You are on page 1of 8

Sukartiningsih, Peningkatan Kemampuan Membaca..

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN MELALUI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME


Wahyu Sukartiningsih Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji efektivitas pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan (MMP) di kelas 1 sekolah dasar (SD). Penelitian ini menggunakan tiga siklus pembelajaran kontruktivisme, yaitu (1) mengenalkan huruf dengan media kartu kata bergambar, (2) membaca dan menulis kata dan suku kata berulang dengan media cerita bergambar yang didesain khusus, dan (3) membaca dan menulis kalimat sederhana dengan media cerita bergambar yang didesain khusus. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan siswa dalam bentuk: 1) menurunnya membaca dengan mengeja sehingga dapat meningkatkan kelancaran membaca dan menulis siswa, (2) meningkatnya pemahaman siswa terhadap bahan bacaan, dan 3) meningkatnya minat dan motivasi siswa untuk membaca dan menulis permulaan. Abstract: The research purpose is to investigate the effect of constructivism teachinglearning on enhancing the ability of beginning reading and writing of the 1 first grade students of primary schools. This study used three cycles of constructivism teaching learning ,i.e. introducing 1) letters using picture card media; 2) reading and writing words and syllables using picture story media; 3) reading and writing simple sentences. The finding shows that constructivism teaching learning could enhance the students ability of beginning reading and writing in terms of 1) reducing the spelling-out activity while reading; 2)improving their Reading Comprehension; 3) improving their interest and motivation in reading. Kata kunci: pembelajaran, kontruktivisme, membaca dan menulis permulaan
MMP merupakan kemampuan membaca dan menulis pada tahap keberwacanaan dan bersifat teknis. Tahap keberwacanaan ini merupakan tujuan pembelajaran di SD kelas-kelas awal, yaitu kelas 1 dan 2 (Comb, 1996: 15). Namun, menurut Wrigth, dkk (1993:15), mengajar anak untuk dapat membaca dan menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan. Apalagi untuk mengajar MMP pada anak-anak usia kelas awal yang masih berada dalam usia bermain dan belum memungkinkan untuk menghadapkan mereka pada situasi pembelajaran yang formal dan suasana serius. Dari hasil diskusi yang dilakukan dengan guru kelas 1 dan dari pengamatan awal yang dilakukan peneliti terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru dapat disimpulkan rendahnya kemampuan membaca dan menulis siswa terutama disebabkan kurang tepatnya strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran MMP. Dalam pembelajaran MMP, tampaknya guru masih terfokus pada penggunaan metode mengeja. Dalam hal ini, guru juga menyadari kelemahan metode mengeja ini karena sering mendapat keluhan dari guru kelas dua atau kelas tiga bahwa dalam kegiatan membaca lanjut, siswanya masih sering mengeja. Guru juga menyadari bahwa kebiasaan mengeja pada anak sulit dihilangkan. Namun, guru tetap menggunakan * Dosen Program PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya 97

JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOL.6 NO.2, 2005: 61 - 118 metode mengeja itu karena guru menganggap metode ini sangat praktis, mudah dilaksanakan, dan tidak memerlukan kreativitas strategi pembelajaran yang memerlukan banyak pemikiran, serta didasari kekurangmampuan guru dalam menganalisis strategi pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini guru melupakan satu hal, yaitu sesuatu yang dilaksanakan dengan mudah dan praktis belum tentu memperoleh hasil yang maksimal. Kesulitan guru kelas 1 SD untuk meningkatkan kemampuan MMP tidak hanya dialami oleh guru kelas 1 SDN Arjosari I, tempat penelitian ini dilakukan. Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap pembelajaran MMP, Nisrina (2000:165) telah membuktikan bahwa secara umum penguasaan MMP siswa SD belum maksimal. Permasalahan penguasaan MMP ini secara umum memang dialami oleh guru SD, walaupun setiap sekolah atau kelas memiliki kekhususan karakteristik permasalahan. Dalam hal ini, berdasarkan hasil penelitiannya, Anwar (1997: 157) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan bentuk latihan membaca permulaan karena disebabkan faktor guru dan strategi pembelajarannya, lingkungan sosial, latar belakang, serta sarana penunjang. Untuk itu, Mudjito (1994:10) menyarankan bahwa cara menyajikan pelajaran hendaknya memanfaatkan berbagai sarana penunjang seperti perpustakaan, alat peraga, lingkungan dan budaya serta masyarakat dan nara sumber. Berdasarkan diskusi yang dilakukan antara guru dan peneliti perlu adanya upaya untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut melalui upaya perbaikan terhadap strategi pembelajaran yang digunakan guru. Oleh karena itu, untuk memperbaiki proses pembelajaran MMP di kelas 1 perlu adanya penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme digunakan berdasarkan pandangan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan untuk memfasilitasi dan mengoptimalisasi potensi yang dimiliki siswa dari secara bertahap sehingga siswa dalam membentuk dirinya dan potensinya sendiri (Slavin, 1994:225). Dalam pembelajaran konstruktivisme, guru tidak memberikan doktrin-doktrin teoretis kepada siswa sebagaimana yang dilakukan dalam pembelajaran MMP dengan menggunakan metode mengeja. Dalam pembelajaran konstruktivisme, guru memfasilitasi potensi siswa melalui strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan siswa dengan dibantu berbagai media yang mendukung proses konstruksi pada diri siswa. Pembelajaran konstruktivisme yang diterapkan dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar bagi guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran membaca dan menulis di kelas, serta memilih dan menggunakan media belajar yang tepat. Untuk mengatasi permasalahan MMP di kelas 1 SDN Arjosari I tersebut secara tepat dan akurat diperlukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran MMP melalui pembelajaran konstruktivisme dengan memperhatikan langkah-langkah atau strategi pembelajarannya secara tepat dengan didukung penyiapan media pembelajaran yang dapat mengkonstruk dan menggali potensi anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah praktis pembelajaran dengan upaya menerapkan efektivitas pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan MMP di kelas 1 SDN Arjosari I. Tujuan umum ini selanjutnya dapat dirinci menjadi tujuan berikut: 1) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran konstruktivisme yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan MMP di kelas 1 SDN Arjosari I, 2) menjelaskan efektivitas pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan MMP di kelas 1 SDN Arjosari I, dan 3) menjelaskan kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan MMP di kelas 1 SDN Arjosari I. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat dalam menunjang pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Dasar. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kompetensi mengajar guru dan memberikan gambaran kondisi pembelajaran konstruktivisme di kelas bagi para penentu kebijakan seperti kepala sekolah, bagi Kepala Cabang Departemen Pendidikan Nasional Kabupaten Pasuruan dan Pembina Matakuliah Pendidikan Bahasa Indonesia pada Program D2 PGSD UNESA, sebagai berikut.

98

Sukartiningsih, Peningkatan Kemampuan Membaca..

Metode
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (1988) dengan prosedur penelitian yang terdiri atas perencanaan-tindakanobservasi/evaluasi-refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus. Sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan, peneliti melakukan persiapan berupa 1) permintaan izin kepada kepala sekolah SDN Arjosari I, (2) studi awal tentang pelaksanaan pembelajaran MMP, 3) mengidentifikasi permasalahan, 4) merumuskan spesifikasi dan karakteristik pembelajaran konstruktivisme yang dibutuhkan, 5) melatih guru kelas dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran MMP, dan 5) merencanakan siklus-siklus tindakan kelas, 6) menyusun instrumen penelitian Subjek yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 SDN Arjosari I, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan yang berjumlah 28 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama sepuluh bulan yang terdiri atas tiga siklus dengan prosedur penelitian masingmasing siklus terdiri atas 1) rencana tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka pengumpulan data diperoleh melalui (1) observasi partisipatif yang dilakukan oleh peneliti (guru kelas) selama tindakan dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan MMP secara kualitatif; (2) wawancara yang dilakukan terhadap siswa untuk memperoleh informasi tentang kegiatan pembelajaran berbasis konstruktivisme yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan MMP siswa kelas 1, (3) dokumentasi dari tugas-tugas lisan dan perbuatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang efektivitas pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam MMP. Analisis data dilakukan dengan menggunakan prosedur menerjemahkan jenis data dari hasil observasi dan wawancara menjadi data kualitatif dalam bentuk deskripsi tentang (a) langkahlangkah pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SD, (b) efektivitas pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SD, dan (c) kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan pembelajaran konstruktivisme.

Hasil dan Pembahasan


Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama tiga siklus. Pada tiap pentahapan siklus diupayakan dapat menghasilkan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas 1. Adapun pembelajaran kontruktivisme yang dilakukan dalam penelitian ini tampak melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut. Pada siklus 1, pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah: 1) Guru melakukan pembelajaran di kelas sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah disusun bersama dalam tim peneliti. Dalam hal ini, guru mengawali dengan memberikan apersepsi untuk menjajagi kemampuan siswa dalam hal membaca dan menulis permulaan; 2) Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media kartu kata bergambar (MKKB) yang sudah didesain untuk mengenalkan huruf yang terdiri atas 1 set huruf dari a sampai dengan z, dan ditetapkan pada saat kegiatan perencanaan, 3) Dalam melakukan tindakan ini, guru menggunakan strategi menemukan sendiri dengan menjalin interaksi dengan siswa untuk merangsang aktivitas siswa dengan cara: a) Guru menunjukkan MKKB sisi depan yang terdapat gambar serta konteks kata untuk mengenalkan huruf tertentu. Misalnya, untuk mengenalkan huruf b guru dapat menggunakan MKKB yang bergambar buku dengan tulisan buku yang berada di bawah gambar. Guru membacakan tulisan yang berada di bawah gambar, yakni buku. Setelah itu siswa diminta untuk menirukan ucapan guru sambil guru menunjuk tulisan yang ada di bawah gambar, bukan menunjuk gambarnya, b) guru mengenalkan bagian awal dari kata buku, yakni huruf b. Guru kemudian menunjukkan sisi belakang MKKB yang bertuliskan huruf b 99

JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOL.6 NO.2, 2005: 61 - 118 yang ditulis besar, c) Guru menuliskan huruf b sambil memberi contoh cara penulisannya di papan tulis,, siswa diminta menirukan di buku masing-masing, d) Pembelajaran MMP dengan MKKB ini dapat dilanjutkan dengan kegiatan menarik yang lain, yakni guru meminta siswa untuk menggambar atau menceritakan gambar yang terkait dengan gambar dan tulisan yang terdapat dalam MKKB. Pada akhir pembelajaran dapat diberikan tes berupa tugas permainan dengan menggunakan MKKB dalam bentuk mencocokkan kata dengan gambar yang sesuai. Dalam hal ini, siswa dapat diminta untuk berlomba adu cepat dalam mencari kata-kata yang berawal huruf b, kemudian menuliskan huruf tersebut di papan tulis. Pembelajaran pada siklus 2 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru mengawali dengan memberikan apersepsi awal untuk menjajagi kemampuan siswa dalam hal mengenali huruf dalam konteks kata bergambar, 2) Kemudian guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan kalimat-kalimat yang terdiri atas kata-kata dengan suku kata berulang, misalnya untuk mengenalkan sistem perangkaian huruf d dengan vokal digunakan kalimat Ada dua dadu; Ini dadu didi dan dedo; Didi dan dedo duduk; dan seterusnya, 3) Guru membacakan cerita bergambar dengan kalimat-kalimat sederhana yang seperti dicontohkan pada bagian 2, 4) Guru melakukan pembacaan secara berulang-ulang, siswa menirukan, 5) Setelah siswa dapat menirukan dan membaca pengulangan-pengulangan suku kata dalam kalimat-kalimat sederhana, guru meminta siswa untuk menuliskan di papan tulis atau di buku masing-masing, 6) Dalam melakukan tindakan ini, guru dapat menggunakan strategi menemukan sendiri dan melakukan kegiatan interaktif untuk menjalin interaksi dengan siswa dengan merangsang aktivitas dan daya pikir siswa, 7) Pada akhir pembelajaran dapat diberikan tes akhir berupa tugas membaca kalimat dalam buku cerita bergambar dengan suku kata berulang dan mencontoh tulisan guru atau tulisan yang ada di buku tersebut di papan tulis atau berupa tes dikte di buku siswa masing-masing. Pembelajaran pada siklus 3 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru mengawali dengan memberikan apersepsi untuk menjajagi kemampuan siswa dalam hal mengenali sistem pembacaan dan penulisan kata dan kalimat yang dibantu dengan konteks gambar, 2) Kemudian guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media buku cerita bergambar yang sudah didesain dan ditetapkan pada saat kegiatan perencanaan, misalnya kalimat-kalimat sebagai berikut: ini kancil, kancil hidup di hutan, kancil suka makan timun, ini kebun pak tani, pak tani menanam timun, kancil lewat di kebun, timun pak tani ranum-ranum, kancil mencuri timun pak tani, dan seterusnya, 3) Dalam melakukan tindakan ini, guru dapat menggunakan strategi menemukan sendiri dan melakukan kegiatan interaktif untuk menjalin interaksi dengan siswa dengan merangsang aktivitas dan daya pikir siswa dengan cara: a) Guru membagikan buku cerita yang memiliki karakteristik tertentu sesuai dengan kebutuhan membaca awal siswa kepada semua siswa dengan judul cerita yang sama, b) Guru memberikan contoh cara membaca cerita bergambar tersebut, siswa diminta menirukan, c) Dalam pembelajaran ini diupayakan terjadi diskusi menarik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya tentang topik yang diceritakan dalam cerita bergambar tersebut, d) Guru meminta salah satu atau beberapa orang siswa membacakan secara nyaring buku cerita tersebut, e) Selain membacakan, siswa juga diminta untuk menuliskan di papan tulis atau di buku masing-masing kalimat-kalimat yang ada dalam buku cerita tersebut yang dipilih oleh guru, f) Pada akhir pembelajaran dapat diberikan tes akhir berupa membaca kalimat dalam buku cerita bergambar dan menulis kalimat sederhana (dikte). Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran konstruktivisme dapat memberikan pengaruh kondusif terhadap kemampuan dan sistem belajar anak dalam membaca dan menulis permulaan. Pengaruh kondusif dalam jangka pendek yang dimaksudkan adalah 1) meningkatnya kemampuan membaca siswa yang dapat dibuktikan dari kemampuan membaca siswa yang dilakukan dengan menghindari sistem mengeja, (2) meningkatnya pemahaman siswa terhadap bahan bacaan yang berupa kalimat-kalimat sederhana, dan 3) meningkatnya minat dan motivasi siswa untuk membaca dan menulis permulaan. Adapun pengaruh kondusif dalam jangka panjang belum bisa disampaikan dalam laporan penelitian ini karena harus dilihat dampaknya pada pembelajaran membaca dan menulis lanjut siswa ketika mereka berada pada kelas tinggi (kelas 3 sampai dengan 6). Namun dapat dipredikisikan (berdasarkan asumsi teori sintesis dan global)

100

Sukartiningsih, Peningkatan Kemampuan Membaca.. bahwa kemampuan membaca dan menulis lanjut anak menjadi meningkat sebagai dampak diterapkannya pembelajaran konstruktivisme di kelas 1 SD. Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pembelajaran konstruktivisme sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan MMP di kelas 1. Hal ini tampak dari adanya peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan siswa sebagai berikut: ASPEK KEMAMPUAN HASIL TINDAKAN KELAS BAHASA AWAL SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3 Pelafalan Secara umum anak Sebagian anak sulit Anak belum Anak sudah sudah bisa melafalkan melafalkan r bisa bisa membedakan huruf dengan baik, dengan bunyi getar membedakan hanya pada huruf pelafalan z bunyi z, dan s, tertentu kurang dengan s, namun masih sempurna, seperti r seperti pada sulit dilafalkan l. kata lezat. melafalkan bunyi x . Intonasi Datar dan patah-patah Datar dan patahpatah Datar Anak mulai dapat membedakan intonasi kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat seru Anak sudah mengenal huruf-huruf pada awal, tengah, maupun akhir kata Anak dapat membaca dan menulis katakata baik yang terdiri atas 2 maupun 3 suku kata Anak dapat membaca dan menulis kalimat sederhana yang terdiri atas 3-6 kata kata Ada penambahan kosa kata dari media cerita 101

Pengenala n huruf

Sebagian sudah mengenal huruf-huruf a, i, n, m, dan sudah mengenali huruf-huruf pada namanya sendiri

Sebagian anak dapat menirukan bunyi seperti t, d, p, b, o, dan sebagainya dan dapat menirukan tulisan guru Sebagian anak dapat membaca dan menirukan kata yang ditunjuk guru sesuai dengan contoh guru Anak belum bisa membaca dan menulis kalimat

Pengenala n kata

Sebagian anak sudah dapat mengenali (membaca) kata.

Anak sudah dapat membaca dan menulis kata-kata berawal huruf seperti t, d, p, b, o, dan sebagainya Anak dapat membaca dan menulis katakata sederhana yang terdiri atas 2 suku kata Sebagian anak dapat membaca dan menulis kalimat sederhana yang terdiri atas 2 sampai 3 kata Ada penambahan kosa kata dari media cerita

Pengenala n Kalimat

Anak belum bisa membaca dan menulis kalimat

Peningkat an Kosa Kata

Kosa kata yang dimiliki anak tidak diukur secara pasti.

Ada penambahan kosa kata dari MKKB, dan kosa kata

JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOL.6 NO.2, 2005: 61 - 118 pengembangannya dari hasil tanya jawab guru-siswa bergambar dengan suku kata yang berulang-ulang serta kosa kata pengembangann ya dari hasil tanya jawab guru-siswa bergambar dengan kalimatkalimat sederhana yang terdiri atas 3-6 kata serta kosa kata pengembangan nya dari hasil tanya jawab guru-siswa Anak bisa memahami wacana tulis dalam bentuk media cerita bergambar dengan kalimatkalimat sederhana yang terdiri atas 3-6 kata Anak suka membaca dan menulis kalimat melalui media cerita bergambar yang diberikan oleh guru

Pemaham an Makna Wacana

Anak belum bisa memahami wacana lagu karena belum mengenali kosa katanya

Anak bisa memahami wacana lisan dari hasil tanya jawab gurusiswa

Anak bisa memahami wacana tulis dibantu dengan bimbingan guru

Motivasi Belajar

Anak agak malas untuk diajar membaca dan menulis. Hal ini dapat diketahui dari keluhan anak yang cepat bosan dan cepat meras lelah dalam membaca dan menulis

Anak mulai suka belajar membaca dan menulis huruf dengan rangsangan media kata bergambar yang digunakan guru

Anak mulai suka mengenali huruf dan rangkaian suku kata ketika membaca dan menulis kalimat yang terdiri atas pengulanganpengulangan suku kata yang diajarkan guru melalui media cerita bergambar

Peningkatan kemampuan membaca dan menulis siswa kelas 1 SDN Arjosari 1 dapat dibuktikan dengan (a) keaktifan siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran, (b) mulai adanya kemauan dan kemampuan siswa untuk menanyakan makna kata dan mengenali hal-hal yang berada dalam lingkup makna kata atau kalimat yang diajarkan, dan (c) Mulai aktifnya siswa untuk mendiskusikan pemaknaan kata atau kalimat. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, kemampuan siswa dalam belajar membaca dan menulis melalui pembelajaran konstruktivisme ini tampaknya dapat membangkitkan suasana interaktif antara guru dan siswa di kelas. Adapun gambaran peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan melalui pembelajaran konstruktivisme dipaparkan sebagai berikut. a) 80% dari dua puluh delapan siswa yang ada di kelas 1 SDN Arjosari 1 sudah bisa membaca kalimat sederhana, dan 100% anak sudah bisa menulis namanya sendiri. b) Anak-anak yang pada awalnya merasa kurang apresiatif dan kurang bergairah ketika dihadapkan pada pembelajaran membaca dan menulis permulaan secara 102

Sukartiningsih, Peningkatan Kemampuan Membaca.. konvensional menunjukkan perbahan kegaiahan belajar MMP dengan disediakannya mediamedia belajar yang menarik dan strategi belajar yang berlangsung lebih interaktif dan apresiatif. Kegairahan belajar MMP muncul karena penggunaan media dan strategi belajar yang sangat tepat bagi anak-anak yang berada pada usia bermain. c) Pembelajaran MMP melalui pembelajaran konstruktivisme dapat memberikan pengalaman batin bagi siswa untuk mengekspresikan diri dan perasaannya, dan menemukan sendiri sistem baca dan tulis. Dengan menggunakan media belajar seperti media kartu kata bergambar dan buku cerita, siswa merasa lebih santai dalam belajar. Belajar dalam situasi santai dan tidak tertekan akan membawa dampak berbeda bagi anak, sebaliknya anak akan merasa frustasi apabila pembelajaran yang dilakukan monoton. Dengan keadaan ini, peneliti telah menyiapkan beberapa media kartu kata bergambar dan buku-buku cerita bergambar yang dapat membantu anak dalam membaca maupun meningkatkan minat baca anak. Kemampuan membaca dan peningkatan minat baca anak ini sangat diperlukan dalam kegiatan membaca dan menulis lanjut anak ketika berada di kelas-kelas selanjutnya. Dengan penggunaan pembelajaran konstruktivisme, interaksi yang terjadi antara guru dan siswa dapat lebih maksimal. Interaksi yang dilakukan guru di dalam kelas ini dapat mengurangi stressing pada diri anak ketika mengikuti pembelajaran.

Simpulan dan saran


Penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SDN Arjosari 1 yang terdiri atas tiga siklus ini menampakkan hasil yang menggembirakan. Strategi pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan ternyata mampu mengatasi kemonotonan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dalam waktu pendek memang memperlihatkan dampak yang cukup signifikan dalam meningkatkan motivasi dan kemampuan membaca dan menulis permulaaan, namun dalam jangka panjang dapat diprediksikan akan memberikan pengaruh pada peningkatan kemampuan membaca dan menulis lanjut siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyampaikan saran (1) Perlu peningkatan dan pengembangan kompetensi guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran kontruktivisme melalui tahapan-tahapan yang terencana dengan baik, (2) Perlu pengembangan kemampuan guru untuk dapat menangkap peluang aktif anak dalam membaca dan menulis permulaan dengan menggunakan media-media pembelajaran yang menarik dan dapat memberikan pengaruh kontruktif pada kemampuan membaca dan menulis anak melalui daya asosiatif dan imajinatif, dan (3) Perlu kegiatan penerapan dan pengembangan pembelajaran kontruktivisme secara variatif dan berkelanjutan oelh para guru dan ahli pendidikan dan pembelajaran untuk mneingkatkan kualitas pembelajaran membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SD.

Daftar Acuan
Anwar, Khairil. 1997. Pelaksanaan Latihan Membaca Permulaan di SDN Kotamadya Banjarmasin. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang. Combs, Martha. 1996. Development Competence Readers and Writers in The Primary Grades. Englewood Cliff, N.J: Prentice Hall, Inc. Mudjito AK. 1994. Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud-Dirjen PDM Direktorat Pendidikan Dasar. Nisrina, Siti. 2000. Pembelajaran Membaca Permulaan melalui Permainan Bahasa di Kelas 1 SD. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS UM. Slavin, Robert E. 1994. Educational Psychology: Theory and Practice. Bocton: Allyn and Bacon. Wright, Andrew, David Betteridge, and Michael Buckby. 1993. Games for Language Learning. Cambridge: Cambridge University Press.

103

JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOL.6 NO.2, 2005: 61 - 118

104

You might also like