You are on page 1of 12

Susilo Bambang Yudhoyono Dengan kemenangan pada pemilu 2004, membawa Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla

memangku jabatan presiden dan wakil presiden. Kabinet ini meletakkan landasan operasional politik luar negerinya dalam tiga program utama nasional kebijakan luar negeri, yang termuat dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) tahun 2004-2009, yaitu: 1. pemantapan politik luar negeri dan optimalisasi diplomasi indonesia dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri. tujuan pokok dari upaya tersebut adalah meningkatkan kapasitas dan kinerja politik luar negeri dan diplomasi dalam memberikan kontribusi bagi proses demokratisasi, stabilitas politik dan persatuan nasional. langkah ini sejalan dengan pidato bung hatta pada 15 desember 1945, yang menyatakan bahwa politik luar negeri yang dijalankan oleh negara mestilah sejalan dengan politik dalam negeri. seluruh rakyat harus berdiri dengan tegak dan rapat dibelakang pemerintah republik indonesia. sebagaimana lebih lanjut disampaikan oleh hatta, bahwa persatuan yang sekuat-kuatnya harus ada, barulah pemerintah dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya dalam diplomasi yang dijalankan. 2. peningkatan kerjasama internasional yang bertujuan memanfaatkan secara optimal berbagai peluang dalam diplomasi dan kerja sama internasional, terutama kerjasama ASEAN dalamn penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri merupakan aktualisasi dari pendekatan ASEAN sebagai concentric circle utama politik luar negeri indonesia. 3. penegasan komitmen perdamaian dunia yang dilakukan dalam rangka membengun dan mengembangkan semangat multilateralisme yang dilandasi dengan penghormatan terhadap hukum internasional dipandang sebagai cara yang lebih dapat diterima oleh subjek hukum internasional dalam mengatasi masalah keamanan internasional. komitmen terhadap perdamaian internasional relevan dengan tujuan hidup bernegara dan berbangsa, sebagaimana dituangkan dalam alinea IV pembukaan undang-undang dasar 1945. Hal yang cukup mengejutkan mengenai politik luar negeri Indonesia adalah digalakkannya politik luar negeri dari Bebas-Aktif yang menuju Dinamis- Proaktif. Dalam pidato bersejarah, Mendayung di Antara Dua Karang, Bung Hatta mengatakan: ...mestikah kita bangsa Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara kita hanya harus memilih antara pro-Rusia atau pro-Amerika? Beliau kemudian menggariskan bahwa Indonesia tidak boleh sekadar menjadi objek dalam percaturan internasional. Indonesia harus menjadi subjek yang dapat menentukan kebijakannya sendiri. Dalam pandangan Presiden Yudhoyono, prinsip bebas-aktif tidak berarti menjadikan Indonesia tidak berani bersikap. Dengan prinsip itu, Indonesia berjuang sebagai pelopor membebaskan bangsa-bangsa dari segala macam penjajahan dan aktif mendorong mewujudkan tata dunia baru yang menjunjung tinggi perikemanusiaan dan perikeadilan. Presiden Yudhoyono menyatakan bahwa sudah waktunya Indonesia memiliki kebijakan luar

negeri baru sesuai dengan perubahan dunia saat ini. Indonesia harus menegakkan harga dirinya dan tidak mengedepankan sikap emosional dalam menghadapi masalah internasional. Melihat realitas yang ada, dalam bersikap kita juga harus dapat memadukan aturan, nilai hubungan internasional, kondisi pasar dunia, demokrasi, dan rasionalitas. Karena itu, strategi polugri mendatang harus akomodatif agar mampu menghadapi berbagai perubahan dunia kontemporer. Indonesia harus dapat menentukan skala prioritas, apakah fokus pada masalah multilateral, regional, ataukah bilateral. Selain itu, harus berani berpihak pada masalah-masalah yang tak kenal batas negara, seperti hak asasi manusia, lingkungan, gender, dan kemiskinan. Indonesia juga dituntut untuk menyelaraskan kemampuan dan kapasitasnya sendiri dan mendefinisikan kepentingan nasionalnya dengan jelas. Paralel dengan itu, Indonesia tampaknya perlu prioritas kepada masalah regional dan bilateral yang secara langsung berdampak pada kepentingan nasional dan mampu meningkatkan bargaining position Indonesia di dunia. Sekarang ini, berdasarkan pandangan Menlu Marty Natalagawa, pemerintahan Indonesia saat ini tampak tegas dalam menjalankan politik luar negerinya karena Indonesia bisa dengan tegas mengambil keputusannya sendiri dengan tidak ingin ikut-ikutan membentuk atau bergabung dalam aliansi tertentu sehingga Indonesia tidak memiliki musuh dalam konteks hubungan internasional. Selain itu pula, katanya, Indonesia juga tidak pernah menganggap negara mana pun sebagai ancaman sehingga semua negara sebetulnya mempunyai tataran yang sama dan setara. Posisi Indonesia dalam menjalankan politik luar negeri bebas aktif menjadikan Indonesia bisa memainkan peranannya dalam kancah dunia internasional, khususnya dalam menciptakan perdamaian dunia. Demikian juga untuk pelaksanaan politik di dalam negeri, pemerintah tetap menganut asas demokratis dalam upaya untuk menunjang politik luar negeri yang bebas aktif. Presiden Yudhoyono menegaskan bahwa Indonesia akan tetap menjalankan prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif. Tetapi, Indonesia perlu membangun sebuah jangkar yang lebih kuat untuk peran regional dan globalnya dimasa depan memang diperlukan, tetapi tidak cukup jika kita ingin mendapatkan perspektif yang lebih baik mengenai bagaimana politik luar negeri Indonesia dapat menjadi jangkar untuk membantu Indonesia dalam menghadapi tantangan yang lebih berat di tahun-tahun berikutnya yang jelas keputusan luar negeri Indonesia dibuat dan dipengaruhi oleh faktor-faktor domestik dan internasional. Jika PLNRI yang diterjemahkan Bung Hatta adalah bagaikan mendayung di antara 2 karang, maka Pak Banto mengatakan bahwa PLNRI di masa SBY adalah mengarungi lautan bergelombang, bahkan menjembatani 2 karang. Hal tersebut dapat dilihat dengan berbagai insiatif Indonesia untuk menjembatani pihak-pihak yang sedang bermasalah. Kemudian, terdapat aktivisme baru dalam PLNRI masa SBY. Ini dilihat pada: komitmen Indonesia dalam reformasi DK PBB, atau gagasan SBY untuk mengirim pasukan perdamaian di Irak yang terdiri dari negara-negara Muslim (gagasan ini belum terlaksana hingga kini). Selain itu, terdapat ciri-ciri khas PLNRI di masa SBY, yaitu:

terbentuknya kemitraan-kemitraan strategis dengan negara-negara lain (Jepang, China, India, dll). terdapat kemampuan beradaptasi Indonesia pada perubahan-perubahan domestik dan perubahan-perubahan di luar negeri. prakmatis kreatif dan oportunis, artinya Indonesia mencoba menjalim hubungan dengan siapa saja yang bersedia membantu dan menguntungkan pihak Indonesia. TRUST, yaitu: membangun kepercayaan terhadap dunia Internasional. Yakni: unity, harmony, security, leadership, prosperity.1

Menjadikan TRUST sebagai sasaran berarti politik luar negeri Indonesia itu tegas, efektif, konsisten, tetapi fleksibel dan adaptif. Oleh sebab itu, Indonesia, dalam menjalankan politik luar negerinya membutuhkan kepercayaan dari publik domestik dan masyarakat internasional. Jangkar yang lebih kuat terhadap politik luar negeri Indonesia dapat membangun kepercayaan yang membawanya kepada kemitraan yang ekstensif. Keputusan politik luar negeri harus dibuat berdasarkan prioritas dan berdasarkan perkiraan mengenai apa yang dapat diberikan oleh mitra Indonesia untuk pembangunan Indonesia. Disinilah pentingnya sebuah kemitraan. Karena tantangan politik luar negeri Indonesia yang akan semakin keras di masa depan, maka politik luar negeri Indonesia harus dirancang sedemikian rupa sehingga ia merefleksikan kebutuhan-kebutuhan Indonesia sekarang maupun di masa depan. Bagi Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa sendiri, TRUST sesungguhnya adalah bagian penting dari kepentingan nasional yang mencakup ruang domestik dan internasional. Karenanya, pemerintah Indonesia akan tetap memilih pendekatan diplomasi multilateral dalam pelaksanaan politik luar negeri dan kerjasama internasional pada 2010 dan seterusnya.

Permasalahan Pada masa Orde Baru, Perkembangan ekonomi dan politik terlihat jelas. Tetapi,rakyat dikekang sehingga tidak ada kebebasan berpendapat. Setelah reformasi telahberlangsung pergantian kepemerintahan. Setiap masa kepemerintahan masing-masingpemimpin memiliki karakter dan situasi yang berbeda. Masa pemerintahan yang terakhiradalah masa pemerintahan SBY yang berlangsung dari 20 Oktober 2004 sampaisekarang. Pada masa itu telah terjadi berbagai kondisi dan diterapkan beberapakebijakan baik dalam bidang politik, hukum, ekonomi, pendidikan, sosial, maupunbudaya. Siapakah SBY sebenarnya? Apa saja kondisi yang dialami pada masapemerintahan SBY? Apa saja kebijakan yang ditempuh pada masa pemerintahan SBY?Bagaimana perbandingan masa pemerintahan SBY dengan masa pemerintahan parapemimpin sebelumnya?

Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dapat dibagi menjadi dua masa, yaitu masa pemerintahan SBY-JK dan SBYBoediono. Pemerintahan SBY-JK berlangsung pada tahun 2004-2009. Dalam pemerintahan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Jusuf Kalla mencetuskan visi dan misi sebagai berikut : Visi : 1) Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai. 2) Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak-hak asasi manusia. 3) Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Misi : 1) Mewujudkan Indonesia yang aman damai 2) Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis 3) Mewujudkan Indonesia yang sejahtera Pemerintahan SBY-Boediono berlangsung dari tahun 2009 sampai sekarang. Dalam pemerintahan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Boediono mencetuskan visi dan misi sebagai berikut : Visi : TERWUJUDNYA INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL, DAN MAKMUR 1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera 2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi 3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang Misi : MEWUJUDKAN INDONESIA YANG LEBIH SEJAHTERA, AMAN DAN DAMAI DAN MELETAKKAN FONDASI YANG LEBIH KUAT BAGI INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS. 1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai Kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia. 2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good Corporate Governance.

Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk partisipasi dan kreativitas segenap komponen Bangsa. 4. Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan memberantas korupsi. 5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka Pembangunan Masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen bangsa.3. Kondisi dan Kebijakan 1) Politik Dalam pemilu legislatif 2004, partai yang didirikan oleh SBY, yaitu Partai Demokrat, meraih 7,45% suara. Kemudian pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi mencalonkann ya sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla. Dalam masa kepemimpinannya bersama Jusuf Kalla, beliau didukung oleh koalisi dari Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang. Kemudian di pemilu 2009, SBY kembali menjadi calon presiden bersama pasangan barunya yaitu Boediono dan kembali terpilih sebagai presiden Indonesia. Pada periode kepemimpinannya yang pertama, SBY membentuk Kabinet Indonesia Bersatu yang merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. Kabinet Indonesia Bersatu dibentuk pada 21 Oktober 2004 dan masa baktinya berakhir pada tahun 2009. Pada 5 Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan kabinet untuk pertama kalinya, dan setelah melakukan evaluasi lebih lanjut atas kinerja para menterinya, Presiden melakukan perombakan kedua pada 7 Mei 2007.

Pada periode kepemimpinannya yang kedua, SBY membentukKabinet Indonesia Bersatu II yang merupakan kabinet pemerintahanIndonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama WakilPresiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari usulan partaipolitik pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkankursi di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah PartaiGolkar yang bergabung setelahnya, tim sukses pasangan SBY-Boediono padaPilpres 2009, serta kalangan profesional. Susunan Kabinet Indonesia Bersatu IIdiumumkan oleh Presiden SBY pada 21 Oktober 2009 dan dilantik seharisetelahnya. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY mengumumkan pergantianMenteri Keuangan. Pada tanggal 18 Oktober 2011, Presiden SBYmengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, beberapa wajah barumasuk ke dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan didalam kabinet. Konsep Trias Politika (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) pada masapemerintahan SBY mengalami perubahan progresif, dimana konsep tersebutberusaha menempatkan posisinya berdasarkan prinsip structural Sistem PolitikIndonesia, yakini berdasarkan kedaulatan rakyat. Pada masa pemerintahan SBY,hal tersebut benar-benar terimplementasikan, dimana rakyat bisa memilihsecara langsung calon wakil rakyat melalui

Pemilu untuk memilih anggotadewan legislaif, dan Pilpres untuk pemilihan elit eksekutif, sekalipun untuk elityudikatif, pemilihanya masih dilakukan oleh DPR dengan pertimbanganpresiden. Di Indonesia sendiri, selama masa pemerintahan SBY di tahun 20042009, sistem kepartaian mengalami perubahan yang signifikan, dimana partaipolitik bebas untuk didirikan asalkan sesuai dengan persyaratan dan ketentuanyang berlaku, serta tidak menyimpang dari hakikat pancasila secara universal.Masyarakat Indonesia pun dapat memilih calon wakil rakyat pilihan merekasecara langsung, hal tersebut tentu menunjukan apresiasi negara terhadap hakdasar bangsa secara universal dalam konteks pembentukan negara yangdemokratis. Politik pencitraan merupakan salah satu senjata ampuh yang digunakanpara pemimpin negara untuk mengambil hati rakyatnya. Pola politik pencitraantentu digunakan oleh hampir semua pemimpin negara di dunia, termasukPresiden SBY. Selaku pemimpin negara, ia tentu harus membentuk citra dirinyasebaik mungkin demi menjaga imej baiknya di mata masyarakat Indonesia.Dalam melakukan politik pencitraan tersebut, Presiden SBY melakukanyadengan beberapa hal, yang terbagi dalam konteks internal dan kontekseksternal. Dalam konteks internal, politik pencitraan SBY dilakukan denganmenggunakan kapabilitas internalnya, yakni dengan kapabilitas retorika ataukemampuan berbicara di depan umum. Dari lima jenis retorika yangdikemukakan Aristoteles, Presiden SBY dinilai mengimplementasikan Retorikatipe Elucotio, dimana pembicara memilih kata-kata dan bahasa yang tepatsebagai alat pengemas pesanya ketika berbicara di depan umum. konteks internal disini berkaitan dengan sikap bijak, kalem, dan legowo yang ditunjukan Presiden SBY kepada masyarakat, dimana hal tersebut tentunya dapat berimplikasi terhadap penarikat rasa simpatik masyarakat itu sendiri. Dalam konteks eksternal, politik pencitraan SBY dilakukan dengan beragam aspek, salah satunya adalah kampanye, dan introduksi prestasi positif SBY selama memerintah Indonesia. Hal tersebut tentu dapat memicu ketertarikan rakyat Indonesia akan keberhasilan SBY dan menjadi simpatik atasnya.2) Hukum Masalah penegakan hukum merupakan masalah yang selama ini dianggap paling krusial. Masalah-masalah hukum yang mulai dihadapi SBY terkait dengan bencana alam maupun bencana akibat kesalahan manusia yang terjadi pada awal pemerintahannya, mulai bencana tsunami di Aceh, gempa di Yogyakarta, jatuhnya pesawat Adam Air, sampai lumpur Lapindo di Sidoarjo dan bencana akibat pembagian BLT (bantuan langsung tunai) sebagai kompensasi BBM (bahan bakar minyak). Kemudian juga mulai muncul masalah kedaulatan negara dan hukum internasional yang terkait dengan kasus intervensi beberapa negara (Amerika Serikat dan Singapura) dalam pencarian lokasi jatuhnya Adam Air dan kotak hitamnya. Pemerintahan SBY, dapat membangkitkan semangat dan solidaritas kemanusiaan sampai tingkat internasional untuk memberikan bantuan bagi para korban bencana, selain penggunaan instrumen hukum untuk menanggulangi bencana alam melalui Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007. SBY menunjukkan usaha secara signifikan penanggulangan bencana baik melalui aspek hukum nasional maupun aspek diplomasi dengan dunia internasional. Kepemimpinan SBY yang selama ini dikritik sebagai kepemimpinan yang lamban dan lemah juga terlihat dalam beberapa kasus bertindak gamang dan terkesan mendua, bahkan satu kasus yang sampai saat ini belum terselesaikan, yaitu kasus pembunuhan Munir, SBY mulai bertindak kritis karena dipengaruhi

oleh kegigihan dari Suciwati, istri almarhum, yang berhasil menarik perhatian kalangan internasional. Akan tetapi ketidaktegasan pemerintah SBY juga ternyata masih ada, terutama dalam penyelesaian kasus Soeharto yang sampai saat ini tidak ada perkembangan selanjutnya bahkan terkesan hilang tertutup oleh kasus-kasus lain. Sedangkan dalam beberapa kasus lainnya SBY dianggap telah bertindak benar dan konstitusionil, antara lain ketidakhadirannya dalam sidang interpelasi DPR untuk kasus persetujuan resolusi DK PBB atas nuklir Irak, maupun dalam memilih Boediono dan meninggalkan koalisi yang telah dibuatnya dengan beberapa partai lain. Pemberantasan terorisme yang sampai saat ini berlangsung bisa jadi merupakan salah satu kelebihan pemerintahan SBY yang seolah tidak kenal kompromi terhadap para pelaku terorisme, hal ini juga didukung oleh latar belakang SBY dari jajaran militer. Pembentukan pasukan khusus anti terorisme atau Detasemen khusus 88 Anti Terorisme (Densus 88), yang didasarkan atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme, merupakan salah satu strategi yang cukup dapat diandalkan dalam rangkamengeliminasi atau bahkan menghapuskan terorisme dari bumi Indonesia. Masalah utama yang menjadi tantangan bagi pemerintahan SBY yangsampai saat ini pun masih dicurigai sebagai bagian dari pemerintahan Soeharto,walaupun sudah sedikit memudar dengan beberapa tindakan tegas terhadappara pelaku korupsi tanpa tebang pilih, yaitu terkait kasus Aulia Pohanbesannya. Namun kenyataan bahwa pemerintahan SBY sampai saat ini punbelum mampu membawa kasus korupsi Soeharto ke pengadilan, jugamenunjukkan bahwa SBY yang berlatar belakang sama dengan Soeharto, yaitusama-sama mantan Jenderal TNI, bersuku Jawa, Islam, dan sama-sama dalamkultur Orde Baru, ternyata belum bisa tegasdan berani. Komitmen terhadap pemberantasankorupsi seharusnya tidak terbatas padakata-kata saja, akan tetapi harusdiwujudkan dalam tindakan dan perilakuyang benar. Dorongan politik daripemerintahan SBY sangat diperlukan untukmendukung tindakan dari Kepolisian,Kejaksaan, dan Pengadilan dalammemberantas korupsi, apalagi denganadanya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)yang dibentuk berdasarkan Undang-undangNomor 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi. KPK saat ini sedang menjadi target, yaitumunculnya kasus Antasari Azhar, yang kemungkinan sebagai alat perseteruanterhadap KPK yang sepak terjangnya mampu mengusik dan mendobrak bentengkorupsi di lembaga-lembaga Negara yang ada, baik di Kepolisian, Kejaksaan,Pengadilan, pemerintahan sampai DPR. Tentu saja hal ini masih memerlukanpembuktian dalam persidangan yang setelah beberapa bulan masih juga belum bisa digelar, apakah Antasari memang menjadi otak dari kasus pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT. Putra Rajawali Banjaran, seperti yang dituduhkan kepadanya. Korupsi adalah tindak kejahatan yang juga extraordinary, sehingga pemberantasan korupsi merupakan tanggung jawab dan diperlukankerjasama pihak eksekutif, legislatif, yudikatif, dan seluruh lembaga negara yangada. Ada juga masalah lemahnya diplomasi Indonesia dalam menghadapipersoalan-persoalan dengan negara lain baik yang menyangkut nasib wargaNegara Indonesia di luar negeri, misalnya TKI (Tenaga Kerja Indonesia) diMalaysia, Hongkong, dan Arab Saudi, atau masalah ancaman terhadap wilayahNKRI, masalah hubungan Indonesia dengan Negara terdekat seperti Singapura,Australia, dan Malaysia, serta sikap Indonesia terhadap masalah-masalahInternasional. Hubungan Indonesia dengan Negara-negara lain, apalagi negara

terdekat atau negara tetangga, merupakan bagian yang sangat penting dalam rangka eksistensi NKRI di dalam kancah internasional. Eksistensi NKRI dalam dunia Internasional sangat dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan internal Indonesia sendiri, karena itu kekuatan diplomasi Indonesia yang ditunjukkan sekarang pada dasarnya juga menunjukkan kekuatan di dalam Negara Indonesia. Kasus-kasus yang dialami warga negara di luar negeri ternyata sampai saat ini masih terus terjadi, baik yang menyangkut tindak pidana kekerasan, pelecehan seksual, penganiayaan sampai pembunuhan, maupun yang menyangkut masalah ketenagakerjaan. Hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah dalam memberikan perlindungan bagi warga negara Indonesia terutama di luar negeri dan berkaitan dengan kemampuan diplomasi Indonesia dengan negara lain. Wujud komitmen Indonesia tersebut dapat dilihat dari berbagai kesepakatan yang telah dibuat dan tentunya harus ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan yang tegas dan berani dari pemerintah. Peningkatan daya tawar diplomatik juga harus dilakukan sehubungan dengan makin banyaknya warga negara Indonesia yang mendapat perlakuan tidak manusiawi di luar negeri selain tentunya peningkatan kualitas SDM (sumber daya manusia) misalnya dalam kasus TKI di luar negeri. Perselisihan antara Indonesia dengan negara tetangga yang menyangkut wilayah negara, di satu sisi memerlukan penyelesaian secara yuridis, akan tetapi dalam kasuskasus tertentu seperti kasus Blok Ambalat, sekiranya lebih diperlukan tindakan diplomatik yang kuat agar Indonesia dapat lebih melindungi diri dari ancaman dan tantangan dari negara sekitarnya. Untuk itu kekuatan atau daya tawar Indonesia harus lebih ditingkatkan melalui korps diplomatik yang kuat dan kompak. Apalagi Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam rangka membentuk dirinya menjadi negara adidaya yang didukung oleh kekuatan alam dan sosial yang beraneka ragam. Diperlukan peningkatan kekuatan baik fisik maupun non- fisik, antara lain yang menyangkut peningkatan SDM yang tidak hanya bisa mengirimkan TKI yang berposisi sebagai PRT (pekerja rumah tangga), juga penambahan anggaran untuk Alusista. Dengan demikian sisi diplomasi NKRI merupakan bagian yang penting untuk mendapat perhatian lebih dalam rangka pembangunan pem erintahan SBY di masa 2009-2014 mendatang.3) Ekonomi Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi subsidi Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat miskin akan tetapi bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau masyarakat yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOSkepada sarana pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi padapemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus Bank Century yang sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya 93 miliar untuk menyelesaikan kasus Bank Century ini. Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat baik.Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiringpemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008hingga 2009. Bank Indonesia (BI)memperkirakanpertumbuhan ekonomiIndonesia dapat mencapai5,5-6 persen pada 2010 danmeningkat menjadi 6-6,5persen pada 2011. Dengandemikian prospek ekonomiIndonesia akan lebih baikdari perkiraan semula. Sementara itu,pemulihan ekonomi globalberdampak positif terhadapperkembangan sektoreksternal

perekonomianIndonesia. Kinerja ekspornonmigas Indonesia yangpada triwulan IV-2009mencatat pertumbuhancukup tinggi yakni mencapaisekitar 17 persen dan masihberlanjut pada Januari 2010. Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalahefektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggidan pengurangan utang Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahunterakhir membawa perubahan yang signifikan terhadap persepsi duniamengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola pemerintahan SBY-JK relatif lebih baik dibanding pemerintahan selama era reformasi dan rata-rata pemerintahan Soeharto (1990-1997) yang pertumbuhan ekonominya sekitar 5%. Tetapi, dibanding kinerja Soeharto selama 32 tahun yang pertumbuhan ekonominya sekitar 7%, kinerja pertumbuhan ekonomi SBY-JK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi terjadi pada tahun 1980 dengan angka 9,9%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi pemerintahan SBY-JK selama lima tahun menjadi 6,4%, angka yang mendekati target 6,6% Kebijakan menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005, dan sebelumnya Maret 2005, ternyata berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun berikutnya. Pemerintahan SBY-JK memang harus menaikkan harga BBM dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat karena lonjakan harga minyak dunia. Kenaikan harga BBM tersebut telah mendorong tingkat inflasi Oktober 2005 mencapai 8,7% (MoM) yang merupakan puncak tingkat inflasi bulanan selama tahun 2005 dan akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per Desember 30, 2005 (YoY). Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya transportasi lebih 40% dan harga bahan makanan 18%.Core inflation pun naik menjadi 9,4%, yang menunjukkan kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas moneter menjadi tidak sepenuhnya efektif. Inflasi yang mencapai dua digit ini jauh melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005 sebesar 8,6%. Inflasi sampai bulan Februari 2006 (YoY) masih amat tinggi 17,92%, bandingkan dengan Februari 2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY) yang hanya 4,6%. Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku bunga simpanan di dunia perbankan.Data Harga Bahan Bakar Minyak 2004 vs 2009 (Naik) Harga 2004 2009 Catatan Minyak Mentah Dunia / ~ USD ~ USD Harga hampir barel 40 45 sama Premium Rp 1810 Rp 4500 Naik 249% Minyak Solar Rp 1890 Rp 4500 Naik 238% Minyak Tanah Rp 700 Rp 2500 Naik 370%. Dengan kondisi harga minyak yang sudah turun dibawah USD 50 per barel, namun harga jual premium yang masih Rp 4500 per liter (sedangkan harga ekonomis ~Rp 3800 per liter). Maka sangat ironis bahwa dalam kemiskinan, para supir angkot harus mensubsidi setiap liter premium yang dibelinya kepada pemerintah. Sungguh ironis ditengah kelangkaan minyak tanah, para nelayan turut mensubsidi setiap liter solar yang dibelinya kepada pemerintah. Dalam kesulitan ekonomi global, pemerintah bahkan memperoleh keuntungan Rp 1 triluin dari penjualan premium dan solar kepada rakyatnya sendiri. Inilah sejarah yang tidak dapat dilupakan. Selama lebih 60 tahun merdeka, pemerintah

selalu membantu rakyat miskin dengan menjual harga minyak yang lebih ekonomis (dan rendah), namun sekarang sudah tidak lagi rakyatlah yang mensubsidi pemerintah. Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat, pemerintah SBY-JK selama 4 tahun belum mampu memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6.6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan pertumbuhan rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas 10.3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal mensejahterakan rakyat. Tidak ada prestasi yang patut diiklankan oleh Demokrat di bidang ekonomi.Pertumbuhan Janji Target Realisasi Keterangan2004 ND 5.1%2005 5.5% 5.6% Tercapai2006 6.1% 5.5% Tidak tercapai2007 6.7% 6.3% Tidak tercapai2008 7.2% 6.2% Tidak tercapai2009 7.6% ~5.0% Tidak tercapai. Tingkat Inflasi 2004-2009 (Naik) Secara alami, setiap tahun inflasi akan naik. Namun, pemerintah akan dikatakan berhasil secara makro ekonomi jika tingkat inflasi dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Dan faktanya adalah inflasi selama 4 tahun2 kali lebih besar dari pertumbuhan ekonomi.Tingkat Inflasi Janji Target Fakta Catatan Pencapaian2004 6.4%2005 7.0% 17.1% Gagal2006 5.5% 6.6% Gagal2007 5.0% 6.6% Gagal2008 4.0% 11.0% Gagal Selama 4 tahun pemerintahan, Demokrat yang terus mendukung SBY tidak mampu mengendalikan harga barang dan jasa sesuai dengan janji yang tertuang dalam kampanye dan RPM yakni rata-rata mengalami inflasi 5.4% (2004-2009) atau 4.9% (2004-2008). Fakta yang terjadi adalah harga barang dan jasa meroket dengan tingkat inflasi rata-rata 10.3% selama periode 2004- 2008. Kenaikan harga barang dan jasa melebihi 200% dari target semula. Jumlah Penduduk Miskin Sasaran pertama adalah pengurangan kemiskinan dan pengangguran dengan target berkurangnya persentase penduduk tergolong miskin dari 16,6 persen pada tahun 2004 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009 dan berkurangnya pengangguran terbuka dari 9,5 persen pada tahun 2003 menjadi 5,1 persen pada tahun 2009.Penduduk Miskin Jumlah Persentase Catatan2004 36.1 juta 16.6%2005 35.1 juta 16.0% Februari 20052006 39.3 juta 17.8% Maret 20062007 37.2 juta 16.6% Maret 20072008 35.0 juta 15.4% Maret 20082009 8.2%. Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mencatat, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla memperbesar utang dalam jumlah sangat besar. Posisi utang tersebut merupakan utang terbesar sepanjang sejarah RI. Koalisi terdiri dari Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran Perkumpulan Prakarsa Perhimpunan Pengembangan Pesantren & Masyarakat (P3M) Gerakan Antipemiskinan Rakyat Indonesia Lembaga Advokasi Pendidikan Anak Marginal Pusat Telaah dan Informasi Regional Asosiasi pendamping Perempuan Usaha Kecil dan Publish What You Pay Berdasarkan catatan koalisi, utang pemerintah sampai Januari 2009 meningkat 31 persen dalam lima tahun terakhir. Posisi utang pada Desember 2003 sebesar Rp 1.275 triliun. Adapun posisi utang Janusari 2009 sebesar Rp 1.667 triliun atau naik Rp 392 triliun. Apabila pada tahun 2004, utang per kapita Indonesia Rp 5,8 juta per kepala, pada Februari 2009 utang per kapita menjadi Rp 7,7 juta per kepala. Memerhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009, koalisi menilai rezim sekarang ini adalah rezim anti-subsidi. Hal itu dibuktikan dengan turunnya secara drastis subsidi. Pada tahun 2004 jumah subsidi masih sebesar 6,3 persen dari produk domestik bruto. Namun, sampai 2009, jumlah subsidi untuk kepentingan rakyat tinggal 0,3 persen dari PDB.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa Indonesia masih memerlukan banyak perbaikan. Namun apa yang telah dicapai selama ini merupakan hasil dari visi dan perencanaan pemerintahan SBY. Dapat dibayangkan hal-hal lain yang akan terjadi dalam pemerintahan yang akan berjalan untuk beberapa tahun ke depan lagi.4) Pendidikan Pendidikan merupakan hal mendasar. Pendidikanlah yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebijakan dalam bidang pendidikan diterapkan oleh kepemimpinan SBY. Beberapa diantaranya adalah meningkatkan anggaran pendidikan menjadi 20% dari keseluruhan APBN. Meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah yang sudah dimulai pada periode 20042009, sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah, serta penggunaan teknologi informatika dalam proses pengajaran yang akan menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif dan berkualitas. Pemanfaatan alokasi anggaran minimal 20 persen dari APBN untuk memastikan pemantapan pendidikan gratis dan terjangkau untuk pendidikan dasar 9 tahun dan dilanjutkan secara bertahap pada tingkatan pendidikan lanjutan di tingkat SMA. Perbaikan secara fundamental kualitas kurikulum dan penyediaan buku-buku yang berkualitas agar makin mencerdaskan siswa dan membentuk karakter siswa yang beriman, berilmu, kreatif, inovatif, jujur, dedikatif, bertanggung jawab, dan suka bekerja keras. Meneruskan perbaikan kualitas guru, dosen serta peneliti agar menjadi pilar pendidikan yang mencerdaskan bangsa, mampu menciptakan lingkungan yang inovatif, serta mampu menularkan kualitas intelektual yang tinggi, bermutu, dan terus berkembang kepada anak didiknya. Selain program sertifikasi guru untuk menjaga mutu, juga akan ditingkatkan program pendidikan dan pelatihan bagi para guru termasuk program pendidikan bergelar bagi para guru agar sesuai dengan bidang pelajaran yang diajarkan dan semakin bermutu dalam memberikan pengajaran pada siswa. Memperbaiki remunerasi guru dan melanjutkan upaya perbaikan penghasilan kepada guru, dosen, dan para peneliti. Memperluas penerapan dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung kinerja penyelenggaraan pembangunan di bidang pendidikan. Mendorong partisipasi masyarakat (terutama orang tua murid) dalam menciptakan kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan aspirasi dan tantangan jaman saat ini dan kedepan. Mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan dan kualitas pendidikan, baik pada keluarga berpenghasilan rendah maupun daerah yang tertinggal. Pemberiaan program beasiswa serta pelaksanaan dan perluasan Program Keluarga Harapan (PKH), serta memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga miskin dengan syarat mereka mengirimkan anaknya ke bangku sekolah.5) Sosial Presiden SBY berhasil meredam berbagai konflik di Ambon, Sampit dan juga di Aceh. Pada masa pemerintahan ini, kehidupan masyarakat mulai menuju kepada kehidupan individualis yang mengutamakan kepentingan individu. Hal ini dapat dilihat dengan kurangnya sosialisasi antarwarga di perkotaan. Arus urbanisasi juga semakin marak. Namun pemerintah tidak lagi mencanangkan transmigrasi. Di pemerintahan SBY juga telah dibuat undang-undang mengenai pornografi dan pornoaksi. Namun usaha ini tidak disertai dengan penegakan hukum yang baik sehingga tidak terealisasi. Meski konflik di beberapa daerah telah diredam, namun kembali

muncul berbagai konflik lagi seperti di Makassar. Bahkan baru-baru ini terjadi tawuran antarSMA di Jakarta yang membawa korban para pejuang jurnalistik.

Budaya Dalam hal pelestarian budaya, di masa pemerintahan SBY terlihat jelas kemundurannya. Terutama dengan banyaknya warisan budaya asli Indonesia yang diklaim oleh pemerintah negara lain. Contohnya sebagai berikut : Klaim Batik Jawa Oleh Adidas Klaim Angklung oleh Pemerintah Malaysia Klaim Gamelan oleh Pemerintah Malaysia Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda Tempe dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asing Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN Amerika Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia Kain Ulos oleh Malaysia Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia Namun di masa ini, terdapat keberhasilan dengan pengakuan dari UNESCO bahwa batik Indonesia adalah warisan budaya Indonesia.

You might also like