You are on page 1of 6

Hukum I Termodinamika

Kalorimeter dan Hukum I Termodinamika Oleh: Tara Vergita Rakhma 1006706391

Kalorimeter Panas/kalor adalah salah satu bentuk energi. Banyaknya panas yang diperlukan suatu benda untuk menaikkan suhunya sangat bergantung pada kapasitas panas, C, dari bahan benda tersebut. Secara matematis dituliskan, (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya yaitu, (2) Panas jenis merupakan salah satu sifat termometrik benda. Untuk selang suhu yang tak terlalu besar, biasanya c dapat dianggap konstan, sehingga apabila suatu benda bermassa m, panas jenis bahannya c dan suhunya T1 maka untuk menaikkan suhunya menjadi T2 diperlukan panas sebesar, (3) Bila sebuah benda dengan suhu tertentu disinggungkan benda lain yang suhunya lebih rendah maka dalam selang waktu tertentu suhu kedua benda tersebut akan menjadi sama. Hal ini terjadi karena benda yang bersuhu lebih tinggi memberikan panasnya ke benda yang bersuhu lebih rendah. Berdasarkan hukum kekekalan energi jumlah panas yang diberikan sama dengan jumlah panas yang diterima oleh benda yang bersuhu lebih rendah (asas Black). Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia dengan eksperimen disebut kalorimetri. Dengan menggunakan hukum Hess, kalor reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan standar, energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter. Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 1C pada air dengan massa 1 gram disebut tetapan kalorimetri. Dalam proses ini berlaku azas Black yaitu, (4) (5) ( ) (6)

Dimana m1 adalah massa air panas, m2 adalah massa air dingin, c adalah kalor jenis air, C adalah kapasitas kalorimeter, Tp adalah suhu air panas, Tc adalah suhu air campuran dan Td adalah suhu air dingin. Ada beberapa jenis kalorimeter seperti Kalorimeter Termos, Kalorimeter Bom, Kalorimeter Thienman, dan lain-lain. Kalorimeter yang lebih sederhana dapat dibuat dari sebuah bejana plastik yang ditutup rapat sehingga bejana ini merupakan sistem yang terisolasi. Cara kerjanya adalah sebelum zat-zat pereaksi direaksikan di dalam kalorimeter, terlebih dahulu suhunya diukur, dan usahakan agar masing-masing pereaksi ini memiliki suhu yang sama. Setelah suhunya diukur kedua larutan tersebut dimasukkan kedalam kalorimeter sambil diaduk agar zat-zat bereaksi dengan baik, kemudian suhu akhir diukur.
Termodinamika| LTM Pemicu II

Hukum I Termodinamika

Jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung secara eksoterm, maka kalor yang timbul akan dibebaskan ke dalam larutan itu sehingga suhu larutan akan naik, dan jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung secara endoterm maka reaksi itu akan menyerap kalor dari larutan itu sendiri, sehingga suhu larutan akan turun. Besarnya kalor yang diserap atau dibebaskan reaksi itu adalah sebanding dengan perubahan suhu dan massa larutan. Contoh Soal Perhitungan Kalorimeter Kedalam suatu kalorimeter gelas plastik direaksikan sebanyak 10 mL larutan NaOH 1M dengan 10 mL larutan HCl 1M dengan suhu awal 27oC, ternyata suhu campuran naik menjadi 33oC. Jika kalor jenis larutan dianggap sama dengan kalor jenis air yaitu 4,18 J.gr-1K-1 Tentukanlah perubahan entalpi reaksi NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) Jawab: Reaksi antara NaOH dengan HCl mengakibatkan kenaikan suhu dari 27C menjadi 33C sehingga dengan demikian reaksi tersebut tergolong reaksi eksoterm. Massa larutan (m) = 10 gr + 10 gr = 20 gr (karena kalor jenis larutan sama dengan kalor jenis air sehingga massa jenis larutan juga sama dengan massa jenis air yaitu 1 grL-1). Kalor jenis larutan = 4,18 Jgr-1K-1 , kenaikan suhu (t) = 330C 270C = 60C = 6K, sehingga, Qreaksi = mlar x Clar x t = 20 gr x 4,18 Jgr-1K-1 x 6K = 501,6 J Kalor di atas adalah kalor yang timbul dari reaksi 10 mL NaOH 1M dengan 10 mL HCl 1M. 10 mL NaOH 1M mengandung 10 mmol NaOH = 0,01 mol NaOH. 10 mL HCl 1M mengandung 10 mmol HCl = 0,01 mol HCl H reaksi harus dihitung sesuai dengan stoikiometri reaksi. Jadi H reaksi dihitung berdasarkan reaksi 1 mol NaOH dengan 1 mol HCl (sesuai dengan koefisien reaksi). jadi Q(1mol NaOH + 1 mol HCl ) = 50160 J = 50,16 KJ Reaksi berlangsung dengan eksoterm, sehingga H = -Q H = -50,16 KJ Hukum I Termodinamika Hukum pertama termodinamika berbunyi, Walaupun terdapat berbagai macam bentuk energi, total kuantitas dari energi adalah konstan, dan ketika energi menghilang ke dalam satu bentuk, maka muncullah energi tersebut dalam bentuk lain Suhu suatu gas dapat dinaikkan dalam kondisi yang bermacam-macam. Volumenya dikonstankan, tekanannya dikonstankan atau kedua-duanya dapat dirubah-rubah menurut kehendak. Pada tiap-tiap kondisi ini panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu sebesar satu satuan suhu untuk tiap satuan massa adalah berlainan. Dengan kata lain suatu gas mempunyai bermacam-macam kapasitas panas. Tetapi hanya dua macam yang mempunyai arti praktis yaitu:
Termodinamika| LTM Pemicu II

Hukum I Termodinamika

- Kapasitas panas pada volume konstan. - Kapasitas panas pada tekanan konstan. Kapasitas panas gas ideal pada tekanan konstan selalu lebih besar dari pada kapasitas panas gas ideal pada volume konstan, dan selisihnya sebesar konstanta gas umum yaitu: R = 8,314 J/mol.K. cp - cv = R cp = kapasitas panas jenis (kalor jenis) gas ideal pada tekanan konstan. cv = kapasitas panas jenis (kalor jenis) gas ideal pada volume konstan. Berdasarkan teori kinetik gas kita dapat menghitung panas jenis gas ideal, sebagai berikut: a. Untuk gas beratom tunggal (monoatomik) diperoleh bahwa: (7)

5 R 2

3 R 2

c c

1,67

b. Untuk gas beratom dua (diatomik) diperoleh bahwa:

7 R 2

5 R 2

c c

1,4

= konstanta Laplace.

Temodinamika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari mengenai pengaliran panas, perubahanperubahan energi yang diakibatkan dan usaha yang dilakukan oleh panas. 1. Usaha luar (W) yaitu usaha yang dilakukan oleh sistem terhadap sekelilingnya terhadap sistem. Misalkan gas dalam ruangan yang berpenghisap bebas tanpa gesekan dipanaskan (pada tekanan tetap); maka volume akan bertambah dengan V.

Usaha yang dilakukan oleh gas terhadap udara luar: W = p. V (8)

2. Energi dalam (U) adalah usaha yang dilakukan oleh bagian dari suatu sistem pada bagian lain dari sitem itu pula. Pada pemanasan gas seperti di atas, usaha dalam adalah berupa gerakan-gerakan antara molekul-molekul gas yang dipanaskan menjadi lebih cepat. Energi dalam suatu gas Ideal adalah, 3 U n.R.T 2 (9)

Termodinamika| LTM Pemicu II

Hukum I Termodinamika

Dalam suatu sistem yang mendapat panas sebanyak Q akan terdapat perubahan energi dalam ( U) dan melakukan usaha luar ( W).
Q= U+ W Q = kalor yang masuk/keluar sistem, U = perubahan energi dalam, W = Usaha luar.

(10)

1. Hukum I termodinamika untuk Proses Isobarik. Pada proses ini gas dipanaskan dengan tekanan tetap.

sebelum dipanaskan

sesudah dipanaskan

Dengan demikian pada proses ini berlaku persamaan Boyle-GayLussac,


V1 V2 T1 T2

(11)

Jika grafik ini digambarkan dalam hubungan P dan V maka dapat grafik sebagai berikut,

Pemanasan

Pendinginan

Usaha luar yang dilakukan adalah W = p (V2 - V1). karena itu hukum I termodinamika dapat dinyatakan,
Q = U + p (V2 - V1)

(12)

Panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu gas pada tekanan tetap dapat dinyatakan dengan persamaan,

Q = m cp ( T2 - T1 )
Pertambahan energi dalam gas dapat pula dinyatakan dengan persamaan,
U = m cv ( T2 - T1 )

Karena itu pula maka usaha yang dilakukan pada proses isobarik dapat pula dinyatakan dengan persamaan,
W = Q - U = m ( cp - cv ) ( T2 - T1 )

(13)

m = massa gas, cp = kalor jenis gas pada tekanan tetap, cv = kalor jenis pada volume tetap.
Termodinamika| LTM Pemicu II

Hukum I Termodinamika

2. Hukum I Termodinamika untuk Proses Isokhorik (Isovolumik) Pada proses ini volume Sistem konstan.

Sebelum dipanaskan.

Sesudah dipanaskan.

Dengan demikian dalam proses ini berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac dalam bentuk,
P1 P2 T1 T2

(14)

Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka grafiknya sebagai berikut,

Pemanasan

Pendinginan

Karena V = 0 maka W = p . V, W = 0 (tidak ada usaha luar selama proses).


Q = U2 - U1

Kalor yang diserap oleh sistem hanya dipakai untuk menambah energi dalam ( U).
Q= U

U = m . cv ( T2 - T1 )

(16)

Termodinamika| LTM Pemicu II

Hukum I Termodinamika

Referensi

Smith, J.M.,H.C.van Ness, and Abbott, M.M. 1996. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics", 5th ed. USA: McGraw-Hill. Keenan. 1980. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Petrucci, Ralph. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2 Edisi 4. Jakarta: Erlangga. http://www.musi-rawas.go.id/musirawas/images/stories/pdf/soal/25-hukum-termodinamika.pdf pada tanggal 20 Maret 2012) (diakses

http://www.ittelkom.ac.id/admisi//elearning/prog3.php?proses=1&kd=Fis010604&bab=Suhu%20dan%20Kalor&judul=Fisika&rincian=Kalor%20sbg%20Transfer%20Energi&k d_judul=Fis-01&kode_bab=06&kode_sub=04 (diakses pada tanggal 20 Maret 2012)

Termodinamika| LTM Pemicu II

You might also like