You are on page 1of 7

1

PENDAHULUAN Latar Belakang Eceng Gondok yang pada mulanya hanya dikenal sebagai tanaman gulma air karena pertumbuhannya yang begitu cepat sehingga menutupi permukaan air, dan menimbulkan dampak pada menurunnya produksi di sektor perikanan juga menimbulkan permasalahan lingkungan lainnya seperti cepatnya penguapan perairan. Eceng gondok umumnya terdapat hampir di semua perairan umum di Indonesia juga di waduk-waduk. Gulma air tersebut berkembang lebih cepat terutama bila kondisi lingkungannya sangat mendukung, seperti airnya mengandung limbah. Karena keberadaan eceng gondok yang melimpah, berbagai upaya sering dilakukan oleh masyarakat untuk membasmi gulma air tersebut, diantaranya dengan memanfaatkan eceng gondok sebagai bahan untuk kerajinan, sebagai adsorben logam yang berbahaya dan juga sebagai pakan ternak. Namun tidak banyak diketahui bahwa eceng gondok mengandung zat-zat yang dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan terutama dalam fungsi pengobatan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan para ahli ternyata didapatkan hasil bahwa eceng gondok mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol yang mempunyai banyak manfaat untuk tubuh juga sebagi obat. Oleh karena itu sangat perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai pemanfaatan eceng gondok (Eichhoornia crassipes) dalam bidang kesehatan, utamanya untuk obat. Tujuan Penulisan Menganalisis zat-zat yang terkandung dalam eceng gondok sehingga eceng gondok dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, utamanya untuk obat. Manfaat Penulisan Diharapkan melalui penulisan karya tulis ini, antara lain sebagai berikut: Memberikan sumbangan pemikiran mengenai pemanfaatan eceng gondok dalam bidang kesehatan utamanya sebagai obat. Memperkaya khasanah dan pustaka medis Indonesia dan dunia dalam pilihan terapi untuk penanganan masalah panas dalam.

GAGASAN Eceng Gondok (Eichhoornia crassipes) Menurut Sastroutomo (1990) dalam Fahmi (2009) Eceng gondok merupakan tumbuhan air yang berasal dari brazil. Tumbuhan ini menyebar

keseluruh dunia dan tumbuh pada daerah dengan ketinggian berkisar antara 01.600 m diatas permukaan laut yang beriklim dingin. Penyebaran tumbuhan ini dapat melalui kanal, sungai dan rawa serta perairan tawar lain dengan aliran lambat. Menurut Lawrence (1964) dan Moenandir (1990) dalam Hernowo (1999), Enceng gondok secara botanis mempunyai sistematika sebagai berikut : Divisio : Embryophytasi Phonogama Sub Divisio : Spermathopyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Ferinosae Famili : Pontederiaceae Genus : Eichhornia Spesies : Eichhornia crassipes (Mart) Solm. Eceng gondok merupakan herba yang mengapung, menghasilkan tunas merayap yang keluar dari ketiak daun yang dapat tumbuh lagi menjadi tumbuhan baru dengan tinggi 0,4-0,8 m tumbuhan ini memiliki bentuk fisik berupa daundaun yang tersusun dalam bentuk radikal (roset). Setiap tangkai pada helaian daun yang dewasa memiliki ukuran pendek dan berkerut. Helaian daun (lamina) berbentuk bulat telur lebar dengan tulang daun yang melengkung rapat panjang 725 cm, gundul dan warna daun hijau licin mengkilat (Hernowo, 1999). Lebih lanjut, Masan (1981) dalam Hernowo (1999) menerangkan, bahwa kerangka bunga berbentuk bulir, bertangkai panjang, berbunga 10-35, tangkai dengan dua daun pelindung yang sangat dekat, yang terbawa dengan helaian 4 kecil dan pelepah yang berbentuk tabung dan bagian atas juga berbentuk tabung. Poros bulir sangat bersegi, tabung tenda bunga 1,5-2 cm panjangnya dengan pangkal hijau dan ujung pucat. Taju sebanyak 6 masing-masing tidak sama ukurannya, bila panjang 2-3 cm, taju belakang yang terbesar dengan noda ditengah-tengah berwarna kuning cerah. Benang sari 6, bengkok, tiga dari benang sari tersebut lebih besar dari yang lain. Bakal buah beruang tiga dan berisi banyak. Tangkai daun pada Enceng gondok bersifat mendangkalkan dan membangun spon yang membuat tumbuhan ini mengambang. Eceng gondok berkembang biak dengan stolon (vegetatif) dan juga secara generatif. Perkembangbiakan secara vegetatif mempunyai peranan penting dalam pembentukan koloni. Kandungan Kimia dalam Eceng Gondok (Eichhoornia crassipes) Eceng gondok memiliki unsur kandungan SiO2, calsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), chlorida (Cl), cupper (Cu), mangan (Mn), ferum (Fe) dan banyak lagi. Tumbuhan eceng gondok kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui. Menurut penelitian, eceng gondok mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Saponin Saponin antara lain terdapat pada tanaman yang termasuk familia Liliaceae, Amaryllidaceae, Pontederiaceae dan Dioscoreceae. Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid. Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid. Saponin steroid

mempunyai aktivitas sebagai hormon. Glikosida saponin dibagi menjadi dua jenis berdasarkan pada struktur bahan kimia dari aglycone (sapogenin). Saponin pada hidrolisis menghasilkan suatu aglycone yang dikenal sebagai sapogenin.

Gambar 1. Bagan Pembagian Saponin Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis. Flavonoid Flavonoid (atau bioflavonoids), juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, adalah sebuah kelas tanaman metabolit sekunder. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dikembangkan, senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai anti oksidan umumnya merupakan senyawa flavonoid. Anti oksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat oksidasi molekul lain. Tubuh tidak memiliki pertahanan anti oksidatif berlebihan, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih, tubuh membutuhkan anti eksogen. Kekhawatiran terhadap antioksidan sintetik menjadikan antioksidan alami menjadi alternative yang terpilih. Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Saat ini lebih dari 6.000 senyawa yang berbeda masuk ke dalam golongan flavonoid. Flavonoid merupakan bagian penting dari diet manusia karena banyak manfaatnya bagi kesehatan.

Gambar 2. Kerangka Senyawa Flavonoid

Polifenol Polifenol merupakan kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Ini adalah sejenis zat yang dapat melindungi tubuh dari beberapa gangguan kesehatan dan efek penuaan.

Kandungan Saponin pada Eceng Gondok dengan Fungsinya sebagai Obat Telah dipaparkan pada penjelasan-penjelasan sebelumnya bahwa eceng gondok mengandung zat-zat kimia salah satunya adalah saponin. Saponin triterpenoid sering dimanfaatkan sebagai ekspektoran mengangkat lendir kotoran (obat batuk). Selain itu saponin juga dapat mencegah anemia karena merangsang pembentukan sumsum tulang dan memproduksi darah. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh juga meningkatkan metabolisme energi dan mengatasi kelelahan. Kandungan saponin banyak terdapat pada akar dan daun eceng gondok. Salah satu fungsi saponin adalah untuk obat luar yang bersifat membersihkan. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai obat pada penyakit biduran dan bisul. Karena kandungan saponin pada penyakit biduran dan bisul digunakan sebagai obat luar, maka eceng gondok dilumatkan hingga halus kemudian ditempelkan pada bagian yang sakit. Saponin juga dapat digunakan sebagai obat gangguan saluran kencing. Seperti susah kencing, kencing yang disertai rasa nyeri (dalam bahasa Jawa disebut ayang-ayangan). Kandungan Flavonoid pada Eceng Gondok dengan Fungsinya sebagai Obat Flavonoid termasuk senyawa fenolik yang alam yang potensial sebagai senyawa antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Fungsi flavonoid yang lainnya yaitu untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi (anti radang), sebagai pencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik. Antioksidan mampu menangkap radikal bebas senhingga dapat mencegah penyakit kanker, jantung koroner, katarak, penuaan dini, serta penyakit degenerative lainnya. Proses fisiologis flavonoid yang tidak diinginkan senyawa menginduksi disebut tahap II enzim yang juga membantu untuk menghilangkan mutagen dan karsinogen, dan oleh karena itu mungkin nilai dalam pencegahan dan pengobatan kanker. Flavonoid juga bisa menyebabkan mekanisme yang dapat membunuh sel kanker dan menghambat tumor invasi. Flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus, termasuk untuk virus HIV (AIDS) dan virus herpes. Selain itu, flavonoid juga berperan dalam pencegahan dan pengobatan beberapa penyakit lain seperti asma, katarak, diabetes, rematik, migrain, wasir, dan periodontitis (radang jaringan ikat penyangga akar gigi). Kandungan flavonoid paling banyak terdapat pada bagian batang eceng gondok. Kandungan Polifenol pada Eceng Gondok dengan Fungsinya sebagai Obat Polifenol bertugas sebagai antioksidan di dalam tubuh. Polifenol melindungi sel-sel dan bahan kimia tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan

oleh radikal bebas, atom reaktif yang menyebabkan kerusakan jaringan dalam tubuh. Misalnya, ketika LDL (low-density lipoprotein) kolesterol teroksidasi, dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh arteri dan mengakibatkan penyakit jantung koroner. Polifenol juga dapat memblokir aksi dari enzim yang dibutuhkan oleh pertumbuhan kanker dan menonaktifkan zat yang mendorong pertumbuhan kanker. Polifenol yang paling kuat terkait dengan pencegahan kanker adalah epigallocatechin-3-gallate, atau EGCG. Fungsi lainnya yaitu, polifenol bertindak sebagai penangkap radikal bebas, melindungi sel membran lemak, protein dan DNA. Solusi yang Pernah Ditawarkan Sampai saat ini, umumnya masyarakat memanfaatkan keberadaan eceng gondok yang berlimpah sebagai: pengolah limbah domestik Penyerap logam berat Bahan baku pulp dan kertas Bahan baku pupuk organik Sumber pakan ternak dan ikan Bahan baku kerajinan tangan Gagasan Baru yang Ditawarkan Dari berbagai hal yang sudah diuraikan pada subbab sebelum ini tentang kandungan-kandungan dalam eceng gondok beserta manfaatnya untuk obat, maka penulis menawarkan gagasan baru dalam pemanfaatan eceng gondok sebagai obat untuk beberapa penyakit yang sudah disebutkan pada uraian di atas. Sedangkan untuk memudahkan pengonsumsian eceng gondok supaya dapat digunakan sebagi obat untuk beberapa macam penyakit, maka eceng gondok bisa dijadikan dalam bentuk ekstrak yang dimasukkan ke dalam bungkus kapsul. Langkah awal yang harus dilakukan dalam pembuatan kapsul yang didalamnya terdapat ekstrak eceng gondok adalah dengan mengeringkan tumbuhan eceng gondok. Setelah eceng gondok benar-benar kering lanjutkan dengan membuat ekstrak dari eceng gondok yang sudah dikeringkan tadi dengan cara menghaluskan eceng gondok kering hingga menjadi serbuk yang halus. Namun harus diingat bahwa sebelum mengekstrak eceng gondok kering, bagianbagian dari eceng gondok seperti batang, daun dan akar saling dipisahkan. Karena bagian-bagian tersebut mempunyai zat-zat masing-masing yang lebih dapat dioptimalisasikan pada penyakit-penyakit tertentu. Setelah itu, isi bungkus kapsul yang sudah jadi dengan ekstrak eceng gondok menurut bagian dari organ eceng gondok itu sendiri. Pihak-pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan Gagasan ini dapat terwujud melalui partisipasi aktif masyarakat yang berada di sekitar wilayah perairan yang terdapat kelimpahan eceng gondok, kaum akademisi yang ahli di bidang ini, serta pemerintah untuk mendukung mensosialisasikan pemanfaatan baru eceng gondok sebagai obat.

Langkah-langkah Strategis Implementasi Gagasan Gagasan pemanfaatan eceng gondok sebagai obat ini dapat diimplementasikan dengan baik apabila didukung oleh hal-hal strategis sebagai berikut : 1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme lain dan juga dosis efektif serta formulasi yang tepat dari eceng gondok sebagai obat. 2. Pemerintah menggandeng lembaga surveyor untuk mendapatkan data spesifik karakteristik perairan yang mendukung kemampuan hidup eceng gondok. 3. Penegasan kembali aturan dalam UU No 27 tahun 2008 tentang Corporate Social Responsibility perusahaan mengenai kemanfaatan aliran dana CSR. Pembuatan kebijakan penyaluran dari pemerintah dapat dilakukan apabila dana tidak terdistribusi dengan baik. 4. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan eceng gondok sebagai obat dan didapatkan hasil yang sudah terbukti dan layak konsumsi sebaiknya Pemerintah segera membeli hak cipta produk tersebut. 5. Adanya pertimbangan pembuatan UU yang mengatur bahwa penemuan yang bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak dapat dikelola oleh Negara, dengan tidak mengabaikan kompensasi untuk penemunya. 6. Perlunya publikasi, penyuluhan dan pengembangan pemanfaatan eceng gondok sebagai obat.

KESIMPULAN Inti Gagasan Gagasan pemanfaatan eceng gondok sebagai obat ini berdasarkan kandungan-kandungan yang ada dalam eceng gondok yang mempunyai banyak sekali manfaat bagi tubuh dan dapat digunakan sebagai obat untuk beberapa penyakit. Berdasarkan hal itulah penulis memberikan gagasan tentang ekstrak eceng gondok yang dimanfaatkan untuk obat beberapa macam penyakit. Teknik Implementasi Gagasan Langkah-langkah implementasi untuk mewujudkan gagasan pemanfaatan eceng gondok sebagai obat ini adalah : 1. Identifikasi potensi pengembangan daerah sesuai skala prioritas tiap propinsi 2. Melakukan pendekatan secara gradual (bertahap) kepada tokoh masyarakat sebagai awal pelaksanaan kerjasama dengan masyarakat 3. Melakukan kemitraan strategis dengan lembaga atau instansi yang lebih memiliki keahlian di bidang ini 4. Mobilisasi warga untuk melaksanakan program yang di sepakati bersama

5.

Melakukan mekanisme evaluasi secara periodik dan profesional

Prediksi Keberhasilan Gagasan Keberhasilan dari keseluruhan gagasan ini nantinya ditentukan oleh seberapa besar peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar setelah pemanfaatan eceng gondok sebagai obat, karena diharapkan eceng gondok yang awalnya dianggap gulma akhirnya memiliki nilai jual lebih ditilik dari fungsinya yang cukup besar bagi dunia keseatan utamanya untuk obat. Serta adanya jenis obat baru di dunia kesehatan yang terbuat dari eceng gondok.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. l984. Eceng gondok Permasalahan dan Pemanfaatannya. Bandung: Makalah seminar ITB . l998. Eceng gondok Permasalahan dan Pemanfaatannya. Bandung: Makalah seminar ITB Arifin, A. S. 1986. Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Penerbit Karunia Gopal, B. , K.P Sharma. 1981. Water Hyiacinth (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) the most Troublesome Weed of The World. Hindasia Publisher. New Delhi Hasim., 2007, Enceng Gondok Pembersih Logam Berat, www.kompas.com/ kompas -cetak/0307/02/inspirasi/404854.htm - 40k -, diakses tanggal 10 Februari 2012 Hernowo S., Sipon muladi, 1999, Kajian Eceng Gondok Sebagai Bahan Baku Industri dan Penyelamatan Lingkungan Hidup di Daerah Perairan. Fakultas Kehutanan Mulawarman, Samarinda Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia .Jilid I. Sarana Wana Jakarta Mahato, S.B., S.K. Sarkar and G. Poddar. 1988. Triterpenoid saponin. Phytochemistry 27: 3037-3067 Marianto, Lukito Adi. SP. 2003, Tanaman Air, Agro Media Pustaka Parker, S.P., Encyclopedia Of Science and Technology, Mc Graw Hill Book Company, New York, pp. 233

You might also like