Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Nasionalisme akan terhambat apabila terjadi disintegrasi dalam suatu negara. Indonesia memiliki banyak maslah integrasi yang di sebabkan dengan berbagai faktor. Sebagai contoh masalah integrasi yang sangat menonjol di Irian Jaya. Mencoloknya masalah integrasi yang terjadi di Irian jaya ini terutama mencakup dua hal, pertama masalah integrasi di Irian Jaya banyak diwarnai oleh dimensi horizontal yakni integrasi yang disebabkan perbedaan teritorial. Berkaitan dengan masalah integrasi yang terjdadi di Irian Jaya tersebut, penulis sangat tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai masalah integrasi di Irian Jaya dikaitkan dengan teori integrasi. Maka dari penjelasan tersebut penulis berupaya membuat makalah dengan judul Gerakan Separatis Organisasi Papua Merdeka Sebagai Masalah Integrasi di Indonesia
Identifikasi Masalah
Permasalahan integrasi di Irian Jaya (papua) merupakan suatu bentuk ancaman terhadap kesatuan negara kita. Dalam makalah ini ruang lingkup permasalahnnya akan di batasi pada: Apakah yang dimaksud dengan Integrasi? Apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya permasalahan integrasi di Irian Jaya sehingga memunculkan gerakan sparatis OPM?
Menurut Claude Ake integrasi nasional pada dasarnya mencakup dua masalah pokok Yaitu : 1. Bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh kepada tuntutan-tuntutan negara, yang mencakup perkara pengakuan rakyat terhadap hak-hak yang dimiliki negara. 1. Bagaimana meningkatkan consensus normatif yang mengatur prilaku politik setiap anggota masyarakat, consensus ini tumbuh dan berkembang diatas nilainilai dasar yang dimiliki bangsa secara keseluruhan.
Pengertian Integraasi
Menurut pakar sosiologi, Maurice Duverger dalam bukunya, mengatakan sebagai berikut: Integrasi didefinisikan sebagai dibangunnya interdependensi yang lebih rapat antara bagianbagian antara organisme hidup atau antar anggota-anggota dalam masarakat sehingga integrasi adalah proses mempersatukan masyarakat,yang cenderung membuatnya menjadi suatu kata yang harmonis yang didasarkan pada tatanan yang oleh angotaanggotanya dianggap sama harminisnya.
Pengertian Integraasi
Dua orang sarjana barat, James J. Coleman dan Carl G. Rosberg, melihat integrasi politik sebagai suatu bagian dari integrasi nasional. Dalam pandangan mereka, integrasi nasional mempunyai dua dimensi, yaitu vertikal (elit-masa) dan horizontal (teritorial). Menurut mereka, istilah integrasi politik bersifat vertikal dan bertujuan untuk menjembantani celah perbedaan yang mungkin ada di antara elit dan massa dalam rangka perkembangan suatu proses politik terpadu dan masyarakat politik yang berpartisipasi. Dan yang dimaksudkan mereka dengan integrsi dalam bidang horizontal dengan tujuan untuk mengurangi diskontinuitas dan ketegangan kultur kedaerahan dalam rangka proses penciptaan suatu masyarakat politik yang homogen
Pengertian Integraasi
Dari pengertian-pengertian tersebut diatas pada hakekatnya integrasi merupakan upaya politik/kekuasaan untuk menyatukan semua unsur masyarakat yang majemuk harus tunduk kepada aturan-aturan kebijakan politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur yang ada dalam masyarakat majemuk tadi, sehingga terjadi kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan tujuan nasional dimasa depan untuk kepentingan bersama.
Yang menjadi masalah integrasi di Indonesia, dapat di uraikan dalam beberapa faktor diantaranya: 1. Masalah integrasi politik yang dihadapi Indonesia 1.Kurangnya pengertian dan penghargaan terhadap kebijakan pemerintah menimbulkan gerakan otonomi di daerah-daerah pada masa lalu. 1. Tidak adanya suatu partai politik yang mempunyai kemampuan untuk mengintegrasikan kekuatan-kekuatan politik yang beraneka ragam
Tekad Belanda untuk mencegah jatuhnya Irian Jaya ke Indonesia diwarnai pula oleh keinginan untuk memberikan hak untuk berpemerintahan sendiri kepada Irian jaya dalam tahun 1960-an Namun dengn jasa pemerintah Amerika Serikat, pada tanggal 17 Agustus 1962, Indonesia dan Belanda berhasil menandatangani perjanjian untuk menyelesaikan masalah Irian Jaya. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Belanda akan menyerahkan Irian Jaya kepada UNTEA, sebuah badan PBB, yang selanjutnya akan menyerahkan kekuasaan kolonial Belanda di Irian berakhir secara resmi tanggal 31 Desember 1962.
Kepergian Belanda pada tahun 1962 diikuti pula oleh unsur-unsur anti-Indonesia. Sehingga terjadi pemberontakanpemberontakan dalam upaya untuk memisahkan diri dari Indonesia. Termasuk dalam hal ini adalah bekas anggota dewan Nieuw Guinea, seperti Marcus, Nicolaas Jouwe, dan Herman Womsowor dan lain-lain. Setibanya di Belanda mulailah terdengar adanya gerakan yang bernama Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Menurut Jhon RG. Djopari, pemberontakan OPM disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1.
1.
2.
1.
2.
Aspek politik akibat gagalnya proses penentuan nasib sendiri karena seluruh prosesnya diserahkan kepada Indonesia setelah perjanjian New York tahun 1962. Memburuknya kondisi perekonomian, terutama kelangkaan bahan pangan dan sandang serta korupsi yang dilakukan pejabat Indonesia yang menggantikan Administrator Belanda. Apek psikologis, yaitu cepatnya reaksi ketika janji-janji tidak ditepati. Problema sosial, yaitu hilangnya jabatan dari para kepala suku ketika peralihan dari Belanda ke Indonesia. Adanya paham sejenis ratu adil atau curgo cult yang mendambakan zaman baru.
Secara umum dapat dikatakan bahwa OPM sebagai sebuah organisasi terbagi atas dua jenis gerakan yang masing-masingnya mengkoordinasi kegiatan politk dan kegiatan militer. Pada mulanya kegiatan politik OPM hanya terdapat di Negeri Belanda, dan disinilah jaringan gerakan mereka di Erofa dipusatkan. Di luar negeri Belanda, OPM memperoleh dukungan dari beberapa negara Pasifik, seperti negara Vanuatu yang selanjutnya dijadikan basis politik OPM. Kegiatan politiknya berada di luar negeri, karena memang tidak mungkin untuk melancarakan kegiatan-kegiatan politik di dalam negeri.
Kegiatan-kegiatan militer OPM yang berada di bawah panji-panji Tentara nasional Papua (TNP), dilakukan d Irian Jaya, karena disanalah sasaran militer OPM berada. Meskipun demikian, para pemimpin dari tiap-tiap kegiatan itu saling mengakui eksistensi masing-masing gerakan dan mengakui juga adanya hubungan organisasi di antara mereka, namun tetap saja sulit untuk diwujudkan.
Perbedaan orientasi dari para pemimpin gerakan politik OPM mengakibatkan terjadinya perebutan pengaruh diantara mereka sendiri. Sasaran dari persaingan mereka adalah warga OPM yang ada di Negeri Belanda yang jumlahnya tidak sampai 500 orang. Akan tetapi taret yang paling penting bagi para pemimpin gerakan OPM ini tentu saja organisasi militer di Irian Jaya itulah terjadi perebutan pengaruh diantara tokoh-tokoh gerakan politik di luar negeri. Hal ini berdampak pada pecahnya kekuatan OPM menjadi 3 sayap, yang bukan hanya bergerak sendirisendiri melainkan memiliki pandangan kepentingan masing-masing. Sehingga perpecahan terjadi di antara gerakan politik dan militer OPM.
Apabila kita kaji maslah pemberontakan OPM di Irian Jaya (Papua) yang merupakan masalah integrasi nasional, maka dari masalah integrasi tersebut yang paling dominan adalah terkait maslah integrasi horizontal (teritorial). Jelas bahwa adanya perpecahan dalam tubuh pemberontakan membawa pada pertanyaan pokok tentang integrasi politik di wilayah timur ini. Dapat disimpulkan bahwa di Irian Jaya tidak ada integrasi politik baik diantara sesama penduduk asli maupun antara mereka dengan rakyat Indonesia lainnya. Tiadanya integrasi politik diantara sesama penduduk asli telah menimbulkan aneka macam organisasi pemberontakkan yang dari luar kelihatan sebagai suatu perlawanan bersama, karena adanya kesamaan tujuan mereka. Sementara itu tiadanya integrasi politik dengan rakyat Indonesia lainnya merupakan sebab utama meletusnya pemberontakanpemberontakan di Irian Jaya.
Dengan maslah integrasi yang merupakan masalah integrasi horizontal, hal ini berakibat pada tidak adanya komunikasi politik antara wilayah Irian Jaya dengan wilayah Indonesia lainnya, hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: Sangat minimnya pendidikan di wilayah itu pada masa kolonial Belanda. Kenyataan membuat tidak mampu berkomunikasi dengan gerakan-gerakan nasionalis di luar wilayah Irian Jaya. Adanya upaya belanda ingin memalingkan orienasi politik ke arah anti-Indonesia. Kemelut masalah ekonomi bangsa pada tahun 1960an telah memudahkan Belanda untuk berupaya menjauhkan Irian Jaya dari Indonesia.
KESIMPULAN
Pada hakekatnya integrasi merupakan upaya politik/ kekuasaan untuk menyatukan semua unsur masyarakat yang majemuk harus tunduk kepada aturan-aturan kebijakan politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur yang ada dalam masyarakat majemuk tadi, sehingga terjadi kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan tujuan nasional dimasa depan untuk kepentingan bersama. Tiadanya integrasi antara rakyat Irian jaya dan rakyat Indonesia lainnya disebabkan oleh faktor sangat terbatasnya komunikasi politik pada masa sebelum dan sesudah pembebasan Irian Jaya. Ditambahnya ketidakperca terhadap pembangunan di Irian Jaya berdampak pada upaya munsulnya pemberontakan yang menjadi maslaah integrasi nasional. Apabila pemerintah mampu mengembangkan nilai integratif dalam masyarakat Irian Jaya. Akan berdampak pada meningkatnya integrasi politik di irian Jaya.
TERIMAKASIH