Professional Documents
Culture Documents
PASCA
PERSALINAN
Definisi
Perdarahan pascapersalinan adalah
kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui
jalan lahir yang terjadi selama atau setelah
persalinan kala III
Epidemiologi
±14 juta kasus/tahun
Penyebab nomor satu (40%-60%) kematian
ibu melahirkan di Indonesia
Sedikitnya 128.000 perempuan mengalami
pendarahan sampai meninggal.
Masalah di Indonesia!!!
Sebagian besar persalinan terjadi tidak di
rumah sakit, sehingga sering pasien yang
bersalin di luar kemudian terjadi HPP
terlambat datang di rumah sakit, waktu tiba
keadaan umum / hemodinamiknya sudah
memburuk.
Akibatnya mortalitas tinggi.
Klasifikasi Klinis
Perdarahan pasca persalinan primer terjadi
dalam 24 jam pertama.
Perdarahan pasca persalinan sekunder
terjadi setelah 24 jam pertama pasca
kelahiran itu
Faktor Predisposisi
Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
Grande multipara (lebih dari empat anak).
Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
Bekas operasi Caesar.
Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
Grandemultipara
Uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda, anak
sangat besar (BB > 4000 gram)
Kelainan uterus (uterus bicornis, mioma uteri, bekas operasi)
Plasenta previa dan solutio plasenta (perdarahan antepartum
Partus lama (exhausted mother)
Partus precipitatus
Hipertensi dalam kehamilan (Gestosis)
Infeksi uterus
Anemi berat
Penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan (induksi
partus)
Riwayat PPH sebelumnya atau riwayat plasenta manual
Pimpinan kala III yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorong-
dorong uterus sebelum plasenta terlepas
Tindakan operatif dengan anestesi umum yang terlalu dalam.
Penanganan atonia uteri yaitu :
Masase uterus +
pemberian utero tonika
(infus oksitosin 10 IU s/d
100 IU dalam 500 ml
Dextrose 5%, 1 ampul
Ergometrin I.V, yang
dapat diulang 4 jam
kemudian, suntikan
prostaglandin
Kompresi bimanuil
Tampon utero-vaginal secara lege artis,
tampon diangkat 24 jam kemudian
Tindakan operatif
2. Robekan jalan lahir
a. Robekan serviks
b. Perlukaan vagina
c. Robekan perineum
Tingkatan robekan pada perineum:
Tingkat 1: hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang
robek
Tingkat 2: dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang
menghubungkan otot-otot diafragma urogenitalis pada garis
tengah terluka.
Tingkat 3: robekan total m. Spintcher ani externus dan
kadang-kadang dinding depan rektum.
3. Retensio plasenta
Dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan
plasenta:
Kelainan dari uterus sendiri
Kelainan dari placenta dan sifat perlekatan placenta
pada uterus.
Kesalahan manajemen kala tiga persalinan
4. Sisa plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau
lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif dan keadaan ini
dapat menimbulkan perdarahan
5. Inversio uterus
Pada inversio uteri bagian atas uterus
memasuki kavum uteri, sehingga fundus
uteri sebelah dalam menonjol ke dalam
kavum uteri. Inversio uteri terjadi tiba-tiba
dalam kala III atau segera setelah plasenta
keluar.
6. Kelainan pembekuan darah
Yang terpenting dalam bidang obstetri dan
ginekologi ialah :
Purpura trombositopenik
Hipofibrinogenemia.
Gejala Klinis
Pendarahan pervaginam yang terus-
menerus setelah bayi lahir.
Tanda-tanda syok
Diagnosis
Prinsip :
1. bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan
setelah anak lahir, pertama-tama dipikirkan bahwa
perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau
plasenta lahir tidak lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus
baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut
berasal dari perlukaan pada jalan lahir.
3.bila plasenta telah lahir dan kontraksi uterus tidak baik
ditandai dengan uterus yang lembek, bisa diperkirakan
penyebab perdarahan tersebut adalah atonia uteri.
Jika perdarahan masif, diagnosis relatif
lebih mudah.