You are on page 1of 15

TERORISME DALAM PRESPEKTIF SYARIAH KONSTEKSTUAL MAKNA JIHAD DIZAMAN MODERN1 Oleh : Dr. Imam Yahya, M.Ag.

2 Drama eksekusi Imam Amrozi cs, terpidana bom bali, diawal tahun 2009 seakan menjadi lonceng dimulainya pertarungan antara kelompok teroris dengan aparat keamanan di negeri ini. Serentetan pengejaran kelompok teroris yang dilakukan tim densus 88 diberbagai daerah, seperti Cilacap, Semarang, dan daerahdaerah lain di Indonesia diakui oleh banyak pihak sebagai kebberhasilan tim densus 88 dalam memberantas terorisme yang berkembang laten di Indonesia. Namun apa daya tangan tak sampai, alih-alih mengurangi aktifitas terorisme, hotel Marriot 2 dan Ritz Carlten di Jakarta dijadikan sasaran bom bunuh diri bagi para calon pengantin. Tentu saja, serangkaian tragedi pemboman ini merupakan pukulan yang dasyat bagi bangsa Indonesia. Mungkin kalau tidak ada tragedi Marriot 2 dan Ritz Carlten serta serentetan pemboman sebelumnya, isu terorisme di Indonesia akan selalu diabaikan dan UU Terorisme tidak pernah dilaksanakan. Teror telah hadir dan menjelma dalamkehidupan kita sebagai momok, sebagai virus ganas dan monster yang menakutkan yang sewaktu-waktu dan tidak dapat diduga bisa menjelmakan terjadinya prahara nasional dan global, termasuk mewujudkan tragedi atas Hak Asasi Manusia (HAM). HAK Asasi Manusia kehilangan eksistensinya dan tercabut kesuciannya atau kefitrahannya di tangan pembuat teror yang telah menciptakan kebiadaban berupa aksi animalisasi (kebinatangan) sosial, politik, budaya, dan ekonomi3.

Makalah ini disampaikan pada acara Stadium General di Fakultas Syariah IAIN walisongo semarang, Selasa 1 September 2009 di Auditorium II kampus III IAIN walisongo. 2 Dosen Fakultas Syariah, alumni Progam Doktor Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatulloh Jakarta pada tahun 2006 3 Abdul Wahid,dkk., kejahatan terorisme; prespektif agama dan hukum, bandung:PT Refika aditama, cet I 2004, hlm 1

Terorisme adalah puncak aksi kekerasan, bisa saja kekerasan terjadi tanpa teror, tetapi tidak ada teror tanpa kekerasan. Terorisme tidak sama dengan intimidasi atau sabotase, sasaran intimidasi dan sabotase umumnya langsung, sedangkan terorisme tidak. Korban tindakan terorisme seringkali adalah orang yang tidak bersalah. Kaum teroris bermaksud ingin menciptakan sensasi agar masyarakat luas memperhatikan apa yang mereka perjuangkan. Pengertian Terorisme Mengenai pengertian yang baku dan definitif dari apa yang disebut dengan Tindak Pidana Terorisme itu, sampai saat ini belum ada keseragaman. Menururt Cheif Bassioni, ahli hukum pidana internasional, bahwa tidak mudah untuk mengadakan suatu pengertian yang identik yang dapat diterima secara universal sehingga sulit mengadakan pengawasan atas makna Terorisme tersebut. Oleh karena itu menurut Brian Jenkins, terorisme merupakan pandangan yang subjektif4. 1. UU Tindak Pidana Terorisme Dalam penjelasan atas peraturan pemerintah pengganti Undang-undang republik indonesia nomor 2 tahun 2002 tentang pemberlakuan peraturan pemerintah pengganti undang-undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 2002 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme, dinyatakan bahwa terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban serta merupakan salah satu ancaman serius terhadap kedaulatan setiap Negara, karena terorisme sudah merupakan kejahatan yang bersifat internasional yang menimbulkan bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat sehingga perlu dilakukan pemberantasan secara berencana dan berkesinambungan sehingga hak asasi orang banyak dapat dilindungi dan dijunjung tinggi5

4 5

Opcit. Htmhttp://.wikipedia.org/wiki/definisi terorisme. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang republik indonesia nomor 2 tahun 2002 tentang pemberlaakuan peraturan pemerintah pengganti undang-undang republik indonesia nomor 1 tahun 2002 tentang pemberantasan tindak pidan terorisme. Baca juga peraturan pemerintah republik

Untuk itulah maka muncul undang-undang atau peraturan pemerintah pengganti UU yang secara tegas menangani terorisme dengan memasukkan ke dalam tindak pidana khusus, yakni tindak pidana terorisme. Tentu pemerintah indonesia tidak sendiri, karena perpu ini merupakan rativikasi peraturan sejenis yang berlaku di tingkat internasional. 2. Department Pertahanan USA Menurut Department Pertahanan USA, terorisme adalah perbuatan melawan hukum atau tindakan yang mengandung ancaman dengan kekerasan dan paksaan terhadap individu atau hak milik untuk memaksa atau mengintimidasi pemerintah atau masyarakat dengan tujuan politik, agama dan idiologi6. Atau bisa diartikan sebagai tindakan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang berlatar belakang politik atau kekuasaan dalam suatu pemerintahan negara. Bahkan belakangan terorisme diartikan dengan sangat luas dengan segala tindakan atau ucapan yang membuat orang lain takut. Walhasil terorisme menjadi sebuah kata yang sangat menakutkan bagi siapa saja baik yang melakukan maupun orang yang mengalami tindakan terorisme. Gambaran ini menjadikan negara dalam hal ini pihak yang mempunyai kekuasaan pertahanan dan keamanan yakni militer merasa sangat diperlukan dalam upaya menangani berbagai upaya terorisme. 3. Kamus Umum Bahasa Indonesia Dalam kamus Bahasa Indonesia kontemporer, terorisme dapat diartikan sebagai penggunaan kekerasan atau ancaman untuk menurunkan semangat, menakutnakuti, dan menakutkan, terutama untuk tujuan politik. Sedangkan Hafidz Abbas, Dirjen perlindungan HAM Depkeh dan HAM RI. Terorisme adalah pemakaian kekuatan atau kekerasan tidak sah melawan orang atau property untuk
indonesia nomor 24 tahun 2003 tentang tata cara perlindungan terhadap saksi, penyidik, penuntut umum dan hakim dalam tindak pidana terorisme. 6 Dodi S, Strategi Penangguan Terorisme, (makalah seminar, menggagas kontraterorisme yang humanis, 2006, tidak diterbitkan). Lihat juga imam samudera, aku melawan terorisme, solo:Al-Jazeera, 2004)

mengintimidasi atau menekan pemerintah, masyarakat sipil, atau bagian-bagiannya, untuk memaksa tujuan sosial, dan politik7. Menurut websters New World College Dictionary (1996), terorisme adalah the use of force or threats to demoralize, intimidate, and subjugate. Terorisme dibagi kedalam dua macam definisi, yaitu definisi tindakan teroris (terrorism act) dan pelaku terorisme (terrorism actor). disepakati oleh banyak ahli bahwa tindakan yang tergolong kedalam tindakan terorisme adalah tindakan-tindakan yang memiliki elemen: kekerasan, tujuan politik, teror/intened/intened audience. 4. Aktifis Muslim Para aktifis muslim seperti Fauzan al-Anshari, terorisme adalah tindakan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang berlatang belakang politik atau kekuasan dalam suatu pemerintah negara8. Sementara imam samudera mengartikan terorisme sebagai (irhab), menggertakan musuh. Untuk itu mereka mengartikan terorisme menjadi bagian dari jihad fi sabilillah, menuju ridho Allah SWT. Tidak mengagetkan manakala sebagian para pelaku teroris di indonesia menganggap dirinya sebagai mujahid fi sabilillah9. Para penulis barat menyatakan bahwa terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Terorisme itu berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tata cara peperangan karena terorisme bisa dilakukan secara terorganisisr dan dalam waktu lama. Sedangkan berbagai pendapat dan pandangan mengenai pengertian/istilah yang berkaitan dengan terorisme diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwasannya terorisme adalah kekerasan terorganisasi, menempatkan kekerasan sebagai kesadaran,
7 8

Sulistiyono, Hermawan, Beyond Terrorism, jakarta:pustaka sinar harapan,2002,hlm.3 Fauzan al-anshari, saya teroris (sebuah pledoi), jakarta: republik, 2002, hlm 24. Pendapat fauzan ini juga hampir sama dengan pendapat Evans dan murphy, lihat dan baca dalam www.suara merdeka.com 9 Baca imam samudra, aku melawan......,hal 233, juga Nasir abbas, membongkar jamah islamiyah pengakuan mantan aggota jamah islamiyah, jakarta:grafindo, 2006

metode berfikir sekaligus alat pencapaian tujuan. Dari banyak definisi yang dikemukakan oleh banyak pihak, yang menjadi ciri dari suatu tindak pidana terorisme adalah: Adanya rencana untuk melaksanakan tindakan tersebut. a. Dilakukan oleh suatu kelompok tertentu. b. Menggunakan kekerasan. c. Mengambil korban dari masyarakat sipil, dengan maksud mengintimidasi pemerintah. d. Dilakukan untuk mencapai pemenuhan atas tujuan tertentu pelaku, yang dapat beberapa motif sosial, politik maupun agama. Bentuk-bentuk terorisme Secara kategoris, gerakan terorisme dilihat dari aspek spiritnya, dapat dibedakan dalam beberapa kategoris, diantaranya: a. Semangat nasioanalisme Pejuang kemerdekaan, umunya menggunakan kekerasan politik untuk melawan rezim penjajah. Memang kekerasan politik tidak selalu identik dengan terorisme. Kekerasan politik dalam artian kerusuhan massal, perang saudara, revolusi, atau perang antar bangsa, tidak termasuk kategori terorisme. Namun demikian, terorisme itu sendiri sering terjadi berkaitan kekerasan-kekerasan politik tersebut.10 Contoh terorisme dengan spirit nasioanlisme ini dapat ditemukan di Aljazair, Palestina, dan sejumlah negara jajahan di masa suburnya kolonialisme. b. Semangat separatisme Terorisme karena semangat separatisme juga dapat terjadi melalui kekerasan politik. Kekerasan politik yang dipilih sebagai perjuangan oleh kaum separatis,
10

Teror politik selalu siap melakukan pembunuhan terhadap orang-orang sipil; laki-laki, perempuan, dewasa, atau anak-anak dengan tanpa memepertimbangkan penilaian politik atau moral. Luqman hakim, terorisme di indonesia, (surakarta: FIS, 2004).hlm.18

cenderung diklaim sebagai bentuk teror oleh opini dunia. Pemberanian opini dunia itu sangat logis. Sebab, kekerasan politik yang dieksploitasi gerakan separatis selalu memenuhi premis dasar terorisme, yaitu menggunakan ancaman kekerasan dan atau kekerasan untuk menimbulkan ketakutan di lingkungannya. Menurut mereka pembunuhan dengan tujuan untuk mendapatkan keadilan bukanlah soal yang harus dirisaukan, bahkan sasarannya adalah mereka yang tidak berdosa.11 Gerakan separatisme jenis ini hampir terdapat di banyak negara seperti; IRA di irlandia, Macan Tamil Falam di Srilanka, SPLA di sudan, MNLF di Philipina, dan Gerakan Aceh Merdeka, Republik Maluku Selatan atau organisasi Papua Merdeka Indonesia. c. Semangat Radikalisme Agama Kelompok-kelompok radikal agama pun ditengarai menggunakan teror untuk memperjuangkan kepentingannya. Kekerasan politik dalam bentuk teror seringkali dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan12. Kelompok jihad di Mesir, jihad di Yaman, National Islamic Front di Sudan, al-Qaedah yang berbasis di Afganistan, Jamaah Islamiyah yang berbasis di Malasyia, atau kelompok-kelompok radikal yahudi seperti Haredi, Gush Emunim, Kach Kabane di Israel adalah sekedar contoh elemen-elemn dengan spirit radikalisme agama yang cenderung mengedepankan budaya kekerasan dan terorisme. d. Gerakan terorisme yang didorong oleh spirit bisnis Narcoterorism di Myanmar yang dikenal dengan sebutan United War State Army adalah kelompok teroris yang berlatar belakang perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang. Di jepang juga dikenal Yakuza, yaitu organisasi dikalangan dunia hitam yang melakukan bisnis ilegal dengan mengedepankan metode-metode teror sebagai cara mencapai tujuan.

11 12

Abdul wahid,dkk.,ibid Luqman hakim, op.cit.hlm 19

Sedangkan bentuk-bentuk teroris ditinjau dari segi sejarah terdiri dari: a. Pembunuhan politik terhadap pejabat pemerintah yang terjadi sebelum perang dunia II b. Terorisme dimulai di Aljazair di tahun limapuluhan, dilakukan oleh FLN yang mempopulerkan serangan yang bersifat acak terhadap masyarakat sipil yang tidak berdosa. Hal ini melawan apa yang mereka (Algerian Nationalist)disebut sebagai terorisme negara. c. Terorisme muncul pada tahun empatpuluhan dan terkenal dengan istilah terorisme media, berupa serangan acak atau random terhadap siapa saja dengan tujuan publisitas.13 Selain itu, bentuk-bentuk terorisme dilihat dari pelakunya ada yang personal, terorisme bersifat kolektif, dan terorisme yang dilakukan negara.Terorisme dalam bentuk personal ini, biasanya dilakukan dalam bentuk pengeboman seseorang pada orang lain atau kelompok dengan tujuan pribadi, dendam, atau bom bunuh diri. Sedangkan terorisme yang bersifat kolektif, para teroris melakukan opeasinya dengan suatu perencanaan. Biasanya teroris semacam ini dilembagakan dalam sebuah jaringan yang rapi, seperti yang sering disebut-sebut sebagai al-Qaedah. Sasaran terorisme dalam kategori ini adalah simbol-simbol kekuasaan dan pusat perekonomian. Adapun terorisme yang dilakukan negara biasanya disebut sebagai state terorism terorisme oleh negara. Penggagasnya adalah perdana menteri Mahatgir muhammad. Menurutnya, terorisme yang dikerahkan negara, tidak kalah dasyatnya dari terorisme personal maupun kolektif. Perbedaannya adalah kalau terorisme personal dan kolektif biasa dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, sedangkan

13

Muladi, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Reformasi Hukum di Indonesia, jakarta:habibie center, 2003,170

terorisme yang dilakukan oleh negara dilakukan secara terang-terangan dan dapat dilihat dengan kasat mata.14 Terorisme yang dilakukan oleh Negara merupakan salah satu bentuk kejahatan yang tergolong sangat istemewa. Sebab negara adalah suatu organisasi besar yang dipilari oleh kekuatan rakyat, namun disisi lain punya kewajiban mengatur, melindungi, dan mensejahterahkan kehidupan masyarakat secara material maupun non-material. Oleh karena itu, tatkala negara itu, melalui pejabat pemerintahannya terlibat dalam tindakan kriminal secara vertikal, horisontal, regional, nasional maupun internasional, maka otomatis rakyatlah yang menjadi korban. Sejumlah negara sering disebut-disebut sebagai state terorism, seperti Lybia dan israel misalnya. Terorisme Prespektif Fiqh Persoalan utama yang menjadi pembahasan terorisme dalam pandangan isla adalah pemaknaan kata jihad. Para aktifis muslim yang sering dituduh penyebar teror memaknai jihad sebagai bentuk perlawanan terhadap para penolak islam yang disponsori oleh Amerika serikat. Maka sekarang ini kita banyak melihat prilaku teror ditunjukan kepada aset-aset yang berhubungan dengan amerika, seperti hotel JW Marriot dan Ritzcalten belakangan ini. Dalam benak aktifis muslim, jihad lebih dipahami dalam kerangka balas dendam. Karena kafir telah memerangi muslim tanpa batas, maka muslim wajib membalasnya dengan memerangi kafir secara tanpa batas pula. Menurutnya, dalam ketentuan syariah, jihad berarti berperang melawan kaum kafir yang memerangi islam dan kaum muslimin. Konsep inilah yang ia sebut dengan jihad fi sabilillah.15 Dalam pemahamannya, ayat al-Quran pertama tentang jihad yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah memerangi kaum kafir sebatas yang memerangi islam. Kaum kafir yang terlibat langsung dalam perang tetap tidak boleh diperangi. Ayat
14 15

Abdul wahid, op.cit.hlm.41 Imam samudra, aku melawan terorisme (solo al-jazera, 2004), hal.108

tersebut adalah surat albaqoroh: 190, dan perangilah di jalan allah orang-orang yang memerangi kamu. Dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Perang dalam sejarah militer islam melawan romawi dan persia didasari oleh etika pelarangan berperang secara melampaui batas, yaitu dilarang membunuh wanita dan anak-anak, orang tua, para ahli ibadah dan juga dilarang merusak tanaman dan lingkungan.16 Dalam memahami konsep jihad dan perang dalam islam, mereka membaginya dalam empat tahapan; tahapan menahan diri, tahapan diizinkan berperang, tahapan diwajibkan memerangi secara terbatas, dan tahapan kewajiban memerangi seluruh kaum kafir/musyrik. Pada tahap pertama, tahapan menahan diri, jihad belum diperintahkan. Kaum muslimin diperintahkan untuk menahan diri untuk bersabar dan tidak melakukan pembalasan terhadap penindasan, kekerasan dan celaan kafir quraisy.17 Pada tahap kedua, tahapan sebatas diizinkan berperang tetapi belum diperintahkan berperang, sehingga belum ada kewajiban berperang. Pada tahap ketiga, tahapan diwajibkan memerangi kaum kafir secara terbatas, yaitu terbatas kepada kaum kafir yang memerangi kaum muslimin. Sedangkan kaum kafir yang tidak ikut memerangi kaum muslimin tetap tidak diperbolehkan untuk diperangi. Pada tahap keempat, yaitu tahapan yang mewajibkan bagi kaum muslim untuk memerangi seluruh kaum kafir dan musyrik. Dengan ayat-ayat ini, ia melegitimasi bahwa peledakan bom legian adalah bentuk dari aksi jihad fi sabilillah.18 Dalam terminologi agama, jihad tidak serta merta diartikan sebagai mengangkat senjata untuk memerangi non-muslim, sebagaimana difahami sebagian kalangan umat islam. Secara umum, arti jihad dikategorisasikan menjadi tiga pengertian; jihad dengan hati dengan harta benda dan jihad dengan nyawa.
16 17

Op.cit, 115-6 Op.cit, 125 18 Op.cit, 123-134

a) Jihad dengan hati, maksudnya adalah berjihad untuk memerangi hawa nafsu yang muncul dari dirinya sendiri. Hawa nafsu ini hanya bisa ditangani oleh dirinya sendiri. b) Jihad dengan harta benda.19 Yakni mendermakan hartanya dijalan allah. c) Jihad dengan nyawa.20 Pada pengertian pertama berarti jihad internal, yakni jihad dalam memerangi hawa nafsu, yang dalam bahasa nabi disebut sebagai jihad al-akbar. Jihad diinterpretasikan sebagai upaya individual untuk mendekatkan diri dari seorang hamba kepada khaliqnya, hanya diri sendirilah yang bertindak sebagai subyek menang atau kalah. Pada pengertian kedua ini, jihad sebagai sosial action (aksi sosial) antar sesama makhluk. Konteks kemiskinan yang selalu melanda umat islam di sepanjang zaman tentunya harus menjadi perhatian kaum muslimin untuk berusaha maksimal agar terbebas dari segala bentuk kemiskinan. Islam telah mengajarkan prinsip ekonomi islam seperti zakat dan bait al-mail yang secara konseptual bisa menjadi kekuatan besar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umat. Adapun pada pengertian ketiga, jihad diartikan sebagai perang yang sesungguhnya, bellum justum dan bellum pium yakni perang demi keadilan dan kesalehan.21 Menurut Edmund bosworth dalam armies of the frophet, jihad dalam pengertian inilah yang merupakan salah satu isu populer dalam proses hubungan islam dan kristen selama beberapa abad. Kontak islam dan kristen ini ditandai dengan

19

Dan barang sipa berjihad maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya allah benar-benar maha kaya (tidak meminta sesuatu) dari semesta lam ini (QS. Alankabut (29):6) 20 Imam yahya, dialektika perang dalam sejarah islam, semarang, rosail, 2006. 21 Azyurmardi azra, prof. Dr. Pergolakan politik islam, jakarta: paramadina, 1996, hal 127-9

banyaknya konflik militer dan angkatan laut antara negara-negara islam dan nonislam.22 Dalam berbagai pendapat ahli fiqih, jihad diartikan sebagai upaya yang dilakukan kaum muslimin dalam memerangi non-muslim karena memaksa mereka untuk menganut islam.23 Meraka sepakat bahwa jihad itu dilakukan untuk dalam rangka menolong agama islam dengan memerangi kaum kafir.24 Dalam berbagai pendapat para ahli fiqh, jihad diartikan sebagai upaya yang dilakukan kaum muslim dalam memerangi non-muslim karena memaksa mereka untuk menganut islam. Mereka sepakat bahwa jihad itu dilakukan untuk dalam rangka menolong agama islam dengan memerangi kaum kafir. Imam Nawawi al-Bantani menuturkan bahwa jihad itu fardu kifayah yang dilaksanakan paling tidak satu tahun sekali jika negaranya tersebut ada orang kafir. Jika lebih dari satu kali maka itu lebih baik. Kewajiban akan gugur dikarenakan dua hal. Pertama, adanya pemimpin atau tentara yang dipersiapkan untuk berperang. Kedua, sudah terjaminya keamanan karena kesiapan tentara di masing-masing sudut Negara.25 Sedangkan Ibnu Qosim menjelaskan bahwa hukum jihad pada masa nabi tepatnya sebelum hijrah adalah fardu kifayah, sedangkan pada masa setelah hijrah ada dua kemungkinan yang pertama yang pertama jihad hukumnya fardu kifayah yakni jika kaum kafir tetap berada pada negaranya. Apabila kaum kafir masuk dan
22

Edmund bosworth, armies of the prophet dalam Ian sutton, the world of islam, london thames and hudson, 1976, hal 201. Sebagai karya belakangan yang menolak bosworth antara lain prof. Dr. Azyumardi azra pergolakan politik....hal. 126. 23 Ayyid sabiq, fiqh al-sunnah, juz 3, beirut:Dar al-Fikr, 1983, hal.29-30 24 Tentunya pendapat ini berbeda dengan pernyataan montgomery Watt yang menyatakan: the cange from the razzia to the jihad may seem to be no more than a change of name, the giving of an aura of religion to what was essentialyy the same activity. (perubahan dari sergapan (peperangan) ke istilah jihad nampaknya tidak lebih dari pada perubahan sebutan, pemberian suatu pancaran halus dari agama pada kegiatan yang intinya sama). W montgomery watt, muhammad prophet and statesman, londonnew york: oxford University press, 1969. Hal 108 25 Imam Nawawi al-Bantani, Nihayah Al Zain (semarang toha putra, tt), hal. 359

menyerang masyarakay muslim maka hukum jihad menjadi fardu ain. 26 Al-syarani dengan mengutip pendapat imam Malik mengatakan bahwa kewajiban berjihad sama halnya dengan haji, yaitu adanya perbekalan dan kendaraan.27 Ibn Qoyim al-Jauziyah menjelaskan jika dilihat dari pelaksanaanya, jihad dapat dibagi menjadi tiga bentuk yaitu jihad mutlak, jihad hujjah dan jihad amm. Jihad mutlak adalah perang melawan musuh di medan pertempuran. Jihad ini mempunyai persyaratan tertentu, diantaranya; pertama, perang tersebut harus bersifat defensive, kedua, sebagai hujjah untuk menghilang fitnah, ketiga, untuk menciptakan perdamaian, keempat, hujjah untuk mewujudkan kebajikan dan keadilan. Tampak disini bahwa makna jihad lebih dekat ke dalam pengertian perang (qital) Adapun jihad hujjah adalah jihad yang dilakukan dalam berhadapan dengan pemeluk agama lain dengan mengemukakan argumentasi yang kuat. Kemudian jihad yang terakhir adalah jihad aram. Jihad yang dimaksud adalah jihad yang mencakup segala aspek kehidupan baik yang bersifat moral maupun yang bersifat material, terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain ditengah-tengah masyarakat.28 Jihad seperti ini dapat dilakukan dengan pengorbanan harta, jiwa, tenaga, waktu dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Jihad ini juga trans-temporal dan tidak terbatas oleh ruang dan bisa dilakukan terhadap musuh yang nyata, setan dan hawa nafsu. Pengertian musuh nyata di sini, disamping perang, juga berarti semua tantangan yang dihadapi umat islam, seperti kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Para ulama fiqh menyatakan bahwa hukum jihad adalah fardu kifayah dengan dalil-dalil baik dalil dari A-quran maupun sunnah yang sahih serta penjelasan ulama ahl al sunnah antara lain dari al-quran surah an-nisa: 95-96, at-taubah:122, al muzzamil:20, dan beberapa hadis nabi yang shahih. Berdasarkan dalil-dalil ini, maka empat imam mazhab dan lainnya telah sepakat bahwa jihad fi sabilillah hukumnya adalah fardu kifayah, apabila sebagian kaum muslimin melaksanakannya, maka gugur
26 27

Ibn qasim, fathul al-qarib ala matn al-taqrib, hal 58-59 Imam nawawi al-bantani, loc.cit,359 28 Ibn Qayyim, 111

(kewajiban) atas yang lainnya. Kalau tidak ada yang melaksanakannya maka berdosa semuanya. Para ulama menyebutkan bahwa jihad menjadi fardu ain pada tiga kondisi yakni: pertama, apabila pasukan muslim dan kafir bertemu dan sudah saling berhadapan di medan perang, maka tidak boleh seseorang mundur atau berbalik. Kedua, apabila musuh menyerang negeri muslim yang aman dan mengepungnya, maka wajib bagi penduduk negeri untuk keluar memerangi musuh (dalam rangka mempertahankan tanah air), kecuali wanita dan anak-anak. Ketiga, apabila imam meminta satu kaum atau menentukan beberapa orang untuk berangkat berperang, maka wajib berangkat. Dalam hal ini dasar hukumnya adalah QS. At-taubah: 38-39. Terorisme dalam Fiqh Jinayat (Pidana Islam) Dalam hukum pidana islam terorisme dimasukkan dalm golongan jarimah hirabah.29 Jarimah jenis ini, adalah tindak pidana yang dilakukan oleh orang, yaitu pengambilan barang/harta milik orang lain secara terang-terangan disertai tindak kekerasan. Peristiwa semacam ini dapat disebut sebagai perampokan. 30 Modus operandinya hirabah ini terdiri dari 4 macam: a. Bermaksud untuk mengambil harta secara kekerasan, melakukan intimidasi, tetapi kemudian tanpa mengambil harta dan tanpa membunuh. b. Keluar untuk mengambil harta secara kekerasan, membunuh tetapi tanpa mengambil harta. c. Keluar mengambil harta secara kekerasan, kemudian ia mengambil harta tanpa membunuh.
29 30

Tasyri al-jilani Menurut hanafiah, hurabah adalah ke luar unutk mengambil harta dengan jalan kekerasan yang realisasinya menakut-nakuti orang yang lewat di jalan, atau mengambil harta, atau membunuhnya. Sedangkan menurut syafiiyah hirabah adalah ke luar untuk mengambil harta, atau memebunuh, atau menakut-nakuti, dengan cara kekerasan, dengan berpegang kepada kekuatan, dan jauh pertolongan (bantuan). Bagi imam malik, hirabah berarti mengambil harta dengan tipu daya (taktik), abik menggunakan kekuatan atau tidak. Golongan zahiriah memberikan definisi lebih umum, yaitu orang yang melakukan perampokan telah melakukan tindak kekerasan, dan mengintimidasi orang lewat, serta melakukan perusakan di muka bumi.

d. Keluar untuk mengambil harta secara kekerasan, kemudian mengambil harta dan membunuh korban. Dalam kaidah hukum islam disebutkan bahwa setiap orang yang berada di dar as-salam sama dihadapan syariat, dalam artian bahwa hukum islam dapat diberlakukan terhadap siapa saja yang berada di dar as-salam. Dalam kaidah lain disebutkan bahwa suatu perbuatan tidak akan dikenai hukuman kecuali berdasarkan nash. Dalam penjabarnya, nash ini haruslah mengikat atau berlaku terhadap pelaku perbuatan dan juga berlaku ditempat dilakukannya perbuatan tersebut.31 Abu yusuf salah seorang tokoh fikih dalam madzab hanafi berpendapat bahwa hukum islam berlaku atas untuk semua tindak pidana yang terjadi di daerah hukum dar as-salam, baik ia bermukim (penduduk) seperti seorang muslim atau zimmy, ataupun bermukim untuk sementara seperti seorang mustamin. Ia berasumsi bahwa seorang muslim diharuskan menururti dan melaksanakan syariat islam karena ke islamaanya dan seseorang zimmy dikarenakan akad zimmahnya yang menjamin keamanan yang tetap baginya di dar as-salam. Adapun bagi seorang mustamin, ia harus melaksanakan akan hukum-hukum islam dan mentaatinya mengingat aqd alamn (yaitu akad jaminan keamanan) yang waktunya terbatas sesuai dengan perjanjian yang telah memberinya kepadanya hak untuk menetap dalam jangka waktu tertentu di dar as-salam.32 Selanjutnya imam malik, asy-syafii dan imam ahmad berpendapat bahwa hukum islam dapat diterapkan atas segala kejahatan atau terorisme yang dilakukan dimana saja selama tempat tersebut masih termasuk dalam daerah yuridiksi dar assalam, baik pelakunya adalah seorang muslim, zimmy maupun mustamin. Ini berarti bahwa aturan-aturan pidana tidak terkait oleh willayah melainkan terikat oleh subyek

31 32

Said huwwa, al-islam (t, tp: t. P, 1979), hlm.567-584. L.amin widodo, fiqh siyasah dalam hubungan internasional, yogyakarta:tiara wacana,1994, hlm.2324.

hukum.33 Jadi setiap muslim tidak boleh melakukan tindakan-tindakan yang dilarang atau meninggalkan hal-hal yang diwajibkan di manapun ia berada. Kesimpulan Terorisme adalah perlawanan atau perperangan bukan pada militer melainkan terhadap orang-orang yang tidak berdosa dan masyarakat sipil. Teror adalah menakutnakuti dan mengancam. Ia tidak bisa diterima oleh akal manusia dan tidak dibenarkan oleh agama. Kejahatan terorisme merupakan produk prilaku kebiadaban dan kebinatangan. Akibat yang ditimbulkan sangat teraa sebagai wujud pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Berdasarkan ketentuan berlakunya hukum pidan islam terhadap setiap jarimah yang dilakukan di dar as-salam, teori malik, asy-syafii dan ahmad bin hanbal dapat diberlakukan terhadap setiap orang yang melakukan kejahatan di wilayah dar assalam tanpa melihat kewarganegaraan pelaku begitu juga terhadap kejahatan yang dilakukan penduduk dar as-salam di dar al-harb, ketentuan hukum islam senantiasa dapat diberlakukan berdasrkan ke-islaman pelaku maupun akad zimmah.

33

Abd a-qdir audah, at-tasyri al-janai al-islamiy muqaranan bi al-qanun al-wadiy, juz.I beirut:muasasah ar-risalah.1994, hlm.287.

You might also like