You are on page 1of 4

Hadits Tentang Perintah Berdakwah Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim.

Berikut ini akan kita pelajari hadits tentang perintah berdakwah menurut kemampuan masing-masing.

Dari Abdullah ibn Amr bahwa Nabi saw. bersabda, "Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat. Ceritakanlah apa yang telah aku beritahukan mengenai Bani Israil karena demikian itu tidak berdosa. Barang siapa sengaja berdusta tentang aku, kelak tempatnya di neraka." (H.R. al-Bukhari no. 3202) 1. Isi Kandungan Hadits Hadis ini menjelaskan tentang perintah Rasulullah saw. kepada umatnya untuk menyampaikan ajaran-ajaran beliau. Kata

menunjukkan bahwa dakwah dilakukan menurut kemampuan masingmasing. Meskipun hanya satu ayat (sedikit ajaran Islam) yang kita terima, kita mempunyai kewajiban untuk menyampaikannya kepada orang lain. Dalam berdakwah, kita juga diperbolehkan menyampaikan tentang kisahkisah Bani Israil sebagai ibrah (pelajaran) tentang perjalanan umat terdahulu. Dengan catatan, kisah-kisah itu yang sudah disampaikan Rasulullah saw.

Dalam bentuk mutakhirnya, cara mengajak orang untuk melakukan sesuatu tampaknya telah mengalami perubahan. Saat ini untuk mengajak pada sesuatu, seperti memperkenalkan visi misi seorang presiden, pola hidup baru (new life style), atau penawaran sebuah produk, orang cukup menggunakan media televisi. Program tersebut ditayangkan di televisi secara berulang-ulang pada acara dan jam-jam tertentu, yang diduga banyak pemirsanya. Penayangan berulang-ulang itu mengakibatkannya masuk ke alam bawah sadar pemirsa dan menjadi pola hidupnya. Hal ini terjadi begitu saja, di luar kesadaran pemirsa. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika acara-acara yang ratingnya tinggi selalu dibanjiri oleh sponsor. Celakanya, lewat media televisi yang jangkauannya demikian luas, pemirsa menerima begitu saja ajakan-ajakan dalam televisi tersebut tanpa reserve. Mereka tidak peduli lagi acara itu baik atau buruk. Bagi mereka, yang penting adalah hiburan, yang selanjutnya secara tidak sadar mereka pun mengikutinya. Dalam konteks inilah, tampaknya sabda Rasulullah tentang imbalan pahala yang berantai bagi mereka yang mengajak pada hidayah mendapatkan relevansinya. Mereka yang mengajak pada hidayah, akan diganjar dengan pahala dari dakwah yang dilakukannya ditambah dengan ganjaran mereka yang mengikuti. Sebaliknya, mereka yang mengajak pada keburukan meskipun tidak secara terang-terangan (seperti membuat, mensponsori tayangan mistis, dan pornografi), akan mendapat dosa dari perbuatannya itu ditambah dengan dosa mereka yang meniru atau terinspirasi oleh tayangan itu. Dari paparan di atas, bisa dipahami betapa beratnya tugas yang diemban oleh para dai yang akan memperjuangkan seruannya agar orang mau mengikuti hidayah Allah. Mereka tidak hanya dituntut untuk mengemas dakwahnya lebih menarik, tetapi juga dituntut menjadi teladan atas apa yang didakwahkannya. Dengan demikian, sudah seyogianya terdapat keselarasan antara ucapan dan tindakan dai di dalam melakukan dakwahnya. Dia menjadi

praktikan pertama atas materi dakwahnya. Setelah itu, baru dia mengajak orang lain untuk mempraktikkannya secara bersama-sama. Akhir hadis tentang perintah berdakwah di atas menjelaskan tentang pokok-pokok materi dakwah. Sebagai orang yang berdakwah, kita harus menyampaikan ajaran-ajaran yang telah disampaikan Rasulullah saw. Kita tidak boleh membuat-buat ajaran dengan mengatasnamakan Rasulullah saw. Padahal, ajaran itu tidak pernah disampaikan beliau. Ancaman bagi orang yang melakukannya adalah neraka.

You might also like