Professional Documents
Culture Documents
Pertama-tama tentu saja saya selaku penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Gusti Allah SWT yang dengan rahmat dan karunianya telah menjadikan saya sebagai seorang (mantan) mahasiswa Prodi Matematika FMIPA UGM. Sebelumnya saya ingin meminta maaf dulu apabila kalimat pada kata pengantar ini tidak sepenuhnya merupakan kalimat baku dan cenderung ekspresif. Maklum, penulis juga merangkap profesi sebagai seorang blogger (bisa dilihat di http://wijna.web.id). Akan tetapi pada pembahasan mengenai Teori Modul, penulis menggunakan bahasa baku yang mengacu kepada standar tata-kalimat Tugas Akhir di Prodi Matematika FMIPA UGM.
Ide awal penulis menciptakan karya tulis matematika ini adalah karena adanya anggapan sebagian besar teman penulis bahwa matematika, khususnya aljabar abstrak, yang penulis tekuni saat kuliah dulu hanya dimengerti oleh penulis dan oleh-Nya. Untuk membantah anggapan tersebut maka penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada anda, agar anda juga mengerti apa yang penulis tekuni selama penulis kuliah dulu. Karya tulis ini merupakan apa yang ada di catatan kuliah penulis saat mengikuti matakuliah Pengantar Teori Modul (MMS 3207) yang waktu itu diampu oleh Bu Prof. Dr. Sri Wahyuni pada semester 6 di tahun 2006 silam. Penulis masih bisa mengenang masa-masa kuliah dulu yang bertempat di Gedung MIPA Selatan, ruang M2.14 (pakai AC), hari Kamis selama 3 jam dari pukul 07.00 hingga 10.00. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bu Prof. Dr. Sri Wahyuni yang sudah menurunkan ilmu beliau kepada penulis. Juga kepada teman-teman penulis saat mengikuti matakuliah Pengantar Teori Modul dahulu, Nanang, Gunawan, Rully, Hansun, Winky, Adit, dan teman-teman lainnya yang penulis lupa. Akhir kata, semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi anda yang membacanya, khususnya bagi mahasiswa/i Program Studi Matematika FMIPA UGM.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................... i DAFTAR ISI..................................ii 1. Pengertian Umum Modul dan Submodul.................................. 1 2. Modul Faktor dan Homomorfisma............................................ 8 3. Elemen Torsi dan Annihilator................................................... 18 4. Pembangun Modul dan Modul Bebas....................................... 21 5. Jumlahan Langsung.................................................................. 28 6. Barisan Eksak........................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA.................................. 39
ii
Apabila selama ini dikenalkan suatu konsep aljabar mengenai ruang vektor, maka modul merupakan perumuman dari ruang vektor. Pada modul, syarat skalar diperumum menjadi elemen pada suatu ring dan bukan lapangan. Dengan demikian ruang vektor merupakan suatu kasus khusus dari modul dan karena sifat modul yang lebih luas dari ruang vektor maka ada berbagai sifat-sifat trivial pada ruang vektor menjadi non-trivial pada modul. Untuk mengawali pembahasan mengenai modul, berikut diberikan definisi tentang modul kanan dan modul kiri.
Definisi E4.1 (Modul Kiri) Diberikan grup Abelian ( M , +) dan ring ( R, +, ) . Serta diberikan pula operasi biner (disebut
pergandaan skalar) *: R M M . Himpunan M disebut modul kiri atas R (dinotasikan M R-Modul), jika memenuhi ketiga aksioma pergandaan skalar berikut : 1. r *(m1 + m2 ) = r * m1 + r * m2 2. (r1 + r2 ) * m = r1 * m + r2 * m 3. (r1 r2 ) * m = r1 *(r2 * m) , m1 , m2 M r R , m M r1 , r2 R , m M r1 , r2 R .
Contoh E4.2
M 3x3
adalah grup Abelian dan M 3 x 3 adalah ring. Serta operasi pergandaan matriks
dengan vektor adalah operasi biner. Akan ditunjukkan bahwa ketiga aksioma dipenuhi. Menggunakan sifat pergandaan matriks dengan vektor :
a11 1. Untuk sebarang matriks a21 a31 a11 a 21 a31 a12 a22 a32
a13 a23 M 3 x 3 dan vektor a33 a12 a22 a32 a13 x1 a11 a23 x2 + a21 a33 x3 a31 a12 a22 a32
a11 2. Untuk sebarang matriks a21 a31 a11 + b11 a + b 21 21 a31 + a31 a12 + b12 a22 + b22 a32 + b32
a13 b11 b12 a23 , b21 b22 a33 b31 b32 a12 a22 a32
x1 x 2 x3
a13 + b13 x1 a11 a23 + b23 x2 = a21 a33 + b33 x3 a31 a12 a22 a32
a11 a21 a 31
Akibatnya
= M 3 x 3 Modul.
direpresentasikan sebagai matriks horizontal maka operasi pergandaan pada contoh diatas tidak dapat berlaku. Namun dengan vektornya sebagai matriks horizontal tetap dapat menjadi
modul atas ring M 3 x 3 jika operasi pergandaannya diubah, yakni matriks dioperasikan dengan vektor dari sisi kanan. Dari contoh tersebut dapat dinyatakan suatu definisi baru.
Struktur Aljabar Pengantar Teori Modul Wijna 2009. http://wijna.web.ugm.ac.id
Diberikan grup Abelian ( M , +) dan ring ( R, +, ) . Serta diberikan pula operasi pergandaan skalar *: M R M . Himpunan M disebut modul kanan atas R (dinotasikan M Modul-R), jika memenuhi ketiga aksioma pergandaan skalar berikut :
1. (m1 + m2 ) * r = m1 * r + m2 * r 2. m *(r1 + r2 ) = m * r1 + m * r2 3. m *(r1 r2 ) = ( m * r )1 * r2
, m1 , m2 M r R , m M r1 , r2 R , m M r1 , r2 R .
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa operasi pergandaan skalar pada modul dapat berlaku dari kiri dan sekaligus dari kanan. Sifat modul dengan operasi pergandaan tersebut dapat dinyatakan sebagai definisi.
Definisi E4.4 (Bi-Modul)
Diberikan grup Abelian ( M , +) dan ring ( R, +, ) . Jika M adalah modul kiri sekaligus modul kanan atas R maka M disebut Bi-Modul.
Contoh E4.5
dan operasi
Jika ring pada modul merupakan ring dengan elemen satuan, maka dapat dimunculkan suatu definisi baru.
Definisi E4.6 (Modul Uniter Kiri)
Diketahui M R-Modul dan R ring dengan elemen satuan. Modul M disebut modul uniter kiri jika dan hanya jika untuk setiap m M berlaku 1R * m = m dengan 1R merupakan elemen satuan di R.
Diketahui M Modul-R dan R ring dengan elemen satuan. Modul M disebut modul uniter kanan jika dan hanya jika untuk setiap m M berlaku m *1R = m dengan 1R merupakan elemen satuan di R.
Struktur Aljabar Pengantar Teori Modul Wijna 2009. http://wijna.web.ugm.ac.id
Contoh E4.8
dan operasi
Untuk mempermudah penulisan, notasi a b akan ditulis ab . Harap diperhatikan bahwa untuk seterusnya pembahasan mengenai modul di tulisan ini mengacu kepada modul uniter kiri dan dengan penalaran yang serupa pembahasan dapat diterapkan juga pada modul uniter kanan. Selanjutnya, akan diperkenalkan suatu struktur dari suatu modul yang disebut submodul.
Definisi E4.9 (Submodul)
Diketahui M R-Modul, R ring dengan elemen satuan, dan N M , maka N disebut submodul dari M jika dan hanya jika ketiga aksioma berikut dipenuhi:
1. N merupakan subgrup Abelian dari M 2. Operasi pergandaan skalar yang berlaku pada M juga berlaku pada N 3. N memenuhi aksioma-aksioma modul uniter.
Contoh E4.10
Modul, himpunan 3
. .
, karena untuk
Untuk selanjutnya, ring R pada M R-Modul diasumsikan sebagai ring dengan elemen satuan.
Teorema berikut dapat dipergunakan untuk menelaah apakah suatu himpunan merupakan submodul.
Teorema E4.11
Diketahui M R-Modul dan N M , maka N disebut submodul dari M jika dan hanya jika memenuhi dua syarat berikut:
1. n1 n2 N 2. rn N
Bukti.
, n1 , n2 N , n N r R
()
Diketahui bahwa N adalah submodul dari modul M. Dengan demikian N adalah subgrup Abelian dari M dan akibatnya untuk setiap n1 , n2 N , berlaku n1 n2 N . Karena operasi pergandaan skalar yang berlaku pada M juga berlaku pada N, maka untuk setiap n N dan r R , berlaku
rn N .
( )
Karena untuk setiap n1 , n2 N berlaku n1 n2 N , maka menurut Teorema 1.19 N merupakan subgrup Abelian dari M. Selanjutnya, karena rn N untuk setiap n N dan r R maka operasi pergandaan skalar di M juga berlaku di N. Terakhir, karena N merupakan himpunan bagian dari M dan operasi pergandaan skalar di M juga berlaku di N maka aksioma-aksioma modul uniter di M juga berlaku di N. Jadi, N merupakan submodul dari M. Jika diketahui dua submodul dari suatu modul, maka dapat dibentuk submodul baru dari kedua submodul tersebut. Teorema berikut menyatakan hal tersebut.
Teorema E4.12
Diketahui M R-Modul. Jika H dan K merupakan sebarang submodul dari M, maka kedua sifat berikut berlaku:
1. H K merupakan submodul dari M 2. H + K merupakan submodul dari M.
Bukti.
(1) Akan ditunjukkan H K adalah submodul dari M, yaitu H K memenuhi Teorema E4.11. Diambil sebarang n1 , n2 H K maka n1 , n2 H dan n1 , n2 K . Karena H dan K adalah submodul, maka n1 n2 H dan n1 n2 K . Akibatnya n1 n2 H K . Selanjutnya, diambil sebarang r R , karena
Akibatnya rn1 , rn2 H K . Jadi, terbukti bahwa H K merupakan submodul dari M. (2) Akan ditunjukkan H + K adalah submodul dari M, yaitu H + K memenuhi Teorema E4.11. Diperhatikan bahwa H + K = {h + k h H dan k K } . Diambil sebarang n1 , n2 H + K , maka
n1 = h1 + k1 dan n2 = h2 + k2 untuk suatu h1 , h2 H dan k1 , k2 K . Karena H dan K adalah submodul maka h1 h2 H dan k1 k2 K . Akibatnya n1 n2 = (h1 + k1 ) (h2 + k2 ) = (h1 h2 ) + (k1 k2 ) H + K . Selanjutnya, diambil sebarang r R . Karena H dan K adalah submodul, maka rh1 H dan rk1 , K . Akibatnya rn1 = r (h1 + k1 ) = rh1 + rk1 H + K . Jadi, terbukti bahwa H + K merupakan submodul dari M.
Contoh E4.13
Diberikan ring polinomial dengan peubah x dan koefisiennya bilangan bulat, adalah ring dengan elemen satuan maka
[ x] . Karena
[ x] juga ring dengan elemen satuan. Karena ring [ x] adalah -Modul dengan operasi
dengan elemen satuan adalah grup Abelian maka pergandaan skalar dengan polinomial.
ai bi n ,
akibatnya
x y n [ x] .
Untuk
sebarang
dan
x = ai x i ,
i =0
Diperhatikan bahwa 2 [ x] dan 5 [ x] merupakan submodul dari menurut Teorema E4.12 berlaku: 1. 2 [ x] 5 [ x] = 10 [ x] 2. 2 [ x] + 5 [ x] = [ x]
[ x] . Dengan demikian
Dari definisi-definisi beserta teorema-teorema diatas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Setiap ring merupakan modul atas dirinya sendiri, yaitu jika R ring maka R R-Modul. 2. Jika R dipandang sebagai R-Modul, maka setiap ideal pada R merupakan submodul di R. 3. Setiap ruang vektor merupakan modul. Untuk contoh-contoh selanjutnya, submodul pada -Modul akan selalu berbentuk n dibangun oleh tepat satu dengan n merupakan bilangan bulat. Untuk menujukkan kebenaran pernyataan ini dapat menggunakan sifat Daerah Ideal Utama, yaitu setiap ideal pada pembangun suatu submodul. elemen. Terkait dengan pembangun suatu submodul, subbab selanjutnya akan membahas
Misalkan diketahui M R-Modul. Karena M grup Abelian, maka sebarang subgrup dari M juga merupakan grup Abelian. Misalkan N merupakan sebarang subgrup dari M. Karena N subgrup Abelian, maka N merupakan subgrup normal terhadap M, yaitu aN = Na untuk setiap
a M . Dengan demikian menurut Teorema E3.17, M N = {a + N a M } merupakan grup
( a + N ) + (b + N ) = ( a + b) + N .
Diketahui M R-Modul, N sebarang submodul dari M, dan R ring dengan elemen satuan, maka
M N R -Modul terhadap operasi pergandaan koset r ( a + N ) = ( ra ) + N untuk setiap r R
Akan ditunjukkan bahwa operasi pergandaan koset diatas merupakan operasi biner. Pertama akan ditunjukkan bahwa operasi ini terdefinisi dengan baik. Diambil sebarang
a + N , b + N M N dengan a + N = b + N . Menggunakan sifat kesamaan dua koset diperoleh
a b N . Karena N submodul, maka untuk sebarang r R berlaku, r ( a b ) = ra rb N .
( ra ) + N = ( rb ) + N ,
r ( a + N ) = r ( b + N ) . Terbukti operasi ini terdefinisi dengan baik. Kedua, operasi ini tertutup
karena
ra M
untuk sebarang
rR
dan
aM
Terakhir, diberikan sebarang a + N , b + N M N dan r , r1 , r2 R . Akan ditunjukkan bahwa operasi pergandaan koset memenuhi aksioma pergandaan skalar : 1. r ( ( a + N ) + ( b + N ) ) = r ( ( a + b ) + N )
= ( r ( a + b)) + N = ( ra + rb ) + N = ( ra + N ) + ( rb + N ) = r ( a + N ) + r (b + N )
2.
( r1 + r2 )( a + N ) = ( ( r1 + r2 ) a ) + N = ( r1a + r2 a ) + N = ( r1a + N ) + ( r2 a + N ) = r1 ( a + N ) + r2 ( a + N )
3.
( r1r2 )( a + N )
= ( ( r1r2 ) a ) + N = ( r1 ( r2 a ) ) + N = r1 ( r2 a + N ) = r1 ( r2 ( a + N ) )
4. 1R ( a + N ) = (1R a ) + N
= a + N.
Contoh E4.15
Pada
-Modul
dapat
dipilih
submodul
dan Himpunan
dibentuk
6
grup
abelian
6 = {0 + 6 , 1 + 6 , 2 + 6 , 3 + 6 , 4 + 6 , 5 + 6
}.
atas
a+6
) = ( ra ) + 6
untuk setiap r
Modul faktor merupakan salah satu sifat yang digunakan pada pembahasan mengenai teorema utama homomorfisma. Berikut diberikan pengertian mengenai homomorfisma, yaitu suatu pemetaan dari suatu modul ke modul lain yang mengawetkan sifat-sifat operasi pergandaan skalar di kedua modul.
Definisi E4.16 (Homomorfisma Modul)
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul. Pemetaan : M M ' disebut homomorfisma modul jika dan hanya jika memenuhi kedua syarat berikut:
1. (m1 + m2 ) = (m1 ) + (m2 ) 2. (rm) = r (m)
Contoh E4.17
Diketahui
dan
[ x ] keduanya merupakan
-Modul. Pemetaan :
[ x ] dengan definisi
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul dan : M M ' merupakan homomorfisma modul, maka keempat sifat berikut berlaku:
1. Jika 0M merupakan elemen identitas di M, maka ( 0 M ) = 0 M ' 2. Jika a M , maka ( a ) = ( a ) 3. Jika H merupakan sumodul dari M, maka ( H ) merupakan submodul dari M ' 4. Jika K ' merupakan submodul dari M ' , maka 1 ( K ' ) merupakan submodul dari M.
10
Bukti.
a + 0M = 0M + a = a ,
maka
berlaku
( a + 0M ) = ( 0M + a ) = ( a ) .
Karena
( a + 0M ) = ( a ) + ( 0M ) = ( a )
dan
maka
berlaku
( a + ( a ) ) = ( ( a ) + a ) = ( 0M ) .
Karena
( a + ( a ) ) = ( a ) + ( a ) = 0M '
dan
ii. ( ( a ) + a ) = ( a ) + ( a ) = 0 M ' . Jadi, diperoleh ( a ) + ( a ) = ( a ) + ( a ) = 0 M ' untuk setiap a M dan dengan demikian berlaku ( a ) = ( a ) .
x, y H .
x yH
Karena H submodul, maka menurut Teorema E4.11 berlaku rx H dan dengan demikian
ra = ( rx ) ( H ) . Jadi, menurut Teorema E4.11 terbukti bahwa ( H ) merupakan submodul.
Struktur Aljabar Pengantar Teori Modul Wijna 2009. http://wijna.web.ugm.ac.id
11
(4) Diambil sebarang a, b 1 ( K ' ) , maka ( a ) = k1 dan ( b ) = k2 untuk suatu k1 , k2 K ' . Karena
K ' submodul, maka menurut Teorema E4.11 berlaku k1 k2 K ' dan dengan demikian
k1 k2 = ( a ) ( b ) = ( a b ) K ' . Sehingga berlaku a b 1 ( K ' ) . Diambil sebarang
Berikut diberikan definisi mengenai Kernel dan Image suatu homomorfisma beserta sifatsifatnya.
Definisi E4.19 (Kernel dan Image Homomorfisma)
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul dan : M M ' merupakan homomorfisma modul, maka
1. Kernel =
{m M (m) = 0 }
M'
dan
Contoh E4.20
}.
Lemma E4.21
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul dan : M M ' merupakan homomorfisma modul, maka
1. ker ( ) merupakan submodul dari M dan 2. image ( ) merupakan submodul dari M ' .
Bukti.
Diperhatikan bahwa ker ( ) bukan himpunan kosong, karena 0 M ker ( ) . Selanjutnya, diambil sebarang k1 , k2 ker ( ) . Karena adalah homomorfisma modul maka berlaku,
Struktur Aljabar Pengantar Teori Modul Wijna 2009. http://wijna.web.ugm.ac.id
12
(k1 k2 ) = (k1 ) (k2 ) = 0M ' 0M ' = 0M ' dan dengan demikian k1 k2 ker ( ) . Terakhir
diambil sebarang r R dan k ker ( ) . Karena adalah homomorfisma modul maka
(rk ) = r (k ) = r 0 M ' = 0M ' dan dengan demikian rk ker ( ) . Jadi, menurut Teorema E4.11
ker ( ) merupakan submodul dari M.
Diperhatikan bahwa image ( ) bukan himpunan kosong karena 0 M ' image ( ) . Selanjutnya, diambil sebarang x, y image ( ) . Maka x = (m1 ) dan y = (m2 ) untuk suatu m1 , m2 M . Karena adalah homomorfisma modul maka x y = (m1 ) (m2 ) = (m1 m2 ) . Karena M modul, maka m1 m2 M dan dengan demikian x y = (m1 m2 ) image ( ) . Terakhir
diambil sebarang r R dan x image ( ) , maka x = (m) untuk suatu m M . Karena adalah homomorfisma modul, maka rx = r (m) = (rm) . Karena M modul, maka rm M dan dengan demikian rx = ( rm ) image ( ) . Jadi, menurut Teorema E4.11 image ( ) merupakan submodul dari M ' . Definisi mengenai isomorfisma berikut, akan mengawali pembahasan mengenai Teorema Utama Homomorfisma Modul.
Definisi E4.22 (Isomorfisma)
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul dan : M M ' merupakan homomorfisma modul. Jika
adalah pemetaan bijektif, yaitu pemetaan injektif sekaligus surjektif, maka pemetaan
disebut isomorfisma modul.
Contoh E4.23
Diketahui
13
Teorema E4.24
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul dan : M M ' merupakan homomorfisma modul dengan ker ( ) = H . Maka pemetaan : M H ( M ) yang didefinisikan ( a + H ) = ( a ) untuk setiap a + H M H merupakan isomorfisma modul.
Bukti.
Teorema E4.25
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul dan : M M ' merupakan homomorfisma modul dengan ker ( ) = H . Maka pemetaan : M M H yang didefinisikan ( a ) = a + H untuk setiap a M merupakan homomorfisma surjektif.
Bukti.
Bukti sejalan dengan pembuktian Teorema E3.14. Dari Teorema E4.24 dan E4.25, dapat dibentuk langkah-langkah sebagai berikut: 1. Diketahui M dan M ' merupakan R-Modul 2. Diketahui : M M ' homomorfisma modul 3. Diketahui ( M ) M ' 4. Dari Teorema E4.14, diperoleh M ker ( ) merupakan R-Modul 5. Dari Teorema E4.25, dapat dibentuk suatu homomorfisma surjektif dari M ke
M ker ( )
6. Dari Teorema E4.24, dapat dibentuk suatu isomorfisma dari M ker ( ) ke ( M ) . Diperhatikan langkah 4, 5, dan 6. Jika a M , maka untuk memetakan elemen a ke M ' melalui suatu pemetaan homomorfisma modul, tidak harus melalui pemetaan . Dari langkah 4, 5, dan 6, untuk memetakan elemen a ke M ' dapat pula melalui pemetaan dan yang keduanya merupakan pemetaan homomorfisma modul. Pertama, elemen a dipetakan terlebih dahulu ke grup M ker ( ) melalui pemetaan , hasil petanya adalah ( a ) . Selanjutnya, elemen ( a )
Struktur Aljabar Pengantar Teori Modul Wijna 2009. http://wijna.web.ugm.ac.id
14
dipetakan ke ( M ) M ' melalui pemetaan , hasil petanya adalah ( ( a ) ) = ( )( a ) . Jadi, menggunakan langkah-langkah tersebut elemen a tidak langsung dipetakan ke M ' melalui pemetaan , melainkan harus singgah sejenak di modul M ker ( ) untuk kemudian dipetakan ke M ' melalui pemetaan . Tetapi yang terpenting adalah modul M ker ( ) dan ( M ) isomorfis, yaitu ada suatu isomorfisma dari M ker ( ) ke ( M ) . Sifat tersebut dapat dinyatakan ke dalam sebuah teorema.
Teorema E4.26 (Teorema Utama Homomorfisma Modul 1)
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul dan : M M ' merupakan homomorfisma modul, maka terdapat suatu isomorfisma modul dari M ker ( ) ke ( M ) .
Jika merupakan pemetaan surjektif akan diperoleh ( M ) = M ' dan Teorema E4.26 dapat berubah menjadi seperti berikut.
Teorema E4.27
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul dan : M M ' merupakan homomorfisma modul yang surjektif, maka terdapat suatu isomorfisma modul dari M ker ( ) ke M ' .
Teorema Utama Homomorfisma Modul pada dasarnya merupakan kasus khusus dari Teorema Utama Homomorfisma Grup dan Ring. Karena itu terdapat juga Teorema ke-2 dan ke-3 mengenai Teorema Utama Homomorfisma Modul. Pembuktian untuk kedua teorema tersebut serupa dengan pembuktian untuk Teorema Utama Homomorfisma Grup dan Ring.
Teorema E4.28 (Teorema Utama Homomorfisma Modul 2)
Diketahui M R-Modul serta H dan N merupakan sebarang submodul dari M, maka terdapat suatu ismomorfisma modul dari ( H + N ) N ke H ( H N ) .
Bukti.
15
Diketahui M R-Modul serta H dan N merupakan sebarang submodul dari M. Jika H juga submodul dari N, maka terdapat suatu ismomorfisma modul dari M N ke ( M H ) ( N H ) .
Bukti.
Teorema E4.30
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul dan : M M ' merupakan homomorfisma modul, maka untuk sebarang submodul K ' dari M ' berlaku:
1. Submodul 1 ( K ' ) memuat ker ( ) . 2. Jika terdapat submodul H dari M yang memuat ker ( ) dan ( H ) = K ' maka
1 ( K ') = H .
Bukti.
(1) Karena 0M ' M ' , elemen identitas di M ' , termuat pada K ' maka 1 ( K ' ) memuat setiap anggota M yang dipetakan ke 0 M ' . Dengan kata lain 1 ( K ' ) memuat ker ( ) .
(2) Misalkan H merupakan submodul dari M dengan ker ( ) H dan ( H ) = K ' . Karena ( H ) = K ' , maka jelas bahwa H 1 ( K ' ) . Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa
Karena homomorfisma, diperoleh ( h ) ( x ) = ( h x ) . Dengan demikian, ( h x ) = 0 M ' atau dengan kata lain h x ker ( ) . Karena ker ( ) H , akibatnya h x H . Karena h H
16
dan h x H , akibatnya h + ( h x ) = ( h + h ) x = 0 M x = x H . Karena x H dan H submodul, maka x H . Karena pemilihan k sebarang dan ( H ) = K ' , berakibat 1 ( K ' ) H . Jadi, karena berlaku H 1 ( K ' ) dan 1 ( K ') H , maka 1 ( K ' ) = H .
Diketahui M dan M ' dan H , K , serta N merupakan submodul dari M. Jika submodul H dan K memuat N dan berlaku H N = K N , maka H = K .
Bukti.
Karena N merupakan submodul dari M, maka menurut Teorema E4.14 M N merupakan RModul. Dibentuk homomorfisma : M M N , dengan definisi ( a ) = a + N untuk setiap
a M dan jelas bahwa ker ( ) = N . Diperhatikan bahwa merupakan pemetaan surjektif,
karena untuk sebarang a + N M N dapat dipilih x M dengan x = a sehingga ( a ) = a + N . Karena H dan K merupakan submodul dari M dan merupakan pemetaan surjektif, maka jelas bahwa ( H ) = H N dan ( K ) = K N . Karena submodul H memuat N = ker ( ) dan
Contoh E4.32
Pada
( mn )
prima. Diperhatikan dahulu bahwa 1. a + b = d , dengan d = gcd ( a, b ) 2. a b = c , dengan c = lcm ( a, b ) dengan gcd merupakan faktor persekutuan terbesar dan lcm merupakan kelipatan persekutuan terkecil. Selanjutnya, dimisalkan N = n dan H = m . Karena m dan n saling relatif prima, dan maka gcd ( n, m ) = 1 dan lcm ( n, m ) = mn . Dengan demikian H + N = m + n =
17
diperoleh
(H + N )
N
(H N )
( mn )
Sesuai definisi modul, suatu ring dengan elemen satuan dapat dipandang sebagai modul atas dirinya sendiri. Diperhatikan pada kasus ketika ring tersebut memuat elemen pembagi nol. Ingat kembali bahwa elemen pembagi nol pada suatu ring adalah elemen a dan b yang keduanya tidak nol dengan ab = 0 . Keberadaan elemen pembagi nol ini akan memunculkan sifat pada modul yang tidak terdapat pada ruang vektor. Hal tersebut dikarenakan skalar pada ruang vektor merupakan elemen lapangan yang setiap elemennya bukan merupakan pembagi nol.
Definisi E4.33 (Elemen Torsi)
Diberikan M R-Modul, elemen m M disebut elemen torsi jika dan hanya jika terdapat
r R {0 R } sehingga rm = 0M . Dengan demikian 0M M merupakan elemen torsi.
Diberikan M R-Modul. Modul M disebut modul torsi jika dan hanya jika setiap elemennya merupakan elemen torsi.
Diberikan M R-Modul. Modul M disebut modul bebas torsi jika dan hanya jika M memiliki tepat satu elemen torsi, yaitu 0M M .
Contoh E4.36
Diketahui ring
) = 0+8
untuk setiap a + 8
dirinya sendiri, maka elemen torsinya adalah 0 + 8 , 2 + 8 , 4 + 8 , dan 6 + 8 . Diperhatikan bahwa dengan mengganti ring yang menyertai modul, maka elemen-elemen torsi dapat berubah. Dari definisi elemen torsi, jika diberikan suatu M R-Modul maka dapat dihimpun semua elemen torsi pada modul M tersebut. Misalkan M T merupakan himpunan seluruh elemen torsi modul M. Teorema-teorema berikut menyatakan sifat himpunan M T .
Teorema E4.37
Diketahui M R-Modul dan M T himpunan seluruh elemen torsi pada M. Jika R daerah integral, maka M T merupakan submodul dari M.
Bukti.
Diambil sebarang m1 , m2 M T , maka terdapat r1 , r2 R {0 R } sehingga r1m1 = r2 m2 = 0M . Akan ditunjukkan m1 m2 M T . Karena R adalah daerah integral, maka R tidak memuat elemen pembagi nol yaitu untuk setiap r1 , r2 R {0 R } , berlaku r1r2 0 R . Dengan demikian dapat dipilih
r3 = r1r2 R {0 R } , sehingga r3 (m1 m2 ) = r3m1 r3m2 = (r1r2 )m1 (r1r2 )m2 .
Karena R adalah daerah integral maka pergandaan di R bersifat komutatif, sehingga (r1r2 )m1 (r1r2 ) m2 = ( r2 r1 )m1 (r1r2 )m2 = r2 (r1m1 ) r1 (r2 m2 ) = r2 0M r1 0M = 0M . Sehingga diperoleh m1 m2 M T . Selanjutnya, diambil sebarang r R dan m M T . Akan ditunjukkan rm M T . Karena m M T maka terdapat r0 R {0 R } sedemikian sehingga r0 m = 0M . Karena R adalah daerah integral maka pergandaan di R bersifat komutatif, sehingga
r0 (rm) = (r0 r )m = (rr0 )m = r (r0 m) = r 0M = 0M .
Sehingga diperoleh rm M T . Jadi, menurut Teorema E4.11 terbukti bahwa M T merupakan submodul dari M .
19
Teorema E4.38
Diketahui M R-Modul dan M T himpunan seluruh elemen torsi pada M. Jika R daerah integral, maka M M T merupakan modul bebas torsi.
Bukti.
Menurut Teorema E4.37, karena R daerah integral maka M T adalah submodul atas M sehingga menurut Teorema E4.14 M M T adalah R-Modul. Andaikan M M T memiliki elemen torsi
m + M T 0 M + M T , maka terdapat r0 R {0 R } sehingga r ( m + M T ) = 0 M + M T . Karena
r ( m + M T ) = rm + M T = 0 M + M T , akibatnya rm M T . Karena rm M T , maka terdapat s R {0 R } sedemikian sehingga s (rm) = ( sr )m = 0M . Karena R adalah daerah integral, maka
Jika elemen torsi merupakan elemen pada modul, maka dari kondisi rm = 0 M juga dapat dihimpun elemen pada ring yang menyebabkan kondisi tersebut berlaku.
Definisi E4.37 (Annihilator)
Diberikan M R-Modul dan X M . Annihilator atas X, dinotasikan dengan ann ( X ) , didefinisikan sebagai ann ( X ) = {r R rx = 0M untuk setiap x X } .
Contoh E4.38
Diketahui ring
ann ( X ) = 4
dan X = {2 + 8 , 6 + 8
maka
20
Lemma E4.39
( a b ) x = ax bx = 0M 0M
Diambil sebarang r R , diperhatikan bahwa ( ra ) x = r ( ax ) = r 0 M = 0 M untuk setiap x X dan dengan demikian ra ann ( X ) . Jadi, ann ( X ) merupakan ideal kiri di R.
Akibat E4.40
Diberikan M R-Modul dan X M . Jika R ring komutatif, maka ann ( X ) merupakan ideal kiri sekaligus ideal kanan di R.
Untuk selanjutnya, ideal yang dimaksud pada tulisan ini merupakan ideal kiri yang juga merupakan ideal kanan.
Apabila diketahui X merupakan suatu himpunan bagian dari M R-Modul, maka dapat dibentuk suatu submodul dari M yang dibangun oleh
X. Submodul tersebut merupakan
submodul terkecil dari M yang memuat X. Definisi berikut menyatakan hal tersebut.
Definisi E4.41 (Submodul yang Dibangun oleh X)
Diketahui M R-Modul dan X M . Submodul N merupakan submodul yang dibangun oleh X jika dan hanya jika N = I dengan I = { I submodul dari M X I } .
I I
21
Contoh E4.42
Pada
n
berbentuk
sendiri, dengan
demikian I = {2 ,
=2 .
Teorema E4.43
Diketahui M R-Modul. Jika H dan K merupakan sebarang submodul dari M maka H + K merupakan submodul terkecil yang memuat submodul H dan K.
Bukti.
Pada Teorema E4.12 telah dinyatakan bahwa H + K merupakan submodul dari M. Diperhatikan bahwa untuk sebarang h H dapat dipilih k = 0M sehingga h = h + 0 M = h + k H + K dan dengan demikian H H + K . Dengan cara yang serupa dapat pula ditunjukkan bahwa
K H + K dan dengan demikian berlaku H K H + K .
Dengan kata lain H + K S . Jadi, terbukti bahwa H + K merupakan submodul terkecil yang memuat submodul H dan K.
Akibat E4.44
Teorema E4.45
Diperhatikan bahwa untuk setiap himpunan bagian N M , maka N . Dengan demikian untuk modul {0 M } , juga berlaku {0 M } dan akibatnya {0 M } I . Karena setiap submodul
22
X = = {0 M } I = {0 M } . I I {0M }
Teorema E4.46
Bukti.
n Misalkan K = ri xi n , ri R, dan xi X . Akan ditunjukkan bahwa K merupakan i =1
n+m
rj kj = s j n
1 j n
n +1 j m
dan
n+m j =1
xj zj = y j n
1 j n
n +1 j m
Sehingga diperoleh a b = k j z j K .
n n Selanjutnya, diambil sebarang r R dan diperhatikan bahwa ra = r ri xi = ( rri ) xi K . i =1 i =1
Jadi, menurut Teorema E4.11 terbukti bahwa K merupakan submodul dari M. Karena X K dan X merupakan submodul terkecil yang memuat X, berakibat X K . Karena X merupakan submodul terkecil yang memuat X, maka X X . Dengan demikian dan dengan demikian
23
Diketahui M R-Modul. Jika terdapat a M sehingga a = M maka modul M disebut modul siklik.
Contoh E4.48
Lemma E4.49
Dibentuk pemetaan : R M dengan definisi ( r ) = ra . Pemetaan tersebut merupakan homomorfisma modul yang surjektif dan jelas bahwa ker ( ) = ann ( a ) . Jadi, menurut Teorema Utama Homomorfisma Modul 1, berlaku M R ann ( a ) .
Diketahui M R-Modul
dan M = X
berhingga maka modul M dikatakan dibangun secara berhingga dan rank dari M merupakan banyaknya elemen dari himpunan pembangun M yang terkecil. Notasi ( M ) untuk selanjutnya menyatakan rank dari M.
24
Akibat E4.52
Lemma E4.53
Diketahui M R-Modul dan N sebarang submodul dari M. Jika M dibangun secara berhingga, maka modul M N juga dibangun secara berhingga dan ( M N ) ( M ) .
Bukti.
Misalkan M = X
sebarang y M N , maka y = a + N untuk suatu a M . Karena M = X , dengan demikian terdapat n sehingga a = ri xi untuk suatu ri R dan xi X . Akibatnya berlaku
i =1 n
n y = a + N = ri xi + N = ( ( r1 x1 ) + N ) + i =1
+ ( ( rn xn ) + N ) = r1 ( x1 + N ) +
+ rn ( xn + N ) .
Jadi, modul M N dibangun secara berhingga. Misalkan ( M N ) > ( M ) dan dengan demikian M N = { y1 + N ,..., ys + N } dengan s > k sebagai himpunan pembangun terkecil. Dibentuk elemen
a + N = ( y1 + N ) + a = y1 + + ( ys + N ) = ( y1 + + ys ) + N .
Dengan
demikian
diperoleh
Muncul kontradiksi dengan { y1 + N ,..., ys + N } sebagai himpunan pembangun terkecil. Jadi, pengandaian salah dan terbukti benar bahwa ( M N ) ( M ) .
25
Lemma E4.54
Diketahui M R-Modul dan N sebarang submodul dari M. Jika M N dan N dibangun secara berhingga, maka modul M juga dibangun secara berhingga dan ( M ) ( N ) + ( M N ) .
Bukti.
setiap
himpunan pembangun terkecil untuk M N . Akan ditunjukkan bahwa X Y = M dan dengan demikian ( M ) k + s = ( N ) + ( M N ) . Diambil sebarang a M dan dengan demikian a + N M N . Karena Y ' = M N , maka
( a ) = a + N = r1 ( y1 ) +
diperoleh
r1 ( y1 ) + + rs ys ) .
dan
r1 y1 +
dengan
+ rs ys Y .
demikian Karena
( a ) = ( r1 y1 + ( a ) = ( r1 y1 +
a ( r1 y1 +
Diperhatikan
juga
bahwa
+ rs ys ) , akibatnya ( a ( r1 y1 +
+ rs ys ) ker ( ) N = X . a = {a ( r1 y1 + + rs ys )} + ( r1 y1 + + rs ys ) X Y ,
Jadi,
karena
maka
diperoleh
Tidak setiap modul memiliki himpunan pembangun. Jika suatu modul memiliki himpunan pembangun, maka terdapat sifat pada himpunan pembangun tertentu yang disebut dengan basis. Berikut akan diberikan pengertian mengenai basis dan modul bebas.
Definisi E4.55 (Bebas Linear)
Diketahui M R-Modul dan X M . Himpunan X dikatakan bebas linear jika dan hanya jika untuk setiap n berakibat r1 = , untuk setiap ri R dan xi X dengan 1 i n , jika r1 x1 + + ri xi = 0M
= ri = 0 R .
26
Diketahui M R-Modul dan X M . Himpunan X dikatakan basis untuk M jika dan hanya jika memenuhi dua syarat berikut:
1. M = X 2. X bebas linear.
Diketahui M R-Modul. Jika terdapat X M dengan X merupakan basis untuk M, maka M disebut modul bebas.
Contoh E4.58
8 8 8 Modul merupakan modul siklik karena 1 + 8
=
sebarang X
sehingga
x X
rx = 0 + 8
. Jadi, setiap
8
selain
{0}
Lemma E4.59
Diketahui M R-Modul. Jika M modul bebas dan R daerah integral, maka M modul bebas torsi.
Bukti.
Karena M modul bebas, maka M memiliki basis. Misalkan X merupakan basis untuk M dan M T merupakan himpunan elemen torsi pada M. Diambil sebarang x M T dan dengan demikian
rx = 0M untuk suatu r R {0 R } . Karena x M T M , maka x =
xi X
rx
i i
untuk suatu ri R .
Dengan demikian diperoleh rx = r ri xi = ( rri ) xi = 0M . Karena X merupakan basis, maka xi X xi X diperoleh rri = 0 R untuk setiap ri R . Karena R daerah integral dan r 0 R , maka diperoleh ri = 0 . Akibatnya x =
xi X
rx = 0
i i xi X
27
5. Jumlahan Langsung
Konsep jumlahan langsung (direct sum) merupakan suatu konsep untuk membentuk suatu modul yang lebih luas dari beberapa modul yang diberikan. Modul-modul tersebut akan isomorfis dengan suatu submodul pada modul yang lebih luas tersebut.
Definisi E4.60 (Jumlahan Langsung)
M n juga merupakan modul atas R dengan operasi: , untuk setiap ( x1 ,..., xn ) , ( y1 ,..., yn ) M1
M n dan r R .
Mn
M n atau M i .
Lemma E4.61
Teorema E4.62
Diketahui M R-Modul dan N1 ,..., N n untuk suatu n Jika dipenuhi syarat: 1. M = N1 + + Nn 2. Untuk setiap 1 i n , berlaku N i { N1 + maka M N i .
i =1 n
+ N i 1 + N i +1 +
+ N n } = {0 M } ,
28
Bukti.
Dibentuk pemetaan
n
fi : Ni M
dengan
M = N1 +
dan fi merupakan homomorfisma modul. Selanjutnya, diambil sebarang ( x1 ,..., xn ) ker ( f ) maka berlaku f ( x1 ,..., xn ) = fi ( xi ) = x1 +
i =1 n
+ xn = 0 M .
Sehingga
untuk
1 i n
diperoleh,
xi = ( x1 +
+ xi 1 + xi +1 +
xi N i { N1 +
+ N i 1 + N i +1 +
maka diperoleh xi = 0M untuk setiap 1 i n . Dengan demikian ker ( f ) = {( 0M ,..., 0M )} . Sehingga sejalan dengan Lemma E3.6, homomorfisma modul f injektif. Jadi, karena f homomorfisma modul yang surjektif sekaligus injektif, maka f merupakan isomorfisma modul dan berlaku M N i .
i =1 n
Diketahui M R-Modul dan K submodul dari M. Submodul K dikatakan komplemen pada M jika dan hanya jika terdapat submodul H dari M sehingga K H M .
Contoh E4.64
Pada
}
}
2. K H = {0 + 6
}.
6 .
29
6. Barisan Eksak
Untuk suatu koleksi submodul N1 ,..., N n dari M R-Modul, dapat dibentuk suatu barisan yang disebut dengan barisan eksak. Barisan tersebut dinamakan barisan eksak dan memiliki sifat penting di teori modul, salah satunya pada pembahasan mengenai modul proyektif.
Definisi E4.65 (Barisan Eksak)
Diketahui M R-Modul dan { N i i I } merupakan koleksi submodul dari M. Diketahui juga fi merupakan homomorfisma dari N i 1 ke N i . Barisan dari R-Modul dan homomorfisma fi Ni-1 fi Ni fi+1 Ni+1
dikatakan eksak pada Ni jika dan hanya jika image ( f i ) = ker ( f i +1 ) . Barisan tersebut dikatakan barisan eksak jika eksak pada setiap Ni.
Definisi E4.66 (Barisan Pendek)
{0M }
N1
N2
{0M }
disebut barisan pendek dengan f dan g merupakan homomorfisma modul. Dari barisan pendek dapat diturunkan tiga sifat sebagai berikut.
Teorema E4.67
Barisan
{0M }
N1
()
Diperhatikan bahwa satu-satunya homomorfisma modul yang mungkin dari {0 M } ke N1 adalah ( 0 M ) = 0 M . Karena barisan tersebut eksak di N1, maka image ( ) = ker ( f ) . Karena
Struktur Aljabar Pengantar Teori Modul Wijna 2009. http://wijna.web.ugm.ac.id
30
image ( ) = {0M } , maka ker ( f ) = {0 M } . Sehingga sejalan dengan Lemma E3.6, berakibat
( )
Karena homomorfisma modul f injektif, maka sejalan dengan Lemma E3.6 berakibat
ker ( f ) = {0 M } . Diperhatikan bahwa satu-satunya homomorfisma modul yang mungkin dari
{0M }
eksak di N1 .
Teorema E4.68
Barisan M
N2
{0M }
()
Diperhatikan bahwa satu-satunya homomorfisma modul yang mungkin dari N 2 ke {0 M } adalah ( a ) = 0 M untuk setiap a N 2 . Karena barisan tersebut eksak di N2, maka
( )
Karena homomorfisma modul g surjektif, maka image ( g ) = N 2 . Diperhatikan bahwa satusatunya homomorfisma modul yang mungkin dari N 2 ke {0 M } adalah ( a ) = 0 M untuk setiap a N 2 . Karena image ( g ) = N 2 = ker ( ) , maka barisan tersebut eksak di N 2 .
31
Teorema E4.69
Barisan pendek
{0M }
N1
N2
{0M }
merupakan barisan eksak jika dan hanya jika homomorfisma modul f injektif, g surjektif, dan
image ( f ) = ker ( g ) . Lebih lanjut, menurut Teorema Utama Homomorfisma Modul 1, berlaku
N2 M image ( f )
Contoh E4.70
Barisan
{0}
{0}
dan g ( b + 6
) = 2a + 3
) = ( b mod 2 ) + 2
dan b + 6
Diketahui M R-Modul, maka barisan eksak pendek dikatakan barisan eksak terpisah jika dan hanya jika image ( f ) = ker ( g ) merupakan komplemen pada M.
Contoh E4.72
6 = {0 + 6 , 2 + 6 , 4 + 6
} . Sehingga
menurut Contoh E4.64, barisan eksak pendek pada Contoh E4.70 merupakan barisan eksak terpisah.
32
Selanjutnya, didefinisikan pemetaan identitas 1M : M M dengan 1M ( a ) = a untuk setiap a M . Pemetaan identitas tersebut jelas merupakan homomorfisma modul dan dapat diturunkan sifat barisan eksak terpisah. Sebelumnya diberikan lemma mengenai pemetaan berikut.
Lemma E4.73
1. Jika terdapat pemetaan h : B A dengan ( h f ) = 1A maka pemetaan h surjektif 2. Jika terdapat pemetaan k : B A dengan ( f k ) = 1A maka pemetaan k injektif.
Bukti.
Untuk sebarang a A jelas bahwa f ( a ) f ( A ) B . Dengan demikian untuk sebarang a A dapat dipilih y = f ( a ) B sehingga h ( y ) = h ( f ( a ) ) = ( h f )( a ) = 1A ( a ) = a . Jadi, pemetaan h surjektif. Selanjutnya, diambil sebarang
b1 , b2 B
k ( b1 ) = k ( b2 ) .
dengan
Diperhatikan
untuk
33
Teorema E4.74
Diketahui M R-Modul, N1 dan N 2 merupakan submodul dari M, serta f dan g keduanya merupakan homomorfisma modul. Jika barisan pendek
{0M }
N1
N2
{0M }
1. Terdapat homomorfisma modul : M N1 sehingga ( f ) = 1N1 2. Terdapat homomorfisma modul : N 2 M sehingga ( g ) = 1N2 3. Barisan pendek tersebut merupakan barisan eksak terpisah dan
M image ( f ) ker ( ) image ( ) ker ( g ) N1 N 2 .
Bukti.
(1 2 )
Sebelumnya akan ditunjukkan terlebih dahulu bahwa ker ( ) image ( f ) = {0} . Diambil sebarang
x ker ( ) image ( f ) .
maka
( x ) = 0M
Dengan
dan
karena demikian
x image ( f ) ,
maka
x = f (a)
a N1 .
0 M = ( x ) = ( f ( a ) ) = ( f )( a ) = 1N1 ( a ) = a . Karena f homomorfisma modul, maka x = f ( a ) = f ( 0 M ) = 0 M dan dengan demikian ker ( ) image ( f ) = {0} .
homomorfisma modul yang dimaksud. Akan ditunjukkan bahwa pemetaan terdefinisi dengan baik. Diambil sebarang x, y N 2 dengan x = y . Karena, pemetaan g : M N 2 surjektif, maka terdapat
a, b M
dengan
x = g (a)
dan
y = g (b ) .
Karena
x= y,
maka
34
( x ) ( y ) = ( a ( f )( a ) ) ( b ( f )( b ) )
= ( a b ) + ( ( f )( b a ) ) Diperhatikan, bahwa ( a b ) + ( f )( b a ) ker ( ) , karena
( ( a b ) + ( f )( b a ) ) = ( a b ) + (
( f )) (b a ) = ( a b ) + ( f ) ( ( b a ) ) = ( a b ) + 1N ( ( b a ) ) = ( a b) + (b a ) = ( a ) (b) + (b) ( a )
1
= 0M .
Diperhatikan
juga
bahwa
( a b ) + ( f )( b a ) image ( f ) ,
dan
dengan
demikian
( a b ) + ( f )( b a ) image ( f ) .
Akibatnya, ( x ) ( y ) = ( a b ) + ( f )( b a ) ker ( ) image ( f ) = {0} . Jadi, diperoleh ( x ) = ( y ) dan dengan demikian pemetaan terdefinisi dengan baik. Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa merupakan homomorfisma modul. Diambil sebarang x, y N 2 . Karena, pemetaan g : M N 2 surjektif, maka terdapat a, b M dengan x = g ( a ) dan y = g ( b ) . Karena g homomorfisma maka diperoleh x + y = g ( a ) + g ( b ) = g ( a + b ) dan dengan demikian
( x ) + ( y ) = ( a + b ) ( f )( b + a ) = ( x + y ) .
Untuk
sebarang
rR ,
diperoleh
r ( x ) = ra + ( f )( ra ) = ra r ( f )( a ) = r ( a ( f )( a ) ) = r ( x ) .
35
( g ) = 1N
( g )( x ) = g ( a ( f )( a ) ) = g ( a ) ( g ( f ) ) ( a ) . Diperhatikan, karena
( f )( a ) = f ( ( a ) ) image ( f )
dan image ( f ) = ker ( g ) , maka ( g
( f ) ) ( a ) = 0M . Jadi,
( 2 3)
Dari pembuktian bagian (1 2 ) telah diketahui bahwa ker ( ) image ( f ) = {0} . Selanjutnya akan dibuktikan bahwa
M = ker ( ) + image ( f ) . Diketahui terdapat homomorfisma modul
: M N1 sehingga
xM
( x f ( ( x ) ) ) = ( x ) ( f ( ( x ) ) ) = ( x ) ( f ) ( ( x ) ) .
Karena
f ) = 1N1 , akibatnya
( x f ( ( x ) ) ) = ( x ) ( f ) ( ( x ) ) = ( x ) ( x ) = 0 M .
Jadi, diperoleh x ( f )( x ) ker ( ) .
x = ( x ( f )( x ) ) + ( f )( x )
Karena
dan
( f )( x ) image ( f ) ,
maka
diperoleh
x ker ( ) + image ( f )
M ker ( ) + image ( f )
dan
36
Diperhatikan bahwa karena f pemetaan injektif akibatnya image ( f ) isomorfis dengan domainnya, yaitu N1 . Karena merupakan pemetaan injektif akibatnya image ( ) isomorfis dengan domainnya, yaitu N 2 . Dengan demikian berlaku
M image ( f ) ker ( ) = image ( f ) image ( ) N1 N 2 .
( 3 1)
Diketahui baris eksak tersebut merupakan barisan eksak terpisah dan berlaku M N1 N 2 . Karena M N1 N 2 , maka terdapat isomorfisma modul dari M ke N1 N 2 . Dengan demikian, untuk setiap x M , selalu terdapat Dibentuk pemetaan : M N1 dengan ( x ) = n1 . Akan dibuktikan pemetaan tersebut terdefinisi dengan baik. Diambil sebarang x, y M dengan dengan x = ( ( n1 , n2 ) ) .
( n1 , n2 ) N1 N 2
( n1 n3 , n2 n4 ) ker ( ) .
sejalan dengan
Teorema
Sehingga
diperoleh
( n1 n3 , n2 n4 ) = ( 0, 0 ) ( n1 , n2 ) = ( n3 , n4 )
pemetaan terdefinisi dengan baik. Pemetaan jelas merupakan homomorfisma modul dan berlaku ( f )( a ) = a untuk setiap a N1 atau dengan kata lain ( f ) = 1N1 .
37
Diperhatikan bahwa dari Teorema E4.74 dapat dibentuk diagram seperti dibawah ini M N1 f g N2
2
3
N1 N2
{0M }
{0M }
Pemetaan 1 , 2 , 3 , dan, 4 seluruhnya merupakan pemetaan nol (zero mapping), yaitu pemetaan yang memetakan setiap elemen domain ke 0M . Pemetaan nol tersebut merupakan
homomorfisma. Lebih lanjut, 1 dan 3 merupakan pemetaan injektif serta 2 dan 4 merupakan pemetaan surjektif.
38
DAFTAR PUSTAKA
Adkins William A. and Weintraub Steven H., 1992, Algebra: an Approach via Module Theory, Springer-Verlag, United States. Teorema-teorema dengan awalan E3 dapat disimak pada topik Teorema Utama Homomorfisma Grup yang dapat diunduh di alamat http://wijna.web.ugm.ac.id/ Extra3-Teorema Homomorfisma Grup.pdf
39