You are on page 1of 3

TUGAS SEJARAH

PERTEMPURAN AMBARAWA MAGELANG

O
L E H

DINA YULIA PUTRI XI.A.4

R-SMA-BI N 3 TELADAN BUKITTINGGI T.A 2011/2012

Pada tanggal 20 Oktober 1945 tentara Sekutu dibawah pimpinan Brigadir Jendral Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan Jepang yang berada di Jawa Tengah. Brigadir Jenderal Bethell datang ke Magelang tanggal 2 November 1945. Mereka mengadakan gencatan senjata dan memperoleh kata sepakat (12 pasal), yaitu : a. Pihak sekutu tetap akan menempatkan pasukannya di Magelang untuk melindungi dan mengurus evakuasi APWI (Allied Prisoners War and Interneers atau Tawanan Perang dan Interniran Sekutu). Jumlah pasukan sekutu dibatasi dengan keperluan itu. b. Jalan Ambarawa Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia Sekutu c. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawahnya. Namun ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan, tentara Belanda justru mempersenjatai mereka sehingga menimbulkan amarah pihak Indonesia pada tanggal 20 November 1945. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang melucuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan membuat kekacauan.
Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal Soedirman pada pertengahan Desember 1945 membuat tentara sekutu terjepit dan akhirnya mundur dari Ambarawa menuju Semarang. Walaupun dihadang dengan seluruh kekuatan persenjataan modern serta kemampuan taktik dan strategi sekutu, para pejuang RI tak pernah gentar sedikit pun. Mereka melancarkan serangan dengan gigih seraya melakukan pengepungan ketat di semua penjuru kota Ambarawa. Dengan gerakan pengepungan rangkap ini sekutu benar-benar terkurung.

TKR resimen Magelang pimpian M Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun Sekutu berhasil diselamatkan dari kehancuran berkat campur tangan presiden Sukarno yang menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara dian-diam meninggalkan kota Magelang menuju benteng Ambarawa. Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letnan Kolonel M Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap Sekutu. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Ono Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh, dan Surakarta. Tentara Sekutu kembali dihadang di Ngipik. Tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa disekitar Ambarawa. Tetapi pasukan Indonesia dibawah pimpinan Letnan Kolonel Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut. Pada pertempuran ini Letnan Kolonel Isdiman gugur. Gugurnya Letkol Isdiman, membuat Komandan divisi V Banyumas Sudirman merasa kehilangan perwira terbaiknya sehingga ia langsung turun ke lapangan dan memimpin pertempuran. Kehadiran Kolonel Sudirman memberikan semangat baru kepada pasukan RI. Pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan mendadak secara serentak di semua sektor. Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah terjadi tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan pekuburan Belanda di jalan Margo Agung. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang untuk menyusup dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono. Pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Sudirman mengadakan rapat dengan komandan sektor TKR dan Laskar.

Pada tanggal 12 Desember 1945 pukul 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit, Kolonel Sudirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik pengepungan rangkap sehingga musuh benarbenar terkurung. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.
Serangan pembebasan Ambarawa yang berlangsung selama empat hari empat malam itu dilancarkan dengan penuh semangat pantang mundur. Dari tanggal 12 Desember hingga 15 Desember 1945, para pejuang tidak menghiraukan desingan-desingan peluru maut lawan. Pertempuran berakhir dengan kemenangan gemilang dari TKR. Benteng pertahanan sekutu yang tangguh berhasil direbut pasukan TKR. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945 dan keberhasilan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian diabadikan dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa. TNI AD memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri. Untuk memperingati pertempuran itu, maka di kota Ambarawa didirikan

Monumen Palagan Ambarawa.

You might also like