You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

Karsinoma kolorektal merupakan keganasan tersering di saluran cerna. Faktor resiko terutama adalah perkembangan umur. Kunci utama keberhasilan pengobatan adalah stadium dini. Karsinoma ini biasanya ditemukan pada usia di atas 40 tahun Di Indonesia epidemiologinya cukup tinggi, prevalensi pria sama dengan wanita dan lebih banyak pada orang muda 75 % ditemukan di rektosigmoid Tumor adalah pertumbuhan jaringan yang mengalami disregulasi tumbuh tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologis. Dibedakan tumor jinak dan tumor ganas : Tumor jinak: tumbuh lebih lambat, ekspansif/mendesak jaringan sekitarnya, dan bersimpai/berkapsul. Tumor ganas: tumbuh infiltratif jaringan sekitarnya, tidak berkapsul dan mampu mengadakan metastasie/penyebaran. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kanker 1.Intrinsik hormon misal: pada prostat, payudara, endometrium (uterus) 2.Immunologik: humoral dan seluler 3.Extrinsik misal: kimia (zat kimia pewarna, asap rokok), sinar radioaktif, sinar gamma, sinar X, virus (virus onlologik) misal: Herpes simpleks, Hepatitis B, Epstein Bar. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kanker: karsinogen, tuan rumah (genotype), lingkungan

BAB II

PEMBAHASAN
II. 1 ANATOMI Diagram colon

KOLON ASENDEN SEKUM KOLON TRANSVERSUM KOLON DESENDEN SIGMOID REKTUM

Vaskularisasi ARTERI: Yang berasal dari usus tengah dipendarahi oleh cabang-cabang dari a.mesenterika superior : - A. Ileokolika : sekum, kolon asenden, transversum kanan - A. Kolika dextra - A. Kolika media Yang berasal dari usus belakang dipendarahi oleh a.mesenterika inferior: - A. Kolika sinistra : kolon transversum kiri, kolon desenden, kolon sigmoid, sebagian rektum - A. Hemoroidales superior - A. Sigmoidea

Persarafan 2

Kolon

dipersarafi

oleh

serabut

simpatis

yang

berasal

dari

n.splanknikus dan pleksus presakralis serta serabut parasimpatis yang berasal dari n.vagus. Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian sfingter eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar. sekresi rektum, Perangsangan dan sedangkan simpatis serta menyebabkan perangsangan penghambatan sfingter kontraksi,

perangsangan

parasimpatis mempunyai efek yang berlawanan. II. 2 FISIOLOGI Fungsi usus besar adalah 1. Menyerap air, vitamin dan elektrolit, terutama dilakukan oleh kolon asenden, sehingga feses di kolon asenden masih encer/ cair. 2. Ekskresi mukus, supaya feses tidak terlalu kering. 3. Menyimpan feses dan kemudian mendorongnya keluar, terutama kolon desenden, disini konsistensi feses setengah padat. 4. Pemeliharaan ekologi flora usus. Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh kolon, 150200 ml sehari dikeluarkan sebagai feses. Oksigen dan CO2 didalamnya diserap diusus sedangkan nitrogen bersama dengan gas hasil pencernaan dan peragian dikeluarkan sebagai flatus. II. 3 KLASIFIKASI TUMOR JINAK DAN TUMOR GANAS Tumor kolon dibagi menjadi tumor jinak dan tumor ganas: TUMOR JINAK A. POLIP Polip juvenile Anak berusia sekitar lima tahun Di seluruh kolon Tidak bersifat ganas 3

Gejala klinik utama adalah perdarahan spontan dari rectum, kadang disertai lendir. Selalu bertangkai sehingga dapat menonjol keluar dari anus pada defekasi

Polip hiperplastik Berasal dari epitel mukosa yang hiperplastik dan metaplastik. Tidak bergejala, tetapi harus dibiopsi untuk diagnosis histologik Bertangkai Jarang ditemukan pada usia dibawah 21 tahun. Gambaran klinis: perdarahan dari rectum dan prolaps polip dari anus disertai anemia. Adenoma pilosa Pada mukosa perubahan hyperplasia berpotensi ganas terutama pada usia tua. Kadang memproduksi banyak sekali lendir, sehingga menimbulkan diare lendir yang mungkin disertai hipokalemia. Pseudopolip Dapat timbul sebagai proliferasi radang pada setiap colitis kronik terutama colitis ulserosa. B. POLIPOSIS KOLON Herediter, jarang ditemukan. Pria = wanita. Seluruh kolon dan rectum Umumnya tidak bergejala. Kadang timbul mulas atau diare disertai perdarahan rectum. Biasanya sekum tidak terkena. Resiko keganasan 60% dan sering multiple.

Polip adenomatosa

C. TUMOR KARSINOID Jarang ditemukan, jika ada biasanya di rektum. 4

D. LIMFOMA Merupakan tumor yang agak jarang ditemukan di rektum E. LIPOMA Secara radiografik, lipoma biasanya sukar dibedakan dari tumor ganas tetapi secara endoskopik, mukosa terlihat utuh. Lipoma umumnya asimptomatik, tetapi dapat menyebabkan obstruksi. F. LEIOMIOMA Jarang ditemukan dikolon dan jarang berdarah. TUMOR GANAS Sekitar 70-75% karsinoma kolon terletak di rektum dan sigmoid. Etiologi Banyak penelitian multifaktorial. Virus akibat onkogen. Faktor predisposisi Defisiensi imunologi Faktor Predisposisi Kolitis ulseratif granulomartosis Kebiasaan makan. Mengkonsumsi bahan makanan Polip yang berdegenerasi maligna Epidemiologi tumor ganas a.Usia, insiden kanker kolorektal usia 40-45 tahun b.Jenis kelamin lelaki : perempuan = 3:1 c.Polip adenomatosa jaringan adenomatosa d. e. Kelompok beresiko tinggi Penyakit penyerta dan kanker kolon

II. 4 PATOFISIOLOGI Neoplasma primer adenokarsinoma

ADENOCARCINOMA

Secara makroskopik terdapat 3 tipe karsinoma kolon dan rektum, yaitu : Polipoid atau vegetatif menonjol ke dalam lumen usus dan berbentuk bunga kol Tipe skirus penyempitan lumen stenosis dan gejala obstruksi Tipe ulseratif nekrosis bagian sentral tukak maligna II. 5 GAMBARAN KLINIS Gejala klinis karsinoma pada kolon kiri berbeda dengan kolon kanan. Nyeri alih pada pada kedua bagian kolon kanan dan kiri berbeda karena distribusi persarafan usus tengah dan usus belakang yang berbeda. Nyeri dari kolon kiri bermula dibawah umbilikus sedangkan dari kolon kanan di epigastrium. Karsinoma kolon kiri sering bersifat skirotik yang menimbulkan stenosis dan obstruksi karena feses sudah menjadi padat. Terdapat perubahan pola defekasi seperti konstipasi atau defekasi dengan tenesmi. Makin distal letak tumor, feses makin menipis atau seperti kotoran kambing atau lebih cair disertai darah atau lendir. Nyeri pada kolon kiri lebih nyata pada kolon kanan. Nyeri viseral dari kolon kanan yaitu usus tengah, dirasa diulu hati dan 6

daerah kranial pusat. Nyeri viseral dari kolon kiri, yaitu usus belakang dirasa di perut bagian bawah. Faktor Resiko Berikut adalah faktor-faktor yang meningkatkan resiko seseorang terkena kanker kolon : 1.Usia. Resiko meningkat dengan bertambahnya usia.

Kebanyakan kasus terjadi pada usia 60 - 70 an, dan jarang di bawah usia 50 kecuali dalam sejarah keluarga ada yang terkena kanker kolon ini. 2. Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Dengan dihilangkannya polip pada saat ditemukan turut mengurangi resiko terjadinya kanker kolon di kemudian hari. 3. Riwayat kanker. Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap atau pernah dirawat untuk kanker kolon beresiko untuk mengidap kanker kolon di kemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium (indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena kanker kolorektal. 4. Faktor keturunan : 1. Sejarah adanya kanker kolon khususnya pada keluarga dekat. 2. Penyakit FAP (Familial Adenomatous Polyposis) - Polip adenomatosa familial (terjadi dalam keluarga); memiliki resiko 100% untuk terjadi kanker kolorektal sebelum usia 40 tahun, bila tidak diobati. 3. Penyakit lain dalam keluarga, seperti HNPCC (Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer) penyakit kanker kolorektal non polip yang menurun dalam keluarga, atau sindroma Lynch 7

5. diobati. 6.

Penyakit kolitis (radang kolon) ulseratif yang tidak Kebiasaan merokok. Perokok memiliki resiko jauh lebih

besar untuk terkena kanker kolorektal dibandingkan bukan perokok. 7.Kebiasaan makan. Pernah di teliti bahwa kebiasaan makan banyak daging dan sedikit buah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal. 8. Sedikit beraktivitas. Orang yang beraktivitas fisik lebih banyak memiliki resiko lebih rendah untuk terbentuk kanker kolorektal. 9. Inveksi Virus. Virus tertentu seperti HPV (Human Papilloma Virus) turut andil dalam terjadinya kanker kolorektal. Faktor yang menentukan gejala dan tanda: Tipe tumor Kolon kanan Vegetatif Ulseratif Kaliber viskus Isi viskus Fungsi utama Besar Setengah cair Absorpsi Kecil/pipih Setengah padat Penyimpanan Kolon kiri Stenotik Rektum Infiltratif Ulseratif Vegetatif Besar Padat Defekasi

Gambaran klinik karsinoma kolorektal lanjut: Aspek klinis Nyeri Defekasi Obstruksi Darah pada feses Feses Dispepsi Memburuknya Kolon kanan Kolon kiri Kolitis Obstruksi Karena Obstruksi penyusupan Diare/diare berkala Jarang Samar Konstipasi progesif Hampir selalu Makroskopik Rektum Proktitis Obstruksi Tenesmi terus menerus Hampir selalu Samar/makroskop Perubahan bentuk Jarang Lambat

Normal/ diare Normal Sering Jarang Hampir selalu Lambat

keadaan umum Anemia

Hampir selalu

Lambat

Lambat

Penyebaran Tumor a.Perkontinuitatum Infiltratif langsung b. Limfogen. c.Hematogen aliran darah v.mesenterica inferior ke v.porta hati. d. e. Implantasi /metastasis keatas maupun ke bawah (sel-sel Transperitoneal (jarang pada karsinoma rectum) yang lepas terbawa oleh feses ke distal atau proksimal)

II. 6 KLASIFIKASI DUKES KLASIFIKASI CARSINOMA RECTUM MENURUT DUKES DUKES A B C C1 C2 D DALAMNYA INFILTRASI TERBATAS DI DINDING USUS MENEMBUS LAPISAN MUSKULARIS MUKOSA METASTASIS KEL. LIMFE BEBERAPA KEL. LIMFE DEKAT TUMOR PRIMER DALAM KEL LIMFE JAUH METASTASIS JAUH PROGNOSIS HIDUP 5 THN 97% 80%

65% 35% <5%

Pengelompokan stadium karsinoma rektum Stadium 0 I II III Tumor primer Tis T1 T2 T3 T4 Setiap T Setiap T N1 N2/N3 N0 Kelenjar limfe Regional N0 N0 Metastasis jauh M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 C B DUKES STAGE A

IV

Setiap T

Setiap N

M1

KLASIFIKASI TNM T Tumor Primer Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai T0 : Tidak ada tumor primer Tis :Karsinoma insitu : invasi lamina inpropria atau intraepitelia T1 : Invasi tumos di dalam lapisan submukosa T2 : Invasi tumor di lapisan submukosa T3 : Invasi tumor melewati otot propria ke subserosa atau masuk ke perikolik yang tidak dilapisi peritoneum atau perirektal T4 : Invasi tumor terhadap organ / struktur sekitarnya dan / atau peritoneum viserale N Kelenjar Limfe Regional Nx : Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai N0 :Tidak didapatkan kelenjar limfe regional N1 :Metastasis di 1-3 kelenjar limfe perikolik atau perirektal N2 :Metastasis di 4 atau lebih kelenjar perikolik atau perirektal N3 :Metastasis pada kelenjar limfe sesuai nama pembuluh darah dan atau pada kelenjar apikal M Metastasis Mx : Metastasis tidak dapat dinilai M0 : Tidak ada metastasis M1 : Terdapat metastasis II. 7 DIAGNOSIS Diagnosa karsinoma kolorektal ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, colok dubur dan rektosigmoidoskopi atau foto kolon dengan kontras ganda. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan

10

setiap tiga tahun untuk usia 40 tahun keatas. Kepastian diagnosis ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi. PEMERIKSAAN FISIK Rectal toucher untuk menilai : a. b. c. d. Tonus sfingter ani : kuat atau lemah. Ampula rektum : kolaps, kembung atau terisi feses Mukosa : kasar, berbenjol benjol, kaku Tumor : teraba atau tidak, lokasi, lumen yang dapat

ditembus jari, mudah berdarah atau tidak, batas atas dan jaringan sekitarnya, jarak dari garis anorektal sampai tumor. PEMERIKSAAN PENUNJANG Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan seperti: Endoskopi Proktosigmoidoskopi Anuskopi Foto roentgen dengan barium enema Kolonoskopi CT SCAN dan MRI USG transrektal Petanda Tumor : 1. CEA (carcinoembryonic antigen) 2. CA 19-9 (spesifik)

11

Pemeriksaan penunjang tumor colon

Metoda skrining kanker kolorektal: - FOBT (feses occult blood testing) - FS (flexible sigmoidoscopy) - C-scopy (colonoscopy) - VC (virtually colonoscopy) - F-DNA (feses/stool DNA) testing - DCBE (double contrast barium enema) - CT dan MRI colography Alasan kepentingan skrining : 1. Insidensi cenderung MENINGKAT : - lifestyle westernises - lack of exercise 2. Angka kematian akibat kanker kolorektal MENINGKAT 3. Biaya berobat sangat MENINGKAT

4. Grup Risiko MENINGKAT : - Usia > 50 thn. - Riw.kel. KKR / CRC 5. 5. Strategi untuk prevensi jangka panjang.

12

II. 8 PENANGANAN Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindak bedah. Pada karsinoma rectum, tehnik pembedahan yang dipilih tergantung dari letaknya, khususnya jarak batas bawah karsinoma dan anus. Sedapat mungkin anus dan sfingter ekstern dan sfingter intern akan dipertahankan untuk menghindari anus preternaturalis. Bedah kuratif dilakukan bila tidak ditemukan gejala penyebaran baik lokal maupun jauh. Pada tumor sekum atau kolon asendens hemikolektomi kanan lalu anastomosis ujung ke ujung Pada tumor kolon trasversum reseksi kolon transversum, kemudian anastomosis ujung ke ujung Pada tumor kolon desendens hemikolateral kiri. Pada tumor sigmoid reseksi sigmoid. Pada tumor rectum sepertiga proksimal reseksi anterior. Pada tumor rectum sepertiga sfingter tengah anus, Pada reseksi pada anus dengan tumor turut mempertahankan dengan cara sedangkan operasi ini

sepertiga distal amputasi rectum reseksi abdominoperineal Quenu-Miles. Pada dikeluarkan. pembedahan abdominoperineal menurut

Quenu-Miles, rectum, sigmoid dan mesosigmoid dilepaskan, termasuk kelenjar limf pararektum dan retroperitoneal. Prinsip prosedur untuk karsinoma recti adalah : 1. Reseksi abdomino perineal atau amputasi recti. Memotong bagian distal sigmoid, rektosigmoid dan rectum direseksi, kemudian dibuat end kolostomi. 2. Low anterior resection/anterior resection. Insisi lewat abdomen. Kolon kiri atau sigmoid dibuat anastomosis dengan rectum 3. Pull trough operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat bisa menyebabkan komplikasi antara lain inkontinensia alvi. 4 Prosedur paliatif, dibuat stoma saja 13

5. Fulgurasi elektrokoagulasi untuk tumor yang keluar dari anus dan unresektabel II. 9 DIAGNOSIS BANDING Kolon kanan - Abses apendiks - Massa appendiks - Amuboma - Enteritis regionalis Kolon tengah - Tukak peptik - Karsinoma lambung - Abses hati - Karsinoma hati - Kolesistitis - Kelainan pankreas - Kelainan saluran empedu Kolon kiri - Kolitis ulserosa - Polip - Divertikulitis - Endometriosis

II. 10 KOMPLIKASI PERFORASI (SEPSIS) GANGGUAN FUNGSI SEKSUAL GANGGUAN OBSTRUKSI SAL KEMIH HEMOPTOE (METASTASIS KE PARU)

14

II. 11 PROGNOSIS Prognosis tergantung dari ada tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi penyebaran tumor dan tingkat keganasan sel tumor (lihat klasifikasi). Bila disertai differensial sel tumor buruk, prognosisnya sangat buruk.

BAB III KESIMPULAN


Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca Colon atau Kanker Usus Besar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu). Di negara maju, kanker ini

15

menduduki peringkat ke tiga yang paling sering terjadi, dan menjadi penyebab kematian yang utama di dunia barat. Untuk menemukannya diperlukan suatu tindakan yang disebut sebagai kolonoskopi, sedangkan untuk terapinya adalah melalui pembedahan diikuti kemoterapi. Bila ada seorang penderita kanker kolon, berikut ini adalah saran seperti : 1. Jangan tunda pengobatan, siapa tahu masih termasuk Jangan berputus asa, di setiap kesulitan selalu ada jalan Jangan berlama-lama mencoba terapi-terapi alternatif

dalam kategori stadium dini. 2. keluar. 3. dan menggagalkan terapi medis yang sudah teruji.

DAFTAR PUSTAKA
1. Pieter J. Kolon. Dalam: Sjamsuhidajat R, Jong Wim de. Buku ajar ilmu bedah edisi 2. Jakarta: EGC, 2004. hal 654-664

16

2. Sabiston. Buku ajar bedah edisi 2. Jakarta: EGC, 1994. 3. Diagnosa kanker kolon www.scribd.com/doc/8343664/KANKER-KOLON 4. Diagnosis banding tumor kolon id.wikipedia.org 5. Klasifikasi Dukes, 2008 info-medis.blogspot.com/2008/09/kanker-kolon 6. Faktor-faktor resiko tumor kolon, 2007 bedahumum.wordpress.com

17

You might also like