You are on page 1of 3

SUKU MENTAWAI

PENYEBARAN/TEMPAT TINGGAL

Suku Mentawai berada di sepanjang Kepulauan Mentawai ,Kepulauan Pagai Utara dan Pagai Selatan dan paling banyak tersebar di Pulau Siberut. Suku Mentawai mengelompok ke dalam Uma dan masing-masing Uma terdiri 5 sampai 10 keluarga dengan jumlah anggota berkisar 3060 orang.Di Mentawai terdapat tiga macam rumah, yaitu: A. Uma Uma adalah rumah besar yang menjadi rumah induk tempat penginapan bersama serta tempat menyimpan warisan pusaka. Berfungsi sebagai balai pertemuan semua kerabat dan upacaraupacara bersama bagi semua anggotanya. B. Lalep Tempat tinggal suami istri yang pernikahannya sudah dianggap sah secara adat. Lalep terletak di dalam Uma. C. Rusuk Suatu pemondokan khusus, tempat penginapan bagi anak-anak muda, para janda dan mereka yang diusir dari kampung. AKTIVITAS EKONOMI

Aktivitas ekonomi suku Mentawai yaitu berburu, menanam sagu, memelihara babi dan mengumpulkan rotan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mereka tak mengenal teknologi pengerjaan logam, begitu pula bercocok tanam maupun seni tenun dan masih menggunakan system barter dalam memenuhi kebutuhan. AGAMA/KEPERCAYAAN

Orang Mentawai termasuk penganut aninisme, yang percaya kepada roh-roh. Segala sesuatu (benda) yang ada berjiwa. Kepergian jiwa untuk sementara, membawa akibat orang sakit. Untuk menyembuhkan penyakit itu diperlukan Kerei (dukun). Kematian berarti jiwa pergi menghilang untuk selama-lamanya.

Arat Sabulungan yaitu kepercayaan tentang berbagai kesaktian yang dimiliki oleh roh nenek moyang atau ketsat. Kepercayaan agama mereka dikenal dalam beberapa nama yang berhubungan dengan kegaiban seperti Simagre yaitu roh yang menyebabkan orang hidup dan Sinatu yaitu roh jahat yang kerjanya menyebarkan penyakit dan mengganggu manusiaSabulungan yaitu roh yang keluar dari tubuh terkadang dianggap keluar sebentar (misalnya ketika sedang terkejut). Sabulungan berasal dari kata bulu yang berarti daun. Bahanbahan untuk perangkat upacara keagamaan itu banyak menggunakan dedaunan dan rantingranting pepohonan.Macam-macam sabulungan:
1. Taikamanua (roh yang hidup di udara dan langit) 2. Taikapolak (roh yang bertempat tinggal di bumi) 3. Taikabaga (roh yang hidup di bawah tanah)

Roh-roh yang khusus menjaga binatang:


1) Taikaleleu (mis: Samajuju, sebagai pelindung rusa & Taikatengaloina, pelindung

binatang yang ada di atas pohon)


2) Taikbagakoat (Pelindung binatang di laut)

SISTEM KEKERABATAN

Suku Mentawai menganut system kekerabatan patrilineal atau keturunan berdasar pihak ayah/anak laki-laki. Mereka menghitung garis keturunan dari orang laki-laki yaitu mulai dari teteu (kakek Ego) sampai kepala Togatteteu (cucu laki-laki Ego). Alasannya karena kaum wanita suku bangsa Mentawai adalah orang dari luar dan orang yang akan keluar dari kelompok suku. Ini berarti suku Mentawai menganggap wanita sebagai orang luar karena wanita yang dibawa masuk kedalam lingkunan suku laki-laki karena berstatus istri. Sedangkan wanita yang akan keluar adalah anak dan cucu perempuan mereka yang telah menjadi istri dari suaminya yang berasal dari suku lain. Namun keluarnya wanita dari lingkungan sukunya karena perkawinan tadi, bukan berarti suku asalnya melebur atau berganti menjadi suku suaminya, tetapi sukunya tetap disandang karena di suatu waktu ia akan kembali lagi ke sukunya sendiri. SISTEM ORGANISASI MASYARAKAT

Dalam satu Uma dipimpin oleh seorang kepala suku yang disebut juga Rimata. Rimata adalah pemimpin kegiatan adat berlangsung di dalam sukunya seperti penetapan hari perkawinan dan menetapkan waktu punen sebagai waktu istirahat suci artinya segala kegiatan untuk kehidupn dihentikan sama sekali. Rimata dibantu oleh 2 orang pembantu Rimata yaitu Sikaute Lulak dan Sikamuriat. Tugas dari pembantu ini adalah mengumpulkan dan membagi hasil daging buruan secara adil dan merata dengan syarat bagian rimata lebih banyak sedikit karena tugasnya menjaga daging buruan tersebut. Sikerei (dukun) memiliki kedudukan yang tinggi dalam uma karena mempunyai kelebihan khusus dibandingkan anggota suku lainya yaitu kepandaianya mengobati penyakit. KESENIAN Suku Mentawai memiliki salah satu budaya khas berupa tarian yang disebut juga tarian turuk uliat. Tarian tersebut merupakan bentuk ekspresi masyarakat Mentawai dalam menghargai dan penggambaran keselarasan manusia dengan alam sekitarnya.Tarian uliat ini banyak macamnya,umumnya menirukan atau memperagakan gerakan binatang yang ada di alam. Uliat ada macamnya seperti uliat bilou, uliat manyang dan lainnya. Uliat bersumber dari daerah di mana mereka berada, seperti masyarakat yang ada di pesisir pantai maka mereka akan meniru dan memperagakan gerakan burung camar (uliat manyang), sedang masyarakat yang ada di sekitar hutan akan menirukan gerakan monyet (uliat bilou). Ada pula tari turuk pok-pok dan galagau. ETOS YANG MENARIK Pakaian Pakaian suku Mentawai masih tradisional. Kaum lelaki Mentawai masih mengenakan Kabit yakni penutup bagian tubuh bawah yang hanya terbuat dari kulit kayu. Sementara bagian tubuh atas dibiarkan telanjang begitu saja tanpa mengenakan sehelai kain. Sikerei, tetua di Mentawai masih mengenakan Kabit. Kaum wanita, untuk menutup tubuh bagian bawah, mereka menguntai pelepah daun pisang hingga berbentuk seperti rok. Untuk tubuh bagian atas, mereka merajut daun rumbia hingga berbentuk seperti baju.
AMALIA TIKA PUSPITA XI IPS 1/03

You might also like