You are on page 1of 10

Jurnal Geoaplika (2008) Volume 3, Nomor 1, hal.

037 046
Munib Ikhwatun Iman D Erwin Irawan

Identifikasi Sumber dan Pola Aliran Endapan Gunung Api untuk Penafsiran Sistem Hidrogeologi di Daerah Cikalong Wetan dan Sekitarnya, Kab. Bandung, Jawa Barat
Abstrak Teknik khusus pemetaan endapan gunung api dalam penelitian ini terbukti dapat membantu interpretasi kondisi hidrogeologi di daerah Cikalong Wetan, Kab. Bandung. Pemetaan ini menggunakan teknik yang sedikit berbeda dibandingkan pemetaan batuan sedimen. Perbedaan utamanya adalah observasi singkapan yang tidak hanya di lembah sungai, tetapi juga di bukit dan punggungan. Observasi kedudukan lapisan batuan juga didukung dengan pengukuran elemen struktur sedimen guna menentukan arah aliran endapan gunung api dari pusat erupsinya. Penarikan batas satuan batuan pada peta geologi diperhalus oleh interpretasi peta topografi dengan kontur lengkap. Tipologi akifer yang berkembang di daerah ini adalah akifer endapan volkanik dengan geometri akifer media rekahan batuan breksi volkanik dan lava, serta media pori batuan tuf. Unit akuifer breksi vulkanik dan lava memiliki mata air berdebit besar, sedangkan unit tuf memiliki mata air dengan debit relatif lebih kecil. Ketiga unit akuifer tersebut memiliki arah aliran air tanah ke arah barat, dikendalikan oleh arah aliran endapan gunung api yang mengalir dari kornpleks Gunung Burangrang, Masigit, Gedogan, Lembung, dan Dano. Kata Kunci : Tipologi akuifer, endapan gunung api Abstract A specified method of volcanic deposits mapping in this study has been successfully assisted the hydrogeological mapping in Cikalong Wetan, Bandung. The method is slightly different compared to wellestablished method in sedimentary rock areas. Several major differences are: rock observation on hills and ridges instead only on river beds and valleys, strike and dip data is also supported by measurement of sediment structures to determine the flow direction from eruption source, rock distribution delineation is smoothened by topographical map interpretation. Volcanic aquifer typology in this area is composed of fractured medium of volcanic breccias and lava, and porous medium of tuf. Volcanic breccias and lava units have larger water discharge in form of fractured spring, while tuf unit has lower discharge. Groundwater in all aquifer typologies have westward. The flow was controlled by volcanic deposit flow from volcanic complex of Gunung Burangrang, Masigit, Gedogan, Lembung, and Dano. Key words: aquifer typology, volcanic deposit

Diterima : 29 Jan 2008 Disetujui : 24 Febr. 2008 @ Geoaplika 2008

Munib Ikhwatun Iman Pusat Lingkungan Geologi Jl. Diponegoro 57 Bandung

D. Erwin Irawan * KK. Geologi Terapan, FITB-ITB Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail: erwin@gc.itb.ac.id

* Alamat korespondensi

37

Pendahuluan Latar Belakang Daerah penelitian secara administratif termasuk dalam Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung. Daerah penelitian terletak di bagian

pada batuan sedimen (Yuwono dkk, 2000). Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengidentifikasi sumber dan pola aliran endapan gunung api Mengidentifikasi sistem hidrogeologi endapan gunung api Metode Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahapan, yaitu tahap pra survei lapangan, tahap survei lapangan, dan tahap pasca survei lapangan. Rincian masing-masing tahapan dapat dilihat pada uraian berikut ini, serta diagram alir pada Gambar 2. Pra Survei Lapangan Tahapan ini diperlukan sebagai disain awal kegiatan survei lapangan. Hal penting yang dilakukan dalam tahap ini adalah memperkirakan kondisi geologi batuan yang ada di daerah penelitian, meliputi: jenis batuan, stratigrafi, dan struktur geologi. Yuwono dkk (2000) telah mengusulkan teknik pemetaan endapan gunung api dengan pertimbangan morfologi sebagai petunjuk awal pemisahan unit-unit satuan peta dengan pertimbangan sebagai berikut: Umur produk gunung api pada daerah penelitian relatif muda (Kuarter).

Gambar 1. Peta indeks daerah penelitian

utara Kabupaten Bandung yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Purwakarta dan merupakan kaki bagian baratlaut dari Gunung Burangrang. Secara geografis daerah ini terletak pada koordinat: 6 42' 23" LS - 6 46' 44" LS dan 1070 25' 29" BT 1070 30' BT, seluas 66,4 km2 (Gambar 1). Kawasan ini seluruhnya terdiri dari endapan gunung api sehingga pemetaannya memerlukan teknik khusus, karena proses pelapukan yang intensif, serta proses pengendapan yang bersifat khusus. Hal ini akan terlihat umumnya pada kawasan gunung api yang berstatus istirahat atau mati. Masalah lainnya adalah jarang sekali dapat ditemukan kontak serta kedudukan jurus dan kemiringan yang jelas antar satuan batuan, seperti halnya

Gambar 2. Diagram alir metode penelitian

38

Dengan demikian morfologi yang terlihat saat ini diperkirakan masih mencerminkan kondisi awal saat batuan tersebut diendapkan. Berdasarkan pengamatan pada gunung api aktif, morfologi paling tinggi pada umumnya merupakan pusat erupsi utama. Pola kontur yang seragam mengindikasikan kesamaan resistensi batuan: o Pola kontur yang terisolasi dan lebih tinggi mengindikasikan adanya suatu tubuh batuan yang lebih resisten dibandingkan daerah sekelilingnya. Salah satu bentuk bentang alam yang sesuai adalah leher vulkanik (volcanic neck). o Pola kontur yang memanjang dengan variasi kerapatannya mengindikasikan kemiringan satuan batuan yang dicerminkan oleh kemiringan morfologi. o Pola kontur yang menyebar ke suatu arah mengindikasikan secara fisik adanya aliran jenis batuan tertentu dan arah akumulasinya. Selain pengamatan morfologi, dalam penelitian ini juga digunakan beberapa prinsip dasar sebagai berikut: Pusat erupsi menjadi hal yang harus dikenali karena dengan demikian dapat diperkirakan kemana arah penyebaran masing-masing satuan batuan. Pusat erupsi yang dimaksud dapat berada di dalam maupun di luar daerah yang diteliti. Satuan batuan yang berasal dari satu pusat erupsi dapat dibagi lebih rinci. Bahwa dua periode erupsi atau dua pusat erupsi dapat dipisahkan terutama dengan memperhatikan horison tanah pelapukan, tefra, maupun tuf (Komisi SSI, 1996). Struktur sedimen diantaranya: orientasi sumbu panjang fragmen breksi, bidang kesejajaran fragmen breksi, maupun struktur akibat pendinginan berupa kekar kolom dan kekar berlembar dapat digunakan untuk memperkirakan arah aliran batuan gunung api.

Tahap Survei Lapangan Pemetaan di daerah endapan gunung api membutuhkan observasi pada lintasan sepanjang sungai serta di lereng dan puncak tinggian (bukit/punggungan). Pengamatan terhadap orientasi sumbu panjang, kedudukan bidang kesejajaran dan gradasi fragmen breksi, dilakukan untuk menunjukkan arah sumber dan mekanisme pengendapan. Pengamatan tanah pelapukan dari suatu singkapan dilakukan untuk membantu menarik batas penyebaran endapan volkanik. Horison paleosoil adalah pembatas antara dua fase erupsi yang berbeda umurnya dan merupakan bukti dari ketidakselarasan pada sistem endapan gunung api. Tahap Pasca Survei Lapangan. Ciri litologi merupakan dasar pembagian satuan batuan endapan volkanik. Deskripsi batuan secara megaskopis dan mikroskopis digunakan sebagai dasar penentuan jenis endapan volkanik, dengan rekonstruksi didukung oleh kondisi morfologi. Interpretasi lingkungan pengendapan endapan volkanik dengan menggunakan model fasies gunungapi strato Fuego di Guatemala menurut Cas dan Wright (1987). Tatanan Geologi Geomorfologi. Daerah penelitian termasuk dalam zona gunungapi Kuarter (van Bemmelen, 1949). Berdasarkan klasifikasi geomorfik van Zuidam (1985), daerah penelitian terdiri dari dua satuan geomorfologi, yaitu: Satuan Kaki Gunungapi (V7). Satuan ini merupakan dataran lembah dan perbukitan meliputi 60% dari luas daerah penelitian, terletak di bagian barat. Satuan ini disusun oleh breksi volkanik yang berumur Kuarter. Satuan ini memiliki kemiringan lereng sebesar 20% hingga 40%. Proses eksogen yang bekerja umumnya berupa longsoran dan erosi tepi sungai dengan tahapan erosi muda dan dewasa. Satuan Lereng Gunungapi (V5). Satuan ini merupakan lereng bagian bawah (lower volcano slopes) dari Gunung

39

Burangrang yang meliputi 40% dari luas daerah penelitian, berada di bagian tenggara daerah penelitian. Morfologinya dicirikan oleh tinggian punggungan dengan kemiringan lereng sebesar 40% - 80%. Satuan ini tersusun oleh litologi lava andesit dan tuf lapili yang merupakan hasil dari gunungapi muda yang berumur Kuarter. Proses eksogen yang bekerja umumnya berupa longsoran, erosi ke hulu, dengan tahapan erosi muda dan dewasa. Stratigrafi Urutan stratigrafi regional berbasis kepada hasil pemetaan lapangan dengan merujuk pula kepada hasil pemetaan geologi regional oleh Martodjojo (1984), Silitonga (1973), dan Soedjatmiko (1972). Endapan gunung api di daerah penelitian terdiri dari empat satuan batuan yang digambarkan dalam kolom stratigrafi pada Tabel 1 dan peta pada Gambar 3. Masing-masing satuan memiliki karakter hidrogeologi yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

ini tersusun oleh breksi berwarna hitam, berfragmen andesit, matriks tuf, fragmen berukuran lebih besar dari 64 mm, terpilah buruk, kemas terbuka, kompak, bentuk fragmen menyudut hingga menyudut tanggung, sedangkan di beberapa lokasi ditemukan bentuk fragmen membundar tanggung, serta struktur reverse. Warna tanah pelapukan coklat tua kemerahan. Sisipan tuf secara megaskopis berwarna abu-abu, getas, pemilahan balk dengan besar butir sampai dengan 64 mm. Secara mikroskopis, fragmen breksi volkanik ini mempunyai tekstur porfiritik dan hipokristalin. Komposisi mineralnya terdiri dari plagioklas (50 %), piroksen (10 %), litik batuan beku (10 %), mineral opak (20 %), dan gelas (10 %). Fenokris berukuran lebih dari 2,5 mm, terdiri dari plagioklas (20 %), piroksen (10 %), dan litik batuan beku (5 %) yang tertanam dalam massa dasar butiran halus plagioklas (30 %), litik (5 %), mineral opak (20 %), dan gelas (10 %).

Satuan Lava Satuan ini meliputi sekitar 20 % luas daerah penelitian yang tersebar di bagian timur daerah penelitian, digambarkan Tabel 1. Kolom Kesebandingan Stratigrafi Daerah Penelitian dengan warna merah muda pada Umur Peta Geologi. Penulis Satuan ini terdiri Soedjatmiko (1972) Daerah Malong Zaman Kala dari lava, berwarna Bandung (2001) Wetan, dsk. abu-abu dan hitam, memiliki Holosen Aluvial struktur vesikuler, tekstur halus, warna tanah hasil Hasil Gunungapi Muda Tuf (Qyd) pelapukan coklat Hasil Gunungapi Tua Lava tua-hitam, dan di (Qob) Breksi beberapa tempat volkanik dijumpai struktur primer kekar berlembar di lokasi Sungai Cipadakati dan kekar kolom di Pangheotan. Secara Satuan Breksi Volkanik Satuan ini meliputi sekitar 64 % luas daerah mikroskopis, Satuan Lava ini mempunyai penelitian yang tersebar di bagian barat dan tekstur porfiritik dan hipokristalin. utara daerah penelitian, diberi warna coklat Komposisi mineralnya terdiri dari plagioklas, muda pada Peta Geologi. Di sekitar Sungai piroksen, dan mineral opak. Fenokris tersusun Cileuleuy (pada lokasi CL-8 dan CL-3), Sungai atas plagioklas (40 %) dan pi r o ks e n ( 1 0 % ) , Cikubang (CK-4), dan Sungai Cipadakati be r u k ur a n 0 , 1- 1 , 6 m m y a ng t e r t a n a m (CP-13) ditemukan secara setempat sisipan da l a m massa dasar butiran halus plagioklas tuf dengan ketebalan sekitar 1,2 m. Satuan (40 %) yang membentuk tekstur aliran dan gelas (5 %).

40

Gambar 3. Peta geologi daerah penelitian

41

Satuan Tuf Satuan ini meliputi sekitar 13 % luas daerah penelitian yang tersebar di bagian tenggara daerah penelitian, diberi warna ungu muda pada Peta Geologi. Satuan ini secara megaskopis berupa tuf berwarna coklat kekuningan, getas, terpilah buruk, besar butir abu volkanik kasar berukuran 1/16 2 mm hingga lapili yang berukuran 2 64 mm. Fragmen berupa litik volkanik. Kedudukan satuan ini adalah N 520 E/230 pada lokasi Cipadakati. Secara mikroskopis, komposisi tuf lapili ini terdiri dari litik volkanik (50%), gelas (45%), dan sisanya berupa rongga. Satuan Aluvial Satuan ini terbentuk dari rombakan materialmaterial volkanik yang lepas dan terendapkan oleh air atau aktivitas sungai, serta belum terkompaksi. Lingkungan pengendapan darat. Satuan ini merupakan hasil erosi dan diendapkan sejajar di atas Satuan Breksi Volkanik secara tidak selaras berjenis disconformity. Satuan ini meliputi sekitar 3% luas daerah penelitian yang tersebar di bagian utara daerah penelitian. Singkapan dijumpai sepanjang Sungai Cisomang. Berdasarkan pengamatan profil di tepi sungai tersebut pada lokasi CM2, satuan aluvial ini memiliki ketebalan sampai dengan 0,5 m. Satuan ini berupa endapan material lepas, fragmen batuan beku andesit, bentuk fragmen membundar, fragmen berukuran hingga bongkah. Secara megaskopis, fragmen aluvial berwarna abu-abu dengan tekstur halus. Pembahasan Fasies Endapan Gunung Api Satuan Breksi Volkanik Berdasarkan ciri litologi tersebut di atas, maka satuan ini termasuk pada breksi piroklastik, menurut McPhie dan Allen (1993) hasil modifikasi dari Fisher dan Schminke (1984). Secara mikroskopis, fragmen breksi volkanik berkomposisi andesit (McPhie dan Allen, 1993). Sedangkan matriks breksi volkanik terdiri dari tuf kristal menurut Cas dan Wright (1987). Pembentukannya diawali dengan erupsi gunungapi yang mengeluarkan material piroklastik dengan mekanisme aliran massa, dicirikan adanya kesejajaran sumbu panjang fragmen breksi, pemilahan buruk, matriks tuf,

dan kemas terbuka. Sisipan tuf diendapkan dengan mekanisme jatuhan. Adanya breksi volkanik dengan mekanisme aliran dan sisipan material tuf mengindikasikan lingkungan fasies menengah (medial) hingga fasies proksimal menurut Model Fasies Fuego oleh Vessel dan Davis (1981) op.cit Cas dan Wright (1987). Satuan Lava Satuan lava ini berkomposisi andesit berdasarkan ciri megaskopisnya. Ketebalannya diperkirakan maksimal mencapai 125 m. Satuan ini dihasilkan oleh Erupsi gunungapi secara efusif berupa magma yang mencapai permukaan menghasilkan lava. Berdasarkan penyebarannya maka satuan ini diendapkan pada lingkungan Facies Proximal Volcaniclastic, menurut model fasies Fuego (Cas dan Wright, 1987). Dalam penentuan batas dengan satuan di bawahnya didasarkan pada pengamatan di sekitar air terjun di Cipadakati yang memperlihatkan adanya perubahan litologi dari breksi volkanik pada bagian bawah dan lava pada dinding air terjun. Kontak di antara kedua satuan tersebut tidak ditemukan karena tertutup oleh bongkahbongkah batuan andesit, selain itu tidak ditemukan adanya paleosoil di sekitar lokasi tersebut. Satuan Lava diduga diendapkan secara selaras di atas Satuan Breksi Volkanik. Satuan Tuf Satuan ini diendapkan mengikuti morfologi asal. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, Satuan Tuf ini diperkirakan memiliki ketebalan maksimal 200 m. Berdasarkan besar butirnya yang sebagian besar lapili, maka satuan ini termasuk ke dalam kelompok Lapilli Tuff (McPhie dan Allen, 1993). Berdasarkan komposisi secara mikroskopis, maka satuan ini termasuk ke dalam kelompok Lithic Tuff Ash (Cas dan Wright, 1987). Pembentukannya diawali dari erupsi gunungapi yang mengeluarkan dan menghempaskan material piroklastik ke atmosfir akan terendapkan dengan daerah penyebaran yang luas dan ciri litologinya memiliki pemilahan baik. Satuan Tuf memperlihatkan pemilahan baik, menunjukkan bahwa sisipan tuf ini diendapkan dengan mekanisme Pyroclastic Fall Deposits (McPhie dan Allen, 1993). Satuan ini terendapkan pada seluruh fasies lingkungan pengendapan. Namun berdasarkan penyebarannya yang menempati lereng bagian bawah (V5), maka

42

satuan ini diendapkan pada lingkungan Facies Proximal Volcaniclastic, menurut model fasies Fuego (Cas dan Wright, 1987). Analisis Perkiraan Gunung Api Sumber Endapan

terdiri dari G. Burangrang, G. Masigit, G. Gedogan, G. Leumbung, dan G. Dano atau disebut juga Kompleks Sunda (Koesoemadinata, 1972, op. cit., Sunardi 1996) Kondisi Hidrogeologi Tinjau Berdasarkan klasifikasi Mandel dan Shiftan (1981), daerah penelitian termasuk dalam sistem akifer sistem volkanik. Tipe mata air yang berkembang di daerah penelitian adalah mata air depresi pada akifer aluvial dan tuf khususnya pada tanah pelapukannya dan mata air rekahan pada satuan breksi volkanik dan lava (klasifikasi Todd, 1980). Daerah penelitian memiliki dua jenis akifer, yaitu akifer media rekahan pada breksi volkanik dan lava serta media pori pada batuan tuf. Sistem akifer ini dikendalikan oleh parameter geologi berupa jenis litologi penyusun akifer dan tingkat pelapukan pada batuan yang tampak sebagai ketebalan tanah. Berdasarkan pembagian satuan stratigrafi, unit hidrogeologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi unit hidrogeologi volkanik I (breksi volkanik), unit hidrogeologi volkanik II (lava andesit), dan unit hidrogeologi III (tuf) (Gambar 5). Unit breksi volkanik umumnya membentuk sistem akifer media rekahan. Rekahan tersebut berupa rongga diantara fragmen berukuran bongkah, yang saling terhubung. Sistem ini mengendalikan pemunculan mata air rekahan. Debit mata air yang dijumpai pada sistem akuifer ini berkisar antara 0,6-0,8 L/d. Selanjutnya untuk unit lava, sistem hidrogeologi juga terbentuk oleh sistem rekahan yang terbentuk oleh kekar-kekar. Kekar tersebut berupa kekar lembar atau kekar pendinginan yang saling terhubung. Sistem ini mengendalikan pemunculan mata air rekahan dengan kisaran debit relatif lebih besar, yaitu antara 0,8-3 L/d. Unit tuf umumnya membentuk sistem akifer media pori. Pori tersebut mengendalikan pemunculan mata air depresi. Debit mata air yang dijumpai relatif kecil yakni 0,1-0,4 L/d. Ketiga sistem akuifer tersebut memiliki pola umum aliran air tanah ke arah barat dengan gradien berkisar antara 0,3-0,45.

Morfologi, litologi, dan tingkat erosi merupakan landasan untuk memperkirakan sumber atau asal bahan volkanik yang menyusun daerah penelitian. Analisis berdasarkan landasanlandasan tersebut akan menghasilkan arah perkiraan sumber bahan volkanik tersebut yang akan disajikan pada Peta Analisis Perkiraan Sumber Bahan Volkanik Skala 1 : 100.000 pada Gambar 4. Daerah penelitian mempunyai morfologi khas yang dibentuk oleh aliran endapan volkanik berupa punggungan-punggungan yang membentuk perbukitan. Morfologi tersebut menunjukkan arah akumulasi endapan volkanik. Punggungan tersebut mempunyai sumbu panjang relatif berarah barat-timur di bagian tengah hingga selatan daerah penelitian dan sumbu panjang relatif berarah barat lauttenggara di bagian utara daerah penelitian. Kemiringan lereng antara 2% - 30% atau 20 - 160 dengan ketinggian berkisar antara 550 m hingga 1020 m di atas permukaan laut. Bahan volkanik daerah penelitian disusun oleh breksi volkanik, lava, dan tuf. Pada Satuan Breksi Volkanik tampak orientasi sumbu panjang fragmennya yang menunjukkan arah aliran dari fragmen yang membentuk Satuan Breksi Volkanik tersebut. Orientasi sumbu panjang fragmen breksi tersebut dijumpai pada Sungai Cibingbin berarah 70, N 3050 E (lokasi pengamatan CB-2); pada .6ungai Cisomang berarah 80, N 2640 E (lokasi pengamatan CM1); dan pada Sungai Cisarua berarah 70, N 2760 E (lokasi pengamatan CS-5). Berdasarkan data di atas yang diplot pada peta analisis perkiraan sumber bahan volkanik beserta perkiraan arah alirannya. Dari hasil analisis diduga bahwa endapan volkanik berasal dari kompleks pegunungan di timur daerah penelitian yang

43

Gambar 4. Peta analisis perkiraan sumber endapan gunung api

44

Gambar 5. Peta hidrogeologi tinjau daerah penelitian

45

Kesimpulan Pemetaan endapan gunung api yang menggunakan kombinasi metoda pemetaan lapangan yang didukung oleh interpretasi peta topografi dinilai berhasil membantu pemetaan hidrogeologi tinjau. Pemetaan lapangan pada jenis endapan ini menggunakan teknik yang sedikit berbeda dibanding pemetaan pada jenis batuan sedimen. Perbedaan utamanya adalah observasi singkapan yang tidak hanya di lembah sungai, tetapi juga di bukit dan punggungan. Berikutnya adalah observasi kedudukan lapisan batuan juga didukung dengan pengukuran sumbu panjang fragmen breksi yang utamanya bertujuan untuk menentukan arah aliran endapan gunung api dari pusat erupsinya. Pada tahap penarikan batas satuan batuan, juga diperhalus oleh interpretasi peta topografi dengan kontur lengkap.

Tipologi akifer yang berkembang di daerah Cikalong Wetan dan sekitarnya adalah akifer endapan volkanik dengan geometri akifer yang berkembang berupa pelapukan batuan dan rekahan batuan. Tipologi ini disusun oleh litologi breksi volkanik, lava, dan tuf. Setiap jenis batuan membentuk sistem akuifer yang berbeda. Unit akuifer breksi vulkanik dan lava tersusun oleh sistem rekahan dengan debit mata air yang relatif besar. Unit akuifer tuf tersusun oleh sistem pori yang menyebabkan debit mata airnya relatif kecil. Ketiga unit akuifer tersebut memiliki penyebaran ke arah barat, sesuai dengan hasil pemetaan endapan gunung api. sumber volkanik pembentuk tipologi akifer ini berasal dari kornpleks, pegunungan di timur daerah penelitian yang terdiri dari G. Burangrang, G. Masigit, G. Gedogan, G. Leumbung, dan G. Dano. Penyebaran litologi tersebut mengendalikan pola umum aliran air tanah yang juga mengalir ke arah barat atau disebut juga Kompleks Sunda.

Daftar Pustaka
Cas, RAF. dan Wright, JV., 1987. Volcanic Succession. Allen & Unwin Ltd., London. Fisher, RV. dan Schminke, HU., 1984. Pyroclastic Rocks. Springer-Verlag, Berlin Heidelberg. IWACO dan WASECO, 1990. Peta Hidrogeologi Lembar Kabupaten Bandung dan Lembar Kabupaten Purwakarta, skala 1 - 100.000. Mandel, S. dan Shiftan, ZL., 1981. Groundwater Resources. Academic Press, New York, London, Sydney, San Francisco. Martodjojo, S., 1984. Evolusi Cekungan Bogor-Jawa Barat. Disertasi Doktor,

Jurusan Teknik GeologiInstitut Teknologi Bandung, tidak dipublikasikan. McPhie, DM. dan Allen, R., 1993. Volcanic Textures. Centre for Ore Deposit and Exploration Studies, University of Tasmania. Silitonga, P. H., 1973. Peta Geologi Lembar Bandung, Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Soedjatmiko, 1972. Peta Geologi Lembar Cianjur, Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Sunardi, E., 1996. Magnetic Polarity Stratigraphy of

the Plio-Pleistocene Volcanic Rocks around the Bandung Basin, West Java-Indonesia. Disertasi Doktor, tidak diterbitkan. Thornburry, WD., 1969. Principles of Geomorphology. Second Edition, Wiley Eastern Limited, New Delhi. Todd, DK., 1980. Groundwater Hydrology. John Wiley and Sons Inc., New York. van Bemmelen, RW., 1949. The Geology of Indonesia. Government Printing Office, Den Haag, Vol. IA, pp. 17-18. Zuidam, RA., 1983. Guide to Geomorphic Aerial Photographic Interpretation and Mapping, ITC. Enschede, Netherlands.

46

You might also like