You are on page 1of 5

Penggerek Buah (Hypothenemus hampei (Ferr.

))
I W. Mudita & J.A. Londingkene Minat Perlindungan Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Undana Jl. Adicucipto, Penfui, Kupang, NTT
A. Nama Umum dan Klasifikasi OPT Nama umum bahasa Indonesia untuk Hypothenemus hampei adalah penggerek buah kopi dan nama umum bahasa Inggrisnya adalah coffee berry borer (Hindayana et al. 2002, Semangun 1981). Klasifikasi H. hampei menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut: golongan Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Curculionidae, genus Hypothenemus, dan spesies H. hampei (Ferr.). B. Gejala Kerusakan Kumbang betina yang sudah kawin menggerek buah kopi muda (mulai 8 minggu setelah berbunga) untuk memakan bijinya dan buah kopi masak untuk memakan biji dan berkembang biak (Hindayana et al. 2002, Kalshoven 1981). Kumbang menggerek buah dengan membuat lubang kecil di dekat ujung buah (Gambar 1a). Buah yang telah digerek kemudian mulai masak secara prematur (Gambar 1b) dan akhirnya mengering (Gambar 1c,d). Pada permukaan buah yang digerek biasanya terdapat serbuk sisa gerekan yang bercampur dengan kotoran serangga (frass)(Gambar 1e).

(a)

(b)

(c) (d) (e) Gambar 1. Gejala Kerusakan Tanaman karena Serangan H. hampei: (a) Lubang gerekan pada ujung buah kopi belum masak, (b) Buah kopi yang digerek menjadi masak secara prematur, (c) dan (d) Buah kopi yang digerek menjadi mengering, serta (e) Buah kopi kering dengan serbuk campuran sisa gerekan dan kotoran serangga di permukan buah. Sumber: Foto lapangan. C. Biologi OPT Kumbang berwarna hitam dengan protoraks yang sedikit kemerah-merahan, betina berukuran panjang 0,25 cm sedangkan jantan hanya 0,16 cm. Tubuhnya ditutupi oleh rambut-rambut halus yang membedakannya dari Xylosandrus spp., tetapi sulit dibedakan dengan spesies Hypothenemus lainnya (kalshoven 1981).

(a) (b) Gambar 2. Morfologi (Nama Hama): (a) Kumbang betina dewasa pandangan samping dan (b) Kumbang betina dewasa pandangan punggung (atas). D. Daur Hidup OPT Kumbang betina menggerek buah kopi pada ujungnya, pada buah kopi muda untuk memakan bijinya dan buah kopi menjelang masak untuk berkembang biak (kawin dan meletakkan telur). Kumbang betina aktif pada siang hari, terbang dan hinggap berkumpul pada permukaan bawah daun sambil menari dengan mengangkat dan merendahkan badannya. Kumbang jantan tidak pernah meninggalkan lubang gerekan karena tidak dapat terbang. Perkembangbiakan hanya dapat berlangsung pada buah yang bijinya telah mengeras, terutama pada biji buah masak prematur, gugur, dan mengering di dalam daging buah yang dapat berisi sampai 75 kumbang (Kalshoven 1981).

Kumbang betina meletakkan telur 2 hari setelah menggerek buah kopi dan selanjutnya kumbang dewasa muncul setelah 30, 42, dan 49 hari berturut-turut pada suhu 26, 23,4; dan 20,88oC sejak telur diletakkan (Baker et al. 1992). Menurut Kalshoven, perkembangan dari telur menjadi dewasa memerlukan waktu 20-36 hari, tergantung pada suhu. Rasio jantan:betina adalah 1:10-1:13 (Corbett 1933, Baker et al. 1992) dan tidak melebihi 1:20 (Kalshoven 1981). Meskipun rasio jenis kelamin sangat bias ke betina, imago betina tidak bersifat partenogenetik dan memerlukan imago jantan untuk berkembang biak (Corbett 1933, Barrera et al. 1995). Kumbang betina hidup selama 55 hari (maksimum 90 hari) dan selama hidupnya menghasilkan sekitar 70 telur, jantan hidup selama 65 hari (maksimum 115 hari), sedangkan produksi telur berlangsung selama 35 hari (maksimum 70 hari)(Kalshoven 1981). E. Faktor Pertumbuhan Populasi dan Serangan Perkembangan populasi dan serangan penggerek buah kopi sangat ditentukan oleh keberadaan buah kopi di lapangan, baik buah yang masih berada di pohon maupun yang telah jatuh di permukaan tanah (Hindayana et al. 2002, Kalshoven 1981). Faktor lain yang ikut menentukan perkembangan populasi dan serangan kumbang ini adalah musuh alami. Menurut Kalshoven (1981), penggerek buah kopi diserang oleh jamur entomopatogenik Botrytis stephanoderes dan Spicaria javanica Bally dan dimangsa oleh kepik Dindymus. Di daerah asalnya di Afrika, penggerek buah kopi menghadapi musuh alami berupa jamur entomopatogenik maupun parasitoid. Jamur entomopatogenik yang ditemukan di Afrika adalah Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin serta parasitoid berupa bethylid Cephalonomia stephanoderis Betrem, bethylid Prorops nasuta Waterston, braconid Heterospilus coffeicola Schenedeken, dan eulophid Phymastichus coffea La Salle (La Salle 1990, Vega et al. 1999). Di daerah sebaran baru penggerek buah kopi, yaitu di Columbia, hanya B. bassiana yang umum diketahui keberadaannya dan Cephalonomia hyalinipennis yang dilaporkan memparasit penggerek buah kopi di Mexico. Namun hasil survei terakhir yang dilakukan oleh Bustillo et al. (2002) menunjukkan bahwa setelah lebih dari 10 tahun menyerang kopi di Columbia, penggerek buah kopi menghadapi sejumlah musuh alami yang terdiri atas 4 spesies jamur, 2 spesies bakteri, dan 1 spesies mikrosporidia entomopatogenik, 1 spesies parasitoid, 7 genera semut, 2 genera kepik, dan 1 spesies kumbang predator. Spesies entomopatogenik yang ditemukan adalah Jamur Hirsutella eleutheratorum (Nex ex Gray) Petch., Metarhizium anisopliae (Metsch.) Sorokin, Fusarium oxysporum, Paecilomyces lilacinus (Thom.) Samson, bakteri Bacillus sp. dan Serratia sp., dan mikrosporidia Mattesia sp. Parasitoid yang ditemukan adalah braconid Cryptoxilos sp. Genera semut yang memangsa H. hampei meliputi Solenopsis, Pheidole, Wasmannia, Paratrechina, Crematogaster, Brachymyrmex dan Prenolepis. Genera kepik yang ditemukan sebagai predator adalah Calliodes dan Scoloposcelis yang imago dan nimfanya memangsa larva H. hampei, sedangkan kumbang yang ditemukan sebagai predator adalah cucujid Cathartus quadricollis (Gurin-Mneville). F. Kisaran Inang dan Kemampuan Menurunkan Hasil H. hampei menyerang hanya biji kopi, baik ketika masih dalam buah di polong maupun di penyimpanan (Semangun 1981). Saat ini kumbang ini merupakan hama kopi yang terpenting di berbagai negara penghasil kopi di seluruh dunia (Le Pelley 1968, Vega et al. 2002). Menurut Kalshoven (1981), pada intensitas berat penggerek buah kopi dapat menurunkan hasil sampai 20%.

G. Sebaran di Luar dan di Wilayah Penelitian Penggerek buah merupakan hama endemik Afrika Tengah, tetapi kini telah terdapat di semua pusat produksi kopi di seluruh dunia (Vega et al. 2002). Menurut Kalshoven (1091), penggerek buah kopi ditemukan di Indonesia pada 1909 di Jawa. Saat ini penggerek buah ini telah tersebar luas ke seluruh Indonesia, terutama pada pusatpusat produksi kopi di dataran rendah yang membudidayakan kopi tipe robusta. Di wilayah penelitian yang sebagian besar tanaman kopinya adalah tipe robusta, penggerek buah ditemukan di ketiga kabupaten. Sebaran di dalam setiap wilayah kabupaten dan tingkat kerusakan yang disebabkannya disajikan pada Tabel 1. Tabel 4.14a. Wilayah Sebaran Penggerek Buah (Hypothenemus hampei (Ferr.)) dan Kategori Kerusakan yang Ditimbulkan pada Tanaman Kopi di Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur
Kabupaten Ende Kategori Absen Ringan Sedang Berat Absen Ringan Sedang Berat Absen Ringan Sedang Berat Kecamatan Sebaran

Sikka

Detukeli, Detusoko, Kelimutu, Kotabaru, Maukaro, Maurole, Ndona, Ndona Timur, Pulau Ende, Wewaria, Wolojita Ende, Ende Selatan, Lio Timur, Nangapanda, Wolowaru Alok, Pulau Palue Bola, Lela, Talibura Kewapante, Maumere, Mego, Nita, Paga, Waigete Ile Boleng Adonara Barat, Ile Mandiri, Klubanggolit, Solor Barat Adonara Timur, Larantuka, Tanjung Bunga, Titehena, Witihama, Wotan Ulumado, Wulanggitang

Flores Timur

Sumber: Hasil analisis data pengamatan lapangan dan pemeriksaan laboratorium H. Pengelolaan OPT Mekanik. Pengendalian secara mekanik yang disarankan oleh Kalshoven (1981) adalah menanam buah gugur yang dikumpulkan pada akhir musim panen. Fisik. Pengendalian secara fisik dilakukan dengan memperlakukan buah terserang berat perendaman dalam air panas agar bubuk buah mati. Sealin itu, sebelum disimpan buah dikeringkan sampai mencapai kadar air 12,5 % untuk mencegah serangan oleh penggerek buah kopi (Kalshoven 1981). Kimiawi. Perilaku penggerek buah yang hidup di dalam buah kopi menyulitkan untuk pengendalian secara kimiawi. Namun apabila diperlukan, pengendalian secara kimiawi sebaiknya dilakukan pada saat serangga betina aktif terbang, yaitu antara pukul 16.0018.00. Jenis insektisida yang dapat dgunakan adalah endosulfan, metidatiaon, dan karbaril. Komisi Pestisida (1999) tidak memberikan rekomendasi penggunaan insektisida untuk mengendalikan penggerek buah. Alami dan Hayati. Prorops nasuta merupakan agen hayati yang pertama kali dimasuukan ke Amerika dari Afrika sebagai parasitoid larva penggerek buah pada 1929. Berikutnya dimasukkan parasitoid larva lainnya, Cephalonomia cephanoderis, pada 1988. Kedua parasitoid ini dilaporkan mampu memparasit penggerek buah masing-masing 8,3 dan 1,3% di lapangan, tetapi C. cephanoderis lebih mudah dibiakkan masal di laboratorium. Selanjutnya dilakukan introduksi Phymaticus coffea pada 1997 yang mampu memparasitasi 6% imago betina di lapangan (Benavides et al. nd). Pengendalian hayati di Indonesia dilakukan terutama dengan menggunakan jamur entomopatogen Beauvaria bassiana dan Spicaria sp. Spicaria sp. adalah basionim dari jamur yang sekarang dikenal

luas dengan nama Paecilomyces javanicus (Friedrichs & Bally) A.H.S. Br. & G. Sm. Komisi Pestisida (1999) mengijinkan penggunaan Bevaria P, yaitu formulasi biopestisida dengan bahan aktif konidia B. bassiana 1,005 x 109 spora/gram. Hindayana et al. (2002) menyarankan penggunaan B. bassiana strain 615 yang diproduksi oleh Puslitkoka di Jember. Budidaya. Pengendalian secara budidaya dilakukan dengan memanen seluruh buah masak diikuti dengan pemanenenan seluruh buah muda yang tersisa pada bulanbulan ketika tanaman berbuah sedikit (panen rampasan)(Kalshoven 1981). Daftar Pustaka Baker, P. S., J. F. Barrera, & A. Rivas. 1992. Life-history studies of the coffee berry borer (Hypothenemus hampei, Scolytidae) on coffee trees in southern Mexico. J. Appl. Ecol. 29: 656-662. Barrera, J. F., J. Gomez, and C. Alauzet. 1995. Can the coffee berry borer (Hypothenemus hampei) reproduce by parthenogenesis? Entomol. Exp. Appl. 77:351-354. Benavides, P., A.E. Bustillo, M. Portilla, & J. Orozco (nd). Classical biological control of coffee berry borer Hypothenemus hampei (Coleoptera:Scolytidae) in Columbia with African parasitoids. Poster Presentation on the 1st International Symposium on Biological Control of Artthropods. Website: http://www.google.com/search?q=cache:jSl7r9H1vVgJ:www.bugwood.org/arthropo d/poster.pdf+Hypothenemus+hampei+biology+taxonomy&hl=id Bustillo, A.E., R. Crdenas, & F.J. Posada 2002. Natural Enemies and Competitors of Hypothenemus hampei (Ferrari) (Coleoptera: Scolytidae) in Colombia. Neotrop. Entomol. 31(4): Corbett, G. H. 1933. Some preliminary observations on the coffee berry beetle borer, Stephanoderes (Cryphalus) hampei Ferr. J. Malayan Agric. 21: 8-22. Guadalupe-Rojas, M., J.A. Morales-Ramos, & T.C. Harrington 1999. Association between Hypothenemus hampei (Coleoptera: Scolytidae) and Fusarium solani (Moniliales: Tuberculariaceae). Ann. Entomol. Soc. Am. 92(1): 98-100. Hindayana, D., D. JudawiD. Priharyanto, G.C. Luther, G.N.R. Purnayasa, J. Mangan, K. Untung, M. Sianturi, P. Mundy, & Riyatno 1992. Musuh Alami, Hama, dan Penyakit Tanaman Kopi. Proyek PHT Perkebunan Rakyat, Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta. Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised and translated by P.A. van der Laan with the assistant of G.H.L. Rothschild. PT Ichtiar Baru-van Hoeve, Jakarta. Komisi Pestisida 1999. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Komisi Pestisida Departemen Pertanian, Jakarta. La Salle, J. 1990. A new genus and species of Tetrastichinae (Hymenoptera: Eulophidae) parasitic on the coffee berry borer, Hypothenemus hampei (Ferrari) (Coleoptera: Scolytidae). Bull. Entomol. Res. 80:7-10. Le Pelley, R. H. 1968. Pests of Coffee. Longmans, Green and Co., Ltd., London. 590 pp. Vega, F.E., G. Mercadier, A. Damon & A. Kirk. 1999. Natural enemies of the coffee berry borer, Hypothenemus hampei (Ferrari) (Coleoptera:Scolytidae) in Togo and Cote dIvoire, and other insects associated with coffee beans. Afr. Entomol. 7: 243-248. Vega, F.E., R.A. Franqui, & P. Benavides 2002. The presence of the coffee berry borer, Hypothenemus hampei, in Puerto Rico: fact or fiction? 3 pp. Journal of Insect Science, 2.13. Available online: http//:www.insectscience.org

You might also like