You are on page 1of 27

URINALISIS

Urinalisis adalah analisa fisik, kimia dan mikroskopik terhadap urine. Uji urine rutin di lakukan pertama pertama kali pada tahun 1821. Sampai saat ini, urine diperiksa secara manual terhadap berbagai kandungannya, namun saat ini digunakan berbagai strip reagen untuk melakukan skrining kimia dengan cepat. Urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih, dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolik yang tidak berhubungan dengan ginjal. Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan dan bau urine diperiksa, serta pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara strip reagen. Berat jenis diukur dengan urineometer, dan pemeriksaan mikroskopik sedimen urine dilakukan untuk mendeteksi eritrosit, leukosit, epitel, kristal dan bakteri.

Jenis sampel urine

Urine sewaktu/urine acak (random) Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.

Urine pagi Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine.

Urine postprandinal Sampel urine ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosuria, yang merupakan urine yang pertama kali dilepaskan 1,5 3 jam sehabis makan. Urine pagi tidak baik untuk pemeriksaan penyaringan terhadap adanya glukosuria.

Urine tampung 24 jam Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.

Urine 3 gelas dan 2 gelas pada laki-laki Urine jenis ini digunakan untuk pemeriksaan urologis. Selain itu, juga untuk mendapatkan gambaran tentang letak radang atau lesi lain, yang mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam air kencing pria.

Wadah Spesimen urine Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya :


Bermulut lebar dan dapat ditutup rapat Harus bersih dan kering Wadah diberi label: nama, nomor dan tanggal

Pengawet urine Penyimpanan dan Pengawetan urine sama sama memiliki tujuan penting untuk menjaga integritas urine dan mencegah pertumbuhan mikroba pada urine tersebut. Pencegahan tersebut dilakukan dengan menyimpan langsung spesimen urine yang baru dikumpulkan ke dalam refrigrator dan jika dibutuhkan tambahkan bahan bahan kimia untuk pengawetannya. Dalam penyimpanan urine, sebaiknya urine disimpan pada suhu 4C dalam refrigrator dan urine tersebut dimasukkan terlebih dahulu ke dalam botol tertutup untuk memperkecil perubahan susunan urine oleh kuman kuman. Idealnya spesimen tersebut harus dikirim ke laboratorium dan dianalisis dalam waktu 1 jam setelah pengumpulan . Bahan yang digunakan sebagai pengawet :

Sodium Florida : Digunakan untuk tes glukosa , menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah glikolisis sel . Formalin : Mengawetkan elemen elemen dalam urine . HCL : Mengawetkan kalsium untuk tes phosporus . Boric Acid : - Mengawetkan elemen urin seperti estriol dan esterogen selama lebih dari 7 hari . - Mengawetkan Kreatinin, Asam urat, Glukosa - Mempertahankan pH dan mengawetkan protein .

Sodium Carbonate : Mengawetkan Porphyrin, urobilin . Toluena : Menghambat perombakan urine oleh kuman dan baik dipakai untuk mengawetkan glukosa . Thymol : Mempunyai daya awet seperti Toluena Natrium Carbonate : Mengawetkan Urobilinogen jika hendak menentukan ekskresinya per 24 jam . Asam Sulfat Pekat : Mengawetkan Urine untuk penetapan kuantitatif kalsium, nitrogen, dan zat organik lain . Formaldehyde, mercury, benzoate : Meningkatkan berat jenis urine

PEMERIKSAAN URINE LENGKAP


A. Test Carik Celup
Banyak jenis pemeriksaan penyaring sekarang dilakukan dengan menggunakan metode carik celup

(dipstik, strip reagen, strip tes urin). Sebuah carik celup atau dipstik

merupakan alat diagnostik dasar yang digunakan untuk menentukan perubahan patologis dalam urine pada urinalisis standar . Carik celup berupa carik plastik tipis kaku yang pada sebelah sisinya dilekati dengan satu sampai sembilan kertas isap atau bahan penyerap lain (kertas seluloid) yang masing-masing mengandung reagen - reagen spesifik terhadap salah satu zat yang dicari ditandai perubahan warna tertentu pada bagian yang mengandung reagen spesifik, skala warna yang menyertai carik celup memungkinkan penilaian semikuantitatif. Tes carik celup dapat terdiri hingga 10 bantalan kimia yang berbeda atau reagen yang bereaksi (berubah warna) ketika direndam, dan kemudian dihapus dari sebuah sampel urine . Pemeriksaan yang memakai carik celup biasanya sangat cepat, mudah dan spesifik. Tes ini dapat dibaca antara 60 dan 120 detik setelah pencelupan.

a.

Tujuan Untuk mempersingkat waktu pemeriksaan urine lengkap baik secara makroskopi maupun kimia

b. Prinsip Urine yang diserap oleh kertas dan bercampur oleh kertas reagen pada kertas carik celup akan berubah warna sesuai dengan keadaan urine yang sebenarnya. c. Alat Kertas carik celup tissu

d. Sampel e. urine

prosedur menghomogenkan urine, lalu dituang urine dalam tabung reaksi 10 ml mencelupkan kertas carik celup kedalam tabung mentiriskan kertas carik celup ke tissue melihat perubahan warna yang terjadi

mencocokkan dengan perubahan warna pada botol carik celup

f. Interpretasi Hasil Tes Carik Umumnya meliputi tes berat jenis, pH, glukosa, protein, darah, bilirubin, keton, urobilinogen, nitrit, dan leukosit.

B. PEMERIKSAAN MAKROSKOPI
1. Volume urine Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urine seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urine dalam 24 jam antara 800 - 1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urine selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urine selama 24 jam 300 - 750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urine siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urine malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.

2. Warna Urine Warna urine ditentukan oleh besarnya diuresis. Makin besar dieresis, makin muda warna urine itu. Biasanya warna normal urine berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Jika didapat warna abnormal disebabkan oleh zat warna yang dalam keadaan normalpun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar. Kemungkinan adanya zat warna abnormal, berupa hasil metabolisme abnormal, tetapi mungkin juga berasal dari suatu jenis makanan atau obat-obatan. Beberapa keadaan warna urine mungkin baru berubah setelah dibiarkan. Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah : 1. Kuning Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin, urochrom. Zat warna abnormal: bilirubin. Pengaruh obat-obat: santonin, riboflavin, atau pengaruh permen.

Indikasi penyakit: tidak ada (normal).

2. Hijau Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan (indoxilsulfat). Pengaruh obat-obat: methyleneblue, evan's blue. Indikasi penyakit: obstruksi (penyumbatan usus kecil).

3. Merah Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin. Zat warna abnormal: hemoglobin, porfirin, porfobilin. Pengaruh obat-obat: santonin, amidopyrin, congored, atau juga zat warna makanan. Indikasi penyakit: glomerulonevitis nefitit akut (penyakit ginjal), kanker kandung kencing.

4. Cokelat Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin. Zat warna abnormal: bilirubin, hematin, porfobilin. Indikasi penyakit: hepatitis.

5. Cokelat tua atau hitam Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan. Zat warna abnormal: darah tua, alkapton, melamin. Pengaruh obat-obat: derivat fenol, argyrol. Indikasi penyakit: sindroma nefrotika (penyakit ginjal).

6. Serupa susu Zat warna normal dalam jumlah besar: fosfat, urat. Zat warna abnormal: pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein yang membeku. Indikasi penyakit: infeksi saluran kencing, kebocoran kelenjar limfa. a. Tujuan :

Untuk mengetahui kelainan klinik dengan menentukan warna urine b. Prinsip :

Warna urine ditentukan oleh besarnya diuresis, maka besar dieresis makin muda warna urine tersebut. Warna urine disebabkan oleh urochrome.

c.

Alat -

: Tabung reaksi Rak tabung :

d. Sampel e.

Urine

Prosedur : Mengisi tabung reaksi dengan 2/3 urine Mengamati dalam sikap serong Pelaporan: - Tidak berwarna, kuning muda, kuning kemerahan, putih susu - Nilai normal: kuning muda kuning tua

f.

3. Kejernihan Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normalpun akan menjadi agak keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap.

Sebab-sebab urine keruh dari mula-mula: Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar, mungkin terjadi sesudah orang makan banyak. Bakteri Unsure sedimen dalam jumlah besar, seperti eritrosit, leukosit dan sel epitel. Cylus dan lemak Benda-benda koloid Sebab sebab urine keruh menjadi keruh setelah dibiarkan : Nubecula Urat-urat amorf Fosfat amorf dan karbonat Bakteri

a.

Tujuan

Untuk mengetahui kelainan klinik dengan menentukan kejernihan urine.

b. Prinsip

Untuk menggambarkan rupa urine harus dilakukan secepatnya setelah urine dikeluarkan dengan cahaya tembus. Kejernihan urine dinyatan jernih atau keruh. c. Alat : Tabung reaksi Rak tabung :

d. Sampel e.

Urine

Prosedur : Mengisi tabung reaksi dengan 2/3 urine Mengamati dalam sikap serong Pelaporan: Jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh Nilai normal: Tidak berwarna/jernih

f.

4. Bau
Untuk menilai bau urine dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urine normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urine yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urine yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

a.

Tujuan

Untuk mengetahui kelainan klinik dengan menentukan bau urine b. Prinsip :

Bau urine barasal dari sebagian oleh asam-asam organic yang mudah menguap c. Alat : Tabung reaksi Rak tabung :

d. Sampel e.

Urine

Prosedur :

Mengisi tabung reaksi dengan 2/3 urine Bau urine tersebut dengan indra pencium

4. pH pH tidak banyak berarti dalam pemeriksaan penyaring. Akan tetapi pada gangguan keseimbangan asam-basa penetapan itu memberi kesan tentang keadaan dalam tubuh, apalagi jika disertai penetapan jumlah asam yang diekskresikan dalam waktu tertentu, jumlah ion NH4. Selain pada keadaan tadi pemeriksaan Ph urine segar dapat member petujnjuk kearah infeksi saluran kemih. Infeksi oleh E. coli biasanya menghasilkan urine asam, sedangkan infeksi oleh Proteus yang merombak ureum menjadi amoniak menyebabkan urine menjadi basa.

a.

Tujuan

Mengetahui petunjuk ke arah etiologi pada infeksi kencing

b. Prinsip

Sepotong kertas isap terdapat 1 sampel 2 macam indicator, biasanya methyl red dan bromtimol blue. Perubahan warna kedua indicator bersama menyebabkan warna pada kertas yang mengandung indicator dalam keadaan kering berubah antara pH 5 dan pH 9 dari jingga melalui hijau sampai biru. c. Alat :

Tabung reaksi Indicator universal :

d. Sampel e. Urine

Prosedur : Mengisi tabung reaksi dengan 2/3 urine Mencelupkan kertas indicator pada urine, kemudian mencocokkan dengan skala warna pembanding.

f. -

Pelaporan : Urine asam: lakmus biru merah Urine basa: lakmus merah biru

5.

Urine netral: lakmus merah/biru tidak berubah warna

Berat jenis (BJ)

Berat jenis (BJ) atau specific gravity (SG) dipengaruhi oleh tingkat keenceran air seni. Pada orang normal, berat jenis urine adalah 1,015 1,025. Seberapa banyak Anda minum atau berkemih akan mempengaruhi BJ urine; semakin banyak berkemih, akan semakin rendah BJ, demikian sebaliknya. Adanya protein atau glukosa dalam urine akan meningkatkan BJ urine. Jika ada protein dalam urine, maka setiap 1% proteinuria BJ bertambah 0,003. Jika ada glukosa dalam urine, maka setiap 1% glukosuria BJ bertambah 0,004. a. Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer b. Tujuan: mengetahui kepekatan urine c. Alat yang diperlukan: - Urinometer - Gelas ukur 50 ml - Termometer 0o-50oC d. Prosedur : Baca dan catat suhu tera yang tercantum pada alat urinometer,kemudian baca suhu kamar Tuang urine ke gelas ukur 50 cc Masukan urinometer kedlm gelas ukur, usahakan bebas terapung Baca berat jenis setinggi miniskus bawah (3 angka dibelakang koma)

e. Perhitungan: Jika suhu urinometer berbeda dengan suhu kamar, lakukan koreksi perbedaan 3oC, suhu kamar melebihi sushu tera berat jenis ditambah 0,001, dibawahnya dikurangi 0,001 Contoh: suhu tera 30oC, urine 33oC urinometer 1,004 berat jenis urine 1,004 + 0,001 = 1,005 Nilai normal: 1,003 1,030

C. PEMERIKSAAN KIMIA URINE


1. Protein Urine

Biasanya tidak ada protein yang terdeteksi pada urinalisis. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria. Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya darah dalam air kencing atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi

Pemeriksaan Protein Urine : a. Metode Rebus Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam urine Prinsip : Untuk menyatakan adanya protein dalam urine yang ditunjukkan dengan adanya kekeruhan dengan cara penambahan asam akan lebih mendekatkan ke titik isoelektris dari protein pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi sehingga terjadi presipitasi yang dinilai secara semi kuantitatif.

Alat dan Reagensia 1. 2. 3. 4. 5. Tabung reaksi Penjepit tabung reaksi Api spirtus Sampel urine Asam asetat 6%

Prosedur kerja 1. Disiapkan semua alat yang diperlukan 2. 2 ml urine dimasukkan dalam tabung satu tabung sebagai tes dan satu tabung sebagai control 3. Tabung dimiringkan dan panaskan permukaan urine di atas api sampai mendidih 4. Dibandingkan kekeruhan yang tampak pada bagian yang dipanasi dengan yang tidak dipanasi a) Bila terjadi kekeruhan ditetesi 3-5 tetes asam asetat 6% dan perhatikan kekeruhan tetap ada atau menghilang b) Evaluasi kekeruhan yang tampak dengan dasar/latar belakang warna hitam dan bandingkan dengan sampelnya.

5. Tabung di panaskan lagi sampai mendidih, kemudian baca hasilnya.

Interpretasi Hasil (-) (+1) (+2) (+3) (+4) : Tetap jernih :Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05 g/dl) :Kekeruhan mudah dapat dilihat dan tampak butir-butir (0,05-0,2 g/dl) :Urine jelas keruh dan kekerihan itu jelas berkeping-keping (0,2-0,5 g/dl) :Urine sangat keruh dan bergumpal (lebih dari 0,5 g/dl)

Tahap terminasi 1. 2. b. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik Cuci tangan Metode Sulfosalisilat

Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam urine Prinsip : Untuk menyatakan adanya protein dalam urine yang ditunjukkan dengan adanya kekeruhan dengan cara penambahan asam akan lebih mendekatkan ke titik isoelektris dari protein pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi sehingga terjadi presipitasi yang dinilai secara semi kuantitatif.

Alat dan Reagensia 1. Tabung reaksi 2. Penjepit tabung reaksi 3. Api spirtus 4. Sampel urine 5. Asam sulfosalisilat 20%

Prosedur kerja 1. Disediakan 2 tabung reaksi berisi 5 ml urine, masing-masing untuk kontrol dan test 2. Ditambahkan pada tabung test kira-kira 8 tetes asam sulfosalisilat 20% 3. Diamati kekerukan yang terjadi, bandingkan dengan kontrol 4. Bila timbul kekeruhan panaskan dan awasi kekeruhan

a.

Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan dan tetap ada juga setelah dingin kembali, test terhadap protein adalah positif. Protein itu mungkin albumin, mungkin globulin, mungkin kedua-duanya.

b. Jika kekeruhan hilang pada waktu pemanasan, tetapi muncul lagi setelah dingin mungkin disebabkan protein Bence Jones dan perlu sedikit lebih lanjut.

Interpretasi Hasil (-) (+1) (+2) (+3) (+4) :Tetap jernih :Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05 g/dl) :Kekeruhan mudah dapat dilihat dan tampak butir-butir (0,05-0,2 g/dl) :Urine jelas keruh dan kekerihan itu jelas berkepung-keping (0,2-0,5 g/dl) :Urine sangat keruh dan bergumpal (lebih dari 0,5 g/dl)

Tahap terminasi 1. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik 2. Cuci tangan

c.

Protein Bence Jones :

Metode

Oosgood Tujuan : Mengetahui adanyasuatu tumor pada tulang Prinsip : Protein mengendap pada suhu 50 0C dan menghilang lagi pada suhu 100 0C dan bila suhu menurun lagi endapan akan tampak lagi. Alat dan reagensia : 1. Tabung centrifuge 2. Centrifuge 3. Tabung reaksi 4. Labu spiritus 5. Pipet tetes 6. Asam acetat 6 % 7. spiritus

Sampel : Urine sewaktu Prosedur : 1. Menyiapkan alat dan reagen 2. Memasukkan urine sebanyak 4-10 ml kedalam tabung centrifuge. Centrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit. 3. Supernatant di bagi 2, tabung A sebagai control dan tabung B sebagai test. 4. Tabung B dipanaskan, kemudian di tambahkan 2-3 tetes asam acetat 6 % dan dipanaskan kembali. 5. Urine yang dipanaskan disaring, filtrate didinginkan sampai mencapai suhu 50 0C. 6. Mengamati hasilnya.

Pembacaan : (-) (+) : bila tidak terbentuk endapan / keruh : bila terbentuk endapan atau kekeruhan

d. Metode Esbach Tujuan : Untuk menentukan kadar albumin dalam urine secara semi kuantitatif. Prinsip : Pemeriksaan kadar protein secara kuantitatif berdasarkan jumlah endapan yang diperoleh dari urine 24 jam yang ditambahkan pereaksi esbach dan didiamkan 24 jam.

Alat dan Reagensia Alat : 1. Tabung Esbach 2. Kertas pH Reagensia : 1. Reagen Esbach 2. HCl 5%

Sampel

: Urine 24 jam

Prosedur kerja : 1. Urine diasamkan dengan HCl 5% sampai pH 4 2. Urine dimasukkan dalam tabung Esbach sampai tanda U 3. Menambahkan reagen Esbach samapi tanda R

4. Tutup dengan tutup karet lalu kocok bolak balik 5. Lihat endapannya dan dinyatakan dengan permil.

Tahap terminasi

1. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik 2. Cuci tangan

e. Metode Heller Prinsip : Adanya protein di dalam urine akan bereaksi dengan HNO3 pekat membentuk cincin putih Prosedur :

1. 2. 3. 4.
Diskusi

1 -3 ml HNO3 pekat dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan urine melalui dinding tabung pelan-pelan diamati adanya cincin putih di perbatasan antara HNO3 dengan Urine Hasil (+) : adanya cincin putih

Tujuan penambahan asam Tujuan pemanasan Titik isoelektris

: Mendekatkan ke titik isoelektris : Denaturasi sehingga terjadi presipitasi : keseimbangan elektron untuk mendapatkan endapan yang maksimal

2.

Glukosa Urine
Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa dalam urine (disebut

glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia (peningkatan kadar gula dalam darah), maka kemungkinan adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat (misalnya pada kebakaran hebat, penyakit hati lanjut, sepsis, dsb), atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid, thiazide, obat kontrasepsi oral). Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan sangat banyak. Pemerikasaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring. reagen yang dapat dipakai untuk mnyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cupri. Glukosuria dapat dibuktikan dngan cara spesifik menggunakan enzim glukosa oxidase. Pemeriksaan Glukosa Urine :

a.

Metode Fehling : Untuk mengetahui adanya gula dalam urine

Tujuan

Prinsip

: Dengan pemanasan urine dalam suasana alkali, glukosa akan mereduksi cupri sulfat

menjadi cupro oksida. Pengendapan cuprihidroksida dicegah dengan penambahan kalium natrium tartrate.

Alat dan Reagensia Alat : 1. 2. 3. Reagensia : 1. 2. Fehling A Fehling B Tabung reaksi Penjepit tabung reaksi Api spirtus

Sampel

: Urine

Prosedur kerja 1. Campurkan 2 ml Fehling A dan 2 ml Fehling B, kocok sampai rata kemudian panaskan sampai mendidih. 2. 3. 4. Dimasukkan urine 1 ml dalam dalam tabung tersebut, homogenkan Rebus di atas api sampai mendidih Dinginkan dan amati perubahan warna yang terjadi

Tahap terminasi 1. 2. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik Cuci tangan

b. Metode Benedict Tujuan : Untuk mengetahui adanya gula dalam urine Prinsip :

Glukosa dalam urine akan mereduksi garam-garam kompleks yang terdapat pada pereaksi benedict (ion cupri direduksi menjadi cupro) dan mengendap dalm bentuk CuO dan Cu2O. Alat dan Reagensia 1. Tabung reaksi 2. Penjepit tabung reaksi 3. Api spirtus 4. Sampel urine 5. Benedict

Prosedur kerja 1. 2. 3. 4. Masukkan 5 ml benedictdalam tabung reaksi. Teteskan 5 8 tetes urine ke dalam tabung tersebut. Rebus di atas api sampai mendidih Dinginkan dan amati perubahan warna yang terjadi

Interpretasi hasil Reduksi urine (-) (+1) (+2) (+3) (+4) : Tetap Biru, biru kehijauan : hijau kuning kuningan dan keruh (sesuai dengan 0,5 1 % glukosa) : kuning keruh (1 1,5 % glukosa) : jingga atau warna lumpur keruh (2 3,5 % glukosa). : merah bata(lebih dari 3,5 % glukosa).

Tahap terminasi 1. 2. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik Cuci tangan

3. Billirubin Urine Bilirubin secara normal tidak terdapat dalam urine, namun dalam jumlah yang sangat sedikit dapat berada dalam urine, tanpa terdeteksi melalui pemeriksaan rutin. Billirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor menuju hati, tempat billirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam bentuk empedu. Billirubin tak terkonjugasi atau tak langsung bersifat larut dalm lemak, serta tidak dapat diekskresikan ke dalam urine.

Billirubinuria mengindikasikan kerusakan hati atau obstruksi empedu dan kadarnya yang besar ditandai dengan warna kuning. Pemeriksaan Billirubin Urine : a. Metode Harrison

Tujuan : Untuk mengetahui adanya billirubin dalam urine. Prinsip : Bilirubin mereduksi FeCl3 menjadi senyawa warna hijau (sebelumnya Bilirubin dalam urine diendapkan dengan larutan BaCl2). Alat dan Reagensia Alat : 1. 2. 3. 4. 5. Tabung reaksi Matt pipet Corong Kertas saring Bulb

Reagensia : 1. Larutan Fouchet terdiri dari : - TCA 25 g/100 ml Aq. - 10 ml larutan FeCl3 10 g/100 ml Aq.(10%) 2. Larutan BaCl2 10% Sampel : Urine

Prosedur kerja 1. Memasukkan urine sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi 2. Menambahkan 2,5 ml larutan BaCl2 10% dan menghomogenkan. 3. Menyaring larutan tersebut pada kertas saring 4. Filtrate yang di dapat, ditambah dengan larutan fauchet 2-3 tetes 5. Mengamatinya pada cahaya matahari dengan latar belakang hitam

Interpretasi hasil (-) bila filtrat tidak berpendar hijau (+) bila filtrat berpendar hijau Tahap terminasi

1. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik 2. Cuci tangan

4. Urobilin Urine
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari billirubin yang terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah billirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang dalam feses dan sejumlah besar kembalike hati melalui aliran darah. Kemudian urobilinogen diproses ulang menjadi empedu kira-kira sejumlah 1 % diekskresi oleh ginjal di dalam urine. specimen urine harus segera diperiksa dalam setengah jam karena urobilinogen urine dapat teroksidasi menjadi urobilin Pemeriksaan Urobilin Urine :

a.

Metode Schlesinger

Tujuan : Untuk mengetahui adanya urobilin dalam urine. Prinsip Iodium akan mengoksidasi urobilinogen menjadi urobilin dengan zink akan membentuk ikatan kompleks yang akan berpendar hijau

Alat dan Reagensia Alat : 1. Tabung reaksi 2. Matt pipet 3. Corong 4. Kertas saring 5. Bulb Reagensia : 1. Reagen Schlesinger : suspensi jenuh zink acetat dalam alkohol. 2. larutan tictura iodine

Sampel : Urine

Prosedur kerja 1. Memasukkan urine sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi 2. Menambahkan 10 ml pereaksi Schlesinger ke dalam tabung, lalu kocok kuat 3. Menyaring larutan tersebut dengan kertas saring 4. Filtrate yang di dapat, ditambah dengan larutan tictura iodine 2-3 tetes 5. Mengamatinya pada cahaya matahari dengan latar belakang hitam

Interpretasi hasil (-) bila filtrat tidak berpendar hijau (+) bila filtrat berpendar hijau

Tahap terminasi 1. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik 2. Cuci tangan

5. Keton Urine
Badan keton diproduksi untuk menghasilkan energy saat karbohidrat tidak dapat digunakan seperti pada keadaan asidosis diabetic serta kelaparan / malnutrisi. Ketika terjadi kelebihan badan keton, akan menimbulkan keadaan ketosis dalam darah sehingga menghabiskan cadangan basa (missal: bikarbonat) dan menyebabkan status asidotik. Ketonuria (badan keton dalam urine) terjadi sebagai akibat ketosis.

Pemeriksaan Keton Urine : a. Metode Rothera

Tujuan : Untuk mengetahui adanya badan keton dalam urine. Prinsip Aceton dengan natrium nitroprusid membentuk ikatan kompleks yang berwarna hijau Alat dan Reagensia Alat : 1. Tabung reaksi 2. Matt pipet 3. Corong

4. Kertas saring 5. Bulb Reagensia : 1. Larutan Rothera Sampel : Urine Prosedur kerja 1. Memasukkan urine sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi 2. Menambahkan 2 ml Ammonium sulfat, homogenkan 3. Menambahkan 2 tetes Natrium nitroprusid, homogenkan 4. Melalui dinding tabung alirkan amoniak 28% sebanyak 1 2 ml 5. Mengamatinya hasil tabung reaksi Interpretasi hasil (-) tidak terbentuk cincin warna ungu (+) bila terbentuk cincin warna ungu antara kedua lapisan Tahap terminasi 1. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik

6. Urobilonogen Urine Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebihi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat. Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen. Pemeriksaan Urobolinogen Urine :

Syarat : a) Urine segar : urobilinogen akan teroksidasi oleh udara atau sinar matahari menjadi urobilin. b) Kadar urobilonogen paling tinggi terjadi pada siang harridan malam hari. Specimen urine 2 jam ditampung pada siang hari. a. Metode Ehrlich Prinsip : Adanya urobilonogen dalam urine dioksidasi oleh reagen Ehrlich membentuk warna merah.

Alat dan Reagen Alat : 1. Tabung reaksi 2. Pipet ukur 1 ml Reagen : 1. Reagen Ehrlich

Prosedur : 1. Dipipet urine sebanyak 5 ml, dimasukkan ke dalam tabung. 2. Ditambahkan 0,5 ml reagen Ehrlich 3. Dibiarkan selama 5 menit dan dilihat hasilnya dari atas tabung

Interpretasi : (+) : warna merah

C. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS URINE Sedimen Urine


Pemeriksaan sedimen urine termasuk pemeriksan rutin. Urine yang dipakai untuk pemeriksaan ini adalah urine segar atau urine yang dikumpulkan dengan pengawet, sebaiknya formalin. Yang paling baik untuk pemeriksaan sediment ialah urin pekat yaitu urin yang mempunyai BJ 1023 atau lebih tinggi, urin yang pekat lebih mudah didapat bila memakai urine pagi sebagai bahan pemeriksaan.

Pada pemerikasaan ini diusahakan menyebut hasil pemeriksaan secara semikuantitatif dengan menyebut jumlah unsur sediment yang bermakna per lapangan penglihatan. UNSUR-UNSUR SEDIMEN Lazimnya unsur-unsur sedimen dibagi atas 2 golongan yaitu organik (organized), yaitu yang berasal dari sesuatu organ atau jaringan, dan anorganik (unorganized), yang bukan berasal dari sesuatu jaringan. 1. Unsur-unsur organik 1) Sel epitel. Hampir selalu ada, apalagi yang skuameus dan berasal dari kandung kencing, uretra dan vagina. Sel epitel bulat dianggap berasal dari tubuli ginjal dan tidak mempunyai arti jika jumlahnya sangat kecil. Pada glomerulonepritis jumlah sel epitel bulat itu bertambah banyak dan mungkin menyatakan tanda-tanda degenerasi seperti degenerasi lemak. Sel epitel berasal dari saluran kencing proximal sukar dibedakan dari leukosit karena ukuran yang hampir sama. Bertambahnya epitel menunjukkan kepada iritasi atau radang sesuatu permukaan selaput lendir dalam tractus urogenitalis. 2) Oval fat bodies, yaitu sel epitel yang mengandung lemak berasal dari tubuli ginjal dan dipertalikan dengan sindrom nofrotik. 3) Leukosit. Angka jumlah leukosit per 24 jam yang dilakukan dengan addis count membuktikan bahwa sejumlah sampai 650.000 leukosit per 24 jam tidak selalu abnormal. Sangat sukarlah untuk mengatakan sampai berapa banyak leukosit dalam pemeriksaan biasa masih boleh dipandang normal. Sekdar pegangan dapat diberikan lebih dari 5 leukosit/LPB menunjukkan kepada hal abnormal. Radang purulent di sesuatu bagian tractus urogenitalis menyebabkan adanya banyak leukosit dalam sedimen. Pada glomerulonepritis acuta jumlahnya tidak besar. Selain proses peradangan, leukosit dalam sedimen urine juga bertambah banyak oleh tumor, orulitiasis, dsb. 4) Eritrosit. Addis count 130000 eritrosit per 24 jam mungkin tidak berarti abnormal. Pada pemeriksaan biasa waspadalah jika terdapat lebih dari 1 eritrosit per LPB. Dalam menafsirkan hasil pemeriksaan timbanglah kemungkinan eritrosit datang dari vagina. Radang, trauma, diatesis hemoragik, dsb, adalah keadaan-keadaan yang menyebabkan adanya eritrosit dalam urine. Dari bentuk eritrosit tidak dapat diketaui dari mana eritrosit itu berasal prerenal, renal atau posterenal.

5) Silinder. Tempat pembentukan ialah tubuli ginjal. Dengan addis count didapat sejumlah sampai 2000 silinder hialin per 24 jam pada orang normal. Pada pemeriksaan biasa adanya belaka mungkin sudah menunjukan ke satu hal yang tidak normal. Silinder lilin didapat pada keadaan yang lebih berat seperti nepritis lanjut dan pada amyloidosis. Jika sedimen mengandung eritrosit, leukosit, dll.., unsur-unsur itu dapat melekat pada permukaan silinder dan menyusun silinder eritrosit, dsb. 6) Benang lendir. Didapat pada iritasi permukaan selaput lendir tractus urogenitalis bagian distal. 7) Silindroid. Tidak mempunyai arti banyak, mungkin sekali silindroid berarti adanya radang yang ringan. 8) Spermatozoa. Mungkin didapat baik dalam urine pria maupun wanita dan tidak mempunyai arti dalam klinik. 9) Potongan jaringan. Kalau didapat berarti salah satu hal yang serius dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. 10) Bakteri. Bakteri yang didapat di samping kelainan sedimen lain, khusus bersama dengan banyak leukosit, menunjukkan kepada sesuatu infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan memulas sedimen degan gram atau dengan biakan urine untuk identifikasi. 2. Unsur anorganik : 1) Bahan amorf. Urat dalam urine asam dan fosfat dalam urine basa. 2) Kristal dalam urne normal. Dalam urine asam terdapat : asam urat, natrium urat, jarang kalsium sulfat. Kristal urat biasanya berwarna kuning. Dalam urine netral : kalsium oksalat dan asam hipurat. Dalam urine netral sedikit basa : amonium magnesium fosfat dan jarang kalsium fosfat. Dalam urine basa : calcium carbonate, amonium biurat, calcium fosfat. 3) Kristal yang menunjukkan keadaan abnormal : sistin, leusin, tirosin, kolesterol, bilirubin dan hematoidin. 4) Kristal yang berasal dari sesuatu macam obat.

Pemeriksaan Sedimen Urine : a. Metode Direct Tujuan : Untuk mengetahui adanya bentuk sel organic dan anorganik pada urine Prinsip : Urine mengandung unsur unsur mikroskopis dalam bentuk suspensi (sel organic dan sel anorganik). Unsur unsur tersebut dapat dipisahkan dengan jalan sentrifuge.

Alat : 1. Tabung centrifuge 2. Centrifuge 3. Objek glass 4. Cover glass 5. Mikroskop

Sampel : Urine

Prosedur 1. Dihomogenkan sampel urine 2. Dimasukkan urine sebanyak 5-10 ml ke dalam tabung centrifuge, di centrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 1500 Rpm 3. Supernatant dibuang dengan membalikkan tabung secara cepat sehingga yang tersisa hanya sedimen yang berada di dasar tabung 4. Dipipet dengan pipet tetes, diletakkan pada objek glass dan tutup dengan cover glass 5. Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10x untuk melihat lapang padang dan pembesaran objektif 40x untuk identifikasi

GAMBAR SEDIMEN URINE

DAFTAR PUSTAKA
http://analiskesehatan08kdi.wordpress.com/2011/11/08/pengawet-urine/ diakses tanggal : 13 desember 2011 http://data-farmasi.blogspot.com/2011/09/pemeriksaan-air-seni-urine-analysis.html diakses tanggal : 13 desember 2011 http://semar-septi.blogspot.com/2011/12/test-urinalisis.html diakses tanggal : 13 desember 2011 http://s-e-h-a-t.blogspot.com/2011/12/mengenal-beberapa-parameter-hasil_09.html http://prasetya26.blogspot.com/2011/09/materi-kimia-klinik-urine.html diakses tanggal : 14 desember 2011 http://laboratoriumbpn.blogspot.com/2011/11/teknik-pengumpulan-sampel-urine.html diakses tanggal : 14 desember 2011

You might also like