You are on page 1of 25

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler 1.

0 Pengenalan
Dalam bukunya yang berjudul Basic Principles of Cumculum and Intruducion, Tyler merumuskan empat pertanyaan sentral yang memintajawaban secara rasional bagi perencanaan kurikulum ialah : 1) Apa tujuan yang harus dicapai oleh sekolah? 2) Apa pengalaman-pengalaman belajar yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut? 3) Bagaimana mengorganisasikan pengalaman-pengalaman tersebut? 4) Bagaiman kita dapat memutuskan apakah tujuan-tujuan tersebut tercapai? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menunjukkan, bahwa perencanaan kurikulum dapat menjadi suatu proses yang dikontrol dan logis, dimana langkah pertama adalah yang paling penting Kerangka kerja ini besar pengaruhnya di USA, karena keputusan-keputusan utama mengenai isi kurikulum dibuat oleh dewan pendidikan setempat (lokal). Dengan kerangka kerja ini, publik dapat menilai pekerjaan sekolah dengan membandingkan antara tujuan-tujuan dengan hasil yang dicapai Pengembangan kurikulum model Tyler ini mungkin yang terbaik, dengan penekanan khusus pada fase perencanaan. Walaupun Tyler mengajukan model pengembangan kurikulum secara komprehensif tetapi bagian pertama dari modelnya (seleksi tujuan) menerima sambutan yang hangat dari para educator. Langkah-langkah pengembangan kurikulum: Langkah l: Tyler merekomendasikan, bahwa perencana kurikulum agar mengidentifikasikan tujuan umum (tentative general objectives) dengan mengumpulkan data dari tiga sumber, yaitu : kebutuhan peserta didik, masyarakat (fimgsi yang diperlukan) dan subject matter. Langkah 2: Setelah mengidentifikasi beberapa buah tujuan umum, perencana merifinenya dengan cara menyaring melalui dua saringan, yaitu filosofi pendidikan dan psikologi belajar. Hasilnya akan menjadi Tujuan pembelajaran khusus dan meyebutkannya juga pendidikan sekolah dan filosofi masyarakat sebagai saringan pertama untuk tujuan ini Selanjutnya perlu disusun garis-garis besar nilai-nilai yang didapat dan mengilustrasikannya dengan memberi tekanan pada empat tujuan demokratis. Untuk melaksanakan penyaringan, para pendidik harus menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang baik, dan psikologi belajar memberikan ide mengenai jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan waktu untuk melaksanakan

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler


kegiatan secara efesien. Tyler pun menyarankan agar pendidik memberi perhatian kepada cara belajar yang dapat : Mengembangkan kemampuan berpikir Menolong dalam memperoleh informasi Mengembangkan sikap masyarakat Mengembangkan minat Mengembangkan sikap kemasyarakatan Langkah 3: Menyeleksi pengalaman belajar yang menunjang pencapaian tujuan. Penentuan pengalaman belajar harus mempertimbangkan persepsi dan pengalaman yang telah dimililiki oleh peserta didik. Langkah 4: Mengorganisasikan pengalaman kedalam unit-unit dan menggambarkan berbagai prosedur evaluasi Langkah 5: Mengarahkan dan mengurutkan pengalaman-pengalaman belajar dan mengkaitkannya dengan evaluasi terhadap keefektifan perencanaan dan pelaksanaan. Langkah 6: Evaluasi pengalaman belajar. Evaluasi merupakan komponen penting dalam pengembangan kurikulum Sehubungan dengan hal tersebut Tyler (1949) memperingatkan agar dibedakan antara konten (isi) pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar dengan pengalaman-pengalaman belajar, karena pengalaman belajar merupakan pengalaman yang diperoleh dan dialami anak-anak didik sebagai hasil belajar dan interaksi mereka dengan konten (isi) dan kegiatan belajar. Untuk mengembangkan pengalaman belajar yang mereka peroleh harus bermuara pada pemberian pengalaman para pelajar yang dirancang dengan baik dan dilaksanakan dengan benar. Dari beberapa konsepsi kurikulum diatas kelihatan bahwa kurikulum dapat dilihat dari segi yang sempit atau dari segi yang luas (sebagai pengalaman yang diperoleh di sekolah atau diluar sekolah). Pertanyaan dan Tugas: a. Jelaskan konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut! b. Sebutkan dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan, psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen! c. Buatlah satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan pendidikan!

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler


d. Rumuskan seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan / keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut! e. Kembangkan suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)! Kelemahan: Dalam gambar adanya pemisahan 3 sumber yang sama tanpa adanya interaksi Dapat menimbulkan proses yang mekanik jika nampak ketiga sumber tersebut terpisah

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler


Bagan 8 - 1 Model Tyler

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler


TOPIK 12 : MODEL "ROGERS INTERPERSONAL RELATION"

Carl Rogers adalah seorang ahli psikologi yang memiliki ide-ide yang penting perannya dalam teori dan praktek para spesialis kurikulum. Dia sangat terkenal dengan pendekatan "nondirectve" dan "humanistic" dalam pengajaran dan perencanaan kurikulum. Rogers memperluas tentang terapi sebagai suatu model belajar untuk pendidikan : ia percaya bahwa hubungan antar insani yang positif memungkinkan orang tumbuh dan oleh karenanya pengajaran harus berdasarkan konsep human relation bukan pada mata pelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator yang memiliki personal relationship dengan siswa dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan mereka (Bruce Joyce, 1980 h. 149) Perkembangan Kurikulum Model" Rogers Interpersonal Relation " Muriel Crosby dalam bukunya yang berjudul "Who changes the Curriculum and?" dan diterbitkan oleh Allyn & Bacon Publishers pada tahun 1970 mengungkapkan : "perubahan kurikulum adalah perubahan manusia" (Curriculum change is people change) sangat berkait erat dengan konsep yang dikemukakan Carl Rogers melalui model pengembangan kurikulum yang berpusat pada perubahan manusia (people change). Menurut Carl Rogers, bahwa manusia berada dalam proses perubahan (becoming, developing, changing) dan sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi berhubung ada hambatan-hambatan, maka ia membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut. Salah satu cara untuk proses itu adalah melalui proses pendidikan, sebab pendidikan merupakan upaya untuk memperlancar dan mempercepat perubahan pada diri manusia, Guru serta unsur-unsur pendidik lainnya bukan sebagai pemberi informasi atau penentu perkembangan anak, tetapi mereka hanya pendorong dan yang memperlancar perkembangan individu yang belajar. Dengan model pengembangan kurikulum interpersonal relation ini, Carl Rogers berpendapat, bahwa kurikulum diperlakukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes dan adaptif terhadap situasi perubahan. Kurikulum tersebut hanya dapat disusun dan diterapkan oleh unsur-unsur pendidikan serta yang lainnya yang terbuka, luwes dan berorientasi pada proses. Untuk itu diperiukan pengalaman kelompok dalam latihan sensitif (sensitivity traming).

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler


Ada empat tahap dalam pengembangan kurikulum model "Rogers Interpersonal Relation", yaitu: 1. Pemilihan suatu target sistem pendidikan Penentuan target ini berdasarkan kriteria yang menjadi pegangan yakni adanya kesediaan dari administrator / pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok intensif Selama satu minggu para administrator / pejabat pendidikan melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang rileks / tidak formal, untuk itu diperlukan suatu tempat khusus yang agak terpisahjauh dari kehidupan kerja. Melalui kegiatan kelompok itu, mereka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut: a. Tidak terlalu mempertahankan pendiriannya, sehingga dapat menerima saran orang lain. b. Lebih mudah untuk menerima ide-ide pembaharuan. c. Mampu mengurangi kekuasaan birokratis. d. Komunikasinya lebih jelas serta realistis terhadap atasan, teman sebaya dan bawahan e. Lebih berorientasi pada sifat kemanusiaan dan demokratis f. Lebih terbuka untuk menyelesaikan perselisihan antar sesama anggota kelompok.

g. Lebih mampu untuk menerima saran dan kritik demi perbaikan. 2. Pengalaman kelompok yang intensif bagi guru Pertemuan selama seminggu atau pertemuan yang diadakan dalam minggu akhir yang panjang perlu diadakan untuk saling mengenal antar sesama peserta. Dalam pertemuan tersebut diharapkan terjadi pertukaran informasi. Demikian pula guru yang skeptis dan menentang mungkin akan melihat pembaharuan dari sisi lain, sehingga kemungkinan besar terjadi perubahan sikap menerima. Keikutsertaan guru dalam kelompok sebaiknya bersifat sukarela. Efek yang akan diterima guru-guru sama dengan para administrator pendidikan, dengan beberapa tambahan sebagai berikut: a. Lebih mampu untuk mendengarkan keluhan siswa. b. Mau menerima pembaharuan melalu peritiwa "siswa menggangu" kelas oleh siswa tertentu dari pada siswa yang pendiam. c. Sangat perhatian terhadap hubungannya dengan para siswa, begitu juga yang dilakukannya terhadap isi mata pelajaran. 6

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler


d. Masalah yang timbul dipecahkan bersama dengan para siswa dan tidak melalui tindakan hukuman. e. Mampu mengembangkan suasana kesamaan hak dan kewajiban sehingga timbul suasana demokratis di dalam kelas. 3. Pengembangan pengalaman kelompok vanp intensif bagi kelas Caranya mengikutsertakan satu unit kelas dalam pertemuan lima hari. Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kelompok secara aktif, den^an fasilitator para guru, administrator pendidikan, dan administrator dari luar. Dengan kegiatan itu diharapkan menumbuhkan suasana hubungan yang baik antara siswa yang satu dengan yang lain. Perubahan yang terjadi pada diri siswa: a. Merasa bebas mengemukakan pendapatnya didalam kelas b. Semangat untuk belajar bertambah, karenanya timbul persaingan yang sehat untuk pandai. c. Memiliki tenggang rasa dalam hubungan antar siswa di dalam pergaulan sehari- hari. d. Tidak mempunyai rasa tertekan karena tidak mengenal istilah hukuman yang bersifat fisik. e. Dia hormat dan patuh pada guru maupun admistrator karena adanya wibawa. f. Mempunyai anggapan bahwa dengan belajar akan mampu menghadapi kehidupan masa depan. 4. Keterlibatan orang tua dalam pengalaman kelompok yang intensif Kegiatan ini dapat dikordinasi oleh persatuan orang tua pada masing-masing sekolah. Kegiatan kelompok berlangsung selama tiga jam tiap sore selama satu minggu atau dua puluh satu jam selama tiga hari terus menerus. Jika kemungkinan, pertemuan demikian agar berbarengan dengan pertemuan unit kelas. Tujuan utama kegiatan ini adalah supaya orangtua, staf pengajar dan pimpinan sekolah atau administrator pendidikan lainnya dapat saling mengenal secara pribadi sehingga memudahkan pemecahan-pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi dunia pendidikan, khususnya persekolahan. Carl Rogers juga menyarankan, kalau mungkin ada pengalaman kegiatan kelompok yang bersifat campuran kulminasi dari model interpersonal adalah diselenggarakannya kelompok-kelompok vertical ("vertical groups") yang diikuti oleh partisipan. Perubahan kurikulum yang berhasil dapat dicapai bila ada hubungan efektifsecara horizontal dan across status-role lines. Saran Carl Rogers tersebut adalah perlunya diadakan pertemnan vertical yang mendobrak hierarki birokrasi dan status sosial. Peserta kegiatan tersebut terdiri dari dua orang administrator, dua orang pimpinan sekolah, dua orang stafpengajar dan dua orang siswa. 7

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler


Kebaikkan dan Kelemahan Pengembangan Kurikulum Model "Rogers Interpersonal Relation". Model pengembangan kurikulum ini mengutamakan hubungan antar pribadi yaitu penciptaan suasana akrab antar unsur-unsur pendidikan yang terlibat didalam pengembangan kurikulum, yaitu : adnunistrator, pimpinan sekolah, guru-guru serta para siswa, kebaikkannya antara lain : a. Sedikit kemungkinan terjadinya tekanan hierarld yang bersifat menghambat, sehingga diharapkan dapat menerapkan kurikulum yang lebih besar. b. Masing-masing unsur pendidikan khususnya yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kurikulum, yaitu para guru tidak ragu mengemukakan pendapat dan gagasannya dalam pengembangan kurikulum c. Tidak timbul adanya dominasi kuat dari pihak "pusat/atas" untuk memaksakan kehendak politik di bidang pendidikan khususnya pengembangan kurikulum. Ada tampaknya hal yang dapat dianggap sebagai tanda-tanda kelemahan / kekurangan pada model "Rogers Interpersonal Relation " dalam pengembangan kurikulum antara lain: a. Tampaknya tidak ada batas hubungan antara siswa dengan guru atau unsur pendidik lainnya, sehingga dikhawatirkan luntumya rasa hormat pada diri siswa. b. Memerlukan waktu yang lama dan sulit ditargetkan untuk penyelesaian secara tuntas dalam penyusunan kurikulum baru sebagai hasil dari pengembangan kurikulum. c. Memerlukan biaya yang tidak sedikit, mengingat banyaknya unsur yang terlibat sertajenis kegiatan yang dilakukan. d. Keterlibatan berbagai unsur pendidikan dalam proses pengembangan kurikulum tersebut, kemungkinan besar mengakibatkan kesulitan dalam pengorganisasiannya Pertanyaan dan Tugas a. Jelaskan konsep, prinsip-prinsip dan prosedur pengembangan model tersebut! b. Sebutkan dan uraikan landasan teoritik model ini dari aspek-aspek filsafat pendidikan, psikologis, sosiologis, kultural, iptek, dan manajemen! c. Buatlah satu contoh konkrit tentang penerapan model untuk digunakan pada suatu satuan pendidikan! d. Rumuskan seperangkat kriteria evaluasi, dan dilakukan penilaian terhadap kebaikan / keuntungan dan kelemahan / kekurangan model tersebut! e. Kembangkan suatu perencanaan implementasi model kurikulum ini (bersifat nyata dan praktis)!

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler

Perkataan kurikulum berasal dari perkataan Latin yang merujuk kepada laluan dalam sesuatu pertandingan. Berdasarkan kepada konsep tersebut , perkataan kurikulum adalah berkait rapat dengan perkataaan laluan atau laluan-lauan. Sehingga awal abad ke 20, kurikulum merujuk kepada kandungan dan bahan pembelajaran yang berkembang iaitu apa itu persekolahan. Ahli progresif dan behaviouris pada lewat abad ke 19 dan abad ke 20 membincangkan tentang kurikulum dengan memasukkan unsur-unsur seperti kepelbagaian, keperluan

masyarakatan dan strategi-strategi pengajaran. Frank Bobbit (1918), dalam buku The Curriculum menghuraikan kurikulum sebagai i) keseluruhan pengalaman, yang tak terarah dan terarah, terumpu kepada perkembangan kebolehan individu atau ii) satu siri latihan pengalaman langsung secara sedar digunakan oleh sekolah untuk melengkap dan menyempurnakan pendedahannya. Konsep beliau menekankan kepada pemupukan perkembangan individu melalui segala pengalaman termasuk pengalaman yang dirancangkan oleh sekolah. John Dewey (1902,halaman 5) dalam bukunya The Child and The Curriculum merujuk istilah kurikulum sebagai pengajian di sekolah dengan mengambil kira kandungan
9

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler dari masa lampau hingga masa kini. Pembentukan kurikulum menekankan kepetingn dan keperluan masyarakat. Beliau selanjutnya menghuraikan konsep ini dalam bukunya Democracy and Education (1916, halaman 125). Dewey menyatakan bahawa skema kurikulum harus mengambil kira penyesuaian pembelajaran dengan keperluan sesebuah komuniti; ia harus membuat pilihan dengan niat meningkatkan kehidupan yang dilalui supaya masa depan akan menjadi lebih baik dari masa lampau. Di sini, elemen rekonstruksionism social dapat dikesan dengan melihat kea rah mana keperluan masyarakat diletakkan sebagai objektif utama, tanpa menafikan kepentingan individu.

1.1

Definisi kurikulum urutan pengalaman yang ditetapkan oleh sekolah untuk

1.1.1 Kurikulum adalah

mendisiplinkan cara berfikir dan bertindak (Valiga, T & Magel, C., 2001) 1.1.2 isi kandungan dan proses formal dan tidak formal yang mana pelajar memperolehi ilmu dan kefahaman, mengembangkan kemahiran dan mengubah sikap serta menghargai dan mempelajari nilai-nilai murni di sekolah (Doll, R. 1996) 1.1.3 Kurikulum adalah pengalaman pembelajaran yang dirancang dan dibimbing serta hasil pembelajaran yang diinginkan, yang dibentuk secara sistematik dengan pembinaan semula ilmu dan pengalaman di sekolah, bagi pertumbuhan dalm hal kecekapan sosial peribadi secara berterusan dan bersungguh-sungguh 1.1.4 Kurikulum sekolah adalah satu siri peristiwa yang terancang yang bertujuan untuk memberi kesan pendidikan kepada murid di sekolah 1.1.5 kurikulum seharusnya mempunyai matlamat awalan untuk dicapai, isi kandungan, proses dan pengalaman yang dipilih untuk memudahkan pembelajaran; tahap tanggungjawab yang perlu di ambil oleh guru dan pelajar untuk pembelajaran; bagaimana dan dimana kurikulum dilaksanakan (Dillard & Laidig, 1998)

10

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler 1.1.6 Menurut Laporan Jawatan Kuasa Kabinet 1979, dalam konteks Malaysia , kurikulum boleh didefinisikan sebaga semua perancangan pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah atau institusi pendidikan adalah untuk mencapai matlamat pendidikan. Kurikulum mengandungi dua aspek : 1. sukatan dan kandungan mata pelajaran dengan aktiviti pengajaran dan pembelajaran 2. kurikulum merangkumi sukan, persatuan dan unit beruniform

Mengikut Akta Pendidikan 1996; Pendidikan (Peraturan Kurikulum Kebangsaan) 1997 mendefinisikan Kurikulum Kebangsaan sebagai : program pendidikanyang merangkumi aktiviti kurikulum dan kokurikulum yang mencakupi semua ilmu pengetahuan, kemahiran, norma, nilai, elemen budaya dan kepercayaan untuk membantu mengembangkan murid sepenuhnya dari aspek fizikal, rohani, mental dan emosi serta memupuk dan memperkembangkan nilai murni yang diingini serta untuk menyebarkan ilmu pengetahuan 1.2 Konsep Umum Kurikulum

11

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler

Konsep kurikulum dapat dijelaskan dengan lebih baik lagi melalui cara bagaimana sekolah menjawab sembilan soalan kurikulum yang berikut ini : 1. Apakah yang harus diajar ? 2. Kepada siapa ia harus diajar ? 3. Mengapa ia harus diajar ? 4. Bagaimana ia harus diajar ? 5. Bila (berapa lama dan bagaimana susunannya?) harus ia diajar? 6. Bagaimana kita harus tahu bahawa pembelajaran telah berlaku? 7. Apakah sumber yang akan digunakan (buku teks, bahan, video dll)? 8. Dalam keadaan bagaimanakah kurikulum akan dilaksanakan? Apakah kumpulan (kooperatif, homogenous, individu) yang akan digunakan?
12

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler 9. Apakah aspek situasi bilik darjah (susunan meja kerusi,ekologi bilik darjah) yang akan digambarkan dalam kurikulum? 2.0 Kurikulum Berdasarkan Tyler (1949)

Model Tyler merupakan asas kepada perkembangan kurikulum abad ke-21 khususnya di Malaysia. Model ini membantu dalam penggubalan kurikulum di semua peringkat

persekolahan. Dalam tugasan ini penekanan ditumpukan kepada kurikulum sekolah rendah. Model Tyler mencadangkan agar sesuatu kurikulum itu hendaklah berdasarkan kepada 4 persoalan asas seperti berikut i) ii) Apakah tujuan pendidikan yang perlu dicapai oleh sekolah? Apakah pengalaman pendidikan yang boleh diberikan yang mungkin dapat mencapai tujuan tersebut ? iii) iv) Bagaimanakah pengalaman pendidikan ini boleh disusun secara berkesan? Bagaimanakah dapat kita tentukan sama ada tujuan ini boleh dicapai atau sebaliknya? Penekanan pada pembentukan objektif tingkah laku sebagai tujuan sebenar pendidikan bukanlah untuk guru melakukan sesuatu aktiviti tetapi untuk membawa perubahan signifikan dalam pola tingkah laku murid di sekolah rendah. Dalam erti kata yang lain adalah penting untuk mengenal pasti sebarang pernyataan objektif sekolah supaya ia merupakan pernyataan perubahan yang berlaku dikalangan murid. Kurikulum juga hendaklah sistematik dan memberi panduan yang kukuh untuk

menentukan objektif tingkah laku serta menyediakan hasilan yang jelas supaya kandungan kurikulum dan kaedah penyampaian disusun dan boleh dinilai. 2.1. Implikasi Persoalan Apakah tujuan pendidikan yang perlu dicapai oleh sekolah? Dalam konteks sekolah rendah Berpandukan kepada persoalan di atas, kurikulum di sekolah rendah hendaklah dirancang dengan teliti supaya ia lebih berkesan dan mengubah tingkah laku murid-murid. Justeru itu
13

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler guru hendaklah peka terhadap dua jenis kurikulum yang wujud secara langsung di sekolah rendah iaitu kurikulum formal dan tersembunyi. Kurikulum formal ialah rancangan di mana aktiviti pembelajaran dijalankan supaya matlamat atau objektif pendidikan dan sekolah tercapai. Ia merupakan satu set dokumen untuk dilaksanakan. Ia mengandungi hal sebenar yang berlaku dibilik darjah dan apa yang telah disediakan dan dinilai. Setiap sekolah ada kurikulum terancang iaitu satu set objektif yang berstruktur dengan kandungan dan pengalaman belajar serta hasil yang dijangkakan. Ia merupakan rancangan eksplisit dan operasional yang dihasratkan, lazimnya dikelolakan mengikut mata pelajaran dan gred, di mana peranan guru didefinisikan dengan jelas (Ornstein, A.C. & Hunkins, F, 1983) Kurikulum tersembunyi adalah sesuatu yang tidak terancang dan tidak formal. Ia mungkin disebut sebagai kurikulum tak rasmi atau terlindung atau tak formal. Kurikulum ini dikelolakan di luar konteks pengajaran rasmi. Ia merupakan perlakuan dan sikap yang dibawa kedalam bilik darjah dan sekolah tanpa disedari dan disebut kerana tidak dinyatakan secara eksplisit. Ia terdiri dari peraturan tidak bertulis, konvokesyen, adat resam dan nilai budaya. Ia dibentuk oleh faktor-faktor seperti status sosioekonomi dan latar belakang pengalaman guru dan murid. Oleh itu guru-guru sekolah rendah harus berupaya untuk mengenalpasti aspek-aspek kurikulum tersembunyi, terutamanya kemungkinan ketidakfungsiaan potensi atau pengalaman pembelajaran negatif dan di mana-mana kemungkinanan untuk mengawal dan memperbaiki situasi. Berikut adalah ringkasan jenis-jenis kurikulum

14

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler Bagi memudahkan kefahaman jenis kurikulum huraian ringkas berikut membezakan pelbagai jenis kurikulum. 2.1.1. Kurikulum Bertulis/Yang Dihasratkan

kurikulum yang dimuatkan dalam panduan kurikulum negeri dan daerah seperti Kurikulum Kebangsaan iaitu KBSR/KBSM/Kurikulum Pra-Sekolah 2.1.2 Kurikulum Cadangan

Kkurikulum yang dicadangkan oleh pakar-pakar pendidik, pertubuhan profesional, suruhanjaya pembentuk dan pembuat dasar 2.1.3 Kurikulum Masa Depan

merangkumi pendekatan berpusatkan murid yang membolehkan mereka memahami kekuatan dan kelamahan masing-masing serta berupaya belajar sepanjang hayat. Pengalaman belajar direka untuk membantu murid menyepadukan pengetahuan baru dan memurnikan bagi melahirkan celik akal melalui banding beza, membuat induksi, deduksi dan menganalisis. Pengalaman belajar memberikan murid peluang untuk menggunakan pengetahuan secara bermakna bagi membolehkan mereka membuat keputusan dan untuk membentuk pmikiran kritikal, kreatif dan futurisitik serta penyelesaian masalah seperti Kajian Masa Depan. Tiga pendekatan boleh digunakan untuk melaksanakan visi ini iaitu kandungan akan dibekalkan melalui pelbagai cara penyampaian dengan menggunakan pelbagai strategi kurikulum akan dibina sebagai modul dan diakses melalui rangkaian jaringan dan bahan, pengalaman dan sokongan akan diperolehi daripada pelbagai sumber dan disepadukan ke dalam struktur teras kurikulum 2.1.4 Kurikulum Sokongan kurikulum yang digambarkan dan dibentuk oleh sumber yang disediakan untuk menyokong atau menyampaikan 2.1.5 Kurikulum Tersembunyi

15

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler terletak diluar konteks pengajaran rasmi, belajar secara implisit mengandungi peraturan tak bertulis. Konvensi, adat resam, nilai budaya yang dikenali sebagai sekolah, sperti sopan santun, menjaga kebersihan dan jujur dibentuk oleh faktor seperti sosioekonomi dan latar belakang pengalaman dan murid 2.1.6 Kurikulum Yang Di Ajar kurikulum yang dapat di lihat ketika memerhati pengajaran guru 2.1.7 Kurikulum Yang Di Uji set pembelajaran yang dinilai dalam ujian yang digubal oleh guru , ujian dibina di peringka daerah dan ujian piawaian 2.1.8 Kurikulum Yang Di Alami/Di Pelajari semua perubahan pada nilai, persepsi dan tingkah laku yang berlaku adalah hasil daripada pengalaman persekolahan 2.2 Implikasi Persoalan Apakah pengalaman pendidikan yang boleh diberikan yang mungkin dapat mencapai tujuan tersebut ? Perkembangan kurikulum di sekolah rendah hendaklah mengambil kira persoalan di atas supaya kurikulum yang digubal itu memenuhi keperluan semasa di Malaysia. Murid-murid hendaklah dibentuk berdasarkan kepada keperluan dalam negara memandangkan mereka ini bakal menjadi penaraju negara pada masa depan. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diberi perhatian dalam menggubal kurikulum berdasarkan persoalan yang dikemukakan oleh Tyler (1949).

16

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler

2.3

Implikasi Persoalan Bagaimanakah pengalaman pendidikan ini boleh disusun secara berkesan?

Bagi menjawab persoalan ini guru sebagai pelaksanan kurikulum di sekolah rendah hendaklah mempunyai pengetahuan dalam pedagogi supaya aktiviti pengajaran dan pembelajaran berlaku dengan berkesan. Pengalaman pendidikan yang berkesan hanya berlaku jika guru berfungsi dalam kelas dan melaksanakan Pendekatan Pembelajaran Bersifat Individu.

Pendekatan pembelajaran bersifat individu biasanya mengambil kira perbezaan antara individu dalam kelas sekolah rendah..

Antara pendekatan pembelajara bersifat individu yang pertama ialah Pembelajaran Masteri (PM). Pembelajaran Masteri percaya bahawa setiap pelajar mempunyai kebolehan dan keupayaan untuk menguasai (master) apa yang diajarkan kepada mereka sekiranya mereka mendapat kualiti pengajaran yang memenuhi keperluan mereka dan mempunyai masa
17

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler yang mencukupi untuk belajar. Yang kedua ialah Pembelajaran Kadar Kendiri (PKK) di mana pelajar diberi tanggungjawab dan diharap dapat mengawal kadar kemajuan mereka.

pembelajaran

Pembelajaran ketiga ialah Pembelajaran Akses Kendiri (PAK) iaitu pembelajaran yang memberi akses kepada sumber pembelajaran dan membolehkan murid memperoleh pengetahuan dan kemahiran secara berdikari dan yang keempat ialah Pembelajaran Terarah Kendiri (PTK) iaitu usaha oleh seseorang atau individu untuk memperbaiki dirinya. Objektif utama adalah untuk mempertingkatkan pembelajaran sendiri dan menguasai konsep pembelajaran sepanjang hayat. Pembelajaran ini menekankan sikap lebih daripada teknikteknik atau mod-mod pengajaran pembelajaran yang lain yang lebih menekankan perkaitan aktiviti aktiviti pembelajaran pelajar, guru dan interaksi mereka. 2.4.. Implikasi Persoalan Bagaimanakah dapat kita tentukan sama ada tujuan ini boleh dicapai atau sebaliknya? Persoalan di atas merujuk kepada kaedah penilaian untuk menentukan kejayan pelaksanaan kurikulum di sekolah rendah. Melalui penilaian perkembangan murid dalam kelas dapat dikesan seterusnya membantu guru menentukan sama ada tujuan kurikulum telah tercapai. Penilaian dilakukan dengan memberikan ujian kepada murid-murid di mana dari

ujian tersebut para guru dapat membuat beberapa keputusan. Guru dapat mengelaskan kumpulan pelajar yang telah menguasai kemahiran yang diajar, termasuk pelajar yang mencapai keputusan cemerlang, pelajar yang perlu latihan lebih banyak dan adakah cara pengajaran guru itu telah disampaikan dengan baik dan berkesan. (Penilaian Kendalian Sekolah:PKS) Selain ujian-ujian dan peperiksaan, guru-guru juga boleh mendapatkan menentukan penalaman pembelajaran murid-murid dengan cara menyoal mereka dari masa ke semasa. Apabila guru mengajar, pelajar akan selalu disoal. Daripada jawapan yang diberi pelajar, guru dapat mengenalpasti sama ada pelajar itu tahu atau tidak tahu jawapan sebenarnya. Daripada latihan-latihan dan kerja rumah, guru juga dapat mengetahui kemajuan seseorang pelajar itu. Banyak cara yang dilakukan oleh guru-guru bagi mendapatkan maklumat tentang pelajar dan kemajuan di dalam pembelajarannya.
18

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler Jika dihalusi, kita akan mengetahui bahawa penilaian ialah sebahagian besar daripada aktiviti pengajaran yang dilakukan oleh guru-guru. Setiap masa guru perlu membuat keputusan. Sebelum keputusan dibuat, guru secara sedar atau tidak, ada menjalankan penilaian. Kadang-kadang penilaian itu dilakukan dengan cara terkawal. Hal ini adalah menerusi ujian dan peperiksaan. Selalunya penilaian dibuat dengan cara tidak terkawal dan berterusan. Hal ini dapat dilihat di dalam aktiviti guru semasa melakukan proses Pengajaran dan Pembelajaran (P&P). (Panduan Penilaian Dalam Bilik Darjah,Dewan Bahasa dan Pustaka: 1983) Antara jenis ujian yang dapat dilakukan kepada murid-murid termasuklah ujian diagnostik (tentang minat/ sikap dan lain-lain). Ujian ini bertujuan mengenalpasti sesuatu masalah yang berlaku dan menentukan punca punca yang menimbulkan masalah itu. Diagnostik mempunyai tujuan-tujuan yang konstruktif. Dalam prosese P&P, Ujian Diagnostik (UD) dapat memenuhi dua tujuan. Pertama menentukan kedudukan seseorang pelajar dalam pelajarannya. Kedudukan pelajar perlu diketahui sebelum memulai sesuatu pelajaran. Dengan cara sedemikian barulah sesuatu pelajaran itu dapat diajar dengan lebih berkesan kepada pelajar-pelajar yang ditempatkan pada peringkat yang sesuai. Kedua, untuk mengenalpasti sebab wujud kelemahan dalam pembelajaran setelah punca kelemahan itu diketahui maka sesuatu P&P pemulihan dapat dirancang dan dijalankan. Sebagai contoh, seorang guru ingin menilai kebolehan pelajar menguasai kemahiran mewarna pada waktu pagi. Guru perlu menilai dari aspek pilihan warna serta penggunaan teknik yang sesuai. Dari penghasilan kerja pelajar tersebut guru mengumpul data, seterusnya sudah dapat menilai kebolehan pelajar sama ada boleh menguasai, kurang menguasai atau lemah. Dari sini guru akan merangka strategi pengayaan atau pemulihan dengan meletakkan pelajar di dalam sesuatu kumpulan yang sesuai dengan aras kebolehan mereka. (Guilford,J.P.:1967) Justeru penilaian boleh dianggap sebagai proses membuat pertimbangan/membuat keputusan dalam mengkritik nilai, mutu, kualiti, harga bagi sesuatu perkara. Gay (1985) berpendapat bahawa Penilaian ialah proses yang dianggap sistematik semasa mengumpul dan menganalisis data bagi menentukan sama ada sesuatu objektif yang telah ditetapkan itu tercapai. Penilaian boleh dijalankan dengan menggunakan maklumat atau data berbentuk kuantitatif atau kualitatif atau kedua-duanya sekali.
19

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler Selain dari itu penentuan pencapaian objektif pengajaran boleh dilakukan berpandukan kepada pengamatan guru. Pengamatan adalah satu proses yang kompleks. Ini dapat dilihat daripada hasil karya yang dikemukakan. Jika pelajar disoal, mungkin ia akan memberi gambaran yang berlainan tentang benda yang diamati itu daripada gambaran sebenar. Sebagai contoh yang lain, seorang pelukis mengamati sebuah rumah, hasil pengamatannya tidak lagi serupa dengan rumah asalnya. Di dalam instrumen pemerhatian/pengamatan ini, kemahiran yang berkait rapat melalui deria patut diberi penekanan, ini termasuklah sensitif terhadap pergerakan, pendengaran, penglihatan, penyentuhan dan sebagai. 2.4.1 Jenis-jenis Ujian Untuk menentukan penilaian dalam kelas berlaku, dua jenis ujian yang biasa dilakukan iaitu ujian objektif dan ujian subjektif. 1. Ujian Objektif Manusia mempunyai sifat yang sukar diketahui. Di antara sifat-sifat ini ialah pengetahuan tentang sesuatu, kemahiran di dalam bidang, sikap terhadap sesuatu kumpulan manusia, minat dalm seni serta reaksi terhadap sesuatu pergerakan. Maklumat tentang sifat-sifat ini hanya dapat di infer daripada perlakuan yang ditunjukkan melalui sesuatu situasi. Satu daripada situasi ini ialah situasi ujian. Ujian selalu digunakan untuk mendapat maklumat tentang pembelajaran pelajar. Banyak keputusan dibuat berasaskan maklumat daripada ujian. Ujian mesti mempunyai keesahan yang dapat diterima dan ujian itu juga boleh dipercayai bahkan senang dan praktikal kepada pihak yang menggunakannya seterusnya dapat memberi maklumat tentang apa yan g ingin diketahui guru. Seseorang pelajar yang selalu mendapat kepujian dalam ujian akan mempunyai sikap positif terhadap guru, sekolah dan pembelajarnnya. Sebaliknya pelajar yang selalu gagal akan mempunyai sikap yang negative dan aspirasi rendah. Justeru guru dan pengguna ujian sama ada dalam dibentuk sendiri atau didapati daripada punca lain. Jenis ujian objektif sebagai contoh, merupakan pembentukan soalan-soalan yang mudah, cepat serta senang dijawab. Satu daripadanya adalah ujian benar-salah. Item ini boleh
20

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler dijawab dengan mudah dan cepat. Pemberian markah boleh dijalankan dengan menggunakan petunjuk. Langkah cermat perlu diambil kira supaya susunan perkataan dalam kenyataan jelas dan tepat serta maknanya tidak boleh dipersoalkan lagi. Guru dapat membuat penilaian tentang keberkesanan pembelajarannya melalui keputusan ujian tersebut sama ada pelajar dapat menjawab dengan cemerlang atau tidak. Pembinaan item jenis objektif ini sesuai digunakan sama ada bagi pelajr di Tingkatan 1 hingga Tingkatan 5. Ini disebabkan setiap satu item hanya menumpukan satu perkara dan satu peringkat dalam pengetahuan atau kemahiran. Dalam erti kata lain pembinaan item jenis objektif ini tidak menguji banyak perkara sekaligus. Pembinaan item jenis ini cukup berstruktur bagi mengelakkan penyelewengan semasa menjawab. Namun begitu ada juga pelajar yang menjawab secara meneka sahaja.Justeru satu panduan tentang pembinaan item ini perlu dibincangkan supaya kebolehpercayaan dan kesahannya diperakukan. 2. Ujian Subjektif: Makna perkataan yang membawa maksud dipengaruhi oleh pilihan diri sendiri, oleh itu perkara yang subjektif tidak dapat dibuktikan dengan saintiik. Penyataan juga tidak dapat dipastikan dengan tepat. Ujian subjektif biasanya berbentuk esei dan pemberian markahnya boleh dibuat dengan dua cara iaitu dengan cara iaitu pemarkahan secara pandangan sepintas lalu dan pemarkahan secara analitik Biasanya cara pemberian markah secara analitikal ini akan tersedia rapi dalam satu skim pemarkahan. Namun begitu skim pemarkahan ini bukanlah sesuatu yang rigid dan tidak boleh disangkal. Ia tetap mempunyai kelemahan berdasar hasil karya pelajar dengan markah yang diberi, di mana kadang-kadang tidak boleh diterima akal. Maksud di sini karya pelajar tidak sepatutnya dapat markah yang tinggi apabila dinilai penghasilannya kurang memuaskan. Justeru ciri-ciri utama mengadakan ujian seperti keesahan, kebolehpercayaan, interpretasi data dan sebagai diragui apabila timbul isu-isu di sebaliknya. 3. Pentaksiran Dalam konteks sekarang, istilah pentaksiran mula digunakan dalam membuat penilaian. Popham (2000) berpendapat istilah pengukuran, pengujian dan pentaksiran digunakan silih berganti dan dianggap sebagai sinonim. Dalam konteks pendidikan, pentaksiran merupakan sebahagian daripada proses pembelajaran yang merangkumi aktiviti menghurai, mengumpul,
21

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler merekod, memberi skor dan menterjemah maklumat pembelajaran seseorang pelajar. Dasar penting bagi pencapaian P&P yang berkesan melalui langkah2 pengujian, pengukuran dan penilaian yang tepat dan berkesan dijalankan dalam kelas. Justeru kecekapan guru dalam membangun instrumen pengujian dan penilaian amat penting. 4. Portfolio Penilaian portfolio berdasar kesesuaian tema, kecekapan menggunakan alat dan bahan untuk transform idea melalui pengolahan unsur-unsur seni visual, menilai juga tentang kreativiti pelajar menyelesaikan masalah artistik, ketepatan, kesempurnaan, ketelitian dan kehalusan kerja. Michael (1998) mencadang 8 objektif perlu dibuat penilaian berasas pengalaman studio dan hasil kerja seni pelajar itu sendiri; meliputi Komunikasi/ekspresi, Keyakinan diri, Perkembangan persepsi, Pengetahuan seni, Ketekalan organisasi estetika, Kreativiti, Kemahiran dan keupayaan 5. Menggunakan senarai semak Borang senarai semak boleh dijadikan sebagai instrumen untuk menilai pelajar dalam ketigatiga aspek domain iaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Guru membuat senarai semak untuk melihat keberkesanan pembelajaran. Sebagai contoh dalam pembelajaran di Tingkatan 6, guru menyediakan borang senarai semak sama ada pelajar telah menyiapkan tugasan yang diberikan secara berperingkat mengikut sekuen yang telah ditetapkan. Berdasar senarai semak juga guru boleh menilai tahap penguasaan pelajar dalam satu-satu tajuk di samping mendapatkan maklumat daripada pelajar tentang respon mereka terhadap P&P Pendidikan Seni. Daripada maklumat atau data yang diperolehi guru dapat mengambil tindakan susulan sama ada meneruskan kaedah yang sama dalam P&P atau membuat pengubahsuaian ke arah pembelajaran yang lebih sistematik. Begitu juga dengan maklumat yang dikumpul, guru boleh merancang aktiviti seterusnya sama ada membuat aktiviti pengayaan, pemulihan atau penambah baikan. Malahan daripada maklumat tersebut kelemahan pelajar dapat dikesan tentang penguasaan dan pemahaman setiap tajuk yang diajar guru. Rumusan daripada soal selidik itu, guru akan tahu keberkesanan proses P&P mereka. (Abu Bakar Nordin:1986)

22

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler Selain daripada itu dapat membina pelajar menjadi pengguna yang bekerjasama dan yang mementingkan kualiti dan nilai estetika dalam penghasilan karya seperti terkandung dalam mata pelajaran Pendidikan Seni Visual itu sendiri. (Stephen & Rederick:1978) 3.0 Rumusan

Kurikulum adalah rancangan untuk pembelajaran. Semua rancangan mengandungi visi yang mentakrifkan nilai sosial dan struktur yang diterjemahkan ke dalam pengalaman. Perkembangan kurikulum ialah proses yang dinilainya diterjemah dan disusun ke dalam pengalaman pembelajaran. Perkembangan kurikulum, sebagai satu proses , merupakan putaran asas yan mengandungi : menganalisis, mereka bentuk, melaksanakan dan menilai. Proses ini digunakan di semua peringkat dalam pembentukan konsep dan menyepadukan semua usaha untuk meningkatkan kualiti program persekolahan. Berdasarkan Tyler, kurikulum ialah segala pengalaman pembelajaran yang dirancang dan diarahkan oleh sebuah sekolah untuk mencapai matlamat pendidikan. Dibawah kurikulum akademik, terdapat pelbagai jenis kurikulum, seperti kurikulum integrasi, teras dan aktiviti atau pengalaman yang dapat digabungkan untuk membentuk kurikulum formal.

Pembentukkan dan perubahan dalam kurikulum dipengaruhi oleh polisi-polisi kerajaan, matlamat dan keutamaan program, keperluan negara dan masyarakat, keperluan individu serta keperluan menyeluruh Untuk menentukan kejayaan kurikulum maka penilaian hendaklah dilakukan. Ia boleh dilakukan menggunakan instrumen yang tepat bagi menghasilkan keputusan yang tepat. Jika instrumen yang digunakan mempunyai kecacatan, hasil yang diperolehi daripada ukuran yang dijalankan juga tidak tepat. Prosedur penilaian mengandungi aspek pengujian, pengukuran, penganalisisan serta merumus data yang diperolehi.(Popham:2000)

Rujukan:

Crow, l. d. & Crow A. 1983. Psikologi pendidikan untuk perguruan. (Terjemahan Habibah Elias) Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Dewey, J. (1902). The Child and The Curriculum. London: University Of London Press.
23

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler Gay,L.R (1985). Educational and Evaluation and Measurement.Competencies for analysis and application 2nd ed. Charles E.Merril. Kementerian Pelajaran Malaysia (2001);Penilaian Kendalian Sekolah. Pusat Perkembangan Kurikulum. Kementerian Pendidikan Malaysia (Nov.2003): Laporan Penilaian Pelaksanaan Mata pelajaran MPV. Pusat Perkembangan Kurikulum. Moskal,Barbara et.Al (2002) Validity, Realibility and The Assessment of Engineering Education; Journal of Enginnering Education. Meg Keen, Valerie A.Brown & Rob Dyball (2005): Social Learning in Enviromental Management Towards a Sustainable Future. Ornstein, R.E. 1977. Styles and strategies of learning. British Journal of Educational Psychology 46: 128-148. Popham,W.J (2000). Testing: What every parent should know about school tests. London: Allyn & Bacon. Sharifah Alwiyah Al Sagoff (1983): Ilmu Pendidikan Pedagogi. Siri Maktab Perguruan. Stoner (1984);The Function of Executives Cambridge, Harvard University Press: Strategy, Quality and Resources Philadelpia. Open University Press. Tyler, R. (1949). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: University of Chicago.

Van Krieken,R (Dr).(1995);Writing and Administring Examinations,CITO. (2002) Ralph Tyler and the Educationa Theory of the Day (On-line). Available:http://www.ittheory.com/tyler.htm. (2002). Behavioural Objectives and Systematic Instruction. Psychology of Learning: improving pupil performance . Shea, T., Motiwalla, L., & Lewis, D. (2001). Internet-based distance education--the
24

Kesesuaian Kurikulum Sekolah Rendah Berdasarkan Model Tyler administrator's perspective. Journal of education for business 112-117.

25

You might also like