You are on page 1of 14

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK)

PSAK No.1 (Penyajian Laporan Keuangan) Tujuan pernyataan ini adalah menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut Laporan Keuangan agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan perusahaan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan perusahaan lain. Pengakuan, pengukuran dan pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam Pernyataan Standar Akutansi terkait. PSAK No.2 (Laporan Arus Kas) Tujuan Pernyataan ini adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi. PSAK No.3 (Laporan Keuangan Interim) Salah satu karakteristik kualitatif informasi keuangan adalah tepat waktu. Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari kelambatan pengambilan keputusan tersebut. Dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual surat berharga di pasar modal, laporan keuangan interim menjadi semakin diperlukan. Pemakai laporan keuangan membutuhkan laporan keuangan perusahaan secepat mungkin untuk memberikan gambaran tentang kegiatan perusahaan. PSAK No.4 (Laporan Keuangan Konsolidasi) Pernyataan ini mengatur penyajian laporan keuangan konsolidasi suatu kelompok perusahaan yang berada di bawah pengendalian suatu induk perusahaan. Laporan keuangan konsolidasi disajikan untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan yang meliputi posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas dari suatu kelompok perusahaan, yang secara ekonomis dianggap merupakan satu kesatuan usaha. PSAK No.5 (Pelaporan Segmen) Tujuan Pernyataan ini ialah untuk menetapkan prinsip-prinsip pelaporan informasi keuangan berdasarkan segmen yaitu informasi tentang berbagai jenis produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dan berbagai wilayah geografis operasi perusahaan dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam: (a) memahami kinerja masa lalu perusahaan secara lebih baik; (b) menilai risiko dan imbalan perusahaan secara lebih baik; dan (c) menilai perusahaan secara keseluruhan secara lebih memadai.

PSAK No.6 (Akuntansi dan Pelaporan Bagi Perusahaan dalam Tahap Pengembangan) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi dan pelaporan bagi perusahaan dalam tahap pengembangan. PSAK No.7 (Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa) Pernyataan ini berhubungan dengan pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan transaksi antara perusahaan pelapor dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa . PSAK No.8 (Peristiwa Setelah Tanggal Neraca) Tujuan dari pernyataan ini adalah :
a. Kondisi suatu perusahaan harus menyesuaikan laporan keuangannya untuk peristiwa setelah tanggal neraca; dan b. Pengungkapan yang harus dibuat oleh suatu perusahaan tentang tanggal penyelesaian laporan keuangan dan tentang peristiwa setelah tanggal neraca.

PSAK No.9 ({Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek) Pernyataan ini menjelaskan tentang pengertian dan penyajian aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek dalam laporan keuangan. Pernyataan ini tidak menjelaskan tentang dasar penilaian aktiva dan kewajiban tersebut. PSAK No.10 (Transaksi dalam Mata Uang Asing) Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara ; melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign operation). Untuk memasukan transaksi dalam valuta asing pada laporan keuangan suatu perusahaan, transaksi harus dinyatakan dalam mata uang pelaporan perusahaan. Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs valuta asing dalam laporan keuangan.

PSAK No.11 (Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing) Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara; melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign operations). Untuk memasukkan kegiatan usaha luar negeri pada laporan keuangan suatu perusahaan, laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri harus dijabarkan ke dalam mata uang pelaporan perusahaan. Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs valuta asing dalam laporan keuangan.

PSAK No.12 (Pelaporan Keuangan mengenai Bagian Partisipasi (Interest) dalam Pengendalian Bersama Operasi dan Aset) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur akuntansi untuk bagian partisipasi (interest) pada joint ventures, dan pelaporan aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban dalam laporan keuangan para venturer dan para investor. PSAK No.13 (Akuntansi Untuk Investasi) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk investasi dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya. PSAK No.14 (Persediaan) Tujuan Pernyataan ini adalah untuk merumuskan perlakuan akuntansi untuk persediaan menurut sistem biaya historis. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah jumlah biaya yang harus diakui sebagai aktiva dan konversi selanjutnya sampai pendapatan yang bersangkutan diakui. Pernyataan ini menyediakan pedoman praktis dalam penentuan biaya dan pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunannya menjadi nilai realisasi bersih (net realisable value). Pernyataan ini juga menyediakan pedoman rumus biaya yang digunakan untuk membebankan biaya pada persediaan. PSAK No.15 (Akuntansi untun Investasi dalam Perusahaan Asosiasi) Pernyataan ini mengatur perlakuan akuntansi untuk investor yang melakukan investasi dalam perusahaan asosiasi (associates). PSAK No.16 (Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain) Tujuan Pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk aktiva tetap. Masalah utama dalam akuntansi untuk aktiva tetap adalah saat (timing) pengakuan aktiva, penentuan jumlah tercatat, dan pembebanan penyusutan, serta penentuan dan perlakuan akuntansi atas penurunan nilai tercatat (carrying value). Pernyataan ini mensyaratkan bahwa aktiva tetap dapat diakui sebagai aktiva jika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan suatu aktiva dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan .

PSAK No.17 (Akuntansi Penyusutan) Tujuan dari Pernyataan ini adalah mengatur tentang pembebanan penyusutan aktiva yang dapat disusutkan. Masalah utama dalam akuntansi penyusutan suatu aktiva adalah penentuan jumlah yang dapat disusutkan, metode penyusutan dan penentuan masa manfaat keekonomian. PSAK No.18 (Akuntansi Dana Pensiun) Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang berdiri sendiri dan terpisah dari Pemberi Kerja, yang berfungsi untuk mengelola dan menjalankan program pensiun sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Mengingat bahwa Dana Pensiun mempunyai tujuan dan kegiatan usaha yang berlainan derlgan perusahaan pada umumnya, maka perlu disusun Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku khusus untuk Dana Pensiun sebagai pedoman proses akuntansi serta proses penyusunan laporan keuangan. Kekhususan Standar Akuntansi Keuangan Dana Pensiun terutama mengenai isi laporan keuangan, penilaian aktiva dan penentuan kewajiban manfaat pensiun . PSAK No.19 (Akuntansi Aktiva Tidak Berwujud) Tujuan Pernyataan ini ialah untuk menentukan perlakuan akuntansi bagi aktiva tidak berwujud yang tidak diatur secara khusus pada PSAK lainnya. Pernyataan ini mewajibkan perusahaan untuk mengakui aktiva tidak berwujud jika, dan hanya jika, kriteria-kriteria tertentu dipenuhi. Pernyataan ini juga mengatur cara mengukur nilai tercatat dari aktiva tidak berwujud dan menentukan pengungkapan yang harus dilakukan bagi aktiva tidak berwujud. PSAK No.20 (Biaya Riset dan Pengembangan) Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk biaya riset dan pengembangan. Permasalahan pokok dalam akuntansi untuk biaya dari kegiatan riset dan pengembangan adalah apakah biaya seperti itu harus diakui sebagai aktiva atau beban. Pernyataan ini menggunakan kriteria pengakuan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan untuk menentukan kapan biaya riset dan pengembangan harus diakui sebagai beban dan kapan harus diakui sebagai aset. Pernyataan ini juga menyediakan pedoman praktis untuk penerapan kriteria-kriteria tersebut. PSAK No.21 (Akuntansi Ekuitas) Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.

PSAK No.22 (Akuntansi Penggabungan Usaha) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur akuisisi (acquisition) suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya dan juga penyatuan kepemilikan (uniting/pooling of interest) apabila pengakuisisi tidak dapat diidentifikasi. Akuntansi untuk akuisisi mencakup penentuan biaya perolehan (cost of acquisition), alokasi biaya perolehan (cost) pada aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi, dan akuntansi untuk goodwill yang timbul pada saat dan setelah akuisisi. Masalah akuntansi lain sehubungan dengan penggabungan usaha adalah penentuan jumlah kepemilikan minoritas, akuntansi untuk serangkaian akuisisi selama suatu periode tertentu, perubahan yang terjadi atas biaya perolehan, identifikasi terhadap aktiva dan kewajiban, dan pengungkapan yang diperlukan. PSAK No.23 (Pendapatan) Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa. Tujuan Pernyataan ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi tertentu. Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal. Pernyataan ini mengidentifikasikan keadaan yang memenuhi kriteria tersebut agar pendapatan dapat diakui. Pernyataan ini juga memberikan pedoman praktis dalam penerapan kriteria tersebut. PSAK No.24 (Imbalan Kerja) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja. Pernyataan ini mengharuskan perusahaan untuk mengakui: a) kewajiban jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan b) beban jika perusahaan menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.

PSAK No.25 (Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi) Tujuan dari Pernyataan ini adalah untuk menjelaskan penggolongan, pengungkapan dan perlakuan akuntansi atas unsur tertentu dalam laporan laba rugi sehingga semua perusahaan menyusun dan menyajikan laporan laba rugi berlandaskan pada suatu basis yang konsisten. Hal tersebut akan meningkatkan daya banding laporan keuangan antar periode suatu perusahaan dan laporan keuangan antar perusahaan. Sehubungan dengan itu, Pernyataan ini menetapkan standar tentang penggolongan dan pengungkapan pos luar biasa (extraordinary items), pengungkapan tentang unsurunsur tertentu sehubungan dengan laba rugi aktivitas normal, perubahan estimasi akuntansi (accounting estimates), kebijakan akuntansi (accounting policies) dan perlakuan akuntansi atas kesalahan yang mendasar (fundamental errors). PSAK No.26 (Biaya Pinjaman) Tujuan Standar ini adalah untuk menentukan perlakukan akuntansi atas biaya pinjaman. Secara umum standar ini mengharuskan pembebanan segera biaya pinjaman pada saat terjadinya. Akan tetapi untuk biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan, konstruksi atau produksi dari suatu qualifying asset, standar ini mengharuskan kapitalisasi biaya pinjaman tersebut. PSAK No.27 (Akuntansi Perkoperasian) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi yang timbul dari hubungan transaksi antara koperasi dengan anggotanya dan transaksi lain yang spesifik pada koperasi. Pernyataan ini mencakup pengaturan mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan. PSAK No.28 (Akuntansi Asuransi Kerugian) Industry asuransi berkembang selaras dengan perkembangan dunia usaha pada umumnya. Kehadiran industri asuransi merupakan hal yang rasional dan tidak terelakkan pada situasi dimana sebagian besar pengusaha dan anggota masyarakat memiliki kecenderungan umum untuk menghindari atau mengalihkan risiko kerugian keuangan. Industri asuransi yang mengambil alih atau menanggung sebagain risiko tersebut. Untuk itu, pengusaha atau pihak tertanggung harus membayar premsi asuransi. Pernyataan standar akuntansi keuangan ini mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi yang berkaitan secara khusus dengan industri asuransi kerugian. Halhal yang bersifat umum atau hal-hal yang tidak diatur dalam pernyataan ini, diperlakukan dengan mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku umum.

PSAK No.29 (Akuntansi Minyak dan Gas Bumi) a. Industri minyak dan gas bumi meliputi usaha pencarian (exploration), pengembangan (development), serta produksi cadangan minyak dan gas bumi, usaha pengolahan minyak dan gas bumi (refinery); dan usaha angkutan dengan kapal laut (tanker) serta usaha pemasaran minyak dan gas bumi serta produk-produk hasil pengolahan yang lain. b. Sifat dan karakteristik industri minyak dan gas bumi berbeda dengan industri lainnya. Pencarian (exploration) minyak dan gas bumi merupakan kegiatan untung-untungan (gambling), karena meskipun telah dipersiapkan secara cermat dengan biaya yang besar, tidak ada jaminan bahwa kegiatan tersebut akan berakhir dengan penemuan cadangan minyak. Berhubung minyak dan gas bumi merupakan usaha yang memerlukan teknologi tinggi, padat modal dan sarat risiko, maka diperlukan pengelolaan yang benar-benar profesional. c. Dalam industri perminyakan terbuka kemungkinan untuk menggalang kerja sama antara beberapa perusahaan untuk mengelola suatu cadangan minyak, baik dalam bentuk kerja sama permodalan maupun operasi bersama. Kerja sama tersebut, yang antara lain dapat dilakukan melalui kontrak bantuan teknis, joint operation agreement, joint operation body, unitisasi, dan secondary recovery, dapat menimbulkan kepemilikan bersama. d. Sebagai akibat dari sifat dan karakteristik dari industri minyak dan gas bumi, maka terdapat beberapa perlakuan akuntansi khusus untuk industri tersebut yang berbeda dengan industri lainnya. PSAK No.30 (Akuntansi Sewa Guna Usaha) Pernyataan ini dirumuskan berdasarkan beberapa alasan berikut ini: (a) Diperlukan ketegasan tentang perlakuan dan pelaporan transaksi sewa guna usaha yang dapat mengungkapkan status aktiva yang disewagunausahakan baik bagi perusahaan sewa guna usaha maupun penyewa guna usaha. (b) Perlu adanya pedoman tentang keseragaman perlakuan akuntansi transaksi sewa guna usaha sehingga data keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dianalisis dan ditafsirkan dengan mudah oleh semua pihak yang berkepentingan. (c) Dengan meluasnya transaksi sewa guna usaha di Indonesia setelah kebijakan deregulasi dan debirokratisasi, maka perlu diatur pengungkapan yang layak dalam standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai laporan keuangan.

PSAK No.31 (Akuntansi Perbankan) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran , penyajian dan pengungkapan laporan keuangan bank. PSAK No.32 (Akuntansi PErhutanan) Dengan memperhatikan karakteristik dan perkembangan usaha pengusahaan hutan dalam kerangka peraturan pemerintah dan peraturan perundangan yang berlaku, serta agar pihak yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan pengusahaan hutan, diperlukan informasi keuangan pengusahaan hutan yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan pengusahaan hutan. Untuk itu, diperlukan suatu standar akuntansi yang mengatur perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan untuk transaksi yang spesifik dalam usaha pengusahaan hutan. PSAK No.33 (AKuntansi Pertambangan Umum) Sebagai akibat dari sifat dan karakteristik industri pertambangan umum, maka terdapat beberapa perlakuan akuntansi khusus untuk industri tersebut yang berbeda dengan industri lainnya terutama perlakuan akuntansi biaya eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, dan pengelolaan lingkungan hidup. PSAK No.34 (AKuntansi Kontrak Konstruksi) Tujuan Pernyataan ini adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi. Karena sifat dari aktivitas yang dilakukan pada kontrak konstruksi, tanggal saat aktivitas kontrak mulai dilakukan dan tenggal saat aktivitas tersebut diselesaikan biasanya jatuh pada periode akuntansi yang berlainan. Oleh karena itu, persoalan utama dalam akuntansi kontrak konstruksi adalah alokasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak pada periode dimana pekerjaan konstruksi tersebut dilaksanakan. Pernyataan ini menggunakan kriteria pengakuan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan untuk menentukan kapan pendapatan dan biaya suatu kontrak konstruksi harus diakui sebagai pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi. Pernyataan ini juga menyediakan pedoman pelaksanaan penerapan kriteria tersebut. PSAK No.35 (Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi dan cara pengukuran pendapatan jasa telekomunikasi. PSAK No.36 (Akuntansi Asuransi Jiwa) Pernyataan ini dimaksudkan untuk digunakan dalam penyajian laporan keuangan usaha asuransi jiwa. Hal-hal yang tidak secara khusus diatur dalam Pernyataan ini wajib mengacu kepada prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam hal transaksi utama perusahaan berhubungan dengan transaksi asuransi jiwa, maka wajib mengacu pada Pernyataan ini.

PSAK No.37 (Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur akuntansi penyelenggaraan jalan tol yang mencakup: a) pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aktiva jalan tol, kewajiban, dan pendapatan yang timbul dari penyelenggaraan jalan tol; b) perlakuan akuntansi untuk pengeluaran setelah perolehan jalan tol. PSAK No.38 (Akuntansi Restrujturisasi Entitas Sepengendali) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akutansi transaksi restrukturisasi entitas sepengendali (under common control), yang tidak dicakup oleh PSAK 22 tentang Akutansi Pengabungan Usaha. PSAK No.39 (Akuntansi Kerjasama Operasi) Pernyataan ini bertujuan mengatur akuntansi kegiatan Kerjasama Operasi (KSO), yakni yang berkaitan dengan: a) pengakuan dan pengukuran akun-akun yang timbul dari kegiatan KSO seperti aset, kewajiban, pendapatan, dan beban. b) penyajian dan pengungkapan akun-akun kegiatan KSO. PSAK No.40 (Akuntansi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk perubahan nilai investasi perusahaan investor pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi akibat adanya perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi, yang belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 15 tentang Akuntansi untuk Investasi Dalam Perusahaan Asosiasi dan untuk investasi pada anak perusahaan, yang tidak diatur oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi. PSAK No.41 (Akuntansi Waran) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi waran (warrants), baik untuk waran yang diterbitkan menyertai penerbitan Efek hutang, waran yang diterbitkan menyertai saham, maupun waran yang diterbitkan tanpa menyertai penerbitan Efek. PSAK No.42 (Akuntansi Perusahaan Efek) Pernyataan ini bertujuan mengatur akuntansi untuk kegiatan Perusahaan Efek yang meliputi: a. perantara pedagang efek; b. penjamin emisi efek c. mamajer investasi

PSAK No.43 (Akuntansi Anjak Piutang) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi beserta pengungkapan transaksi anjak piutang baik bagi factor maupun bagi klien. PSAK No.44 (Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estate) Pernyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi yang secara khusus, berkaitan dengan aktivitas pengembangan real estat (real estat development activities). Hak-hak umum atau hal-hal yang tidak diatur dalam Pernyataan ini, harus diperlakukan dengan mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku umum. PSAK No.45 (Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Dengan adanya standar pelaporan, diharapkan laporan keuangan organisasi nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi. PSAK No.46 (Akuntansi Pajak Penghasilan) Pernyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan. Masalah utama perlakuan akuntasi untuk pajak penghasilan adalah bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensipajak pada periode berjalan dan periode mendatang untuk hal-hal berikut ini: a) pemulihan nilai tercatat aktiva yang diakui pada neraca perusahaan atau pelunasan nilai tercatat kewajiban yang diakui pada neraca perusahaan; dan b) transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada laporan keuangan perusahaan. PSAK No.47 (Akuntasi Tanah) Tujuan Pernyataan ini: a) Mengatur perlakuan akuntansi dan pelaporan tanah sebagai aktiva tetap dan penyusutannya. b) Mengatur perlakuan akuntansi dan pelaporan hak atas tanah sebagai Beban Tangguhan dan amortisasinya. PSAK No.48 (Penurunan Nilai Akitiva) Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi aktiva yang turun nilainya dan konsekuensi penurunan nilai tersebut. Jika perusahaan mengidentifikasi bahwa aktiva secara potensial akan turun nilainya, pernyataan ini mengharuskan perusahaan untuk menentukan taksiran jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) dari aktiva tersebut. Jika jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tersebut lebih kecil dari nilai tercatatnya, pernyataan ini mengharuskan perusahaan untuk mengakui kerugian penurunan nilai aktiva. Pernyataan ini juga mengatur kapan perusahaan harus memulihkan (reverse) kerugian penurunan nilai aktiva yang telah diakui dan pengungkapan yang diperlukan untuk aktiva yang turun nilainya.

PSAK No.49 (Akuntansi Reksa Dana) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur akuntansi bagi reksa dana terbuka. PSAK No.50 (Akuntansi Investasi Efek Tertentu) Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang sudah diterbitkan, masih ditemukan adanya perbedaan perlakuan akuntansi untuk pengakuan dan pengukuran nilai investasi efek, terutama efek utang. Pernyataan ini dimaksudkan untuk menyamakan pengaturan akuntansi dan pelaporan investasi efek utang dan efek ekuitas. PSAK No.51 (AKuntansi Kuasi Reorganisasi) Pernyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk kuasi-reorganisasi yang diatur oleh perusahaan. PSAK No.52 (Mata Uang Pelaporan) Pernyataan ini bertujuan mengatur mata uang yang digunakan oleh perusahaan dalam catatan akuntansi dan laporan keuangan. PSAK No.53 (AKuntansi Kompensasi Berbasis Saham) Pernyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk kompensasi berbasis saham. PSAK No.54 (AKuntansi Restrukturisasi Utang Piutang Bermasalah) Pernyataan ini mengatur standar akuntansi keuangan dan pelaporan restrukturisasi hutang-piutang bermasalah, baik bagi debitur maupun kreditur. Pernyataan ini tidak mencakup akuntansi untuk penyisihan piutang tidak tertagih dan tidak mengatur metode estimasi piutang tidak tertagih. PSAK No.55 (Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung nilai) Pernyataan ini mengatur akuntansi instrumen derivatif, termasuk instrumen derivatif tertentu yang melekat pada perjanjian lainnya, dan aktivitas hedging (lindung nilai). PSAK No.56 (Laba Per Saham) Standar ini bertujuan untuk menetapkan teknik penghitungan, penyajian, dan pengungkapan LPS yang pada gilirannya akan meningkatkan daya banding kinerja antarperusahaan dan antarperiode.

PSAK No.57 (Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontijensi) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan dan pengukuran kewajiban diestimasi, kewajiban kontinjensi dan aktiva kontinjensi serta untuk memastikan informasi memadai telah diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Dengan demikian, para pemakai dapat memahami sifat, waktu, dan jumlah yang terkait dengan informasi tersebut.

PSAK No.58 (Operasi dalam Penghentian) Tujuan Pernyataan ini ialah untuk mengatur prinsip-prinsip pelaporan informasi tentang operasi dalam penghentian, sehingga meningkatkan kemampuan pengguna laporan keuangan dalam membuat proyeksi tentang arus kas perusahaan, kemampuan perusahaan menghasilkan laba, dan posisi keuangan perusahaan dengan memisahkan informasi tentang operasi dalam penghentian dengan informasi tentang operasi yang tetap berlangsung. PSAK No.59 (Akuntansi Perbankan Syariah) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi (pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan) transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank syariah.

Proses Penyusunan SAK


Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini. Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha. Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.

Interpretasi SAK (ISAK)


ISAK 1 Intepretasi atas Paragraf 23 PSAK 21 Tentang Penentuan Harga Pasar Dividen Saham Alasan Interpretasi SAK No. 1 ini adalah bagi perusahaan yang sahamnya terdaftar di bursa efek, besar kemungkinannya tersedia beberapa harga pasar saham yang berbeda pada tanggal deklarasi dividen saham, terutama apabila harga pasar saham tersebut berbeda secara signifikan. Dividen saham dicatat berdasarkan harga pasar terakhir (harga pasar pada penutupan sesi terakhir) yang tersedia pada saat deklarasi. Interpretasi ini berlaku untuk dividen saham yang dilakukan mulai tanggal 1 Januari 1995. ISAK 2 Interpretasi Atas PSAK No. 21 Pasal 25 Tentang Penyajian Modal Dalam Neraca dan PSAK 31 Tentang Piutang Pada Pemesan Saham Alasan diterbitkannya ISAK No 2 yaitu sehubungan dengan akun Piutang kepada Pemesan Saham, timbul pertanyaan, apakah piutang tersebut harus dikompensasi sebagai pengurang akun ekuitas. Interpretasi ini harus dibaca dan digunakan dalam kaitannya dengan PSAK No. 21 tentang Akuntansi Ekuitas. Interpretasi ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. ISAK 3 Interpretasi Tentang Perlakuan Akuntansi Atas Pemberian Sumbangan atau Bantuan (Reformat 2007) Alasan interpretasi No. 3 ini adalah dalam menjalankan usahanya, dapat terjadi bahwa perusahaan memberikan sumbangan atau bantuan kepada pihak lain atau masyarakat. Sehubungan dengan sumbangan atau bantuan tersebut, timbul pertanyaan, apakah suatu sumbangan atau bantuan merupakan beban atau distribusi laba (pembagian saldo laba), dan kapan pemberian suatu sumbangan atau bantuan diakui dalam laporan keuangan. ISAK 4 Interpretasi atas Paragraf 20 PSAK 10 (Reformat 2007) Tentang Alternatif Perlakuan yang Diizinkan atas Selisih Kurs (Reformat 2007) Alasan interpretasi ISAK No. 4 ini adalah dalam penerapan paragraf 20 PSAK 10 (Reformat 2007), timbul berbagai pertanyaan sebagai berikut: 1.Apa yang dimaksud dengan depresiasi luar biasa dalam paragraf 20? 2.Akibat gejolak moneter, terjadi akselerasi depresiasi rupiah yang mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam penentuan premi lindung nilai serta tingginya tingkat premi instrument lindung nilai pada periode tertentu. Apakah kondisi tersebut dapat memenuhi persyaratan tidak mungkin dilakukan lindung nilai sebagaimana dimaksud dalam paragraf 20? 3.Apabila persyaratan yang ditentukan dalam paragraf 20 dapat terpenuhi, bagaimana melakukan kapitalisasi selisih kurs? Interpretasi ini harus dibaca dan digunakan dalam kaitannya dengan PSAK No. 10 (Reformat 2007) tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing.

ISAK No. 5 Interpretasi atas Paragraf 14 PSAK 50 (1998) Tentang Pelaporan Perubahan Nilai Wajar Investasi Efek Dalam Kelompok Tersedia untuk Dijual Alasan diterbitkannya PSAK No. 5 ini adalah salah satu sumber daya suatu entitas adalah setoran modal pemilik yang disajikan sebagai unsur ekuitas dalam neraca. Namun demikian, ada jenis entitas tertentu yang asal sumber dayanya, selain dari kreditor, tidak atau tidak hanya berasal dari ekuitas pemilik, seperti: (a) Asal sumber daya entitas nirlaba berupa sumbangan dari para penyumbang (donatur). Asal sumber daya ini disajikan sebagai unsur aset bersih dan diklasifikasikan berdasarkan pembatasan penggunaan yang ditetapkan oleh penyumbang menjadi: (i) aset bersih tidak terikat, (ii) aset bersih terikat temporer, dan atau (iii) aset bersih terikat permanen; (b) Asal sumber daya entitas pengelola jaminan sosial tenaga kerja (social security) berdasarkan peraturan perundang-undangan berupa kontribusi peserta dan setoran modal pemilik. Asal sumber daya dari kontribusi peserta disajikan sebagai unsure tersendiri yang dipisahkan dari unsur kewajiban (kepada selain peserta) dan ekuitas. ISAK 6 Interpretasi atas Paragraf 12 dan 16 PSAK No. 55 (1999) Tentang Instrumen Derivatif Melekat Pada Kontrak Dalam Mata Uang Asing Alasan diterbitkannya ISAK No. 6 Ini, di Indonesia banyak kontrak yang mensyaratkan pembayaran dalam mata uang asing yang bukan merupakan mata uang fungsional dari salah satu atau semua pihak utama yang mengadakan perikatan kontrak. Contohnya adalah kontrak sewa ruang kantor dalam mata uang dolar Amerika Serikat, sedangkan mata uang fungsional pihak lesso maupun lessee adalah rupiah. Sehubungan dengan itu, timbul pertanyaan apakah semua kontrak yang mensyaratkan pembayaran dalam mata uang asing, sedangkan mata uang fungsional dari salah satu atau semua pihak utama yang mengikatkan dirinya dalam kontrak adalah Rupiah, dianggap mengandung unsur instrumen derivatif melekat yang sesuai PSAK No. 55 (1999) paragraf 12 dan 16, harus dilaporkan secara terpisah berdasarkan nilai wajarnya? ISAK 7 Interpretasi Atas Paragraf 5 dan 19 PSAK No. 4 (Reformat 2007) Tentang Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus Alasan diterbitkannya ISAK 7, suatu entitas dapat didirikan untuk mencapai suatu tujuan khusus yang terbatas (misal, untuk melakukan leasing, kegiatan riset dan pengembangan atau sekuritisasi aset keuangan). Suatu entitas bertujuan khusus (EBK) atau special purpose entities (SPE) dapat berbentuk perusahaan, perserikatan, firma atau entitas yang tidak berbentuk badan hukum. EBK umumnya dibentuk dengan ketentuan kontraktual yang mengatur secara ketat atau memberikan batasan tetap atas kewenangan pimpinan atau manajemen atau wali amanat untuk membuat keputusan mengenai pengoperasian EBK. Ketentuan ini sering kali menjelaskan bahwa kebijakan dalam mengoperasikan EBK tidak dapat dimodifikasi atau diubah (beroperasi dengan autopilot), kecuali mungkin oleh pendiri atau sponsornya. Sponsor (perusahaan yang diwakili EBK) sering kali mentransfer atau menjual asetnya ke EBK, memperoleh hak pemakaian aset yang dikuasai oleh EBK atau memberikan jasa untuk EBK, sementara pihak lain (penyedia modal) mungkin menyerahkan dana kepada EBK. Perusahaan yang bertransaksi dengan EBK (sering kali adalah pendiri/ sponsor) mungkin secara substansi mengendalikan EBK.

You might also like