You are on page 1of 6

Nama : Christin Palit Nim : 073.08.

015 Tugas : Manajemen Tambang

Technology Transfer to the Emerging Coal Mining Industry of Indonesia (Alih Teknologi Untuk Meningkatkan Industri Tambang Batubara Indonesia)

Pendahuluan Alih teknologi merupakan kunci dalam peningkatan kemampuan nasional dalam pengembangan, operasi dan perluasan dari pertambangan batubara di Indonesia. Teknologi ini mencakup perlengkapan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (softwware) seperti keahlian dan pengetahuan (Chee,1978; Madu,1992). Teknologi dan pengalaman sangat dibutuhkan untuk mencapai target produksi batubara nasional yang mana pada pertengahan tahun 1970an masih sangat rendah. Dalam peningkatan produksi, investasi modal baru sangatlah penting (Sigit,1989). Untuk itu, partisipasi dari kontraktor asing dan joint venture sangat berguna untuk membawa modal baru, teknologi dan keahlian ke Indonesia. Pelatihan disini adalah pengalihan teknologi dan pengalaman dari expatriat kepada masyarakat lokal. Pelaksanaan Alih Teknologi Dalam Industri Pertambangan Batubara Indonesia Kemajuan teknologi diperlukan untuk mengembangkan, mengoperasikan dan memperluas pertambangan batubara Indonesia. Masukan teknologi kebanyakan datang dari negara-negara maju seperti Australia, United States of Amerika, United Kingdom, Spanyol, Jepang dan Korea Selatan. Negara-negara ini memiliki banyak pengalaman dalam pertambangan dan kemajuan teknologinya. Untuk mengembangkan Industri Pertambangan Batubara Indonesia, diperlukan tenaga kerja yang banyak yang mana dapat dipekerjakan untuk merrancang dan mengoperasikan tambang. Para pekerja ini seharusnya memiliki kemampuan yang dapat digunakan dan mempertahankan hardware dan software baru kepada pekerja lokal. Saat ini, kesesuaian jumlah dari pekerja yang memenuhi syarat tidak tersedia di Indonesia. Konsekuensinya, banyak expatriat yang bekerja untuk kontraktor batubara. Untuk antisipasi pemakaian expatriat ini, Pemerintah Indonesia membuat kebijakan Man Power (Tenaga) lokal. Program pelatihan sangat penting untuk pengalihan teknologi dan pengalaman dari para expatriat ke pekerja lokal. Jenis-Jenis Dari Alih Teknologi Adapun jenis-jenis alih teknologi dari para investor asing dalam bidang:

1. Produksi dan Metode Pemrosesan; 2. Sistem Control Kualitas; 3. Design Produksi; 4. Alat-Alat Produksi;
5. Keahlian dan Teknik seperti akuntansi biaya dan pemasaran.

Alih teknologi pada industri pertambangan batubara Indonesia dilaksanakan melalui investasi langsung pihak asing, pembayaran teknologi melalui persetujuan manajemen, impor peralatan, program asisten teknikal dan dalam bentuk kontrak. Bentuk alih teknologi pada tambang batubara Indonesia yaitu dalam surveying, eksplorasi, design, pengembangan, operasi, akuntansi dan pemasaran. Kendala Pada Alih Teknologi Kendala pada alih teknologi akan menyebabkan efek negatif terhadap proses pengalihan pengetahuan dan pengalaman. Kendala-kendala ini mungkin berbeda dari satu industri ke industri lain maupun dari satu negara ke negara lain. 1. Aspek Legal Alih Teknologi Program alih teknologi ini didukung oleh Peraturan Pemerintah. Peraturan Investasi Asing, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967, Pasal 12, Keputusan Presiden Nomor 23 tahun 1975 dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 61 Tahun 1983 menyatakan bahwa perusahaan asing memiliki tanggung jawab untuk secara berkala dan efektif menyediakan fasilitas pelatihan dalam negeri dan atau luar negeri yang diperlukan untuk pekerja lokal yang memungkinkan mereka untuk secara bertahap menggantikan pekerja asing. Pelatihan ini dimaksudkan untuk alih pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dari pakar asing untuk pekerja Indonesia. Peraturan Perundang-Undang menetapkan kerangka untuk link pada modal baru, teknologi, manajemen dan keahlian pemasaran yang berasal dari perusahaan multinasional (Sudarsono, 1988). Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan kebijakan yang juga memungkinkan investor asing untuk membawa keahliannya.
2. Pendidikan

Pendidikan adalah faktor kunci dalam membantu seseorang menyerap teknologi baru (Santicorn, 1981; Batashali, 1982; Madu, 1992). Standar tinggi dari pendidikan Indonesia terletak pada poin lokal universitas. Universitas ini menghasilkan tamatan yang siap menyerap kemajuan dan teknologi baru. Sebagai contoh PT.Kaltim Prima Coal (KPC), yang mana membuat program untuk para tamatan sarjana baru untuk dilatih selama tiga tahun sebelum memulai karir mereka.

Perusahaan multinasional ini mengakui beberapa kekurangan dalam pendidikan di universitas di Indonesia. Lulusan universitas ini memiliki basis pengetahuan yang tidak dapat secara efektif dan segera dimanfaatkan, tetapi mereka siap untuk dilatih. 3. Masalah Budaya Masalah budaya mempengaruhi proses alih teknologi. Proses ini membutuhkan motivasi tajam dari karyawan untuk memperoleh teknologi baru yang dibawa ke Indonesia dari luar negeri. Motivasi ini berbeda dari satu budaya ke budaya lain. Masalah budaya ini memperlambat alih teknologi. Kurangnya bahasa Inggris juga merupakan masalah budaya untuk warga negara dalam menerima teknologi baru.
4. Skala Operasi Dan Tingkat Siklus Proyek

Skala Operasi besar maupun kecil ditemukan dalam sector Pertambangan Batubara Indonesia. Skala operasi mempengaruhi pendekatan untuk alih teknologi. Skala Operasi besar mengharuskan untuk berinvestasi besar pula dalam hardware dan software yang diperlukan untuk alih teknologi. Untuk operasi kecil, program untuk transfer teknologi relatif lebih kecil. Hal ini karena operasi harian dari tambang dominan dilakukan oleh subkontraktor yang independen. Siklus pengembangan pertambangan dimulai ketika sebuah proyek ekspansi dimulai. Jika jumlah ekspatriat yang dibutuhkan untuk proyek perluasan kurang dari proyek sebelumnya, maka proses transfer teknologi sedang maju. 5. Sertifikat Manajer Sertifikat manajer adalah penting untuk promosi staff senior ke manajer tambang. Dasar Alih Teknologi dan Kepemilikan Nasional Dokumen persetujuan kontrak batubara individual menetapkan jadwal untuk penggantian karyawan expratriate oleh Indonesian nasional. Pendekatan ini diikuti prinsip-prinsip berikut: 1. Kontraktor harus mempekerjakan ekspatriat dalam jumlah terbatas. 2. Posisi Manajemen untuk para pekerja Indonesia harus diperluas. 3. Kontraktor harus menjaga biaya produksi yang kompetitif. 4. Tingkat produksi harus memenuhi permintaan pasar. 5. Kepemilikan saham harus ditawarkan kepada perusahaan nasional. Jumlah karyawan expatriat harus secara berkala dikurangi. Kontraktor batubara diizinkan untuk menjaga 15 % dari posisi untuk para ekspatriat di teknis, pengawasan, posisi manajerial dan profesional.

Kontribusi Perusahaan Asing Untuk Transfer Teknologi Dalam Industri Batubara Partisipasi perusahaan asing dalam operasi tambang batu bara memberikan keuntungan bagi pembangunan sektoraldan regional. Kontribusi yang diberikan adah sebagai berikut: 1. Program Pelatihan Program pelatihan sangat penting untuk membantu manajemen meningkatkan produktivitas karyawan. Program ini, bermanfaat untuk mengembangkan keahlian pekerja, dilaksanakan dengan dua program pelatihan dan pengalaman saat bekerja. Kelas bahasa Inggris yang disediakan oleh operasi skala besar untuk instruksi bahasa. Kelas ini dilakukan bersamaan dengan program pelatihan lainnya. Sebuah program pelatihan juga diberikan atas kerjasama antara Departemen Tenaga Kerja dan Pertambangan dan Energi untuk meningkatkan level pengetahuan teknisi lokal. Departemen Teknik Pertambangan dan Metalurgi di The University of Queensland menawarkan juga program pembelajaran jarak jauh untuk pertambangan muda engneering WNI yang menunjukan ketertarikan dalam perbaikan pengetahuan melalui program pendidikan formal. Program ini telah didemonstrasikan kepada staf di tambang Australia seperti Mounth Isa Pertambangan dan Weipa (Queenland) dan Broken Hill (NSW). Videoconference transmisi melalui jaringan telepon digunakan untuk mengajar. 2. Peluang Kerja Banyak pekerja diperlukan untuk mendukung pengembangan industri pertambangan batubara di Indonesia, terutama di Pulau Kalimantan. Kebanyakan kontraktor batubara bekerja di Provinsi Kalimantan Timur dan kalimantan Selatan. Kegiatan Pertambangan banyak menawarkan peluang kerja. Dimana setelah tahap eksplorasi dan setelah dilakukan studi kelayakan maka dilakukan kegiatan konstruksi. Kegiatan konstruksi inilah yang paling banyak membuka peluang kesempatan kerja. Angka pekerjaan akan menurun secara drastis ketika sebuah produksi baru dimulai. Operasi pertambangan memanfaatkan kemajuan teknologi dan pendekatan padat modal yang memiliki persyaratan untuk tenaga kerja terampil kecil sekalipun.
3. Penyelesaian Karyawan

Akomodasi diperlukan untuk semua karyawan di lokasi tambang dengan atau tanpa keluarga. Dalam operasi skala besar, perusahaan menyediakan rumah-rumah, pelayanan kesehatan, sekolah, rekreasi dan kebutuhan dasar manusia lainnya. Hal ini membantu agar para pekerja dapat termotivasi untuk tetap bekerja di daerah tambang dalam waktu yang lama. Operasi skala kecil membuat Sistem Fly-in-Fly-out (FIFO) untuk staff expatriat dan Drive-in-Drive-out (DIDO) untuk operator. Sistem ini, memungkinkan karyawan untuk mengunjungi keluarga mereka di kampung halaman mereka secara teratur. Selain sistem ini, beberapa perusahaan memberikan tunjangan perumahan pada staff yang ingin tetep tinggal di daerah tambang.

4. Biaya Produksi yang Rendah

Biaya produksi yang rendah pada pasar internasional sangat penting untuk mempertahankan tingkat keuntungan yang dapat diterima. 5. Kebijakan Investor Modal asing biasanya diinvestasikan oleh perusahaan multinasional di negara berkembang. Kebijakan investasi modal luar negeri telah dilaksanakan oleh CRA Limited, New Hope Limited dan BHP Limited. Contoh yaitu Perusahaan pertambangan Australia yang telah menanamkan modal di tambang batubara Indonesia. Beberapa kontraktor batubara telah mempekerjakan sejumlah besar ahli asing, dengan ahli asing ini production cost meningkat pada skala besar operasi pertambangan. Laba dapat diperbesar dengan mengurangi jumlah biaya tinggi para expatriat.
6. Perbandingan Untuk Biaya Produksi

Perbandingan biaya produksi ini penting dalam mendukung keputusan untuk berinvestasi di luar negeri. Biaya produksi yang diharapkan rendah di Indonesia mendorong banyak perusahaan pertambangan dari luar negeri untuk mengembangkan tambang batubara baru di Indonesia. Australia memiliki investasi internasional tertinggi pada tambang batubara Indonesia.
7. Laju Produksi Yang Tinggi

Tingkat produksi yang tinggi merupakan salah satu tujuan dari investor asing berpartisipasi dalam pengembangan tambang batubara di Indonesia. Tingkat produksi tinggi memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Pencapaian tingkat produksi yang tinggi menunjukkan bahwa teknologi berlaku ke dalam pertambangan batubara Indonesia berlaku.
8. Proses Alih Teknologi Pada Kontraktor Tambang Batubara Indonesia

Proses alih teknologi terdiri dari perlengkapan/alat, keterampilan dan pengetahuan. Kemajuan Teknologi kebanyakan berasal dari luar negeri. Alih teknologi dilakukan melalui investasi asing langsung dalam pembelian peralatan dan pelatihan pendidikan. Pasokan peralatan didapat melalui pembelian dan penyewaan. Proses alih teknologi harus dilakukan untuk memenuhi tujuan dari investor asing maupun negara tuan rumah. Untuk investor asing, alih teknologi diperlukan untuk menjaga investasi modal yang tinggi dan mempertahankan tingkat keuntungan yang tinggi. Alih teknologi juga diperlukan oleh negara tuan rumah untuk meminimalkan ketergantungan terhadap negara-negara asing.

You might also like