You are on page 1of 7

Tugas Komposit 2

Optimization Effect of Micro Hardness by Nanoclay Clusters in Nanoclay/Epoxy Composite

Rhidiyan Waroko 0806331935

Departemen Teknik Metalurgi dan Material Program Teknik Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok 2012

Optimization Effect of Micro Hardness by Nanoclay Clusters in Nanoclay/Epoxy Composite


Pendahuluan
Clay / polymer nanokompsoit telah memberikan peningkatan kekuatan mekanik dan ketahanan thermal yang baik dan efisien pada material komposit berbasis polymer. Penambahan sejumlah layered silicate atau sekarang lebih dikenal dengan nanoclay, dapat meningkatkan propertis material komposit berbasis polimer tersebut. Dalam pandangan industri, partikel ringan tersebut, secara efektif dapai digunakan untuk menghasilkan kekakuan yang tinggi dan secara ekonomis dapat digunakan sebagai material struktural dengan bobot ringan. Namun, sifat dari komposit ini tergantung dari persebaran yang uniform dari partikel nanoclay didalam matriksnya. Dengan penambahan partikel nanoclay tersebut, maka ketahanan terhadap impak dan ketahanan aus material meningkat. Flexural strength juga meningkat seiring dengan penambahan partikel nanoclay tersebut. Namun, penambahan partikel nanoclay memiliki nilai optimum. Nilai optimum tersebut tergantung dari bentuk, ukuran dan homogenitas dari persebaran partikel,dan juga kekuatan ikatan antarmuka antara filler dan matriksnya. Pada praktiknya, membuat persebaran yang homogen hanya dapat dibuat didalam laboratorium, pasti terbentuk micro-size nanoclay cluster. Adanya cluster tersebut akan mempangaruhi sifat intrinsik dan sifat mekanik material komposit ini.

Percobaan dan Pengujian


Untuk membuktikan efek cluster tersebut terhadap sifat mekanik dari komposit, maka dilakukan suatu pengujian. Resin epoxy Araldite GY 251 akan dicampur dengan hardener HY 956 dengan rasio 5:1 untuk membuat base material-nya. Partikel nanoclay (SiO2) ditambahkan untuk membentuk nanoclay. Diameter partikel rata-rata adalah 25nm, dengan moisture < 3% dan densitas 0.45g/cm3 dengan kadar 95% lebih merupakan SiO2. Pertama, partikel nanoclay dicampurkan dengan resin epoxy dengan metode ultrasiund sonicatioan selama 1 jam dalam temperatur ruang. Kemudain hardener ditambahkan dan waktu curing selama 24 jam. Variabel yang digunakan adalah komposisi partikel nanoclay, yaitu 0%, 2%, 4%, 6%, 10% dan 15%.

Uji micro-hardness dilakukan dengan menggunakan alat Micro-hardness tester (FM-7E), dengan masing-masing sampel dilakukan pengindentasian sebanyak 10 kali. Untuk meningkatkan keakuratan nilai,maka sampel di-polishing terlebih dahulu. Untuk melihat distribusi cluster nanoclay pada sampel resin epoxy, maka digunakan alat SEM. Uji EDX dilakukan untuk membuktikan validitas lokasi cluster dalam resin epoxy. Uji flexural, yaitu dengan metode three-point bending.

Hasil dan Diskusi


Kekerasan dari sampel, masing-masing diukur dengan 10 kali indentasi (penjejakan). Hasil dari penjejakkan tersebut, ditampilkan pada Tabel 1. Pada tabel tersebut terlihat, kekerasan akan meningkat selama konten dari partikel nanoclay ditambahkan sampai ke komposisi 4%., dan kemudian kekerasan akan menurun jika partikel nanoclay ditambahkan lebih dari 4%. Tabel 1. Hasil dari pengukuran uji mikro-hardness

Gambar 1. Nilai rata-rata mikro-hardness dari berbagai komposisi.

Perbedaan kekerasan yang sangat mencolok, antara sampel dengan komposisi 4% dan komposisi 15%. Pada komposisi 4%, kekerasan sampel adalah 12.75 Hv, sedangkan pada konten 15 %, kekerasan sampel adalah 2.68 Hv. Selanjutnya adalah pengujian dengan menggunakan alat SEM dan EDX. Sampel dari berbagai komposisi tersebut, dipotong dan dilakukan pengujian SEM pada bagian potonganya tersebut. Gambar 2 dan Gambar 3, memperlihatkan hasil SEM. Terlihat adanya cluster berbentuk lingkaran pada Gambar 3. Setelah diselidiki dengan menggunakan EDX, daerah didalam lingkaran tersebut banyak mengandung Silika. Hal tersebut memperkuat bahwa lingkaran tersebut merupakan cluster nanoclay. Alasan terbentuknya cluster nanoclay dalam resin epoxy adalah karena wetability dari permukaan antara nanoclay dengan resin epoxy. Bagian tengah dari lingkaran tersebut tidak dapat bereaksi dengan resin epoxy. Pada daerah pinggir lin gkaran tersebut, adanya cross-linking harus lebih banyak daripada daerah tengah lingkaran, hal tersebut untuk meningkatkan kekuatan mekanik komposit. Pembentukkan cluster nanoclay tidak dapat dihindari dalam pembentukkan komposit. Penghitungan ukuran cluster dilakukan dengan menggunakan SEM. Dari perhitungan tersebut didapat nilai rata-rata ukuran cluster yaitu sebesar 125 nm pada komposisi 4%, sedangkan pada komposisi 15%, ukuran cluster sekitar 400 nm. Semakin bertambahnya komposisi nanoclay dalam resin epoxy, maka free volume akan berkurang dan juga cross-link dalam nanoclay meningkat sehingga meningkatkan tendensi partikel nanoclay untuk membentuk cluster. Cluster nanoclay yang besar lebih mudah untuk dibentuk. Semakin banyak komposisi nanoclay, maka akan semakin besar ukuran cluster yang terbentuk.

(a) (b) Gambar 2. (a) gambar penampang resin epoxy murni (b) dengan partikel nanoclay sebanyak 4% Hasil dari uji flexural-strength ditampilkan dengan grafik hubungan load-deflection pada Gambar 5-7. Pada Gambar 5 yaitu pada resin epoxy murni, terjadi deformasi plastis yang panjang sebelum terjadi patahan. Dari grafik tersebut, jelas bahwa nilai ketangguhan dan konsumsi energi sebelum terjadi patahan tinggi. Pada sampel dengan komposisi 4%, deformasi plastis yang terjadi sangat kecil. Hal tersebut menandakan ketangguhan tidak

meningkat seiring meningkatnya komposisi partikel nanoclay. Dengan kata lain, penambahan nanoclay menurunkan sifat ketangguhan komposit.

Gambar 3. Hasil uji EDX pada sampel 4% nanoclay (a) daerah diluar lingkaran (b) daerah lingkaran Pada keadaan resin epoxy yang murni, tidak terbentuk cluster nanoclay, sehingga ketika gaya diberikan ke komposit, maka energi tersebut digunakan untuk memutus cross-link yang terbentuk secara kuat didalam resin. Berbeda dengan sampel dengan komposisi 4% yang membentuk cluster. Energi yang diberikan akan mudah untuk memotong ikatan yang terbentuk antara cluster dengan epoxy karena ikatan antar-muka dari keduanya yang lemah.

Gambar 4. Variasi ukuran cluster dari berbagai komposisi

Gambar 5. Grafik load-deflection pada uji three point bending pada resin epoxy murni

Gambar 6. Grafik load-deflection pada uji three point bending pada sampel 4%

Gambar 7. Grafik load-deflection pada uji three point bending pada sampel15%

Gambar 8. Hubungan stress/strain pada komposit nanoclay/epoxy dengan komposisi nanoclay berbeda

Kesimpulan
1. Mikro-hardness dari komposit meningkat dengan meningkatnya komposisi nanoclay sampai ke komposisi optimal 4%. Setelah melewati komposisi optimal tersebut, mikrohardness akan mengalami penurunan. 2. Meningkatnya komposisi nanoclay juga meningkatkan kekuatan mekanik secara keseluruhan, selain itu, ukuran cluster yang terbentuk juga akan semakin besar. 3. Ikatan antarmuka nanoclay dengan matriksnya tidak terlalu kuat.

Referensi
1. Lam, Chun-Ki., Lau, Kin-Tak. Optimization Effect of Micro Hardness by Nanoclay Clusters in Nanoclay/Epoxy Composite. Journal of Thermoplastic Composite Materials 2009 22: 213.

You might also like