You are on page 1of 16

ANALISIS SPERMA

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten : Rizki Febriani : B1J010016 : IV :3 : Nina Agustina

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2011

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa informasi genetic jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Sperma berasal dari spermatia yang telah mengalami doferensia sel perlahan-lahan. Sperma dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepala dan flagel. Flagella biasanya tersusun dari berbagai bagian kecil, disebut potongan tengah (middle piece), flagelum sendiri dan potongan ujung (end piece). Ovum pada ikan nilem betina dibungkus oleh suatu membrane yang tebal, yaitu zona radiate. Sperma dapat masuk melalui lubang yang disebut micropyle. Zona radiate ini dibentuk dari lapisan superficial protoplasma. Ovum ukurannya lebih besar dibandingkan sperma. Perbedaan ukuran yang menyolok ini disebabkan karena sel telur ikan banyak mengandung kuning telur (egg yolk) dan butiran minyak (oil olobule) yang berfungsi sebagai pemberi makanan bagi embrio (Soesono, 1985). Sperma yang mempunyai flagel terdiri dari bagian kepala dan ekor. Bagian kepala sebagai penerobos jalan masuk kedalam ovum dan membawa bahan genetis yang akan diwariskan, sedangkan ekor untuk pergerakan menuju tempat pembuahan dan untuk mendorong kepala menuju tempat pembuahan dan untuk mendorong kepala menerobos ovum. Kepala sperma mengandung inti yang didalamnya mengandung bahan genetis. Akrosom merupakan lisosom sperma yang berfungsi untuk meliris lender penghalang saluran kelamin betina dan selaput ovum (Soeminto, 1993). Salah satu pemeriksaan yang penting untuk penilaian kesuburan pria ialah analisis semen. Analisis semen berguna bagi pasangan yang ingin melakukan

program Keluarga Berencana. Menurut Charlene (2010), analisis sperma memiliki tingkatan tersendiri, antara lain dapat dilihat dari volume sperna, konsentrasi sperma, motilitas sperma, dan morphologi sperma. Analisis semen penting untuk mengetahui apakah semen mereka masih fertil atau tidak. Perbandingan dan standardisasi analisis semen diperoleh dengan analisis semen. Standardisasi penting untuk memperoleh penyeragaman karena analisis semen merupakan pemeriksaan yang memerlukan suatu ketepatan, dapat diulang kembali, relevan dan dapat dipakai dimanapun juga. Ikan nilem (Osteochillus hasselti) dipilih sebagai bahan praktikum mengenai analisis sperma karena ukurannya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan ikan tawes dan ikan mas sehingga dapat dirawat dan dipelihara dalam aquarium. Selain itu ikan nilem juga mudah diamati, mudah didapatkan dan harganya tidak terlalu mahal.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk dapat mengenal morfologi dan fisiologi sperma atau milt ikan nilem, dapat mengetahui cara atau prosedur untuk memeriksa kualitas gamet, baik secara parameter mikroskopis maupun secara makroskopis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan nilem adalah salah satu spesies ikan yang masuk dalam familia cyprinidae, sehingga bentuk ikan nilem hampir serupa dengan ikan mas, hanya kepalanya relative lebih kecil dan pada sudut-sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut-sungut peraba (Djuhanda, 1985). Ikan nilem jantan yang sudah masak kelamin berumur 8 bulan. Perutnya mengembang dan terasa empuk ketika diraba, bila bagian perut dipijat kea rah genitalianya maka akan mengeluarkan cairan seperti susu yang biasanya disebut milt. Berat testis lebih ringan disbanding berat ovarium pada ikan nilem yang sama umurnya. Sepasang testis dapat menghasilkan sekitar 1-1,5 ml milt dalam keadaan evakuasi alami, tetapi pada striping hanya 1 ml. setiap 1 ml milt mengandung 200300 juta spermatozoa. Milt harus diencerkan dengan Rnger sampai 100 kali. Pengenceran ini dapat memperpanjang daya hidup spermatozoa ikan nilem. Testis ikan nilem berbentuk memanjang atau berlobi. Spermatozoa dari testis lewat ductus efferentes masuk kedalam ductus longitudinal testis. Ductus ini berkelok-kelok dan ujung anteriornya sering ditetapkan sebagai epididimis (Fujaya, 2002). Larutan methanol digunakan untuk mengawetkan dan menempelkan sperma yang sudah mati maupun masih hidup yang berada pada obyek gelas agar tidak rusak sedangkan larutan giemsa digunakan sebagai pewarna sperma sederhana agar sperma dapat dilihat dengan mikroskop cahaya dengan mudah baik yang normal maupun abnormal dan air (aquades) digunakan untuk aktivasi spermatozoa (Wijayanti,1997). Struktur spermatozoa dicirikan sebagai sel yang terperas, sangat sedikit sekali kandungan sitoplasmanya. Spermatozoa memiliki organel-organel yang sedikit

dibandingkan sel lainnya. Spermatozoa tidak mempunyai ribosom, reticulum endoplasmic dan golgi. Sebaliknya spermatozoa mempunyai banyak sekali mitokondria yang letaknya sangat strategis untuk pengefisiensian energi yang diperlukan. Secara struktur ada dua bagian yaitu kepala dan ekor (Soeminto, 1993). Kepala spermatozoa bentuknya bervariasi. Isinya adalah inti adalah inti di dalamnya terkandung material genetic haploid yang berupa kantong berisi sekresisekresi enzim hidrolitik. Bila spermatozoa kontak dengan telur isi akrosom dikeluarkan secara eksositosis yang disebut dengan reaksi akrosom. Spermatozoa invertebrate reaksi akrosom tersebut diikuti dengan pelepasan protein khusus yang mengikat spermatozoa kuat-kuat pada bungkus telur (Sistina, 2000). Spermatozoa normal memiliki kepala, leher, badan dan ekor jika dilihat di bawah mikroskop bagian dinding kepala yang mengandung DNA didalamnya tampak sekitar 2/3 bagiannya tertutup akrosoma dan diantara kepala dan badan terdapat sambungan pendek yaitu leher yang berisi sentriole proximal, kadangkadang dinyatakan sebagai pusat aktivitas kinetic spermatozoa. Bagian badan dimulai dari leher berlanjut ke cincin sentriol. Bagian badan dan ekor bergerak bebas walaupun tidak mempunyai kepala. Ekor berupa cambuk yang membantu mendorong spermatozoa bergerak maju (Yatim, 1990). Spermatozoa abnormal merupakan spermatozoa berbentuk lain dari biasa, dapat baik pada individu fertil maupun infertil. Individu fertil kadarnya lebih sedikit. Bentuk abnormal terjadi karena berbagai gangguan dalam spermatogenesis. Gangguan itu mungin karena faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi atau penyakit lain (Yatim, 1990).

III. MATRI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Analisis sperma adalah Mikroskop cahaya, bilik hitung (hemocytometer), gelas obyek, gelas penutup, pH indicator, tissue, bak preparat, spuit injeksi tanpa jarum, tusuk gigi, pengukur waktu. Bahan-bahan yang digunakan adalah sperma/milt segar, minyak imersi, Nacl.

B. Metode

1. Sperma Ikan Nilem dikeluarkan dengan cara stripping. 2. Milt ikan keluar disedot dengan alat suntik dan diletakkan dalam cawan Petri. 3. Kemudian dilakukan pemeriksaan Makroskopis Warna: a. Diperhatikan warna sperma yang sudah didapat dengan mata talanjang. b. Dicatat warna sperma. Bau: a. Sperma ikan dalam cawan Petri dipegang dengan tangan kiri dan tangan kanan dikipas-kipaskan agar bau sperma tercium. b. Dicatat bau yang tercium. Volume: a. Milt yang keluar diukur volumenya dengan gelas ukur 10 ml. b. Dicatat volumenya. pH: a. Sepotong kertas pH diambil dan dicelupkan pada sperma.

b. Setelah beberapa saat dicocokkan dengan tabel indikator. c. pH dicatat. 4. Dilakukan pemeriksaan mikroskopis Menilai Motilitas Sperma: a. Diambil sperma 0,1 ml diencerkan 100 kali dalam larutan Ringer b. Diteteskan beberapa tetes dengan pipet di atas gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup. c. Dilihat dengan perbesaran 400 kali, dicatat motilitas sperma yang terlihat. Pemeriksaan Morfologi Spermatozoa a. Dibuat sediaan apus sperma. b. Diteteskan sperma pada gelas objek disalah satu ujungnya. c. Digunakan tepi ujung gelas objek yang lain yang diberdirikan dengan sudut 30 derajat. d. Dibiarkan kering udara selama 5 menit. e. Ditirsasi dengan larutan methanol (1:1) selama 5 menit. f. Ditetesi pewarna larutan Giemsa (pengencer 20 kali) selama 30 menit. g. Dibiarkan kering udara kemudian diamati di bawah mikroskop. Mengenal Bilik Hitung (Haemocytometer) a. Bilik hitung ditempatkan pada meja mikroskop b. Digunakan lensa objektif perbesaran 10 kali. c. Diperhatikan 9 kotak besar. d. Diperhatikan kotak yang ditengah-tengah. e. Fokus ke dalam 5 kotak dan sperma yang terlihat ditandai binti-bintik dihitung dengan hand counter.
f.

Dari kelima data dirata-rata dan ditambah data dari kelompok lain.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil LEMBAR PENGAMATAN PRAKTIKUM ANALISIS SPERMA Rombongan 4 / kelompok 3 1. 2. 3. 4. Volume Warna Bau : 0,7 ml : Putih susu : Amis

Motilitas : - Sperma motil 30% - Sperma non motil 70%

Tabel 1. Akumulasi Data Pengamatan Viskositas Spermatozoa Rombongan IV


No
1 2 3 4 5 6 Kelompok 1 2 3 4 5 6 Waktu menggumpal (menit) 16 16 12 14 31 30

Tabel 2. Akumulasi Data Pengamatan Motilitas Spermatozoa Rombongan IV


K1 90% 10% K2 35% 65% K3 30% 70% K4 85% 15% K5 50% 50% K6 Rata-rata 90% 63,3 10% 37%

presentase sperma motil (%) Presentase sperma non motil (%)

Keterangan : K = Kelompok

5. Pengamatan bilik hitung

Gambar 1. Bilik Hitung

6. Jumlah total spermatozoa Tabel 2. Akumulasi Data Pengamatan Total Spermatozoa Rombongan 6 K1 total spermatozoa Keterangan: K=kelompok Perhitungan: B1 : 35 B2 : 37 K2 K3 K4 Rata-rata

330x107 325x107 275x107 15x107 13,95x109

B3 : 26 B4 : 46 B5 : 36 spermatozoa = B1+B2+B3+B4+B5 5 = 180 5 = 36 total spermatozoa = rata-rata x P x 2,5.105 = 36 x 1000 x (2,5.105) = 9 x 1010 sel/ml 7. Morfologi Spermatozoa

a b

Gambar 2. Morfologi Sperma Ikan Nilem Keterangan :

A. Sperma Normal 1. Kepala 2. Leher 3. Ekor

B. Bentuk-bentuk spermatozoa abnormal 1. Spermatozoa dengan bentuk kepala relative besar 2. Spermatozoa dengan bentuk kepala yang relative kecil 3. Spermatozoa dengan kepala dobel 4. Spermatozoa dengan leher dan ekor dobel 5. Spermatozoa dengan bentuk kepala seperti buah pear 6. Spermatozoa dengan ekor yang masih muda 8. Kesimpulan/Diagnosa : Sperma ikan Nilem yang diamati pada praktikum kali ini berwarna putih susu,berbau amis, dengan pH 8,5, volume sperma sebesar 0,7 ml, sperma yang motil 30% dan yang tidak motil 70% .

B. Pembahasan

Berdasarkan dengan hasil praktikum yang telah dilakukan, volume sperma yang dihasilkan sebanyak 0,7 ml dan hal ini berbeda dengan pustaka, sebab menurut Yatim (1982), menyatakan bahwa sperma yang normal (normospermia) volumenya antara 1 s.d. 6 ml. Sehingga sperma yang dihasilkan ikan nilem tergolong hypospermia karena volumenya kurang dari 1 ml. Hypospermia dapat terjadi karena beberapa hal yaitu sampel tumpah waktu ditampung, gangguan patologis dan genetis pada genitalia dan gangguan hormonal. Viskositas pada menit ke-6 sperma sudah menggumpal. Hal ini berbeda dengan pustaka, sebab menurut Susanto (2006), menyatakan bahwa vikositas sperma normal < 2 detik. Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena sperma terlalu banyak, cairannya sedikit, gangguan liquedaction, perubahan komposisi plasma sperma, dan pengaruh obat-obatan. Warna yang dihasilkan pada saat praktikum adalah berwarna putih susu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto (2006), menyatakan bahwa perut ikan nilem jantan yang siap dipijahkan akan mengembang dan terasa empuk ketika diraba. Apabila dipijat perut ke arah genitalnya induk jantan akan mengeluarkan cairan seperti susu. Pengamatan pH sperma ikan nilem pada waktu praktikum, menghasilkan pH 8,5 yang berarti basa. Menurut Moeloek (1979), pH semen diukur dengan menaruh setetes semen pada kertas pH yang mempunyai pH antara 6,6 sampai 8,0. pH semen normal ialah basa lemah, pH semen diukur segera setelah likuifikasi. Semen yang terlampau lama dibiarkan, pHnya dapat berubah.

Jumlah total spermatozoa yang didapat pada saat praktikum untuk data rombongan IV adalah 6,52x1010 sel/ml. Sehingga menurut Yatim (1982), konsentrasi spermatozoa tersebut termasuk dalam golongan polyzoospermia karena jumlah spermanya lebih dari 250 juta/ml. Jumlah spermatozoa normal (normozoospermia) berada pada rentang antara 40 sampai 200 juta/ml. Hasil pengamatan motilitas spermatozoa berdasarkan praktikum diperoleh persentase spermatozoa motil 30 % sedangkan spermatozoa non motil 70 %. Menurut Yatim (1982), spermatozoa yang normal persentase motilnya adalah 63 16 SD, dengan range 10-95 %. Jika hampir semua sperma tampak mati, tak bergerak disebut necrozoospermia. Akan tetapi spermatozoa yang tidak bergerak belum menunjukkan mati, kemungkinan ada suatu zat cytotoxic atau antibodi yang membuatnya tidak bergerak. Jadi motilitas spermatozoa berdasarkan hasil praktikum termasuk spermatozoa yang tidak normal karena persentase spermatozoa motilnya adalah 30 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas spermatozoa yaitu: 1. Temperatur Aktivitas metabolisme dan gerakan spermatozoa akan normal pada temperatur tubuh dan akan meningkat kecepatannya di luar tubuh apabila temperaturnya di atas normal. Harper (1997), menyatakan bahwa temperatur yang optimal untuk metabolisme spermatozoa adalah pada temperatur tubuh bahkan temperatur lebih rendah memberikan motilitas spermatozoa yang lebih panjang. 2. Kandungan zat makanan (karbohidrat) Kandungan zat makanan (karbohidrat) misalnya fruktosa merupakan substrat energi utama di dalam plasma semen yang diproduksi oleh kelenjar vesikularis.

Fruktosa dapat dijadikan sumber energi untuk mendukung pergerakan dan ketahanan spermatozoa karena fruktosa meningkatkan aktivitas protein yang terdapat pada ekor spermatozoa, sebab ekor spermatozoa disusun oleh mikrotubulus yang mengandung substansi fiber yang disusun oleh protein dinein. Protein dinein penting karena mempunyai aktivitas ATP-ase. ATP-ase akan lancar dan menyebabkan peningkatan motilitas spermatozoa (Hidayaturrahmah, 2007). 3. Penggunaan larutan fisiologis Menurut Hidayaturrahmah (2007), fertilisasi dapat didukung oleh kualitas spermatozoa yang baik. Larutan fisiologis dapat menambah daya viabilitas dan motilitas spermatozoa. Penggunaan larutan fisiologis yang mengandung NaCl dan urea dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa antara 20-25 menit. Larutan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain larutan ringer digunakan untuk pengenceran. Larutan ether alkohol fungsinya untuk fiksasi. Larutan giemsa untuk mewarnai sediaan apus spermatozoa. Kesulitan-kesulitan yang dialami pada saat praktikum analisis sperma yaitu kesulitan dalam menghitung jumlah total spermatozoa menggunakan bilik hitung haemocytometer, kesulitan dalam pengamatan motilitas spermatozoa dan kesulitan dalam mengamati morfologi spermatozoa.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Volume sperma yang dihasilkan adalah 0,7 ml. 2. Warna dari sperma adalah putih susu. 3. pH sperma 8,5 yang berarti basa. 4. Persentase sperma motil adalah 30 % dan sperma non motil adalah 70 %. 5. Jumlah total spermatozoa adalah 9x1010 sel/ml. 6. Viskositas sperma ikan nilem adalah terjadi pada menit ke-12. 7. Kualitas dan kuantitas spermatozoa kurang baik sebab berdasarkan pengamatan terdapat beberapa hasil yang tidak sesuai dengan pustaka diantaranya yaitu volume, jumlah, serta persentase spermatozoa motil dan non motil sehingga tingkat keberhasilan spermatozoa untuk membuahi sel telurnya adalah kecil.

B. Saran

1. Sebaiknya pengamatan motilitas spermatozoa segera setelah dilakukan pengenceran supaya masih dapat terlihat sperma yang motil. 2. Sebaiknya penghitungan jumlah total spermatozoa menggunakan alat bantu yang lebih akurat sehingga tidak salah dalam penghitungannya.

DAFTAR REFERENSI

Brazil, Charlene. 2010. Practical semen analysis: from A to Z. Asian Journal of Andrology. 12: 1420 Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung. Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perianan. Dikti, Jakarta Harper, M. A. 1977. Review of Phisiology Chemistry. Diterjemahkan oleh Muliawan M. Universitas Indonesia, Jakarta. Sistina, Y et al., 2000. Penggunaan Extender Madu yang Dikombinasikan dengan Krioprotekan Berbeda pada Pengawetan Sperma Ikan Nilem (Indonesia Sharkminnow, Osteochillus hasselti Valanciennes, 1842) : 1-9. Soeminto, 1993. Vabialitas Telur Ikan Nilem (Ostheosillus hasselti) yang ditandai Oviposisi-oviposisinya setelah menunjukan Gejala Mijah. Laporan Penelitian, Unsoed. Soesono, S. 1985. Dasar-Dasar Perikanan Umum. CV. Yasaguna, Jakarta. Wijayanti, GE.1997. Fertilisasi dan Sperma Ikan Nilem Pasca Striping dalam Media Alami. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto. Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.

You might also like