You are on page 1of 5

JAMUR LAYU DAN MATI MENDADAK Rigidoporus liginosus (Klotzsch) Imazeki

A.V. Simamora & I W. Mudita Minat Perlindungan Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Undana Jl. Adicucipto, Penfui, Kupang, NTT

A. Nama Penyakit dan Klasifikasi OPT Nama umum bahasa Indonesia untuk penyakit yang disebabkan oleh Rigidoporus lignosus adalah penyakit jamur akar putih (JAP), sedangkan dalam bahasa Inggris disebut white root fungus disease. Nama umum yang digunakan adalah layu dan mati mendadak sesuai dengan yang digunakan oleh masyarakat setempat. Klasifikasi Rigidoporus lignosus adalah sebagai berikut: golongan (kingdom): Mycota, divisi: Basidiomycota, sub-divisi: Basidiomycotina, kelas: Basidiomycetes, ordo: Aphyllophorales, famili: Aphyllophoraceae, genus: Rigidoporus, spesies: Rigidoporus lignosus (Alexopoulus et al 1996 ). Species Fungorum mengembalikan nama jamur ini ke nama sebelumnya, yaitu Rigidoporus microsporus (Sw.) Overeem dan menempatkan R. lignosus sebagai nama sinonim bersama dengan banyak nama sinonim lainnya (a.l. Fomes lignosus (Klotzsch) Bres., Polyporus lignosus Klotzsch, Oxyporus lignosus (Klotzsch) A. Roy et A.B. De.). Nama R. lignosus tetap digunakan dalam tulisan ini karena telah umum dikenal. B. Gejala dan Tanda Penyakit Penyakit layu dan mati mendadak dapat timbul pada bibit sampai pada tanaman dewasa. Gejala luar yang nampak pada tanaman adalah daun berwarna hijau kusam, permukaan daun menelungkup, kemudian daun menjadi berwarna kuning, layu, dan gugur sehingga tajuk pohon menipis sebelum akhirnya pohon menjadi gundul dan mati (Muhammad dkk. 2001) (Gambar 1a,b,c). Pada pohon dewasa gugurnya daun disertai dengan matinya ranting-ranting. Pohon yang sakit kadang-kadang membentuk bunga dan buah di luar musim. Menjelang mati, dari batang dan cabang keluar gum berwarna cokelat (Gambar 1d). Permukaannya akar tanaman sakit menjadi kasar karena kulit akar ditembus oleh miselium yang tumbuh di dalam kulit akar (Gambar 1e). Pada perkembangan selanjutnya, pada permukaan akar terdapat miselium jamur berwarna putih yang kemudian berubah menjadi kuning gading (Gambar 1f). Miselium ini melekat erat pada permukaan akar dan apabila kulit akar dibuka maka tampak miselium juga tumbuh di antara kulit dan kayu akar (Gambar 1g). Kulit dan bagian akar yang berkayu membusuk, berwarna cokelat gelap, tetapi tetap keras dan tidak berair. Pada pembusukan yang lebih lanjut, kayu berubah warna menjadi putih atau krem, tetapi tetap padat dan kering (Gambar 1h). Jamur akar putih sering membentuk badan buah (basidiokarp) pada leher akar serta batang dan cabang tanaman sakit, pada tunggul, atau pada akar sakit yang terbuka (Gambar 1i).

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

(g) (h) (i) Gambar 1. Gejala dan Tanda Layu dan Mati Mendadak: (a) Daun menguning, (b) Tajuk meranggas, (c) Pohon mati, (d) Gumosis, (e) Tonjolan pada kulit akar yang ditembus miselium, (f) Pertumbuhan miselium di permukaan akar, (g) Pertumbuhan miselium di permukaan bagian berkayu di dalam kulit akar, (h) Perubahan warna kulit akar menjadi kusam dan bagian berkayu menjadi bergaris-garis cokelat, dan (i) Pertumbuhan badan buah di pangkal batang tanaman sakit atau mati. Foto: I W. Mudita. C. Biologi OPT Miselium R. lignosus mudah tumbuh pada potongan akar sakit yang diletakkan di dalam kantong plastik (Gambar 2a). Di lapangan, jamur ini didiagnosis awal dengan pertumbuhan miselium pada pangkal batang setelah pangkal batang tanaman sakit ditutup dengan kompos (Gambar 2b,c). Pada medium PDA, jamur membentuk koloni berwarna putih kusam bersemu kekuning-kuningan dengan tepi tidak beraturan (Gambar 2d,e). Pengamatan mikroskopis terhadap benjolan akar menunjukkan adanya pertumbuhan miselium yang menembus epidemis akar (Gambar 2f), sedangkan pengamatan mikroskopis terhadap miselium menunjukkan morfologi midelium yang bening dan bersekat (Gambar 2g). Tubuh buah R. lignosus berbentuk kipas tebal, agak berkayu, mempunyai zone-zone pertumbuhan radial, dan mempunyai tepi yang tipis (Gambar 2h). Kadangkadang jamur akar putih membentuk tubuh buah seperti kerak yang melekat datar (resupinat) pada permukaan kulit batang atau akar (Gambar 2i). Warna permukaan atas tubuh buah dapat berubah tergantung pada umur dan kandungan airnya. Pada waktu masih muda, permukaan atas badan buah berwarna jingga jernih sampai kecokelatan dengan zone gelap yang agak menonjol, sedangkan permukaan bawah berwarna jingga dengan tepi kuning jernih atau putih kekuningan (Gambar 2j). Tubuh buah yang tua umumnya ditumbuhi ganggang sehingga warnanya kehijauan. Jika menjadi tua atau kering tubuh buah menjadi suram, permukaan atasnya cokelat kekuningan pucat (Gambar 2k), sedangkan permukaan bawahnya cokelat kemerahan dengan tepi menggulung dan berwarna tidak lagi kuning melainkan putih kotor (Gambar 2l). Lapisan atas tubuh buah yang berwarna muda itu terdiri atas benang-benang jamur yang terjalin rapat. Di bawahnya terdapat lapisan pori kemerahan atau kecokelatan. Pori bergaris tengah 45-80 m, panjangnya berbeda-beda, umumnya 0,71,0mm, meskipun kadang-kadang sampai 15 mm. Basidium pendek, lebih kurang 16 x 4,5-5,0 m, tidak berwarna, mempunyai 4 sterigma (tangkai basidiospora).

Basidiospora bulat, tidak berwarna, dengan garis tengah 2,8-5,0 m, banyak dibentuk pada tubuh buah yang masih muda.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)

(h)

(i)

(j) (k) (l) Gambar 2. Morfologi R. lignosus: (a) Pertumbuhan miselium pada potongan akar yang diinkubasikan dalam kantong plastik, (b) dan (c) Pertumbuhan miselium pada pangkal batang tanaman sakit setelah ditimbun serasah selama sehari semalam, (d) dan (e) Morfologi koloni pada medium PDA, (f) Pengamatan mikroskopik pertumbuhan miselium pada tonjolan akar, (g) Pengamatan mikroskopik miselium, (h) Basidiokarp pada akar terbuka, (i) Basidiokarp rudimenter pada cabang tanaman mati, (j) Warna basidiokarp muda, (k) Warna basidiokarp kering, dan (l) Permukaan bawah basidiokarp kering. Foto (c), (f), (g), dan (h): Fabianus Waur, foto (b) Muhammad dkk., foto lainnya: I W. Mudita D. Daur Penyakit R. lignosus terutama menular karena adanya kontak antara akar tanaman sehat dengan akar tanaman sakit atau dengan kayu-kayu yang mengandung jamur. Berbeda dengan jamur-jamur akar lain, R. lignosus dapat menular dengan perantaraan

rizomorf. Kalau pada jamur akar lainnya rizomorf hanya menjalar pada permukaan akar, pada R. lignosus rizomorf dapat menjalar bebas dalam tanah, terlepas dari akar atau kayu yang menjadi sumber makanannya. Menurut Young sebagaimana dikutip Semangun (2000), rizomorf dapat menjalar sampai lebih kurang 180 cm, terutama sepanjang permukaan yang keras. Namun rizomorf hanya dapat menginfeksi akar yang sehat bila masih bertumpu pada sepotong kayu yang menjadi alas makanannya. Setelah mencapai akar tanaman yang sehat rizomorf lebih dahulu tumbuh secara epifitik pada permukaan akar sebelum mengadakan penetrasi ke dalam akar. Kemajuan infeksi di dalam akar ditentukan oleh pertumbuhan rizomorf pada permukaan akar yang bersangkutan. Rizpmorf tidak dapat tumbuh baik pada permukaan akar yang terbuka (berada di luar tanah). Menurut John yang dikutip Semangun (2000), infeksi lebih mudah terjadi melalui luka atau lentisel. Setelah menginfeksi, jamur masuk ke dalam kayu melalui jari-jari empulur. Tanaman mengadakan reaksi terhadap infeksi dengan membentuk gabus, tetapi pertahanan ini pada umum dapat ditembus oleh jamur. Pertumbuhan dan penetrasi jamur pada akar ke arah pangkal berlangsung lebih kurang dua kali lebih cepat daripada ke arah ujung. Peranan basidiospora dalam menimbulkan infeksi belum diketahui, tetapi diduga hanya dapat menimbulkan infeksi tunggul pohon yang belum terlalu melapuk. Tunggul pohon tersebut selanjutnya menjadi sumber inokulum bagi tanaman sehat di sekitarnya (Semangun 2000). E. Faktor Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Menurut Semangun (2000), perkembangan penyakit pada tanaman karet dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1) Umur tanaman. R. lignosus lebih menyukai tanaman muda berumur kurang dari 6 tahun daripada tanaman tua. 2) Sanitasi kebun. R. lignosus mudah berkembang pada kebun yang banyak terdapat tunggul pohon mati atau sisa-sisa akar pohon mati yang tidak dibersihkan. 3) Tekstur dan pH tanah. R. lignosus menyukai tanah berpori yang bereaksi netral (kisaran pH 6-7). 4) Tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah seperti Centrosema pubescens, Calopogonium phaseoloides, dan Psopocarpus palustris membantu mempercepat pembusukan sisa-sisa akar tanaman mati sehingga dapat menghambat perkembangan R. lignosus. 5) Keberadaan jamur antagonis. Jamur Trichoderma coningii yang berkembang pada tanah-tanah bereaksi masam dapat menghambat pertumbuhan R. lignosus. F. Kisaran Inang dan Kemampuan Menurunkan Hasil R. lignosus merupakan jamur polifag yang selain menyerang mente juga menyerang dadap, duwet, cengkeh, jati, kakao, karet, kopi, kelapa, kelapa sawit, lamtoro, mangga, nangka, ubi kayu, the, dan banyak spesies pohon hutan. Kerugian yang ditimbulkan oleh R. lignosus pada tanaman mente belum diketahui, tetapi diduga sangat merugikan karena dapat mematikan tanaman dalam areal yang cukup luas. Pada tanaman karet, R. lignosus dapat menurunkan hasil sampai 4-7%. G. Sebaran di Luar dan di Wilayah Penelitian R. lignosus tersebar luas di seluruh dunia pada berbagai jenis tanaman inang. Pada tanaman mente di wilayah penelittian, jamur ini terdapat di Kabupaten Ende dan Kabupaten Flores Timur dan menimbulkan kerusakan dengan intensitas yang berkisar dari ringan sampai sedang sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Wilayah Sebaran Jamur Akar Putih (Rigidoporus liginosus (Klotzsch) Imazeki) dan Kategori Kerusakan yang Ditimbulkan pada Tanaman Mente di Kecamatankecamatan di Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur
Kabupaten Ende Kategori Absen Ringan Sedang Berat Absen Ringan Sedang Berat 1) Absen Ringan
1)

Kecamatan Sebaran Detusoko, Ende, Ende Selatan, Kelimutu, Lio Timur, Maukaro, Nangapanda, Ndona, Ndona Timur, Pulau Ende, Wolojita, Wolowaru Kotabaru, Wewaria Maurole Alok, Bola, Kewapante, Lela, Maumere, Mego, Nita, Paga, Pulau Palue, Talibura, Waigete

Sikka

Flores Timur

Ile Boleng, Klubanggolit, Larantuka, Solor Barat, Solor Timur, Titehena, Witihama, Wulanggitang Adonara Barat, Adonara Timur, Ile Mandiri, Tanjung Bunga, Wotan Ulumado

Sedang Berat

Keterangan: 1) Keberadaan jamur akar putih di Kabupaten Flores Timur didasarkan hanya pengamatan gejala dan tanda tanpa disertai pemeriksaan laboratorium karena spesimen mengalami kerusakan. Sumber: Hasil analisis data pengamatan lapangan dan pemeriksaan laboratorium H. Pengelolaan OPT Mekanik. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan menggali parit di sekeliling pohon terserang untuk mencegah rizomorf jamur menjalar ke akar tanaman lain yang masih sehat (Semangun 2000). Fisik. Pengendalian secara fisik dilakukan dengan membongakar akar pohon yang terserang berat atau mati dan kemudian membakarnya (Semangun 2000). Kimiawi. Menurut Semangun (2000), pengendalian R. lignosus secara kimiawi dilakukan dengan menaburkan serbuk belerang sirus pada lokasi pembongkaran dengan dosis 200 g/pohon dan dibiarkan terbuka selama 6 bulan. Hayati. Pohon disekitarnya ditaburi dengan jamur Trichoderma sp. yang disertai dengan pemupukan dengan pupuk organik dengan dosis 1,5 kali dosis anjuran untuk menghambat perkembangan R. lignosus. Genetik. Tidak tersedia informasi mengenai cara genetik untuk mengendalikan R. lignosus pada mente. Budidaya. Pengendalian secara budidaya dilakukan dengan teknik pengaturan jarak tanam dan melakukan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap jamur akar putih. Daftar Pustaka Abadi, A.L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayumedia Publishing, Malang. Alexopoulus, C.J; C.W. Mims, & M. Blackwell 1996. Introductory Mycology. John Wiley & Sons, New York. Muhammad, A., D. Judawi, D. Priharyanto, G.C. Luther, G.N.R. Purnayasa, J. Mangan, M. Sianturi, P. Mundy, & Riyatno 2001. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Jambu Mete. Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian, Jakarta. Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

You might also like