You are on page 1of 18

Instrumen NMR seperti pada Gambar.

Sesuai namanya NMR (nuklear magnetic resonance, resonansi magnetik inti), spektroskopi NMR berhubungan dengan karakter inti dari suatu atom dalam suatu molekul yang dianalisis. Pada dasarnya spektrometri NMR merupakan bentuk lain dari spektroskopi absorbsi sama halnya dengan UV-VIS dan IR. Perbedaan dengan IR dan UVVIS adalah
1. Sistem absorbsi dibawah pengaruh medan magnet dan hal ini tidak

ada pada UV-VIS dan IR. 2. Pada NMR energi radiasi elektromagnetik pada daerah frekuensi radio.

Spekktroskopi NMR sangat penting artinya dalam analisis kualitatif, khususnya dalam penentuan struktur molekul zat organik. Lebih tepatnya letak suatu atom dalam molekulnya. Seperti yang diketahui semua inti atom bermuatan karena mengandung proton dan juga mempunyai spin inti. Sifat inti atom dan karakter spinnya menyebabkan beberapa inti bersifat magnet. Perputaran elektron pada porosnya (spin) menyebabkan dihasilkan momen dipol magnet. Perilaku dipol magnetik ini dicirikan oleh bilangan kuantum spin inti megnet yang dinyatakan atau diberi simbol I.

Apabila inti diletakan pada suatu medan magnet (medan magnet eksternal) maka akan terjadi interaksi inti dengan magnet ekternal tersebut. Interaksinya tergantung pada jenis inti yang berinteraksi. Berikut merupakan kriteria penggunaaan medan magnet pada spektroskopi NMR:
1. Medan magnet harus kuat. Karena kepekaan spektroskopi NMR

makin tinggi seiring meningkatnya kekuatan medan magnet. 2. Medan magnet harus cukup homogen terhadap semua sampel yang dianalisis. Apabila tidak terjadi kemogenan medan magnet akan menghasilkan pita-pita yang melebar dan terjadi distorsi sinyal. 3. Medan magnet harus sangat stabil. Dengan kestabilan yang tinggi menjadikan analisis secara akurat dari detik ke detik bahkan hingga orde jam.

Seperti yang telah disinggung bahwa berhubungan dengan karakter inti dari suatu atom dalam suatu molekul, oleh sebab itu spektroskopi NMR digunakan untuk mendeteksi berbagai jenis inti sesuai dengan sifat khas inti, misalnya 1H, 13C, 19F dan 31P. Karakter jenis inti yang dapat dideteksi menggunakan spkektroskopi NMR yaitu jenis kategori inti yang dalam kaitannya dengan bilangan kuantum spin inti, yakni:

Kategori I, yakni inti dengan I = 0. Inti dalam kategori ini tidak berinteraksi dengan medan magnet yang diterapkan pada NMR (medan magnet eksternal) sehingga disebut tidak ada kromofor NMR atau tidak aktif NMR. Inti dengan I = 0 adalah atom-atom dengan jumlah proton genap dan jumlah netron yang genap pula. Inti dengan I = 0 misalnya 12C, 16O dan 32S. Walaupun tidak dapat dicermati namun ketiga atom tersebut terdapat isotop yang dapat di deteksi. Kategori 2 yakni inti dengan I = . Inti ini memiliki nomor massa ganjil sehingga mempunyai momen magnet tidak sama dengan nol. Hal inilah yang meneyebabkan inti dapat berinteraksi dengan medan magnet eksternal, oleh sebab itu disebut ada kromofor NMR. Inti dengan kategori ini misalnya 1H. 13C, 19F. Kategori 3 yakni inti dengan proton dan netron ganjil. Inti ini memiliki I = 1, 2 atau lebih tinggi. Yang tergolong kategori ini adalah 2 H, 14N, 10B. Isotop-isotop ini lebih sukar diamati dan pola spektranya melebar.

Geseran Kimia Dalam Spektroskopi NMR Dalam spektroskopi NMR setiap jenis inti yang memiliki sifat yang khas dinyatakan dengan istilah geseran kimia (chemical shift) dan kopling spin-spin (Spin-spin coupling). Kedua besaran atau fenomena ini merefleksikan lingkungan kimia spin inti yang diamati dalam eksperimen NMR dan ini dapat dipandang sebagai efek kimia dalam spektroskopi NMR. Frekuensi resonansi yang dialami inti bergantung pada besarnya kuat medan magnet yang diterapkan. Jadi frekuensi resonansi sebanding dengan medan magnet yang dialami oleh inti yang diamati. Makin besar spektrometer NMR, maka perpisahan antar puncak resonansi pada spektrum NMR makin besar dan kondisi demikian dikenal dengan NMR resolusi tinggi. Geseran kimia inti yang terbaca dalam spektrometer NMR sebagai ppm (part per million) dan dilambangkan . Perlu diperhatikan bahwa ppm disini tidak sama dengan ppm konsentrasi. Nilai ppm tergantung pada frekuensi alat yang di gunakan yang ditulis denga persamaan berikut. ppm = v/v x 106 dengan ppm = geseran kimia inti senyawa v = frekuensi sampel 0 (frekuensi senyawa pembanding biasanya nol) v = frekuensi yang dipasang atau digunakan

Senyawa Pembanding dalam NMR Dalam mempelajari NMR digunakan suatu senyawa sebagai pembanding. Suatu senyawa pembanding yang biasa di gunakan adalah tetrametilsilana, (CH3)4Si atau yang disingkat TMS. Struktur TMS diberikan pada Gambar.

TMS biasanya langsung ditambahkan ke dalam larutan sampel yang akan diuji. TMS digunakan sebagai pembanding karena memiliki beberapa keunggulan antara lain: 1. Bersifat inert. 2. Tingkat simetri yang tinggi, dalam hal ini semua atom H dan C berada pada lingkungan kimia yang sama sehingga memberikan puncak absorbsi tunggal karena semua atom H dan C ekivalen. 3. Volatil, memiliki titik didih 27C. 4. Nonpolar sehingga mudah larut dalam pelarut organik. 5. Geseran kimia TMS tidak dipengaruhi oleh kekompleksan pelarut atau tidak dipengaruhi pelarut karena tidak mengandung gugus-gugus polar.

Selain TMS terdapat pula beberapa senyawa pembanding lain yaitu Na-2,2dimetil-2-silapentana-5-sulfonat (DSS) dan Na-2,2,3,3-tetradeuterio-4-4dimetil-4silapentanoat (TSP-d4). Struktur kedua senyawa tersebut sebagai berikut.

Spektrometer dan penanganan Sampel Spektrometer NMR adalah alat atau instrumen untuk mengukur resosnansi magnetik inti. Intrumen ini menghasilkan medan magnet pada tingkat energi

gelombang radio dan digunakan untuk mendeteksi radiasi yang dipancarkan pleh suatu inti. Kualitas spektrometer NMR tergantung pada dua hal yakni: 1. Kekuatan dan kehomogenan medan magnet yang digunakan. 2. Kestabilan kekuatan medan magnet selama digunakan.

Sampel atau cuplikan yang akan dianalisa dipreparasi dalam bentuk larutan. Larutan yang akan dianalisa menggunakan NMR memiliki beberapa kriteri sebagai berikut: 1. Spektrometer NMR 60 MHz. Masa sampel 5-10 mg dalam 0,4 mL pada tabung gelas dengan diameter 5 mm dan kedalaman tabung 35 mm. Sedangkan untuk spektrometer NMR 500 MHz diperlukan jumlah cuplikan < 1 mg (mikrogram) dalam tabung mikro pula. 2. Kualitas hasil sprktrum yang dihasilkan tergantung pada.

Kemurnian cuplikan Kebersihan tabung Kemurnian pelarut

3. Tabung untuk cuplikan di buat dari gelas sangat tipis, mudah pecah dan sangat rapus terutama pada saat dibuka tutupnya. 4. Jika tabung yang digunakan tidak dipecahkan (mungkin disebabkan jumlah sampel yang sedikit dan harganya relatif mahal) maka segera dicuci dengan aseton atau dikloroetana bila telah selesai digunakan, dikeringkan dengan blower dalam udara bersih atau nitrogen dengan menggunakan pelat tipis dari logam selanjutnya dijaga dan disimpan pada tempat yang aman. Pengeringan tabung menggunakan oven atau dengan cara pemanasan sangat tidak dianjurkan.

Pelarut yang digunakan untuk mempreparasi sampel memiliki beberapa kriteria, yakni:
1. Tidak mengandung inti yang akan dideteksi atau diamati. Misalnya

untuk 1H-NMR pelarutnya tidak boleh mengandung hidrogen-1 sedangkan untuk 13C-NMR pelarutnya tidak boleh mengandung 13C. 2. Bersifat iner, 3. Nopolar

4. Titik didih rendah. 5. Tidak mahal.

Dari semua sifat di atas, CCl4 merupakan pelarut yang ideal yang hampir memenuhi semua persyaratan, tetapi pelarut ini sangat nonpolar sehingga mempunyai kapsitas pelarutan yang relatif rendah. Misalnya tidak dapat melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat polar. Karena hal-hal tersebut maka terdapat beberapa pelarut yang sering digunakan pada spektrometer NMR yakni pelarut yang telah terdeuterasi, misalnya Deuterokloroform (CDCl3) Heksadeterobenzena (C6D6) Aseton-d6 (CD3COCD3)

Spektra atau Spektrum NMR Geseran kimia yang menunjukan terjadinya resonansi spin inti dalam lingkungan kimia yang berbeda pada suatu molekul digambarkan atau ditunjukan dalam bentuk grafik. Grafik NMR menggambarkan nilai (geseran kimia) dari setiap inti tertentu dalam lingkungan kimia yang tertentu pula. Berdasarkan perjanjian atau yang telah ditetapkan pada ujung kanan memiliki geseran kimia sama dengan nol (0) merupakan inti yang memiliki atau memerlukan frekuensi kuat medan magnet besar (biasanya disebut juga kuat medan atas), sedangkan pada ujung kiri merupakan inti yang memiliki atau memerlukan frekuensi kuat medan magnet yang kecil (biasanya disebut juga kuat medan bawah). Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut.

Inti Terlindungi Dan Kurang Terlindungi setiap inti dilindungi atau dilingkupi oleh elektron-elektron yang megelilininya. Akibatnya setiap inti akan mengalami atau menerima pengaruh medan magnet eksternal atau medan magnet alat yang berbeda

pula dan hal ini bergantung pada beberapa efek keterlindungan ini. Karena hal inilah inti-inti yang berbeda keterlindungannya akan mempunyai geseran kimia yang berbeda pada spektrum NMR-nya. Hal ini memberikan magna bahwa, jumlah sinyal dalam spektrum NMR menunjukan banyaknya inti dengan lingkungan kimia yang berbeda dari molekul yang dianalisis. Inti yang efek keterlindungan tinggi (inti makin terlindung) maka inti akan beresonansi pada kuat medan magnet yang tinggi sehingga mempunyai geseran kimia () yang rendah dibanding senyawa standar (TMS). Sebaliknya inti yang memiliki efek keterlindungan rendah (inti semakin tidak terlindung) maka inti akan beresonansi pada kuat medan magnet yang rendah sehingga mempunyai geseran kimia () yang tinggi dibanding senyawa pembanding (TMS).

Dari penjelasan ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Secara umum inti-inti yang mengalami geseran diamagnetik dan paramagnetik dijelaskan sebagai berikut. 1. Distribusi awan elektron disekita inti. Distribusi awan elektron disekita inti sangat menentukan derajat keterlindungan inti. Makin besar kerapan distribusi awan elektron disekita inti makin besar dan makin efektif derajat keterlindungan dan menyebabkan inti harus beresonansi pada kuat medan magnet tinggi (medan magnet atas) dan mempunyai geseran kimia yang kecil atau semakin mendekati TMS = 0. Hal ini tentu berlaku juga untuk kondisi yang sebaliknya. 2. Gugus atau substituen penarik elektron. Gugus-gugus atau substituen penarik elektron seperti OH, -OR, -OCOOH, -OCOR, NO2, -halogen, yang terikat pada rantai alifatik menyebabkan derajat keterlindungan inti dan merubah geseran kimia ke arah medan rendah.

3. Karakter aniostropik magnetik. Contoh sirkulasi elektron dalam

cincin bensena. Pengaruh anisotropik terhadap keterlindungan inti ini bekerja pada senyawa-senyawa aromatik, karbonil dan alkuna. Pengaruh karakter ini menyebabbkan inti semakin terlindung dan menggeser nilai geseran kimia pada kuat medan bawah atau kuat medan rendah. Nilai geseran kimia dalam ppm semakin besar dibanding TMS. 4. Karakter hibridisasi atom karbon dalam molekul. Perbedaan jenis atom karbon, yakni sp3, sp2, atau sp mempengaruhi derajat keterlindungan inti dalam spektroskopi NMR. Distribusi awan elektron pada atom karbon sp3 lebih rendah daripada sp2, dan lebih rendah dibanding sp akibatnya nilai geseran kimia sp 3<sp2<sp dibanding senyawa pembanding (TMS).

Spektroskopi NMR
Ditulis oleh Yoshito Takeuchi pada 03-01-2009

a. Prinsip
Banyak inti (atau lebih tepat, inti dengan paling tidak jumlah proton atau neutronnya ganjil) dapat dianggap sebagai magnet kecil. Inti seperti proton (1H atau H-1) dan inti karbon-13 (13C atau C-13; kelimpahan alaminya sekitar 1%). Karbon -12 (12C), yang dijadikan standar penentuan massa, tidak bersifat magnet. Bila sampel yang mengandung 1H atau 13C (bahkan semua senyawa organik) ditempatkan dalam medan magnet, akan timbul interaksi antara medan magnet luar tadi dengan magnet kecil (inti). Karena ada interaksi ini, magnet kecil akan terbagi atas dua tingkat energi (tingkat yang sedikit agak lebih stabil (+) dan keadaan yang kurang stabel (-)) yang energinya berbeda. Karena dunia inti adalah dunia mikroskopik, energi yang berkaitan dengan inti ini terkuantisasi, artinya tidak kontinyu. Perbedaan energi antara dua keadaan diberikan oleh persamaan. E = hH/2(13.4) H kuat medan magnet luar (yakni magnet spektrometer), h tetapan Planck, tetapn khas bagi jenis inti tertentu, disebut dengan rasio giromagnetik dan untuk proton nilainya 2,6752 x 108 kg-1 s A (A= amper)?? Bila sampel disinari dengan gelombang elektromagnetik yang berkaitan dengan perbedaan energi E, yakni, E = h (13.5)

inti dalam keadaan (+) mengabsorbsi energi ini dan tereksitasi ke tingkat energi (-). Proses mengeksitasi inti dalam medan magnetik akan mengabsorbsi energi (resonansi) disebut nuclear magnetic resonance (NMR)?? Frekuensi gelombang elektromagnetik yang diabsorbsi diungkapkan sebagai fungsi H. = H/2(13.6) Bila kekuatan medan magnet luar, yakni magnet spektrometer, adalah 2,3490 T(tesla; 1 T = 23490 Gauss), yang diamati sekitar 1 x 108 Hz = 100 MHz??ilai frekuensi ini di daerah gelombang mikro. Seacara prinsip, frekuensi gelombang elektromagnetik yang diserap ditentukan oleh kekuatan magnet dan jenis inti yang diamati. Namun, perubahan kecil dalam frekuensi diinduksi oleh perbedaan lingkungan kimia tempat inti tersebut berada. Perubahan ini disebut pergeseran kimia. Dalam spektroskopi 1H NMR, pergeseran kimia diungkapkan sebagai nilai relatif terhadap frekuensi absorpsi (0 Hz) tetrametilsilan standar (TMS) (CH3)4Si??ergeseran kimia tiga jenis proton dalam etanol CH3CH2OH adalah sekitar 105??25 dan 490 Hz bila direkam dengan spektrometer dengan magnet 2 1140 T (90 MHz) (Gambar 13.6(a))??arena frekuensi absorpsi proton adalah 0,9 x 108Hz (90 MHz), pergeseran kimia yang terlibat hanya bervariasi sangat kecil.

Gambar 13.6 1H spektra NMR etanol CH3CH2OH (a) spektrum resolusi rendah, (b) resolusi tinggi. Garis bertangga adalah integral intensitas absorpsi. Frekuensi resonansi (frekuensi absorpsi) proton (atau inti lain) sebanding dengan kekuatan magnet spektrometer. Perbandingan data spektrum akan sukar bila spektrum yang didapat dengan magnet berbeda kekuatannya. Untuk mencegah kesukaran ini, skala , yang tidak bergantung pada kekuatan medan magnet, dikenalkan. Nilai didefinisikan sebagai berikut.

= ( /) x 106 (ppm) (13.7) perbedaan frekuensi resonansi (dalam Hz) inti yang diselidiki dari frekuensi standar TMS (dalam banyak kasus) dan frek uensi (dalam Hz) proton ditentukan oleh spektrometer yang sama. Anda harus sadar bahwa Hz yang muncul di pembilang dan penyebut persamaan di atas dan oleh karena itu saling meniadakan. Karena nilai / sedemikian kecil, nilainya dikalikan dengan 106. Jadi nilai diungkapkan dalam satuan ppm. Untuk sebagian besar senyawa, nilai proton dalam rentang 0-10 ppm. Nilai tiga puncak etanol di Gambar 13. 6 adalah 1,15; 3,6 dan 5,4?? Penemuan pergeseran kimia memberikan berbagai kemajuan dalam kimia. Sejak itu spektroskopi NMR telah menjadi alat yang paling efektif untuk menentukan struktur semua jenis senyawa. Pergeseran kimia dapat dianggap sebagai ciri bagian tertentu struktur. Misalnya, pergeseran kimia proton dalam gugus metil sekitar 1 ppm apappun struktur bagian lainnya. Lebih lanjut, seperti yang ditunjukkan di Gambar 13.6, dalam hal spektra 1H NMR, intensitas sinyal terintegrasi sebanding dengan jumlah inti yang relevan dengan sinyalnya. Hal ini akan sangat membantu dalam penentuan struktur senyawa organik. Selingan- Penemuan pergeseran kimia Tahun 1964 adalah tahun yang tidak terlupakan sejarah kimia organik Jepang. Spektroskopi NMR awalnya diteliti oleh fisikawan yang tertarik pada sifat magnetik inti. Pengamatan pertama sinyal NMR dilakukan secara independen dan hampir simultan oleh dua fisikawan Amerika Felix Bloch (1905-1983) dan Edward Mills Purcell (1912-1987). Keduanya mendapatkan hadiah Nobel tahun 1952. Menurut teori ini, frekuensi resonansi proton air dan parafin (hidrokarbon) identik sepanjang inti, proton yang sama yang diukur. Namun, beberapa perbedaan kecil mungkin diamati antara nilai satu frekuensi resonansi dua sampel. Pertanyaan yang timbul adalah apakah perbedaan ini adalah sifat khas alami, atau karena ketidakpastian percobaan. Tak sengaja masalah ini diketahui oleh kimiawan yang kemudian menyarankan agar mereka mengukur spektrum etanol, dengan mengatakan bahwa etanol memiliki dua jenis proton, satu seperti air dan satunya seperti parafi. Saran ini diterima dan hasilnya sungguh menakjubkan. Jadi, pergeseran kimia ditemukan akibat kerjasama fisika dan kimia.

Contoh soal 13.3 spektrum 1H NMR Sketsakan bentuk kira-kira spektrum 1H NMR 1-propanol CH3CH2CH2OH, dan identifikasi asal tiap sinyal. Prosedur ini disebut dengan penandaan (assignment). Jawab Pola spektrumnya dekat dengan pola spektrum etanol kecuali satu sinyal tambahan dari -CH2. Sinyal ini diharapkan muncul antara 1 dan 5 di Gambar 13.5. Anda harus memperhatikan bahwa proton dekat atom oksigen akan beresonansi pada medan rendah (yakni spektrum sisi kiri).

b. Kopiling spin-spin
Bahkan bila pergeseran kimia adalah satu-satunya informasi yang dihasilkan oleh spektroskopi NMR, nilai informasi dalam penentuan struktural senyawa organik sangat besar maknanya. Selain itu, spektroskopi NMR dapat memberikan informasi tambahan, yakni informasi yang terkait dengan kopling spin-spin. Sebagaimana sudah Anda pelajari, tingkat energi inti (yakni, proton) terbelah menjadi keadaan berenergi tinggi dan rendah. Selain itu, tingkat-tingkat energi ini membelah lebih lanjut karena interaksi dengan inti tetangganya (inti-inti adalah magnet-magnet sangat kecil juga). Pembelahan ini sangat kecil tetapi akan memiliki akibat yang penting, yakni, pembelahannya tidak dipengaruhi oleh kekuatan medan magnet spektrometer. Pembelahannya hanya bergantung pada interaksi inti-inti. Bila spektrum 1H NMR etanol diukur dengan kondi si lebih baik (uakni resolusi lebih baik), sinyal CH3- dan CH2- tebelah menjadi multiplet (Gambar 13.6(b)). Pembelahan ini karena adanya kopling spin-spin antar proton. Spektra yang menunjukkan

pembelahan kopling spin-spin ini disebut spektra resolusi tinggi. Sedang spektra yang tidak menunjukkan pembelahan ini disebut spektra resolusi rendah. Latihan Pertanyaan 13.1 Prediksi spektrum 1H NMR Gambarkan sketsa spektra 1H NMR resolusi rendah dengan grafik batang. (a) etil asetat CH3COOCH2CH3, (b) isopropil asetat CH3COOCH(CH3)2 Jawab 13.1 Lihat Gambar berikut, angka di samping angka dalam tanda kurung menunjukkan jumlah proton yang relevan.

Spektroskopi merupakan dekomposisi/ penguraian cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis. ada beberapa jenis spektroskopi diantaranya: a. Spektroskopi emisi Spektroskopi emisi menggunakan kisaran spektrum elektromagnetik di mana suatu zat memancar (memancarkan). Substansi pertama harus menyerap energi. Energi ini dapat berasal dari berbagai sumber, yang menentukan nama emisi berikutnya, seperti pendaran. Molekuler pendaran teknik meliputi spectrofluorimetry. b. Spectroskopi absorbsi Spektroskopi absorbsi adalah teknik dimana kekuatan seberkas cahaya diukur sebelum dan sesudah melewati suatu materi yang pada teknik ini ada fenomena penyerapan cahaya. c. NMR Spektroskopi Spektroskopi resonansi magnetik nuklir, yang paling umum dikenal sebagai spektroskopi NMR, adalah nama yang diberikan kepada teknik yang mengeksploitasi sifat magnetik inti tertentu. Ketika ditempatkan dalam medan magnet, NMR inti aktif (seperti 1 H atau 13 C) menyerap frekuensi karakteristik dari isotop. Frekuensi resonansi, penyerapan energi dan intensitas sinyal sebanding dengan kekuatan medan magnet. Sebagai contoh, dalam 21 tesla medan magnet, proton beresonansi pada frekuensi 900 MHz. Hal ini umum untuk mengacu ke 21 T magnet sebagai 900 MHz magnet, meskipun inti berbeda beresonansi pada frekuensi yang berbeda di bidang ini kekuatan. Dalam medan magnet bumi inti yang sama beresonansi pada frekuensi

audio. Efek ini digunakan di lapangan Bumi NMR spektrometer dan instrumen lainnya. Karena instrumen ini portabel dan murah, mereka sering digunakan untuk mengajar dan studi lapangan. d. Spektroskopi Infra Merah Spektroskopi inframerah merupakan salah satu alat yang banyak dipakai untuk mengidentifikasi senyawa, baik alami maupun buatan. Dalam bidang fisika bahan, seperti bahan-bahan polimer, inframerah juga dipakai untuk mengkarakterisasi sampel. Suatu kendala yang menyulitkan dalam mengidentifikasi senyawa dengan inframerah adalah tidak adanya aturan yang baku untuk melakukan interpretasi spektrum. Karena kompleksnya interaksi dalam vibrasi molekul dalam suatu senyawa dan efek-efek eksternal yang sulit dikontrol seringkali prediksi teoretik tidak lagi sesuai. Pengetahuan dalam hal ini sebagian besar diperoleh secara empiris dan pengalaman. Spektroskopi inframerah dekat (IMD) didasarkan pada efek overtone molekul dan getaran kombinasi. Transisi dua efek ini terlarang dalam aturan larangan pada mekanika kuantum. Sebagai hasilnya, absorptivitas molar pada wilayah inframerah dekat cukup kecil. Teknik ini memiliki keuntungan karena IMD secara umum dapat jauh menembus sampel daripada radiasi inframerah sedang. Teknik ini dikenal kurang sensitif, tetapi sangat berguna dalam pengujian material mentah (belum diolah), tanpa atau hanya sedikit persiapan sebelumnya. Dalam praktek, NIRS seringkali dikalibrasi dengan teknik lain yang lebih sensitif untuk mendapatkan hubungan antara hasil kedua teknik itu. Spektrum yang dihasilkan overtone molekul dan getaran kombinasi di bagian IMD umumnya sangat lebar, sehingga terbentuk spektrum-spekrum yang rumit. Ini menyulitkan penentuan komponen kimiawi yang spesifik. Teknik-teknik kalibrasi statistika multivariat (seperti analisis komponen utama atau kuadrat terkecil parsial) sering dipakai untuk memberikan informasi tentang kandungan kimiawi yang diinginkan. Spektroskopi (Gelombang) Inframerah-Dekat (Inggris: Near-infrared Spectroscopy, biasa dikenal dengan singkatannya: NIRS) merupakan satu teknik spektroskopi yang menggunakan wilayah panjang gelombang inframerah pada spektrum elektromagnetik (sekitar 800 sampai 2500 nm). Dikatakan inframerah dekat (IMD) karena wilayah ini berada di dekat wilayah gelombang merah yang tampak. Penggunaan teknik (dan alat) ini umum di bidang farmasetika, diagnostik medis, ilmu pangan dan agrokimia (terutama yang terkait dengan pengujian kualitas), riset mesin bakar, serta spektroskopi dalam astronomi.NIRS umum dipakai dalam diagnostik medis, terutama dalam pengukuran kadar oksigen darah, atau juga kadar gula darah. Meskipun bukan teknik yang sangat sensitif, NIRS tidak menakutkan pasien/subjek karena tidak memerlukan pengambilan sampel (non-invasif) dan dilakukan langsung dengan menempelkan sensor di permukaan kulit. Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2134094-jenis-jenisspektroskopi/#ixzz1pXlrp5hz

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nuclear Magnetic Resonance (NMR) adalah salah satu metode analisis yang paling mudah digunakan pada kimia modern. NMR digunakan untuk menentukan struktur dari komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam larutan yang dapat mengalami reaksi kimia [1,2]. Meskipun banyak jenis nuclei yang berbeda akan menghasilkan spektrum, nuclei hidrogen (H) secara histori adalah salah satu yang paling sering diamati. Spektrokopi NMR khususnya digunakan pada studi molekul organik karena biasanya membentuk atom hidrogen dengan jumlah yang sangat besar [3,4,5,6]. Pada spektrum hidrogen NMR menghadirkan beberapa resonansi yang menjelaskan pertama bahwa molekul yang dipelajari mengandung hidrogen. Kedua, jumlah pita dalam spektrum menunjukkan bagaimana beberapa posisi yang berbeda pada molekul dimana hidrogen melekat/menempel. Frekuensi dari beberapa resonansi utama pada spektrum NMR menunjukkan perubahan kimia. Ini sangat penting untuk menduga bagian dari spektrum NMR yang mengandung informasi tentang lingkungan masingmasing atom hidrogen dan struktur dari komponen yang dipelajari. Informasi ketiga bahwa sebuah spektrum NMR menentukan perbandingan luas/daerah pita yang berbeda, ini menjelaskan jumlah atom hidrogen yang relatif yang keluar pada masingmasing posisi pada molekul yang diperoleh. Perbandingan ini petunjuk/bukti langsung struktur dari struktur molekul dan harus mutlak sesuai untuk beberapa struktur yang diusulkan sebelum struktur tersebut kemungkinan dipertimbangkan benar. Struktur kompleks pita-pita dapat mengandung informasi tentang jarak yang memisahkan beberapa atom hidrogen yang melewati ikatan kovalen dan penyusun spasial atom hidrogen yang melekat pada molekul, termasuk struktur dasarnya. Struktur dasar menunjukkan pembungkusan atau penggabungan molekul yang memiliki ikatan yang panjang, seperti struktur spiral DNA. Struktur kompleks pita NMR pada mulanya spin coupling diantara beberapa atom hidrogen. Penggabungan ini merupakan perputaran fungsi jarak melintasi ikatan dan geometri molekul. Dalam kasus molekul kecil, pita yang kompleks mungkin disimulasikan tepat dengan perhitungan mekanika kuantum atau didekati menggunakan mekanika kuantum yang sesuai dengan aturan. B. Tinjauan Pustaka NMR digunakan untuk menentukan struktur dari komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam larutan yang dapat mengalami reaksi kimia. Spektroskopi NMR merupakan alat yang dikembangkan dalam biologi structural. Spektroskopi resonansi magnet inti seringkali disingkat NMR termasuk ke dalam spektroskopi absorpsi seperti halnya dengan spektroskopi infra merah atau spektroskpoi ultra violet. Dasar dari spektroskopi NMR adalah absorpsi radiasi elektromagnetik dengan frekuensi radio oleh inti atom. Frekuensi radio yang digunakan berkisar dari 0,1 sampai dengan 100 MHz. Bahkan, baru-baru ini ada spektrometer NMR yang menggunakan radio frekuensi sampai 500 MHz. Inti proton (atom hidrogen) dan karbon (karbon 13) mempunyai sifat-sifat magnet. Bila suatu senyawa mengandung hidrogen atau karbon diletakkan dalam bidang magnet yang sangat kuat dan diradiasi dengan radiasi elektromagnetik maka inti atom hidrogen dan karbon dari senyawa tersebut akan menyerap energi melalui suatu

proses absorpsi yang dikenal dengan resonansi magnetik. Absorpsi radiasi terjadi bila kekuatan medan magnet sesuai dengan frekuensi radiasi elektromagnetik. Proton tunggal 1H adalah isotop yang paling penting dalam hydrogen. Isotop ini melimpah hampir 100% dan jaringan hewan mengandung 80% air. 1H memproses momen magnetik yang besar dari nuclei yang penting secara biologi. Ketika pada medan magnet konstan, frekuensi NMR dari nuclei hanya bergantung pada momen magnetnya, frekuemsi 1H paling tinggi pada spekrometer yang sama. Sebagai contoh, pada spekrometer 360 MHz untuk 1H, frekuensi untuk 31P adalah 145,76 MHz dan untuk 13C adalah sekitar 90 MHz. 13C adalah isotop karbon yang dapat digunakan untuk NMR. Dialam ada hanya 1,1%. Oleh karena itu, spektrum 13C yang diperoleh membutuhkan banyak waktu. Disamping itu spektrum 13C lebarnya adalah 200 ppm, yang identifikasinya mudah diperoleh pada metabolisme jaringan. Sensitiftas spektroskopi 13C dapat ditingkatkan dengan spektroskopi proton-observed carbon-edited. BAB II ISI A. Instrumentasi Spektrometer NMR Instrumen NMR terdiri atas komponen-komponen utama berikut: (1) Magnet, (2) tempat sampel (3) generator FR (4) Oksillator FR (5) Detektor FR (6) Rekorder. a. Magnet Sensitivitas dan resolusi dari Spektrometer NMR tergantung pada kekuatan dan kualitas magnetnya. Dengan bertambahnya kekuatan medan magnet, sensitivitas dan resolusi akan bertambah pula. Terdapat tiga jenis magnet dalam Spektrometer NMR yaitu magnet pokok, elektromagnet, dan magnet superconducting. b. Tempat Sampel dan Probe Sampel Biasanya tempat sampel berupa tabung berbentuk silinder dengan diameter luar 5 mm dan berisi sekitar 0,4 ml cairan. Dapat juga digunakan tabung mikro untuk sampel yang mempunyai volume lebih kecil. Tempat sampel terletak di antara dua kutub magnet. Agar terkena medan magnet yang merata, sampel diputar pada sumbunya. Probe sampel NMR merupakan sebuah alat untuk menempatkan dengan tepat tempat sampel di medan magnet. Probe sampel tidak hanya terdiri dari tempat sampel tapi juga kumparan generator FR, kumparan osilator FR dan kumparan detektor FR. c. Generator FR Pada celah magnet terdapat sepasang kumparan diletakkan paralel terhadap magnet dan dihubungkan dengan generator frekuensi radio (FR) misalnya 60 MHz. Kumparan ini akan memberikan radiasi elektromagnetik yang digunakan untuk mengubah orientasi perputaran proton. Dengan mengubah arus searah melalui kumparan ini, kekuatan medan magnet dapat berubah beberapa ratus miligauss. Umumnya kekuatan medan magnet berubah secara otomatis terhadap waktu dan perubahannya linier dengan gerakan kertas rekorder. d. Osilator FR Signal dari osilator FR masuk ke dalam sepasang kumparan yang letaknya tegak lurus dengan medan magnet. Osilator digunakan dengan frekuensi tertentu misalnya 60, 90, atau 100 MHz. Pada spektrometer NMR resolusi tinggi, frekuensi harus konstan. Output dari osilator FR lebih kecil dari 1 watt dan harus tetap konstan sampai 1% selama jangka waktu tertentu. e. Detektor FR Tegak lurus dengan kumparan osilator FR adalah kumparan detektor FR. Bila radiasi

diserap maka putaran inti akan menghasilkan signal dengan frekuensi radio (FR) pada kumparan detektor FR. Signal FR yang dihasilkan biasanya kecil dan harus diperkuat dengan faktor 105 atau lebih sebelum dicatat atau direkam pada rekorder. f. Rekorder Respon yang dihasilkan pada detektor dicatat atau direkam sebagai signal resonansi atau puncak. Kertas rekorder bergerak dari kiri ke kanan sesuai dengan kenaikan kekuatan medan magnet. B. Geseran Kimia Dalam suatu spektrum NMR, posisi serapan oleh sebuah proton bergantung pada kuat netto medan magnet lokal yang mengitarinya. Medan lokal ini merupakan hasil medan magnet terapan dan medan magnet terimbas yang mengitari proton itu. Besar kecilnya medan terimbas ini tergantung dari rapatan elektron (awan elektron) yang mengelilingi proton tersebut. Semakin besar rapatan elektron yang mengelilingi proton semakin kuat medan magnet imbasan yang dihasilkan. Dan jika medan magnet imbasan sekitar sebuah proton itu relatif kuat maka medan itu melawan medan magnet terapan dengan lebih kuat sehingga diperlukan medan magnet terapan yang lebih besar agar proton itu dapat beresonansi. Dalam hal ini, proton itu dikatakan terperisai (shielded) dan absorpsinya terletak di atas-medan dalam spektrum NMR. Atau sebaliknya jika medan magnet imbasan di sekitar sebuah proton itu relatif lemah, maka medan magnet terapan yang diperlukan juga kecil agar proton ini beresonansi. Proton itu dikatakan tak terperisai (deshhielded) dan absorpsinya muncul di bawah-medan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi geseran kimia, yaitu : (1) efek induksi dan (2) efek anisotropik. Jika suatu atom ditempatkan dalam suatu medan magnet terapan, maka elektron-elektron yang mengelilingi inti akan beredar. Peredaran elektron ini akan menimbulkan medan magnet kecil (imbasan) yang melawan medan magnet terapan. Adanya medan magnet imbasan ini mengakibatkan medan magnet terapan yang diperlukan proton untuk beresonansi menjadi lebih besar. Proton ini dikatakan terperisai oleh elektron dan absorpsinya muncul di atas medan. C. Spektrum NMR Spektrum NMR merupakan spektrum kompleks, sebagai absis adalah kekuatan medan magnet. Kekuatan medan magnet ini diukur dengan pergeseran kimia pada garis bawah dengan satuan ppm dan pada garis atas dengan satuan Hertz. Kekuatan medan magnet bertambah dari kiri ke kanan. Jumlah Signal Proton Jumlah signal (isyarat) proton menerangkan berapa jenis (macam) proton yang terdapat dalam suatu senyawa. Dua atau lebih proton dengan lingkungan magnet sama akan mempunyai nilai pergeseran kimia yang sama dan hanya menghasilkan satu signal proton NMR. Proton-proton dengan lingkungan magnet yang sama ini dikatakan ekivalen. Sebagai contoh senyawa CH3Cl (metil klorida) mempunyai satu signal karena tiga proton dalam CH3 adalah ekivalen. D. Aplikasi NMR 1. Bidang Kedokteran Spektroskopi NMR merupakan alat yang dikembangkan dalam biologi struktural. NMR manjadi sebuah teknik alternatif selain kristalografi X-Ray, untuk memperoleh informasi struktur dan resolusi dinamik atomik dan studi interaksi molekuler dari makromolekul biologi pada kondisi larutan secara fisiologi. Usaha sangat penting untuk memperluas aplikasi NMR untuk sistem molekul yang lebih besar, karena

jumlah yang lebih besar secara biologi dibutuhkan kompleks makromolekul dan makromolekuler yang memiliki massa molekuler melebihi range yang sacara prakis digunakan untuk spektroskopi NMR konvensional dalam larutan. Peningkatan ukuran ini memberikan batasan, contohnya, penentuan struktur protein yang tidak dapat dikristalkan, termasuk membran protein integral, penelitian interaksi molekuler melibatkan molekul besar dan penghimpunan makromolekuler, dan penentuan struktur dari oligonukleotida yang lebih besar dan kompleks dengan protein. 2. Bidang Biologi Molekuler Untuk protein dan protein komplek dengan massa molekuler sekitar 25-30 kDa kualitas spektra menurun dengan cepat membatasi mayor A ketika bekerja dengan makromolekul besar yang berasal dari kecepatan relaksasi tinggi signal NMR, menyebabkan garis tajam yang melebar, yang berpindah menuju resolusi spektra yang lebih sedikit dan perbandingan signal-to-noise yang rendah. Banyak peningkatan kualitas spektra NMR dari biologi makromolekuler dengan massa molekuler sekitar diatas 25 kDa dapat diperoleh dengan deuterasi, teknik yang telah dipakai dalam biologi NMR selama lebih dari 30 tahun. Dikombinasikan dengan label 15N dan 13C, label 2H mengalami pemulihan yang sangat mengesankan sekitar 10 tahun yang lalu dan telah menjadi alat yang paling penting untuk menentukan struktur yang lebih besar dalam larutan. 3. Studi Larutan NMR pada Protein Membran Protein membran berperan pada beberapa fungsi fisiologi yang penting, dan dalam membentuk kunci target obat-obatan. Studi struktural protein membran oleh X-ray crystallography atau oleh NMR spektrokopi lebih sulit dari pada untuk protein yang dapat dilarutkan. Karena sistem membran yang nyata terlalu besar untuk diteliti dengan ekperimen larutan NMR, protein membran sering diencerkan dalam detergen micelles. Dari system micellar, spektra dapat diperoleh menggunakan TROSY (Transverse Relaxation-Optimized Spectroscopy). Membran protein dalam detergen/lemak micelles menghasilkan sedikit resonansi NMR dan signal overlap berkurang daripada protein globular dari massa molekuler yang sama. Walaupun molekul detergen dapat menunjukkan fraksi yang besar dari keseluruhan massa yang besar dari pencampuran micelles, pelabelan isotop yang sesuai seperti tanda 13C, 15N dari protein dan atau menggunakan detergen deuterasi, memastikan bahwa signal NMR protein dapat dideteksi dengan besar atau tanpa interferensi dari signal molekul detergen. . NMR pada biologi melekuler dilakukan pada sample dalam bentuk larutan yang terlebih dahulu dilakukan pemurnian atau ekstraksi. Dengan NMR dapat diketahui struktur molekulernya dan perubahan yang terjadi ketika mendapat ganguan dari luar (rangsangan, penyakit atau penambahan zat lain)

BAB III KESIMPULAN NMR digunakan untuk menentukan struktur dari komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam larutan yang dapat mengalami reaksi kimia. Spektroskopi NMR merupakan alat yang dikembangkan dalam biologi structural. NMR pada biologi melekuler dilakukan pada sample dalam bentuk larutan yang terlebih dahulu

dilakukan pemurnian atau ekstraksi.Dengan NMR dapat diketahui struktur molekulernya dan perubahan yang terjadi ketika mendapat ganguan dari luar (rangsangan, penyakit atau penambahan zat lain)

You might also like