You are on page 1of 7

MENGENAL MADRASAH NIZHAMIYAH Oleh: Muh.

Zuhal Maruf Pendahuluan Madrasah dalam khazanah Indonesia merupakan fenomena budaya yang usianya relative tua (1 abad lebih), usia yang tentu tidak dapat dikatakan sebentar bahkan bukanlah suatu hal yang berlebihan bila dikatakan bahwa madrasah telah menjadi salah satu wujud dari identitas budaya Indonesia yang dengan sendirinya menjalani proses sosialisasi yang relative intensif. Indikasinya adalah wujud identitas budaya ini telah diakui dan diterima kehadirannya. Namun demikian, tentu kita semua mafhum bahwa madrasah bukan suatu yang original (asli) dalam peta dunia kependidikan di Indonesia kata madrasah menunjukkan bahwa kata ini berasal dari bahasa Arab secara harfiah bisa di ungkap bahwa kata ini maknanya setara dengan sekolah (Indonesia) yang notabenenya juga bukan kata asli dari bahasa kita, sekolah dialihkan dari bahasa asing, misalnya school atau schola. (El Muniry, 2005 : 15). Pada tahun 457 H atau abad ke-11 M, Nizham al-Mulk mendirikan madrasah untuk pertama kalinya yang dinamakan madrasah Nizhamiyah. Meskipun ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa pada abad ke-4 hijriah telah ada madrasah dan dihubungkan dengan penduduk Naisabur. Namun demikian pengaruh madrasah Nizhamiyah melampaui madrasah-madrasah yang telah didirikan sebelumnya. Menurut Maqdisi, Nizham al-Mulk adalah orang yang paling berjasa dalam mempelopori perkembangan madrasah dalam polanya yang utuh dan konkrit. Namun bukan berarti dia adalah satu-satunya orang yang mendirikan madrasah dalam sejarah Islam abad pertengahan. Makalah ini mencoba menguraikan sejarah seputar madrasah Nizhamiyah, kondisi politik saat itu, serta biografi singkat Nizham al-Mulk selaku penggagasnya.

Sekilas tentang madrasah Madrasah mengandung arti tempat atau wahana di mana anak didik mengenyam proses pembelajaran artinya di madrasah inilah anak menjalani proses secara terarah, terpimpin dan terkendali . Dengan demikian secara teknis madrasah menggambarkan proses pembelajaran

secara formal yang tidak berbeda dari sekolah. Hanya saja, dalam lingkungan cultural, madrasah memiliki konotasi spesifik. Di lembaga ini anak memperoleh pembelajaran hal ikhwal atau seluk beluk agama dan keagamaan. Sehingga dalam pemakaian kata madrasah lebih dikenal dengan sekolah agama Islam . A. Malik Fajar (dalam El Muniry, 2005 : 16) mengungkapkan bahwa kata madrasah secara harfiyah identik dengan sekolah agama, setelah mengarungi perjalanan peradaban bangsa, diakui telah mengalami perubahan perubahan walaupun tidak melepaskan diri dari makna asal sesuai dengan ikatan budayanya yakni budaya Islam Dalam kenyataan di lapangan, sistem pendidikan madrasah di Indonesia menampilkan tiga model : 1. Madrasah diniyah 2. Madrasah SK 3 Menteri 3. Madrasah pesantren (Nasir, 2005 : 10) Nizham al-Mulk dalam pemerintahan Bani Saljuk Kemenangan Bani Saljuk atas Dinasti Buwaihi di Irak dan berhasil memasuki kota Baghdad, merupakan titik awal kemenangan golongan Ahlus Sunah terhadap Syiah. Sebagai penguasa, dinasti Saljuk merasa bertanggungjawab untuk melancarkan propaganda melawan paham Syiah yang telah ditanamkan oleh bani Buwaihi sehingga dapatlah dikikis kepercayaan kepercayaan yang dianggap sesat dan menyimpang dari pelajaran pelajaran agama yang sebenarnya. Keinginan untuk menghidupkan kembali ajaran ahlus sunnah mendorong Bani Saljuk untuk menyiarkan ilmu agama yang sebenarnya menurut paham sunni. (Asrohah, 2001 : 109) Tangan terampil yang menjalankan administrasi pemerintahan Alp Arslan dan Maliksyah adalah sang wazir Persia yang termasyhur, nizham al-Mulk (pengatur kerajaan), salah satu figur penting dalam sejarah politik Islam. Kedudukannya begitu penting sehingga Ibn Khallikan menyanjungnya dengan ungkapan, Selama dua puluh tahun pemerintahan Maliksyah, Nizham al-Mulk menghimpun seluruh kekuasaan dalam genggamannya, sementara sang sultan tidak berbuat apa pun selain duduk di atas singgasananya atau pergi berburu. Meskipun tidak terdidik dan mungkin buta-huruf seperti ayah dan kakeknya, Maliksyah atas saran Nizham al-Mulk pada 1074 1075 menyelenggarakan konferensi para astronom dan menugaskan mereka untuk memperbarui kalender Persia. Acara ini digelar observatorium yang

baru didirikannya. Hasilnya adalah kalender jalali yang luar biasa (tarikh)-diambil dari nama belakang Maliksyah yang bernama lengkap Jalal al-Din Abu al-Fath. Kalender ini, menurut penilaian seorang ilmuwan modern ternyata agak lebih akurat ketimbang kalender kita. (Hitti, 2006 : 607) Prestasi yang diukir dan pendirian madrasah Nizham al-Mulk sendiri adalah seorang yang terpelajar dan terbudaya. Dari sejumlah karyanya, kita mempunyai salah satu risalah muslim yang paling mengagumkan tentang seni pemerintahan, siyasah-namah. Buku itu disusun sebagai hasil sebuah kompetisi yang diadakan oleh Maliksyah : sultan meminta para pejabat Negara memberikan pendapat tertulis tentang ciri-ciri pemerintahan yang baik. Di antara sejumlah karya terkenal lainnya dalam bahasa Persia yang dihasilkan selama periode ini adalah karya Nashir Khushraw (w. 1074), seorang pelancong termasyhur sekaligus propagandis Ismaili, juga Umar al-Hayyam (w. 1123-1124), penyair astronom terkemuka yang menikmati patronase Nizham dan ikut bekerjasama dalam proyek pembaruan kalender. Tetapi faktor penting yang mengharumkan nama wazir Persia ini adalah proyek pendirian sejumlah akademi yang pertama kali di organisasikan dengan baik, untuk menciptakan system pendidikan tinggi dalam Islam. Akademi yang termasyhur adalah Nizhamiyah, didirikan pada 1065 1067 di Baghdad. Al-Ghazaali pernah menjadi dekan di akademi ini. (Hitti, 2006 : 608) Madrasah madrasah yang didirikan oleh Nizham al-Mulk dinamai madrasah Nizhamiyah. Madrasah madrasah Nizham al-Mulk itu termasyhur di seluruh dunia. Pada tiap tiap kota Nizham al-Mulk mendirikan satu madrasah yang besar. Diantaranya di Baghdad, Balkh, Naisabur, Harat, Ashfahan, Basran, Marw, Mausul dll. Bahkan pada tiap tiap kota di seluruh Irak dan Khurasan ada satu madrasah. Tetapi madrasah Nizhamiyah Baghdad adalah yang terbesar dan terpenting dari semua madrasah itu. Madrasah madrasah Nizhamiyah itu dapat disamakan dengan fakultas fakultas masa sekarang, mengingat guru gurunya adalah ulama ulama besar yang termasyhur pada abad ke-5 Hijri. Mahmud Yunus mendata guru guru madrasah Nizhamiyah Baghdad sebagai berikut diantaranya : 1. Abu Ishaq As-Syirazi (wafat tahun 476 H = 1083 M) 2. Abu Nashr As-Shabbagh (477 H = 1084 M)

3. Abul Qasim Al-Alawi (482 H = 1089 M) 4. Abu Abdullah At-Thabari (495 H = 1101 M) 5. Abu Hamid Al- Gazali (505 H = 1111 M) 6. Radliyuddin Al-Qazwaini (575 H = 1179 M) dan lain-lain. Akhir sekali Al-Firuzabadi (817 H = 1414 M) (Yunus, 1992: 73 74) Nizham al-Mulk telah menetapkan anggaran belanja untuk seluruh madrasah madrasah Nizhamiyah banyaknya 600.000 dinar. Untuk madrasah Nizhamiyah Baghdad saja ditetapkan sepersepuluhnya yaitu 60.000 dinar tiap tiap tahun. Madrasah Nizhamiyah adalah fakultas agama dan fakultas syariah dan tiada memasukkan ilmu filsafat yang berdasarkan pemikiran bebas, seperti Baitul Hikmah dahulu. Di madrasah Nizhamiyah diajarkan ilmu fiqh dalam empat madzhab buktinya, bahwa diantara gurunya terdapat nama Ibnul Jauzi, salah seorang tokoh madzhab Hanbali. Sungguhpun demikian madzhab Syafii mempunyai kedudukan istimewa. Syaikh al-Wajih mula-mula bermadzhab Hanbali kemudian berpindah ke madzhab Hanafi lalu berpindah ke madzhab Syafii. (Yunus, 1992 : 75) Madrasah Nizhamiyah Baghdad Umumnya madrasah madrasah Nizhamiyah itu satu sistim, satu tujuan dan satu rencana pelajarannya. Sebab itu cukup diterangkan Nizhamiyah Baghdad saja, sedangkan madrasah madrasah yang lain hampir sama dengan itu. Madrasah Nizhamiyah ini didirikan dekat pinggir sungai Dajlah, di tengah tengah pasar Selasah di Baghdad. Mulai dibangun pada tahun 457 H ( = 1065 M) dan selesai dibangun pada tahun 459 H. (2 tahun lamanya baru selesai). Madrasah itu tetap hidup sampai pertengahan abad ke-14 Miladi, yaitu ketika dikunjungi Ibnu Bathutah. Jadi madrasah Nizhamiyah Baghdad hidup selama 3 abad lamanya. (Yunus, 1992 : 73) Tujuan Nizam al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu ialah untuk memperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan madzhab keagamaan pemerintahan. Sultan sultan Turki itu adalah dari golongan Ahlu Sunnah, sedangkan pemerintahan Buwaihiyah yang sebelumnya adalah dari kaum Syiah. Sebab itu madrasah madrasah itu adalah untuk menyokong sultan dan menyiarkan madzhab ahli sunnah keseluruh rakyat.

Menurut ahli sejarah Islam, bahwa Nizham al-Mulk adalah orng yang mula-mula mendirikan madrasah dalam Islam, karena pada masa sebelum Nizham al-Mulk pengajaran agama diberikan di masjid-masjid. Sedangkan Baitul Hikmah di Baghdad dan Darul Ilmi di Kairo adalah gedung perpustakaan bukan gedung madrasah hanya saja gedung perpustakaan pada masa itu bukan saja tempat membaca, tetapi juga tempat belajar dan berdebat dalam bermacam-macam masalah dan berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sebab itu sebagian ahli sejarah menamakan Baitul Hikmah di Baghdad dan Darul Ilmi di Kairo sebagai madrasah, sebagian ahli sejarah yang lain menamakannya perpustakaan. (yunus, 1992 : 73) Akhir hidup yang tragis dan melemahnya dinasti Nizham yang menua, seperti telah kita pelajari sebelumnya, adalah salah seorang korban pertama dalam rentetan pembunuhan terkenal yang dilakukan oleh sekte Ismailiyah. Seiring dengan kematiannya pada 1092, berakhirlah periode keemasan yang meliputi tiga penguasa pertama Dinasti Saljuk. Dalam jangka waktu yang singkat tapi cemerlang, ketiga sultan ini telah mempersatukan bahkan daerah-daerah independen paling jauh yang pernah membentuk negara Islam. Tetapi zaman kejayaan yang dinikmati Baghdad dan Islam di bawah kekuasaan Saljuk hanya seperti musim panas di India. Setelah kematian Maliksyah, sejumlah perang sipil antara putra-putranya, ditambah berbagai kerusuhan telah melemahkan otoritas Saljuk dan mengakibatkan hancurnya pemerintahan. Perihal pembunuhan terhadap Nizham al-Mulk, Hitti menulis: Pembunuhan pada tahun 1092 yang menimpa seorang wazir kondang dari kekhalifahan Saljuk, Nizham al Mulk, oleh seorang fidai yang menyamar menjadi seorang sufi, menjadi awal dari rangkaian pembunuhan misterius yang meneror dunia muslim. Ketika pada tahun yang sama Sultan Malik Syah turun tangan mengirim pasukan untuk menyerang benteng itu, para fidai memepertahankan dan memukul mundur pasukan penyerang. Sejumlah upaya lain pernah dilakukan para khalifah dan sultan yang semuanya berujung pada kegagalan, hingga akhirnya pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan yang sebelumnya menyerang pusat kekhalifahan berhasil menguasai benteng itu pada 1256 dan menghancurkan istana istana mereka yang lain di Persia. (Hitti, 2006 : 566 567)

Imperium Saljuk, yang dibangun atas dasar kesukuan oleh sekelompok orang yang bentuk organisasinya bersandar pada kebiasaan mengembara, hanya bisa disatukan oleh pribadi yang memiliki pengaruh dominan. System kemiliteran berdasarkan keturunan dan suku yang diatur pada 1087 oleh Nizham al-Mulk mengakibatkan berdirinya Negara-negara semi independen. Negara negara kecil yang terpisah itu mencapai kemerdekaan sesungguhnya di berbagai wilayah kekaisaran yang sangat luas, sementara penguasa utamanya dinasti Saljuk agung dari Persia, mempertahankan kekuasaan formalnya sampai 1157. salah satu pecahan utama dari rumpun adalah Negara Irak Persia (1117 1194). Dinasti Saljuk Romawi di Iconium digantikan setelah 1300 oleh Tuki Utsmani representasi terakhir kelompok Islam militan. Tradisi Turki Utsmani tersambung dengan suku asal mereka, yaitu suku Ghuzz, yang juga merupakan asal-usul orang Saljuk. Setelah menembus Eropa sampai ke Wina (1529) dan mendirikan sebuah imperium yang hamper sebesar kekhalifahan Arab, wilayah Turki Utsmani sejak perang dunia I hanya tersisa sebatas wilayah Asia kecil atau Anatolia. (Hitti, 2006 : 608 - 609). Penutup Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis, tingkatan dan sifatnya yang khas. Ahmad Syalabi menyebutkan tempat tempat itu sebagai berikut : Al Kuttab, Al Qushur, Hawanit Al-Waraqiin, Manazil Al Ulama, Al Badiyah dan Madrasah. Ia membagi institusi institusi pendidikan Islam tersebut menjadi dua kelompok, yaitu kelompok sebelum madrasah dan sesudah madrasah. Madrasah dengan demikian dianggap tonggak baru dalam penyelnggaraan pendidikan Islam. Madrasah yang dimaksud ialah madrasah yang dibangun oleh Nizham al Mulk tahun 459 H. namun demikian ia juga mengatakan bahwa institusi institusi sebelum madrasah itu tetap dipakai sesuai dengan sifat tradisionalnya sekalipun jumlah dan peminatnya sedikit. (Syalabi dalam Mukhtar, 2001 : 52)

DAFTAR PUSTAKA Asrohah, Hanun, 2001, Sejarah Pandidikan Islam, Cetakan II, PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta. El Muniry, Fahmi Arif, 2005, Bongkar Pasang Tradisi Keilmuan Pesantren, Melacak Eksplorasi Kurikulum Pembelajaran Madrasah Diniyah Dalam Mihrab III (1) : 14 - 23, Jakarta Hitti, Philip K., 2006, History Of The Arabs, Terjemahan R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Cetakan II, Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta. Mukhtar, Maksum, 2001, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Cetakan III, PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta. Nasir, M, 2005, Dari Masjid Ke Madrasah Napak Tilas Madrasah Diniyah Dalam Mihrab III (1) : 4 13. Yunus, Mahmud, 1992, Sejarah Pendidikan Islam, Cetakan VII, Jakarta, PT Hidakarya Agung.

You might also like