You are on page 1of 5

PENGHISAP PUCUK DAN BUNGA Helopeltis spp.

A.V. Simamora & I W. Mudita Minat Perlindungan Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Undana Jl. Adicucipto, Penfui, Kupang, NTT

A. Nama Umum dan Klasifikasi OPT Nama umum dalam bahasa Indonesia adalah kepik penghisap dan dalam bahasa Inggris adalah cashew sucker (Anonim 2001). Dalam tulisan ini digunakan nama kepik penghisap pucuk dan tangkai bunga. Kedudukan taksonomi OPT ini adalah golongan (kingdom): Animalia, filum: Arthropoda, kelas: Insecta, ordo: Hemiptera, famili: Miridae, genus: Helopeltis, dan spesies: Helopeltis spp. B. Gejala Kerusakan Kepik penghisap menyerang pucuk muda, tunas, bunga, biji, buah, dan daun (Gambar 1). Hama ini menghisap cairan sel. Serangan hama ini menyebabkan pertumbuhan daun, tunas muda, bunga, buah, dan biji terhambat, mengkerut, dan berwarna kekuning-kuningan. Bagian tanaman jambu mete yang terserang hama ini terdapat bekas tusukan. Bagian tanaman yang diserang menjadi rapuh dan agak cekung, kemudian berwarna cokelat kemerah-merahan dan selanjutnya menjadi hitam bersisik. Infeksi pada buah menimbulkan bercak melingkar berwarna hitam atau kecokelat-cokelatan dan akhirnya buah tersebut akan gugur. Tunas-tunas tanaman jambu mete yang terserang hama ini menunjukkan luka yang panjang dan berwarna hitam. Serangan yang hebat dapat menimbulkan kematian pucuk. Bunga-bunga yang terinfeksi menunjukkan warna hitam dan mati ().

Gejala pada Gejala pada Buah Tangkai Bunga Sejati Gambar 1. Gejala Kerusakan yang Disebabkan oleh Kepik Penghisap (Helopeltis spp.) C. Biologi OPT Menurut Puslitkoka (2004), imago H. antonii berukuran panjang sekitar 10 mm dan berwarna jingga pada bagian tengah dan hitam atau kehijauan dengan garis-haris putih pada bagian belakang tubuhnya (Gambar 2a,b). Di bagian punggungnya terdapat tonjolan lurus berbentuk jarum pentul. Telur berbentuk lonjong, berwarna putih, diletakkan di dalam jaringan kulit buah atau tunas. Pada salah satu ujung telur terdapat tonjolan menyerupai benang sepanjang 0,5 mm yang menonjol keluar dari jaringan buah atau pucuk (Gambar 2c). Nimfa mempunyai bentuk yang sangat mirip dengan imago, kecuali tidak bersayap. Instar pertama berwarna cokelat bening, yang kemudian berubah menjadi cokelat. Untuk nimfa instar kedua, tubuh berwarna cokelat

Gejala pada Pucuk

Gejala pada Daun

muda, antena cokelat tua, tonjolan pada toraks mulai terlihat. Nimfa instar ketiga tubuhnya berwarna cokelat muda, antena cokelat tua, tonjolan pada toraks terlihat jelas dan bakal sayap mulai terlihat. Nimfa instar keempat dan kelima ciri morfologinya sama (Atmaja 2003) (Gambar 2d-g). H. theivora dewasa mempunyai kepala berwarna hitam dan abdomen merah. Telur berukuran 1,5 mm, diletakkan di dalam jaringan muda, terutama pada buah muda, dengan benang yang tetap menonjol keluar, mengelompok 2-3 telur. Nimfa berwarna oranye-kuning dan berbau khas walang sangit. Nimfa dan imago akan bersembunyi bila diganggu (Kalshoven 1981).

(a)

(b)

(d)

(e)

(c) (f) (g) Gambar 2. Morfologi Helopeltis antonii: (a) Imago hinggap di permukaan buah kakao, (b) Imago Betina, (c), Tonjolan seperti benang dari telur yang tertanam dalam jaringan buah kakao, (d) Nimfa Instar I, (e) Nimfa Instar II, (f) Nimfa Instar III, dan (g) Nimfa Instar IV dan V (Foto (a) R. Baleman, foto (c)-(g) Atmaja 2003). D. Daur Hidup OPT Daur hidup H. antonii terdiri atas telur selama 6-7 hari, nimfa selama 10-11 hari, dan imago selama 14-30 hari, sehingga dari telur sampai imago memerlukan waktu 1618 hari sedangkan lama hidup dari telur sampai imago adalah 30-48 hari (Puslitkoka 2004). Telur diletakkan dalam kelompok yang terdiri atas 2-3 butir (Kilin & Atmadja 2000). Menurut Wardoyo (1983), jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor serangga betina selama hidupnya pada tanaman kakao rata-rata mencapai 121,90 butir (67229 butir) dan banyaknya telur yang menetas rata-rata 71,70 butir (23134 butir), atau fertilisasi telur 58,80% (34,2085,50%). Telur mulai menetas menjadi nimfa dalam waktu 68 hari (Sudarmadji 1979, Sudarsono 1980). Stadium nimfa berkisar antara 1113 hari. Menurut Wardoyo 1983, lama pergantian kulit pertama, kedua, ketiga, dan keempat adalah 23 hari, sedangkan lama instar kelima 34 hari; lama hidup imago betina berkisar antara 1042 hari, sedangkan imago jantan 852 hari; dan dari setiap

30 ekor nimfa dihasilkan 2429 ekor (rata-rata 26,70 ekor) imago, dengan perbandingan 1,30 betina dan 1 jantan. Daur hidup H. theivora pada tanaman the berlangsung selama 21-35 minggu. Nimfa H. theivora mengalami lima kali pergantian kulit. Daur hidup H. theobromae dari telur sampai imago berlangsung selama 18-25 hari, sedangkan lama hidup imago mencapai 57 hari (Kalshoven 1981). E. Faktor Mempengaruhi Pertumbuhan Populasi dan Serangan Informasi yang memadai mengenai faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan populasi dan serangan Helopeltis spp. pada tanaman kakao tidak tersedia. Menurut Kalshoven (1981), ledakan H. antonii dan H. theivora pada tanaman teh dipengaruhi oleh iklim, ketersediaan makanan (pucuk teh), dan adanya musuh alami. Cuaca panas dan lembab memacu pertumbuhan populasi, sedangkan hujan atau cuaca cerah dan kering menghambat pertumbuhan populasi. Kerusakan tertingggi tanaman teh terjadi pada Februari dan terendah pada Juli untuk selanjutnya meningkat kembali. Pada Oktober/November ketika hujan mulai turun, padat populasi H. antonii mulai menurun kembali untuk selanjutnya mulai meningkat kembali pada akhir Januari. Kondisi iklim yang lebih hangat di dataran rendah juga memacu pertumbuhan populasi H. antonii. Ketersediaan tunas air yang berlebih menyediakan tempat H. antonii memperoleh makanan ketika buah sedang tidak banyak terdapat di pohon. Musuh alami terpenting bagi Helopeltis spp. adalah semut hitam (Dolichoderus bituberculatus). F. Kisaran Inang dan Kemampuan Menurunkan Hasil Menurut Puslikoka (2004) kisaran inang H. antonii mencakup kakao (Theobroma cacao), teh (Camellia sinensis), kina (Chinchona sp.), kapuk (Ceiba pentandra), kayu manis (Cinnamomum burmanii), rambutan (Nephelium lappaceum), dan Tephrosia spp. Menurut Kalshoven (1981), H. antonii menyerang teh, kakao, kina, Bixa, Gardenia, pohon peneduh seperti Albizia, Erythrina, dan Tephrosia, kina, kayu manis, jambu bol, Melia, Acacia decurrens, mente, Melastoma, Datura, cabai rawit, dan beberapa spesies gulma. Kisaran inang H. theobromae adalah kakao, Bixa, jambu biji (Psidium guajava), dan Muntingia, sedangkan kisaran inang H. theivora mencakup teh, kakao, kina, Bixa, Gardenia, Cynometra, jambu biji, dan tanaman pelindung seperti Albizia, Erythrina, dan Tephrosia. (Kalshoven 1981). Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (1976) dan Nanopriatno (1978), H. antonii dapat hidup pada tanaman inang lain seperti kapok (Ceiba petandra), rambutan (Nephelium lappasicium), dadap (Erythrina vaginata), albasia (Albizia chinensis) dan berbagai famili Leguminoceae. Menurut Dharmadi et al. (1987), gulma pada perkebunan teh yang merupakan inang alternatif dari H. antonii adalah harendong (Clidemia hirta), kecubung (Datura alba), jalantri (Erigeron sumatreusis), babadotan (Ageratum mexicatum), sintrong (Erechtites valerianifolia), antanan (Centella asiatica), jukut haseum (Polygonum nepalense), kirinyuh (Eupatorium pallescens, nama yang benar Chromolaena odorata), calincing (Oxalis latifolia), dan teklan (Eupatorium riparium). Kemampuan merusak H. antonii, H. theivora dan H. theobromae sangat tergantung pada padat populasinya. Pada padat populasi yang tinggi, serangan dapat mengganggu pertumbuhan buah dan menghambat perkembangan biji. Menurut Puslitkoka, H. antonii dapat menurunkan hasil sampai 50-60%, sedangkan menurut Kalshoven (1981) H. theobromae dapat merusakaan buah sampai 85%. Serangan berat juga menyebabkan kesehatan tanaman terganggu dan menurunkan produksi hingga 60% (Nanopriatno 1978) atau rata-rata 42% selama tiga tahun berturutturut (Wardoyo 1988).

G. Sebaran di Luar dan di Wilayah Penelitian Helopeltis spp. menyerang mente di manapun tanaman mente dibudidayakan di seluruh dunia, tetapi spesies yang menyerang berbeda-beda. Di Indonesia, Helopeltis spp, tersebar luas di seluruh pusat budidaya mente. Di wilayah penelitian, Helopeltis spp. terdapat di semua kabupaten dengan menimbulkan tingkat kerusakan yang bervariasi sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Tabel 4.15a. Wilayah Sebaran Penghisap Pucuk dan Bunga (Helopeltis spp.) dan Kategori Kerusakan yang Ditimbulkan pada Tanaman Mente di Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur
Kabupaten Ende Kategori Absen Ringan Sedang Berat Absen Ringan Sedang Berat Absen Ringan Sedang Berat Kecamatan Sebaran Kelimutu Detukeli, Nangapanda, Wolojita, Wolowaru Detusoko, Lio Timur, Ndona, Ndona Timur Ende, Ende Selatan, Kotabaru, Maukaro, Maurole, Pulau Ende, Wewaria Alok, Bola, Lela, Paga, Pulau Palue Kewapante, Maumere, Talibura, Waigete Mego, Nita Adonara Timur, Ile Boleng Ile Mandiri, Solor Barat, Solor Timur Adonara Barat, Klubanggolit, Larantuka, Tanjung Bunga, Titehena, Witihama, Wotan Ulumado, Wulanggitang

Sikka

Flores Timur

Sumber: Hasil analisis data pengamatan lapangan dan pemeriksaan laboratorium H. Pengelolaan OPT Mekanik. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan penangkapan dengan tangan atau dengan menggunakan bambu yang diberi perekat (getah) pada ujungnya (Nara & Benyamin 1972, Direktorat Jenderal Perkebunan 1976), tetapi hasilnya kurang efektif karena membutuhkan tenaga kerja (Atmaja 2003). Fisik. Pengendalian secara fisik dengan melakukan pembakaran serasah dilakukan beberapa petani, tetapi efektivitasnya tidak diketahui. Kimiawi. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida secara rasional dengan mengacu pada jenis insektisida anjuran sebagaimana yang dianjurkan oleh Komisi Pestisida (1999). Alami dan Hayati. Pengendalian hayati dilakukan dengan pemerliharaan semut hitam (Dolichoderus bituberculatus dan D. thoracicus) (Hutauruk 1988), terutama dengan semut D. thoracicus (Bakri et al. 1986). Pemeliharaan semut hitam dilakukan dengan membuat sarang menggunakan daun kelapa kering yang ditempatkan pada pohon kakao. Pengendalian Helopeltis spp. oleh semut hitam terjadi karena aktivitas semut hitam dalam mengambil madu hasil sekresi Planococcus sp. yang hidup di permukaan buah akan membuat Helopeltis spp. takut untuk hinggap di permukaan buah (Nanopriatno 1978). Genetik. Tidak tersedia informasi mengenai pengendalian Helopeltis spp. pada mente secara genetik. Budidaya. Pengendalian secara budidaya dilakukan dengan pengaturan pola pertanaman, pemangkasan tanaman, dan pemupukan berimbang. Pola pertanaman tumpangsari mente-kelapa dapat meningkatkan populasi semut hitam sehingga dapat menurunkan padat populasi Helopeltis spp. Pemupukan secara berimbang dan teratur juga dapat mengendalikan Helopeltis spp. karena akan meningkatkan pertumbuhan serta ketahanan tanaman terhadap serangan hama. Daftar Pustaka Atmaja, W.R. 2003. Status Helopeltis antonii sebagai hama pada beberapa tanaman perkebunan dan pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian 22(2):57-63.

Dharmadi, A., M. Yeni, dan A. Kusman. 1987. Studi tentang pemilihan gulma perkebunan teh sebagai tumbuhan inang bagi Helopeltis antonii. Warta Balai Penelitian Teh dan Kina 13(2). 8 hlm. Hutauruk, C.H. 1988. Penggunaan semut hitam Dolichoderus bituberculatus Mays (Hymenoptera;Formicidae) untuk mengendalikan hama pengisap buah Helopeltis antonii Signoret (Hemiptera; Miridae) pada kakao Linduk (Theobroma cacao L.). Prosiding Komunikasi Teknis Kakao 1988. Balai Penelitian Perkebunan Jember. hlm. 188211. Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised and translated by P.A. van der Laan with the assistant of G.H.L. Rothschild. PT Ichtiar Baru-van Hoeve, Jakarta. Nara, J. & Benyamin 1972. Helopeltis antonii Signoret pada tanaman teh ditinjau dari segi biologi dan pengaruh lingkungan. Menara Perkebunan 40(4): 167174. Sudarmadji, D. 1979. Pembiakan Helopeltis antonii di laboratorium. Kongres Biologi Nasional IV, Bandung, 1012 Juli 1979. 6 hlm. Wardoyo, S. 1983. Pembiakan Helopeltis antonii Signoret di laboratorium pada buah kakao. Menara Perkebunan 51(2): 3338.

You might also like