You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan wilayah rawan bencana geologi seperti gempabumi, tsunami, letusan gunungapi, dan tanah longsor. Kerawanan bencana ini disebabkan wilayah Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Dalam rangka mitigasi bencana geologi maka dilakukan penyelidikan tanggap darurat gempa bumi di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Goncangan gempa bumi 28 Agustus 2011 menimbulkan kerusakan bangunan di Desa Jambudipa. Goncangan gempa bumi dirasakan kembali pada tanggal 4 September 2011. Sedangkan sebelumnya terjadi pula goncangan gempa bumi dirasakan di Kecamatan Cilengkrang pada tanggal 22 Juli 2011. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud penyelidikan tanggap darurat gempa bumi di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat adalah mengumpulkan data dampak gempa bumi 28 Agustus 2011 dan 4 September 2011, menentukan hiposenter gempa bumi. Tujuannya untuk memperoleh peta intensitas gempa bumi dan memperkirakan penyebab gempa bumi.

1.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Lokasi kegiatan penyelidikan tanggap darurat gempa bumi di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dapat ditempuh menggunakan angkutan darat dari Bandung dalam waktu satu jam (Gambar 1).

Gambar 1. Peta lokasi kegiatan Penyelidikan Tanggap Darurat Gempabumi (lingkaran merah) di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Garis merah adalah sesar aktif. 1.4 Tahap Pekerjaan Pelaksanaan pekerjaan tanggap darurat ini adalah : 1. Tahap persiapan yang meliputi studi literatur, pengumpulan laporan terdahulu, pengumpulan data kegempaan, penyiapan peta geologi, penyiapan peta topografi, dan penyiapan peralatan.

2. Kegiatan lapangan yang meliputi pengumpulan data kerusakan bangunan


dan geologi, dokumen foto, pengamatan gempa bumi susulan, dan pengambilan data seismik di jaringan Cekungan Bandung

3. Analisis dan pengolahan data yang meliputi penentuan hiposenter,


penentuan mekanisme fokus, dan pembuatan peta intensitas 4. Penyusunan laporan, dilaksanakan setelah semua tahap pekerjaan lapangan dan analisis selesai dilaksanakan.

1.5 Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah seismograf yang terdiri dari Satu set seismograf Broad Band model Guralf yang dipasang secara temporer untuk memantau gempa susulan dan seismograf permanen dari jaringan seismik Cekungan Bandung serta dari Pos Pengamatan Gunungapi. Nama stasiun seismik permanen tersebut adalah Stasiun CTR di Ciater, RTU di Gunung Tangkuban Parahu, LEM di Lembang, SUM di Tanjungsari, CIP di Ciparay, SOR di Soreang, WAN di Pangalengan, PPD di Gunung Papandayan Garut, dan SLK di Gunung Salak Sukabumi. Stasiun seismik LEM, SUM, SOR, WAN, dan CIP merupakan sebagian dari jaringan seismik Cekungan Bandung yang dibangun oleh Badan Geologi bekerjasama dengan Kyoto University Jepang. Sedangkan stasiun lainnya merupakan milik badan Geologi untuk memantau gunungapi. Seismometer yang dipakai di Stasiun LEM, SUM, SOR, WAN, dan CIP adalah model KVS-300 dengan perekam digital model EDR-X7000. Sedangkan di stasiun seismik lainnya memakai seismometer L4-C dengan perekam LS-7000. Seismometer KVS-300 memiliki frekuensi natural 2 Hz dan sensitivitas 80 mvolt/mm, sedangkan seismometer L4-C memiliki frekuensi natural 1 Hz dan sensitivitas 275 mvolt/mm. Perekam EDR-X7000 memiliki sampling rate 250 Hz, dan count = 644x10-7 mvolt sedangkan perekam LS-7000 2.44x10-6 mvolt. memiliki sampling rate 100 Hz, dan count =

1.6 Waktu, Pembiayaan, dan Personalia


Pekerjaan Tanggap darurat gempa bumi di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dilakukan selama tujuh hari kerja dari tanggal 5 - 11 September 2011 (Tabel 1), dengan pembiayaan diambil dari Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Tahun Anggaran 2011. Personalia yang terlibat dalam pemetaan ini adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Cecep Sulaeman Gede Suantika Gangsar Turjono Juanda Rana Suparan Gol. IV Gol. IV Gol. III Gol. III Gol. III Ketua Tim Anggota Tim Anggota Tim Anggota Tim Anggota Tim

6.

Sugiharto

Gol. II

Anggota Tim

BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

2.1 Kondisi Geologis Berdasarkan peta geologi Lembar Bandung (Silitonga, 1973) skala 1:100.000, daerah penyelidikan dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi, yaitu: dataran, kerucut gunungapi, dan perbukitan bergelombang hingga terjal. Daerah terdampak khususnya Desa Jambudipa berada di pinggir kelususan lembah sungai dengan kemiringan rata-rata 32. Morfologi dataran didominasi oleh endapan gunungapi muda berupa tufa batuapung. Sebarannya mulai Cimareme di barat sampai dengan Cicaheum di Timur kota Bandung . Batuan yang membentuk wilayah Kabupaten Bandung Barat berupa batuan berumur Kuarter (Gambar 2). Batuan Kuarter ini terdiri dari aluvium, koluvium dan batuan hasil erupsi gunungapi muda.

Gambar 2. Peta Geologi Lembar Bandung (Silitonga, 1973).

2.2 Tatanan Tektonik Tektonik wilayah Bandung merupakan bagian dari seismotektonik regional Busur Sunda dengan sistem lajur tunjaman asimetri Lempeng Samudera Hindia Australia dengan Lempeng Benua Asia di bagian selatan. Disamping itu terdapat lajur sesar aktif yaitu Sesar Cimandiri, Bumiayu-Bogor Baribis-Citanduy, Selat Sunda, Pelabuhan Ratu-bogor-Bekasi (Asdani, 2010). Di wilayah ini terdapat

sesar yang dikenal Sesar Lembang seperti tercantum dalam Peta Geologi Lembar Bandung (Silitonga, 1973). Aktifitas tektonik tersebut tergambar oleh banyak kejadian gempa bumi di wilayah ini seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kegempaan wilayah Bandung dan sekitarnya tahun 1990 2010 (http://iris.edu.uk)

2.3 Struktur Wilayah Kabupaten Bandung Barat, khususnya Kecamatan Cisarua dilalui oleh Sesar yang dikenal sebagai sesar Lembang berarah barat timur, gawir sesar dan kawah gunungapi seperti terlihat Peta Geologi Lembar bandung (Silitonga, 1973). 2.4 Sejarah Kegempaan Gempa bumi merusak di Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat dari sejarah gempa bumi merusak di wilayah Jawa Barat dari tahun 1833-2006 dengan skala intensitas kerusakan berkisar antara IIIVIII MMI, dengan kedalaman gempa berkisar sekitar 1064 km (Gambar 4). Dampak gempabumi merusak berupa kerusakan pada bangunan, retakan tanah/jalan, serta adanya korban manusia.

Gambar 4. Peta gempa bumi merusak (lingkaran padat warna merah) di wilayah Jawa Barat berhubungan dengan kegiatan tektonik sesar aktif (Supartoyo, et al., 2008). Pada tahun 2000, 2003, 2005 dan 2006, terjadi gempa sebanyak dua kali per tahun. Gempa dengan kekuatan terbesar (VIIVIII MMI) terjadi pada tanggal 6 Juli 1990 di Majalengka dengan kerusakan 8000 bangunan roboh di Kecamatan Talaga. Semua gempabumi merusak ini berhubungan dengan kegiatan tektonik sesar aktif (Baribis-Bumiayu). Berdasarkan sejarah kejadian gempa bumi merusak di atas dan keberadaan daerah gempa di pantai selatan maka Wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Bandung sangat mungkin mengalami goncangan dengan intensitas maksimum antara VII-VIII MMI yang ditandai oleh kerusakan bangunan dan kerusakan geologi (tanah retak, longsor, dan pelulukan). BAB III METODOLOGI 3.1 Pemetaan Kerusakan

Data kerusakan sebagai dampak gempa bumi diperoleh langsung di lapangan dan dari informasi pemerintah daerah (kecamatan) serta dari masyarakat. Data-data dampak gempa bumi tersebut kemudian dikonversi ke dalam skala MMI dan diplot dalam peta. 3.2 Pemantauan Gempa Bumi Susulan Pemantauan gempa bumi susulan dilakukan dari seismograf di Gunung Tangkuban Parahu. 3.3 Penetuan Hiposenter dan Mekanisme Sumber Gempa bumi Cisarua telah ditentukan hiposenternya oleh BMKG, tetapi dalam penyelidikan ini dilakukan relokasi hiposenter berdasarkan stasiun seismik di Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Salak dan jaringan seismik Cekungan Bandung. Lokasi stasiun seismik yang dipakai untuk menganalisis gempa bumi Cisarua diperlihatkan pada Gambar 5. dengan memasang seismograf temporer di kantor Kecamatan Cisarua. Disamping itu dipantau juga

Gambar 5. Stasiun seismik di sekitar Cekungan Bandung

Perhitungan hiposenter memakai program GAD (Nishi, 2005). Program ini menggunakan Metoda Geiger yaitu suatu metoda melinierkan fungsi obyektif waktu tempuh gempa (baik gelombang P maupun S) dari sumber ke stasiun melalui ekspansi Taylor. Melinierkan fungsi ini dapat dilakukan karena lokasi dan waktu gempa hasil terkaan awal dianggap tidak terlalu jauh bedanya dengan lokasi dan waktu gempa sebenarnya. Waktu jalar gelombang dari sumber (terkaan awal) ke setiap stasiun melalui model kecepatan banyak lapis (baik Vp maupun Vs) akan membawa pada pemecahan inversi matriks (m x n). Yang mana m adalah jumlah variabel yang dicari terdiri dari deviasi lokasi dan deviasi waktu gempa (dx, dy, dz, dan dt), dan n adalah jumlah lintasan gelombang ke setiap stasiun gempa. Dengan mengatur perbedaan waktu tiba cukup kecil (gelombang P dan S) hasil pengamatan dengan hasil perhitungan maka akan dapat ditentukan hiposenter dan waktu gempa secara lebih teliti. Setelah diperoleh hiposenter selanjutnya ditentukan mekanisme fokus berdasarkan metoda proyeksi stereografi dengan gerak awal gelombang P di setiap stasiun seismik dan hiposenter sebagai data masukan. Mekanisme sumber (patahan geser, patahan turun, patahan naik, dan patahan campuran) dapat ditentukan melalui pengamatan orientasi gerakan awal gelombang P yang direkam oleh seismometer komponen vertikal dan diterima oleh setiap stasiun seismik. Proyeksi lokasi stasiun seismik di permukaan bola yang berjari-jari satu satuan dengan hiposenter sebagai pusatnya. Proyeksi ke permukaan bola dilakukan dengan cara menyesuaikan lintasan gelombang dalam model kecepatan yang diberikan. Titik-titik proyeksi di permukaan bola selanjutnya di diproyeksikan lagi ke bidang equator secara sama luas. Distribusi pola push-pull/up-down setiap stasiun di bidang equator selanjutnya dipisahkan sedemikian hingga terbagi ke dalam empat kwadran melalui cara try and error. Kwadran pull/up/tension biasanya diberi warna gelap dan kwadran push/down/pressure diberi warna terang, sehingga bidang equator tampak sebagai bola pantai (beach ball). Dari pola-pola yang ada dapat diklasifikasikan mekanisme patahannya adalah geser (strike slip), turun (normal), naik (reverse/thrust), dan campuran (oblique) (Gambar 7).

Gambar 6. Tipe mekanisme patahan di sumber gempa terdiri dari sesar geser (strike slip), sesar turun (normal), sesar naik (reverse/thrust), dan sesar campuran (oblique). Presentasi dalam beach ball ditandai oleh P adalah pressure dan T adalah Tension (USGS, 2011). BAB IV HASIL PENYELIDIKAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Dampak dan Intensitas Gempa Bumi Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 28 Agustus 2011 menimbulkan kerusakan bangunan. Tercatat bangunan rusak berat (sebagian dinding rumah runtuh) sebanyak 5 bangunan, rusak sedang (retak besar) sebanyak 25 bangunan dan rusak ringan (retak kecil pada dinding) sebanyak 73 rumah di RW 15 Kampung Muril Rahayu, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan di Desa Selacau, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat yang merupakan lokasi pusat gempa menurut BMKG, bumi hanya dirasakan dengan intensitas III MMI. Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 4 September 2011 hanya menimbulkan kepanikan masyarakat di Kecamatan Cisarua. Kerusakan bangunan dan intensitas gempa bumi diperlihatkan pada Gambar 7 dan 8. Sebelum kejadian gempa bumi di Cisarua, tercatat pula gempa bumi di Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung pada tanggal 22 Juli 2011. Gempa bumi tanggal 22 Juli 2011 tidak menimbulkan kerusakan. Intensitas gempa bumi ini maksimum III MMI di gempa

10

Cilengkrang yaitu hanya dirasakan di dalam rumah. Gempa bumi ini dapat dirasakan pula oleh sebagian warga di Ujung Berung, Pasir Impun, dan Bojongkoneng, Kota Bandung dengan intensitas II MMI.

Gambar 7. Kerusakan rumah akibat gempa bumi 28 Agustus 201 di Cisarua Kab Bandung Barat

Gambar 8. Peta intensitas dan episenter di Kab Bandung dan Bandung

11

Barat Juli September 2011

4.2 Hipoesenter dan Mekanisme Sumber Berdasarkan rekaman seismograf di Cisarua dan di Gunung Tangkuban Parahu tidak tercatat gempa bumi susulan. Sedangkan Gempa Bumi Cisarua tanggal 28 September 2011 terekam pertama kali di St. RTU dan terekam dengan amplitudo terbesar dibanding di stasiun seismik lainnya (Gambar 9). Hiposenter gempa bumi tanggal 28 Agustus 2011 terletak di Cisarua , sedangkan gempa bumi tanggal 4 September 2011 berada di sebelah barat Cisarua. Sedangkan lokasi pusat gempa bumi yang terjadi tanggal 22 Juli 2011 berada di Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung. Gempa bumi tanggal 22 Juli 2011 memiliki solusi sesar normal dengan nilai strike N100E dan dip 10. Begitu pula gempa

bumi 28 Agustus 2011 memiliki solusi sesar normal dengan nilai strike N165E dan dip 10. Rincian parameter gempa bumi tersebut diperlihatkan pada Tabel 2
dan Gambar 10.

12

Gambar 9. Seismogram Gempa Bumi Cisarua tanggal 28 september 2011

Tabel 2. Parameter gempa bumi Cisarua dan Cilengkrang Waktu kejadian 22/07/2011 05:46:48 WIB 28/08/2011 16:05:59 WIB 04/09/2011 Magnitudo 3,4 SR (Badan Geologi) 3,4 SR (BMKG) 2,5 SR Keda laman 6 km Lokasi 107,72BT; 6,84LS 107,47 BT ; 6,84 LS 107,32 BT Dirasa kan (MMI) II - III Keterangan Pusat gempa berada di darat 16 km timur laut Bandung Pusat gempa berada di darat 15,2 km barat laut Bandung Pusat gempa Sumber Badan Geologi (BG) Badan Geologi (BG) Badan

1,45 km

III-V

3,5 km

II - III

13

00:48:57 WIB 28/08/2011 16:05:59 WIB

(BMKG) 3,3 SR 10 km

; 6,85 LS 107,52 BT ; 6,92 LS II - III

berada di darat 23,5 km barat laut Pusat gempa berada di darat 8 km barat Bandung

Geologi (BG) Badan Meteorol ogi , Klimatolo gi dan Geofisika (BMKG) Badan Meteorol ogi , Klimatolo gi dan Geofisika (BMKG)

04/09/2011 00:48:57 WIB

2,5 SR

10 km

107,4 BT; 6,88 LS

II - III

Pusat gempa berada di darat 16 km barat laut Bandung

Gambar 10. Lokasi episenter dan mekanisme sumber Gempa Bumi Cisarua dan Cilengkrang

14

4.3 Pembahasan Gempa bumi tanggal 28 Agustus 2011 mengakibatkan sejumlah bangunan (rumah rusak) yang terparah di Desa Jambudipa. Intensitas gempa bumi ini maksimum V MMI. Berdasarkan perhitungan hiposenter menunjukkan lokasi pusat gempa bumi berada di desa ini. Menurut peta geologi Kecamatan Cisarua dilalui oleh jalur sesar dan merupakan ujung Sesar Lembang di bagian barat. Berdasarkan data di atas gempa bumi tanggal 28 Agustus 2011 diperkirakan sebagai akibat dari aktivitas Sesar Lembang. Begitu pula gempa bumi tanggal 22 Juli 2011 di Cilengkrang dan 4 September 2011 diperkirakan sebagai akibat aktivitas Sesar Lembang. Berdasarkan pengamatan di lapangan bangunan yang rusak di Desa Jambudipa berada di pinggir kelurusan lembah dan struktur bangunan yang tidak memenuhi syarat tahan gempa bumi. Oleh karena itu faktor yang mempengaruhi kerusakan bangunan adalah lokasi sumber yang dekat, lokasi terdampak berada di pinggir lembah serta struktur bangunan yang tidak memmenuhi syarat tahan gempa bumi.

15

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Intensitas gempa bumi tanggal 28 Agustus 2011 maksimum V MMI di Desa Jambudipa Kecamatan Cisarua. Lokasi pusat gempa bumi tanggal 28 Agustus 2011 pada koordinat 107,47 BT ; 6,84 LS dengan kedalaman 1,45 km dpl, berada di Desa Jambudipa atau 15,2 km barat laut Kota Bandung. Penyebab gempa bumi tanggal 28 Agustus 2011, 4 September 2011 di Cisarua, dan 22 Juli 2011 di Cilengkrang berhubungan dengan aktivitas Sesar Lembang

5.2 Rekomendasi 1. 2. Masyarakat di Desa Jambudipa tidak perlu panik berlebihan dan hendaknya mengikuti arahan dari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Wewaspadai gempa bumi susulan yang biasanya magnitudonya yang lebih kecil Bila dilakukan relokasi sebaiknya dibangun jauh dari pinggir lembah dan mengikuti kaidah struktur bangunan tahan gempa bumi. Melakukan penyuluhan akan membantu dalam upaya mitigasi bencana gempa bumi

3. 4.

16

DAFTAR PUSTAKA

1.

Asdani, 2010, Karakteristik Gempa Bumi Tektonik Komplek Gunungapi Kuarter di Selatan Cekungan Bandung, jawa Barat, Jurnal Gunungapi dan Mitigasi Bencana Geologi vol. 2 no.2

2. Nishi, K., , 2005, Hypocentre Calculation software GAD (Geigers Method


with Adaptive Damping) Manual, Silver Expert JICA-Indonesia

3. Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM), CGIAR-Consortium for


Spatial Information (CSI), http:\\www.srtm.csi.cgiar.org, 2004. 4. Silitonga, P. H., Peta Geologi Lembar Bandung, Jawa, Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, 1973.

5.

http:\\www.iris.edu.uk

6. http:\\www.earthquake.usgs.gov, 2011 7. Supartoyo dan Surono, (2006), Katalog Gempabumi Merusak di Indonesia
Tahun 1629-2007, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung

17

You might also like