Professional Documents
Culture Documents
: Patologi Organisasi
Deskripsi Singkat Mata kuliah ini membahas tentang aspek teoritis birokrasi dan kajian fenomena birokrasi. Aspek teoritis meliputi pengertian dasar, model, patologi, pergeseran paradigma dan reformasi birokrasi, birokrasi daerah. Kajian meliputi aspek birokrasi kerajaan nusantara, era pemerintah belanda, orde lama, orde baru, dan orde reformasi.
Kompetensi Baku Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan, memahami, dan menganalisis aspek teoritis birokrasi dan kajian fenomena birokrasi. Aspek teoritis meliputi pengertian dasar, model, patologi, pergeseran paradigma dan reformasi birokrasi, birokrasi daerah. Kajian meliputi aspek birokrasi kerajaan nusantara, era pemerintah belanda, orde lama, orde baru, dan orde reformasi.
Pokok Bahasan 1. Pengertian Birokrasi 2. Model-model Birokrasi 3. Patologi Birokrasi 4. Pergeseran paradigma dan reformasi birokrasi 5. Birokrasi pemerintah daerah 6. Birokrasi pada era kerajaan nusantara 7. Birokrasi pada era pemerintah belanda 8. Birokrasi pada era orde lama 9. Birokrasi pada era orde baru 10. Birokrasi pada era orde reformasi
Pokok dan Sub Pokok Bahasan 1. Pengertian dasar Birokrasi a) Pengertian Birokrasi b) Klasifikasi Birokrasi
c) d) e) f) g)
Tujuan Birokrasi Manfaat Birokrasi Aneka Perspektif Birokrasi Latar Belakang Birokrasi Birokrasi Weber, Hegelian, dan Marxis
2. Model-model Birokrasi
a) b) c) d) e) f) Model Max Weber Model Hegelian/Marxis Model Rego (David Osborne dan Ted Gaebler) Model Pluralis Demokrasi (Doglas Yates) Model Administratif Efisiensi (Doglas Yates) Model Perwakilan Konstitusional (Dunleavy dan Oleavy) g) Model Perhitungan Pluralis (Dunleavy dan Oleavy) h) Model Otonomi Yang Demokratis (Dunleavy dan Oleavy) i) Model Kanan Baru (Dunleavy dan Oleavy)
3. Patologi Birokrasi a) Pengertian b) Jenis-jenis c) Data Patologi d) Faktor Penyebab e) Implikasi f) Upaya Perbaikan
4. Pergeseran paradigma dan reformasi birokrasi a) Pengertian b) Tujuan c) Latar Belakang d) Pergeseran Paradigma Birokrasi e) Reformasi birokrasi di pemerintah pusat f) Reformasi birokrasi di pemerintah daerah
5. Birokrasi pemerintah daerah a) Pengertian b) Aspek Kebijakan c) Struktur, Kedudukan, Tugas, dan Fungsi d) Transisi birokrasi pemerintah daerah, patologi, dan politik e) Birokrasi pemerintah daerah dalam perspektif manajemen, pelayanan, dan agen pembangunan.
Referensi/Literatur
Miftah Thoha. 1991. Perspektif Perilaku Birokrasi. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta. Miftah Thoha. 1992. Beberapa Aspek Kebijakan Birokrasi. Penerbit MW Mandala. Yogyakarta. Miftah Thoha.2003. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Penerbit Raja Grafindo. Jakarta. SC Dube dan Fred W. Riggs dalam buku Elite dan Modernisasi. 1989. Penyunting Aidit Alwi. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Peter M. Blau dan Marshall W. Meyer.2000. Birokrasi dalam Masyarakat Modern. Penerbit Pustakaraya. Jakarta. Taliziduhu Ndraha. 2003. Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru) jilid 1 dan 2. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Nazaruddin Sjamzudin. 1993. Dinamika Sistem Politik Indonesia. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Syarief Makhya. 2004. Ilmu Pemerintahan:Telaahan Awal. Jurusan Ilmu Pemernitahan Fisip Unila. Lampung. Buku ajar. David Osborne dan Ted Gabler. 1995. Mewirausahakan Birokrasi. Penerbit Pustaka Binawan Presindo. Jakarta. Syafuan Rozi Soebhan. 2000. Model Reformasi Briokrasi di Indonesia. LIPI. Jakarta. Makalah. Ngadisah dkk. 2004. Birokrasi. Cetakan kelima. Penebit UT. Jakarta.
BIROKRASI DI INDONESIA
Mata kuliah ini mempelajari aspek teoritis birokrasi dan kajian fenomena birokrasi. Aspek teoritis meliputi model, patologi, pergeseran paradigma, reformasi birokrasi, birokrasi daerah. Kajian meliputi aspek birokrasi orde lama, orde baru, dan orde reformasi. Evaluasi PBM: Quis (10%), Mid (30%),Tugas (20%), dan UAS (40%).
Pokok-pokok Bahasan
Konsepsi dasar Model birokrasi pemerintahan Patologi birokrasi dan debirokratisasi Pergeseran paradigma birokrasi Reformasi birokrasi pemerintahan Birokrasi pemerintah daerah Birokrasi pemerintah pada era orde lama Birokrasi pemerintah pada era orde baru Birokrasi pemerintah pada era reformasi
PENGERTIAN BIROKRASI
Secara etimologi, kita mengenal sbb: Biro + krasi = Meja + kekuasaan Demo + krasi = Rakyat + kekuasaan Tekno+ krasi = Cendikiawan + kekuasaan Aristo + krasi = Bangsawan + kekuasaan
PENGERTIAN BIROKRASI
Taliziduhu Ndraha (2003) Tiga macam pengertian birokrasi yang berkembang saat ini: 1. Birokrasi diartikan sebagai aparat yang diangkat penguasa untuk menjalankan pemerintahan (government by bureaus).
2. Birokrasi diartikan sebagai sifat atau perilaku pemerintahan yang buruk (patologi). 3. Birokrasi sebagai tipe ideal organisasi.
Pengertian birokrasi (pemerintahan) dalam mata kuliah ini adalah suatu organisasi pemerintahan yang terdiri dari sub-sub struktur yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, yang memiliki fungsi, peran, dan kewenangan dalam melaksanakan pemerintahan, dalam rangka mencapai suatu visi, misi, tujuan, dan program yang telah ditetapkan. Fungsi dan peran birokrasi meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) melaksanakan pelayanan publik; (2) pelaksana pembangunan yang profesional (merrit system); (3) perencana, pelaksanan, dan pengawas kebijakan (manajemen pemerintahan); (4) alat pemerintah untuk melayani kepentingan (abdi) masyarakat dan negara yang netral dan bukan merupakan bagian dari kekuatan atau mesin politik (netralitas birokrasi). Kewenangan birokrasi adalah kewenangan formal yang dimiliki dengan legitimasi produk hukum bukan dengan legitimasi politik.
KLASIFIKASI BIROKRASI
Dilihat dari sisi pelaksana, birokrasi terbagi 2 yakni: 1. Birokrasi sektor privat (contoh: perusahaan swasta, NGO, sekolah swasta, dll) 2. Birokrasi sektor publik (contoh: pemerintah pusat, pemerintah daerah, dll) Dilihat dalam arti luas dan sempit, birokrasi terbagi 2 yakni: 1. Birokrasi eksekutif (contoh: kabinet, departemen, kementerian negara, dll) 2. Birokrasi negara (eks, leg, yudikatif) Dilihat dari tingkatan pemerintahan, birokrasi terbagi sbb: 1. Pemerintah Pusat 2. Pemerintah Provinsi 3. Pemerintah Kabupaten/Kota 4. Pemerintah Desa
TUJUAN BIROKRASI
Sejalan dengan tujuan pemerintah Melaksanakan kegiatan dan program demi tercapainya visi dan misi pemerintah dan negara Melayani masyarakat dan melaksanakan pembangunan dengan netral dan profesional Menjalankan manajemen pemerintahan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, koordinasi, sinkronisasi, represif, prepentif, antisipatif, resolusi, dll
MANFAAT BIROKRASI
Memsistematiskan, mempermudah, mempercepat, mendukung, mengefektifkan, dan mengefisienkan pencapaian tujuan-tujuan pemerintahan Memudahkan masyarakat dan pihak yang berkepetingan untuk memperoleh layanan dan perlindungan Menjamin keberlangsungan sistem pemerintahan dan politik suatu negara
Latar Belakang Birokrasi (Perspektif Teori Negara, Kebutuhan Ekonomi, dan Organisasi)
Dalam teori negara (pemikiran Logemann, Wilson, dan Lemaire dalam buku Tata Negara, karangan Kusmiaty, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2003) disebutkan unsur negara meliputi unsur konstitutif dan unsur deklaratif. Unsur konstitutif meliputi wilayah, rakyat dan pemerintah. Unsur deklaratif pengakuan secara defacto dan dejure oleh negara lain. Pemerintah menjalankan fungsifungsi pemerintahannya dengan mengandalkan mesin birokrasi pusat sampai dengan yang terendah (desa). Dalam teori kebutuhan ekonomi (Peter M. Blau dan Marshall W. Meyer, dalam buku Birokrasi dalam Masyarakat Modern, Penerbit Pustakaraya, Jakarta, 2000), dinyatakan bahwa upaya manusia memenuhi kebutuhan hidupnya (ekonomi) harus ditunjang dengan adanya oragnisasi atau birokrasi yang bisa melayani kebutuhan manusia tersebut. Contoh perlu tata niaga, regulasi perdagangan yang dikelola sistematis. Dalam teori organisasi modern dan kelas (Max Webber, Hegel, dan Marx dalam buku Birokrasi dan Politik di Indonesia, karangan Miftah Thoha, Penerbit RajaGrafindo, Jakarta, 2003; SC Dube, Fred W. Riggs dalam buku Elite dan Modernisasi , penyunting Aidit Alwi, penerbit Liberty Yogyakarta, 1989), dinyatakan bahwa tujuan individu dan kelompok dalam suatu organisasi dapat dicapai apabila ditopang dengan adanya instrumen ideal organisasi modern atau birokrasi serta mekanisme kerja.
2.
3.
4.
PATOLOGI BIROKRASI
Sub Pokok Bahasan Pengertian Jenis-jenis Data Patologi Faktor Penyebab Implikasi Upaya Perbaikan
PENGERTIAN Patologi birokrasi adalah penyakit, perilaku negatif, atau penyimpangan yang dilakukan pejabat atau lembaga birokrasi dalam rangka melayani publik, melaksanakan tugas, dan menjalankan program pembangunan. (Lihat: Taliziduhu Ndraha, Miftah Thoha, Peter M. Blau, David Osborne, JW Schoorl)
DESAIN STRUKTUR
KARAKTERTIK BIROKRAT PRAKTEK DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN
PATOLOGI BIROKRASI
F A K T O R
E K S T E R N A L
PERILAKU BIROKRAT
DATA PATOLOGI
Presiden Gus Dur yang peduli terhadap birokrasi dan pelayanan publik sempat mengeluarkan Keppres No.44/2000 pada Maret 2003 untuk membentuk Komisi Ombudsman yang bertugas mengawasi (pelayanan prima) penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Komisi Ombudsman, mencatat sejak Maret 2000Maret 2005 terdapat 4.600 laporan keluhan atau sekitar 3 keluhan per hari.
(18%) (65%)
Badan Hukum
Sumber: News Letters Ombudsman Edisi Maret 2005
Instansi pemerint ah
13 9 9 7 5 3 2 1
D PR /D PR D
a ag b m Le
n ila rad Pe
da m Pe
an sa ak ej K
PN B
N UM B
I TN
APA YANG DIKELUHKAN 1% 1% PELAPOR? (4%) (5%) (5%) (6%) (15%) (7%) (12%)
Sumber: News Letters Ombudsman Edisi Maret 2005
Penanganan Berlarut Penyimpangan Prosedur Penyalahgunaan Wewenang KKN/Imbalan Melalaikan Kewajiban Pemalsuan Berpihak/Politis Penggelapan Barang Bukti Bertindak Tidak Layak Intervensi Inkompetensi
(16%)
(14%)
Komisi Ombudsman menindaklanjuti keluhan pelapor kepada terlapor melalui surat rekomendasi, berisi himbauan moral agar kembali ke jalan yang benar dan tidak dikenai sanksi hukum. Hasil dan dampaknya bagaimana? Adakah perubahan berarti? Lagi-lagi kita mesti mengurut dada dan bersabar. Progres perbaikan sangat sangat lamban.
UPAYA PERBAIKAN
Menurut Taliziduhu Ndraha upaya penyehatan birokrasi melalui: 1. Redesigning 2. Reengineering 3. Debirokratisasi 4. Reformasi Menurut Nazarudin Syamsudin, yakni: sistem birokrasi didesain netral, tidak berpihak/politis, dan profesional (merryt sistem)
UPAYA PERBAIKAN
Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, yakni melaksanakan reinventing goverment, artinya menggeser birokrasi weberian menjadi birokrasi enterpreneur. Menurut kalangan LSM (MTI), yakni peningkatan pengawasan, peran serta masyarakat, dan penerapan prinsip good governance.
Referensi/Literatur
Miftah Thoha.2003. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Penerbit Raja Grafindo. Jakarta. SC Dube dan Fred W. Riggs dalam buku Elite dan Modernisasi. 1989. Penyunting Aidit Alwi. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Peter M. Blau dan Marshall W. Meyer.2000. Birokrasi dalam Masyarakat Modern. Penerbit Pustakaraya. Jakarta. Taliziduhu Ndraha. 2003. Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru) jilid 1 dan 2. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Nazaruddin Sjamzudin. 1993. Dinamika Sistem Politik Indonesia. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Syarief Makhya. 2004. Ilmu Pemerintahan:Telaahan Awal. Jurusan Ilmu Pemernitahan Fisip Unila. Lampung. Buku ajar. David Osborne dan Ted Gabler. 1995. Mewirausahakan Birokrasi. Penerbit Pustaka Binawan Presindo. Jakarta. Syafuan Rozi Soebhan. 2000. Model Reformasi Briokrasi di Indonesia. LIPI. Jakarta. Makalah. Ngadisah dkk. 2004. Birokrasi. Cetakan kelima. Penebit UT. Jakarta. News Letters Ombudsman Edisi Maret 2005
ARTI BIROKRASI
Government By Bureus yaitu pemerintahan biro oleh aparat yang diangkat oleh pemegang Kekuasaan baik dalam organisasi formal publik maupun privat ( Rigss ) Birokrasi sebagai tipe ideal organisasi konsep organisasi rasionalistik melalui aktivitas kolektif dari weber Birokrasi sebagai sifat pemerintahan yang kaku, bertele-tele tuduhan yang negatif terhadap instansi yang berkuasa Biropatologi
Birokrasi Indonesia
Buruknya birokrasi tetap menjadi salah satu problem terbesar yang dihadapi Asia. Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang berbasis di Hongkong meneliti pendapat para eksekutif bisnis asing (expatriats), hasilnya birokrasi Indonesia dinilai termasuk terburuk dan belum mengalami perbaikan berarti dibandingkan keadaan di tahun 1999,meskipun lebih baik dibanding keadaan Cina, Vietnam dan India.
Birokrasi Indonesia
Di tahun 2000, Indonesia memperoleh skor 8,0 atau tak bergerak dari skor 1999, dari kisaran skor yang dimungkinkan, yakni nol untuk terbaik dan 10 untuk terburuk. Skor 8,0 atau jauh di bawah rata-rata ini diperoleh berdasarkan pengalaman dan persepsi expatriats yang menjadi responden bahwa antara lain menurut mereka masih banyak pejabat tinggi pemerintah Indonesia yang memanfaatkan posisi mereka untuk memperkaya diri sendiri dan orang terdekat.
Birokrasi Indonesia
Para eksekutif bisnis yang disurvei PERC juga berpendapat, sebagian besar negara di kawasan Asia masih perlu menekan hambatan birokrasi (red tape barriers). Mereka juga mencatat beberapa kemajuan, terutama dengan tekanan terhadap birokrasi untuk melakukan reformasi.
Birokrasi Indonesia
Reformasi menurut temuan PERC terjadi di beberapa negara Asia seperti Thailand dan Korea Selatan. Peringkat Thailand dan Korea Selatan tahun 2000 membaik, meskipun di bawah rata-rata, yakni masinng-masing 6,5 dan 7,5 dari tahun lalu yang 8,14 dan 8,7. Tahun lalu (1999), hasil penelitian PERC menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat korupsi tertinggi dan sarat kroniisme dengan skor 9,91 untuk korupsi dan 9,09 untuk kroniisme dengan skala penilaian yang sama antara nol yang terbaik hingga sepuluh yang terburuk.
Penyakit Birokrasi
Menurut Blau dan Meyer: Kecenderungan birokrasi dan birokratisasi pada masyarakat modern benarbenar dipandang memprihatinkan, sehingga digambarkan adanya ramalan mengenai makin menggejalanya dan berkembangnya praktek-praktek birokrasi yang paling rasionalpun, tidak bisa lagi dianggap sebagai kabar menggembirakan, melainkan justru merupakan pertanda malapetaka dan bencana baru yang menakutkan
Islamy (1998:8), birokrasi di kebanyakan negara berkembang termasuk Indonesia cenderung bersifat patrimonialistik : tidak efesien, tidak efektif (over consuming and under producing), tidak obyektif, menjadi pemarah ketika berhadapan dengan kontrol dan kritik, tidak mengabdi kepada kepentingan umum, tidak lagi menjadi alat rakyat tetapi telah menjadi instrumen penguasa dan sering tampil sebagai penguasa yang sangat otoritatif dan represif.
Hasil penelitian Santoso, 1993; Thaba, 1996; Fatah, 1998), bahwa birokrasi di Indonesia ada kecenderungan berkembang kearah parkinsonian, dimana terjadinya proses pertumbuhan jumlah personil dan pemekaran struktur dalam birokrasi secara tidak terkendali. Pemekaran yang terjadi bukan karena tuntutan fungsi, tetapi semata-mata untuk memenuhi tuntutan struktur.Disamping itu terjadinya birokrasi orwellian yakni proses pertumbuhan kekuasaan birokrasi atas masyarakat, sehingga kehidupan masyarakat menjadi dikendalikan oleh birokrasi. Akibatnya, birokrasi Indonesia semakin membesar (big bureaucracy) dan cenderung tidak efektif dan tidak efesien. Pada kondisi yang demikian, sangat sulit diharapkan birokrasi siap dan mampu melaksanakan kewenangankewenangan barunya secara optimal.
Gejala demikian menunjukkan bahwa birokrasi dan birokratisasi tidak pernah tampil dalam bentuk idealnya. Alasannya, nampak dalam praktek kerjanya antara lain:
Pertama, manusia birokrasi tidak selalu berada (exist) hanya untuk organisasi. Kedua, birokrasi sendiri tidak kebal terhadap perubahan sosial. Ketiga,birokrasi dirancang untuk semua orang. Keempat, dalam kehidupan keseharian manusia birokrasi berbedabeda dalam kecerdasan, kekuatan, pengabdian dan sebagainya, sehingga mereka tidak dapat saling dipertukarkan untuk peran dan fungsinya dalam kinerja organisasi birokrasi.
Islamy (1998:7) menyebutkan keadaan birokrasi publik dengan istilah organizational slack yang ditandai dengan menurunnya kualitas pelayanan yang diberikannya
Karalteristik organizational slack adalah orientasi pelayanan yang kaku, visi pelayanan yang sempit, penguasaan terhadap administrative engineering yang tidak memadai, dan semakin bertambah gemuknya unit-unit birokrasi publik yang tidak difasilitasi dengan 3P (personalia, peralatan dan penganggaran) yang cukup dan handal (viable bureaucratic infrastructure). Dampaknya Akibatnya, aparat birokrasi publik menjadi lamban dan sering terjebak ke dalam kegiatan rutin, tidak responsif terhadap aspirasi dan kepentingan publik serta lemah beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Sebagai konsekuensinya, perlu dipertanyakan mengenai posisi aparat pelayanan ketika berhadapan dengan masyarakat atau kliennya
Apakah birokrasi publik itu alat rakyat? Alat penguasa? Ataukah penguasa itu sendiri?
Pengembangan Birokrasi
Guna merespon kesan buruk birokrasi seperti itu :
1. Melakukan perubahan lingkungan kerja, salah satunya masukan Gifford and Pinchot, Elizabeth, dalam The End of Bureaucracy and The Rise of The Intelligent Organization
Menurut Gifford and Pinchot, Elizabeth, The End of Bureaucracy and The Rise of The Intelligent Organization adalah :
(c)birokrasi harus mampu dan mau melakukan perubahan sistem dan prosedur kerjanya yang lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi modern yakni : pelayanan cepat, tepat, akurat, terbuka dengan tetap mempertahankan kualitas, efesiensi biaya dan ketepatan waktu; (d) birokrasi harus memposisikan diri sebagai fasilitator pelayan publik dari pada sebagai agen pembaharu pembangunan; (e) birokrasi harus mampu dan mau melakukan transformasi diri dari birokrasi yang kinerjanya kaku (rigid) menjadi organisasi birokrasi yang strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel dan responsif.
Berikut ini paradigma baru atau model yang ditawarkan untuk birokrasi Indonesia masa depan adalah :
Perlu dibangun birokrasi berkultur dan struktur rasional-egaliter, bukan irasional-hirarkis. Caranya dengan pelatihan untuk menghargai penggunaan nalar sehat dan mengunakan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Perlunya memiliki semangat pioner, bukan memelihara budaya minta petunjuk dari atasan. Perlu dibiasakan mencari cara-cara baru yang praktis untuk pelayanan publik, inisiatif, antisipatif dan proaktif, cerdas membaca keadaan kebutuhan publik, memandang semua orang sederajat di muka hukum, menghargai prinsip kesederajatan kemanusian, setiap orang yang berurusan diperlakukan dengan sama pentingnya.
Birokrasi yang propartisipan-outonomus bukan komando-hirarkis. Birokrasi Indonesia ke depan perlu mendukung dan melakukan peran pemberdayaan dan memerdekakan masyarakat untuk berkarya dan berkreatifitas. Perlu dikurangi kadar pengawasan dan represi terhadap hak ekspresi masyarakat. Perlu ditinggalkan cara-cara penguasaan masyarakat lewat kooptasi kelembagaan dan dihindari sikap dominasi.
Birokrasi bertindak profesional terhadap publik. Berperan menjadi pelayan masyarakat (public servent). Dalam memberikan pelayanan ada transparansi biaya dan tidak terjadi pungutan liar. PNS perleu memberikan informasi dan transparansi sebagai hak masyarakat dan bisa dimintai pertanggungjawabannya (public accountibility) lewat dengar pendapat (hearing) dengan legislatif atau kelompok kepentingan yang datang. Melakukan pemberdayaan publik dan mendukung terbangunnya proses demokratisasi.
Birokrasi yang saling bersaing antar bagian dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam melayani publik secara kompetitif, bukan minta dilayani atau membebani masyarakat dengan pungutan liar, salah urus, dan ketidakpedulian. Birokrasi yang melakukan rekruitmen sumber daya manusianya melalui seleksi fit and proper test, bukan mengangkat staf atau pimpinan karena alasan kolusi dan nepotisme. Birokrasi yang memberikan reward merit system (memberikan penghargaan dan imbalan gaji sesuai pencapaian prestasi) bukan spoil system (hubungan kerja yang kolutif, diskriminatif dan kurang mendidik, pola reward dan punishment kurang berjalan). Birokrasi yang bersikap netralitas politik, tidak diskriminatif, tidak memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan partai politik tertentu.
REFORMASI ADMINSITRASI/BIROKRASI
REFORMASI ADMINISTRASI
Administrative reform is a political process designed to adjust the relationships between a bureaucracy and other elements in society, or within the bureaucracy itself (John D. Montgomery, 1967)
REFORMASI ADMINISTRASI = REFORMASI BIROKRASI
perubahan mind-set, cara berpikir (pola pikir, pola sikap, dan pola tindak) birokrasi pemerintahan perubahan tingkat kedua radikal dalam birokrasi pemerintahan perubahan manajemen kinerja; dan Penerapan pendekatan manajemen profesional pada sektor publik. Proses Transformasi birokrasi
REFORMASI BIROKRASI
Reformasi Birokrasi merupakan upaya sistematis, terpadu dan komprehensif untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), meliputi aspek kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas, pengawasan, dan pelayanan publik. Reformasi Birokrasi merupakan transformasi birokrasi menjadi organisasi yang inovatif, fleksibel dan responsif dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan masyarakat
BAGIAN DUA:
INTERNAL BIROKRASI Faktor Individu Faktor Struktur Organisasi Praktek dan Kebijakan manajemen Faktor Budaya EKSTRNAL BIROKRASI Sistem Politik Eksekutif dan Legislatif Penegak Hukum Masyarakat
MODEL REINVENTING GOVERNMENT Osborne dan Gaebler (1992) Reinventing Government dan Osborne dan Plastrik
(1997) Banishing Bureaucracy: The Five Strategy for Reinventing Government Model Deskriptif bukan preskriptif
PENGERTIAN REINVENTING GOVERNMENT :
Reinventing Government (Pemerintah wirausaha) adalah pembaruan berupa penggantian sistem yang birokratis menjadi sistem yang bersifat wirausaha. Pembaruan (reinvention) adalah transformasi sistem dan organisasi pemerintah secara fundamental guna menciptakan peningkatan dramatis dalam efektivitas, efisiensi dan kemampuan mereka untuk melakukan inovasi. Transformasi ini dicapai dengan mengubah tujuan, sistem intensif, pertanggungjawaban, struktur kekuasaan dan budaya sistem dan organisasi pemerintah. Wirausaha: memindahkan berbagai sumber ekonomi dari suatu wilayah dengan produktifitas rendah ke wilayah ke produktivitas tinggi dan hasil yang lebih besar Tujuan pembaharuan adalah efesiensi tetapi yang lebih penting adalah efektifitas.
1. 2.
10 FORMULA REINVENTING Pemerintah katalis (catalytic government): steering rather thall rowing GOVERNMENT Pemerintah milik masyarakat (community-awned government): empowering rather han
serving; 3. Pemerintah yang kompetitif (competitive government): injecting competition into service delivery; 4. Pemerintah berorientasi misi (mission-driven government): transferring rule-driven organization; 5. pemerintah berorientasi hasil (result-oriented government): finding outcomes, not inputs; 6. Pemerintah yang berorientasi pelanggan (customer-driven government): meeting the needs of the customers, not the bureaucracy; 7. Pemerintah berjiwa wirausaha (entreprising government): earning rather than spending; 8. Pemerintah yang tanggap (anticipatory government): prevention rather than cure; 9. Pemerintah terdesentralisasi (decentralized government): from hierarchy to participation and teamwork; dan 10. ; Pemerintah berorientasi pasar (market-oriented government): leveraging change through the market. Put it all together.
pemerintah harus menyediakan (Providing) beragam pelayanan publik, tetapi tidak harus terlibat secara langsung dengan proses produksinya (Producing). Pemerintah menetapkan kebijakan, memberikan dana kepada badan pelaksana (pemerintah, swasta, NGO) dan menilai kinerja.
9. Pemerintah Desentralisasi ; dari hirarkimenuju partisipasi dan tim kerja Wewenang diberikan pada unit terdepan Hiraki dikurangi Visi dan misi diwujudkan bersama Tim kerja bebas menentukan cara kerjanya untuk mencapai hasil terbaik
Bagian Kelima
Tipe Program/Aktivitas
Job requirements & skill levels; training & retraining; learning and on the-job training; career progression; accountability / ethics; access to information; personal / professional networking; performance / conduct; incentives / security; values, integrity and attitudes; morale and motivation; work redeployment and job sharing; interrelationship, interdependencies and teamwork; communication skill, attitudes, motives, traits, self-concept. Incentive systems, utilization of personnel, leadership, organizational culture, communication, managerial structures, mission and strategy; culture / structure and competencies.
Organisasi
Sistem Manajemen untuk peningkatan kinerja, serta tugas dan fungsi spesifik, Microstructure
Lembaga dan Sistem; Macrostructures
Sistem
Rules of the game for economic and political regimes, policy and legal change, constitutional reform, policy and regulatory dimension; management / accountability dimension; resources dimension; process dimension, decentralized governance.
Bagian Keenam