbagai serangan hama dan penyakit, terutama lalat buah. Hal inilah yang kini diterapkan Dinas Pertanian Pemalang. Selain membuat demplot paprika di Desa Gombong (Kecamatan Belik), dengan desain serupa, Dinas juga membina ratusan petani paprika. Adakah persamaan antara Belik dan Lembang? Ya, keduanya berada di dataran tinggi. Tanaman ini memang lebih cocok dikembangkan di dataran tinggi yang berhawa sejuk. Setiap polibag diisi satu batang tanaman, yang pada masa panen bisa menghasilkan 3-4 kg paprika. Harga panen bervariasi, tergantung varietas dan kondisi pasar. Varietas yang populer di Indonesia antara lain paprika kuning, paprika merah, paprika oranye, dan paprika hijau.
Paprika kuning memiliki tingkat harga tertinggi (Rp 18.000/kg), diikuti paprika merah dan oranye (Rp 15.000), serta paprika hijau (Rp 8.000). Jika budidaya dilakukan secara benar, setinggi apapun biaya produksi, petani tetap dapat meraih keuntungan lebih besar daripada menanam cabai. (Yustisi Ardhi-32)