You are on page 1of 13

MAKALAH PRAKTIKUM ANATOMI CRANIUM

KELOMPOK 4 Astarina Safitri Enny Khalisa Dita Permatasari E. Gusti Sigar M. Wahyuni A. Renita Rahmad Anis Belinda Zayyan Devintha Ayu M.T I1D111004 I1D111008 I1D111010 I1D111013 I1D111011 I1D111014 I1D111022 I1D111036 Annisa Maya Nugraha Lutfiyah Dian Pratiwi Deslita Trilianti Istiyana Yazid Eriansyah Pradanta Novie Aprianti Balqis Afifah Taupiek Rahman I1D111039 I1D111202 I1D111204 I1D111208 I1D111213 I1D111215 I1D111211 I1D111217

Instruktur oleh : drg. Deby Kania Tri Putri

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Maret 2012

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbilalamin, kami menyampaikan puji syukur kehadirat Tuhan Semesta Alam, Allah Subhanahu wa taala Yang telah memberikan kami ilmu dan kesempatan untuk menyusun makalah ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami, drg. Debi Kania Tri Putri dan juga kepada teman-teman serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap bahwa data dan kesimpulan yang kami susun mengenai cranium ini dapat bermanfaat bagi orang yang membacanya. Semoga makalah ini juga dapat menjadi referensi dalam penyusunan makalah lainnya. Mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan tata bahasa, salah tafsir ataupun salah ketik, sesungguhnya kami telah berusaha sebaik mungkin untuk menyusun makalah ini hingga mendekati sempurna. Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca karya kami ini, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dalam memperbaiki karya kami di kesempatan selanjutnya Wassalamualaikum Wr. Wb. Banjarmasin, Maret 2012 Penyusun

Kelompok 4

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Anatomi berasal dari dua kata yaitu ana yang berarti menguraikan dan tomy yang berarti memotong. Jadi anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh manusia dengan jalan mengurai dan memotong bagiannya. Anatomi juga berarti ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi tubuh. Anatomi mencakup bagian tubuh dari kepala sampai kaki. Namun dalam bidang kedokteran gigi yang berkaitan adalah anatomi regio kepala dan leher. Pada regio kepala yang di bahas adalah tulang tengkorak, maxilla dan mandibula. Tulang tengkorak terdiri dari batok kepala (calvaria) dan basis kranii. Dan terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan occipital.

2. Tujuan Penulisan a. Untuk mengetahui tulang-tulang pada cranium b. Untuk mengetahui letak tulang-tulang cranium

BAB II PEMBAHASAN Cranium terbagi menjadi dua yaitu : a. Neurocranium, terdiri dari tulang batok kepala dan dasar kepala b. Viscerocranium, terdiri dari tulang-tulang wajah

Neurocranium terdiri dari tulang: Os Frontale Os Parietale Os Temporale Os Occipitale Os Spenoidale Os Ethmoidale

Tulang tulang wajah (Viscerocranium) terdiri atas tulang tulang : Os Zygomaticum Maxilla Os Nasale Os Lacrimale Vomer Os Palatinum Concha Nasalis Inferior

Pandangan Anterior Cranium

Os. Frontale atau tulang dahi, melengkung ke bawah untuk membentuk margo superior orbita. Arcus superfisialis dapat dilihat pada kedua sisi, dan incisura suprraorbitalis atau foramen orbitale dapat di temukan. Di medial, os frontale bersendi dengan processus frontalis maxila dan os nasale. Di lateral, os frontale bersendi dengan os zygomaticum.

Margo orbitalis di batasi si superior oleh frontale, di lateral oleh os zygomaticum, di inferior oleh maxilla, dan di medial oleh processus maxilaris dan os frontalis. Di dalam os frontale, tepat di atas margo orbita, terdapat dua rongga yang diliputi oleh membrrana mucosa yang disebut sinus frontalis. Rongga ini berhubungan dengan hidung dan berfungsi sebagai resonator suara. Kedua os nasale membentuk batang hidung. Cavum nasi dibagi menjadi dua oleh septum nasi, yang sebagian besar dibentuk oleh os vomer. Concha nasalis superior dan media merupakan tonjolan os ethmoidale pada setiap sisi ke dalam cavum nasi, sedangkan concha nasalis inferior merupakan tulang sendiri. Kedua maxilla membentuk rahang atas, pars anterior palatum durum, sebagian dinding lateral cavum nasi, dan sebagian dasar orbita. Kedua tulang ini bertemu di garis tengah pada sutura intermaxillaris dan membentuk pinggir bawah apertura nasalis. Di bawah orbita, maxilla ditembus oleh foramen infraorbitale. Processus alveolaris menonjol ke bawah dan bersama dengan sisi lainnya membentuk arcus alveolaris, yang menampung gigi geligi atas. Pada setiap maxilla terdapat rongga berbbentuk piramid yang dilapisi membrana mukosa yang disebut sinus maxillaris. Os Zygomaticum membentuk tonjolan pipi dan sebagian dinding lateral serta dasar orbita. Di medial bersendi dengan maxilla, dan di lateral dengan processus zygomaticus ossis temporalis membentuk arcus zygomaticus. Os zygomaticus ditembus oleh dua foramen untuk n. zygomaticofacialis dan zygomaticotemporalis.

Pandangan Lateral Cranium

Os frontale membentuk bagian depan sisi tengkorak dan bersendi dengan os aparietale pada sutura coronalis. Os parietalis membentuk sisi ndan atap cranium dan bersendi satu dengan yang lain di garis tengah pada sutura ssaggitalis. Di belakang keduanya bersendi dengan os occipitalis pada sutura lambdoidea. Bagian-bagian os temporale yaitu pars squamosa dan tympanica, processus mastoideus, processus styloideus dan processus zygomaticus dan ala major ossis sphenodalis. Bagian paling tipis dari dinding lateral tengkorak, tempat dimana sudut anteroinferior os parietale bersendi dengan ala major ossis sphenodalis di sebut pterion. Linea temporalis superior dan inferior yang mulai sebagai sebuah garis dari margo posterior processus zygomaticus ossis frontalis dan bercabang sewakru melengkung ke

belakang. Fossa temporalis terletak di bawah linea temporalis inferior. Fossa infratemporalis terletak di bawah crista infratemporalis pada ala mayor ossis sphenoidalis. Fisura pterygomaxillaris merupakan fisura vertikal yang terletak di dalam fossa di

antara processus pterygoideus ossis sphenoidalis dan belakang maxilla. Ke medial fisura ini berhubungan dengan fossa pterygopalatina. Fisura orbitalis inferior adalah fisura horizontal di antara ala major ossis sphenoidalis dan maxxila. Fisura ini berjalan ke depan ke dalam orbita. Fossa pterygopalatina adalah ruang kecil di belakang dan bawah rongga orbita. Ke lateral berhubungan dengan fossa infratemporalis melalui fisura pterygomaxillaris, ke medial dengan cavum nasi melalui foramen sphenopalatina, ke superior dengan tengkorak melalui foramen rotundum dan ke anterior melalui fissura orbitalis inferior.

Pandangan Posterior Cranium

Bagian posterior kedua os parietale bersama sutura saggitalis dapat dilihat dari atas. Di bawah, os parietale bersendi dengan pars squamosaossis occipitalis pada sutura lambdoidea, Pada masing-masing sisi, os occipitale bersendi dengan os temporale. Di garis tengah os occipitale terdapat peninggian permukaan dasar yang disebut protuberantia occipitalis externa,

yang merupakan tempat perlekatan otot dan ligamentum nuchae. Di kiri kanan protuberantia terdapat linea nuchae superior yang terbentang ke lateral, ke os temporale.

Pandangan Superior Cranium

Di anterior, os frontale bersendi dengan kedua os parietal pada sutura coronalis. Kadang kadang kedua belahan os frontale gagal berfusi, meninggalkan sutura metatopica di garis tengah. Di belakang, kedua os parietale bersendi pada sutura saggitalis.

Pandangan Inferior Cranium

Processus palatinum maxilla dan lamina horizontalis ossis palatini dapat di idebtifikasi. Di anterior pada garis tengah terdapat fossa dan foramen insisivum. Di posterolateral terdapat foramen palatinum majus dan minus. Di atas tepi posterior palatum durum terdapay choanae. Choanae ini dipisahkan satu dengan yang lain oleh margo posterior vomer dan di batasi di lateral oleh lamina medialis provessus pterygoideus ossis sphenoidalis. Ujung inferior lamina madialis processus pterygoideus diperpanjang sebagai taju yang melengkung yaitu hamulus pterygoideus. Posterolaterlah terhadap lamina lateralis processus pterygoideus, ala major osssis

sphenoidalis ditembus oleh foramen ovale yang besar dan foramen spinosum yang kecil. Di

belakang spina ossis sphenoidalis, pada daerah antara ala major ossis sphenoidalis dan pars petrosus ossis temporalis, terdapat alur untuk pars cartilaginosa tuba auditiva. Fossa mandibularis ossis temporalis dan tuberculum articulare membentuk facies articularis superior untuk articulatio temporomandibularis. Fossa ini dipisahkan dari lamina tympanica di posteriornya oleh fissura tympanosquamosa. Processus styloideus ossis temporale menonjol ke bawah dab depan dari aspek inferiornya. Muara canalis caroticus terlihat juga pada permukaan inferior pars petrosus ossis temporalis. Bentuk ujung medial pars petrosus ossis temporalis tidak teratur dan bersama dengan pars basilaris ossis occipitalis dan ala major ossis sphenoidalis membentuk foramen lacerum. Di dalam celah antara processus styloideus dan processus masttoideus dapat dilihat foramen styloimastoideum. Medial terhadap processus styloideus, pars petrosus ossis temporale mempunyai incisura yang dalam, yang bersama dengan incisura yang lebih dangkal pada os occipitale membentuk foramen jugulare. Di belakang apertura nasi posterior dan di depan foramen magnum terdapat os sphenoidale dan pars basilaris ossis occipitalis. Tuberculum pharyngeum adalah tonjolan kecil di gagris tengah pada permukaan bawah pars basilaris ossis occipitalis. Condylus occipitalis dapat diidentifikasi. Condylus occipitalis ini bersendi dengan aspek superior massa lateralis vertebra cervicalis pertama, os atlas. Superior terhadap condylus occipitalis terdapat canalis hypoglosus untuk tempat lewatnya N.hypoglossus. Posterior terhadap foramen magnum di garis tengah, terdapat protuberantia occipitalis externa. Linea nuchae superior dapat ditemukan karena melengkung di kanan dan kiri protuberantia.

BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan maka dapat disimpulkan, Tengkorak atau cranium tersusun atas beberapa tulang yang saling bersendi yang tidak bergerak yang disebut sutura. Calvaria adalah bagian atas dari cranium, dan basis crania adalah bagian paling bawah dari cranium. Pada bagian calvaria terdapat berbagai macam tulang yaitu os frontale, os parieal, os

occipital, os temporal, os sphenoidale dan os ethmoidale. Sedangkan tulang-tulang wajah terdiri atas os zygomaticum, maxilla, os nasale, os lacrimale, vomer, os palatinum, dan concha nasalis inferior. Cranium memiliki sutura-sutura, diantaranya adalah sutura saggitalis, sutura occipitalis, sutura lambdoidea, sutura occipitomastoidea, sutura parietomastoidea dan sutura coronalis. Foramen yang terdapat dalam cranium yaitu foramen jugulare,, foramen magnum, foramen stylomastoideum, foramen spinosum, foramen lacerum, foramen ovale, foramen palatine majus dan minus, foramen caecum, foramen rotundum, dan foramen mastoideum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell S. Richard. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC. 2006

You might also like