Professional Documents
Culture Documents
\
|
Kg
KJ
H
V
= entalpi spesifik keadan uap
|
|
.
|
\
|
Kg
KJ
Cp
1
= kapasitas panas bahan dalam keadan cair
C Kg
KJ
0
, untuk air =
C Kg
KJ
4,182
0
Cp
V
= kapasitas panas bahan dalam keadan uap
C Kg
KJ
0
, untuk uap air
suhu menengah =
C Kg
KJ
1,185
0
T = suhu bahan dalam ( C )
T
R
= suhu referensi, pada steam table digunakan 0 C
T
b
= titik didih bahan ( C )
= panas laten / panas penguapan bahan, untuk air pada suhu 100 C = 2260,16
Kg
KJ
Neraca Massa Total Keadaan Steady State
Kecepatan Massa Masuk = Kecepatan Massa Keluar
F
T
= O + D ( 1 )
Neraca Energi Total Keadaan Steady State
Kecepatan Panas Masuk = Kecepatan Panas Keluar
Panas dibawa pendingin + Panas dari Heater = Panas dibawa Over Flow + Panas dibawa
Distilat Panas hilang ke lingkungan.
F
T .
Cp
1
( T
FT
T
R
) + Q = O . Cp
1
( T
O
T
R
) + D . Cp
1
( T
D
T
R
) + Qloss ( 2 )
Neraca Energi di Pendingin
Panas dibawa air pendingin masuk + Panas dibawa uap masuk = Panas dibawa Distilat keluar
+ Panas dibawa air pendingin keluar.
F
T .
Cp
1
( T
FT
T
R
) + V. H
V
= D . Cp
1
( T
D
T
R
) + ( O + F
B
) . Cp
1
. ( T
O
T
R
)
Karena F
B
= V = D
O + F
B
= O + D = F
T
F
T .
Cp
1
( T
FT
T
R
) + V. H
V
= D . Cp
1
( T
D
T
R
) + F
T
. Cp
1
. ( T
O
T
R
) ...( 3 )
Neraca Energi di Boiler
Panas dari Heater = Panas dibawa Uap + Panas hilang ke lingkungan
Q = V . H
V
+ Qloss, karena V = D, maka
Q = D . H
V
+ Qloss ..( 4 )
H
V =
Cp
1 .
( T
b
T
R
) + + Cp
V
. ( T T
b
), karena T = T
b
= 100
C
H
V =
Cp
1 .
( 100 T
R
) + .( 5 )
Faktor-faktor yang mempercepat proses evaporasi :
1. Suhu; walaupun cairan bisa evaporasi di bawah suhu titik didihnya, namun prosesnya
akan cepat terjadi ketika suhu di sekeliling lebih tinggi. Hal ini terjadi karena
evaporasi menyerap kalor laten dari sekelilingnya. Dengan demikian, semakin hangat
suhu sekeliling semakin banyak jumlah kalor yang terserap untuk mempercepat
evaporasi.
2. Kelembapan udara; jika kelembapan udara kurang, berarti udara sekitar kering.
Semakin kering udara (sedikitnya kandungan uap air di dalam udara) semakin cepat
evaporasi terjadi. Contohnya, tetesan air yang berada di kepingan gelas di ruang
terbuka lebih cepat terevaporasi lebih cepat daripada tetesan air di dalam botol gelas.
Hal ini menjelaskan mengapa pakaian lebih cepat kering di daerah kelembapan
udaranya rendah.
3. Tekanan; semakin besar tekanan yang dialami semakin lambat evaporasi terjadi.
Pada tetesan air yang berada di gelas botol yang udaranya telah dikosongkan (tekanan
udara berkurang), maka akan cepat terevaporasi.
4. Gerakan udara; pakaian akan lebih cepat kering ketika berada di ruang yang
sirkulasi udara atau angin lancar karena membantu pergerakan molekul air. Hal ini
sama saja dengan mengurangi kelembapan udara.
5. Sifat cairan; cairan dengan titik didih yang rendah terevaporasi lebih cepat daripada
cairan yang titik didihnya besar. Contoh, raksa dengan titik didih 357C lebih susah
terevapporasi daripada eter yang titik didihnya 35C.
1.3. Tujuan Percobaan
- Menentukan proses dalam keadaan unsteady atau dalam keadaan steady
- Menyusun neraca massa dan energy total pada unit pembuatan aquadest
- Menghitung rugi panas ( heat loss )
- Menyusun neraca massa dan energy perbagian dari unit pembuatan aquadest,dan
dapatmenghitung dan menentukan debit dan suhu setiap arus masuk dan keluar unit
dari variable operasi yang diketahui.
- Menentukan kondisi optimal proses.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1. Bahan
Air keran, alkohol 4%, aquadest.
2.2. Alat
Alkoholmeter, thermometer, beaker gelas 5000 ml, gelas ukur 100 ml & 1000 ml, selang,
Alat Pembuat Aquadest ( Auto Still ).
Skema alat :
Gambar 1. Alat Pembuat Aquadest ( Auto Still )
Keterangan Gambar :
1. Pendingin
2. Boiler
3. F
T
= Air Pendingin + Umpan Boiler (kg/men)
T
FT
= Suhu Air Pendingin Masuk (C)
4. D = Distilat (aquades) (kg/men), T
D
= Suhu Distilat Keluar Alat (C)
5. O = Over Flow (kg/men), T
O
= Suhu Over Flow (C)
6. V = Uap yang dihasilkan (kg/men), H
V
= Entalpi Uap (kJ/kg)
7. F
B
= Umpan Boiler (kg/men)
8. Heater = Pemanas, sebesar Q (kJ/men)
2.3. Prosedur Percobaan
1. Alat sudah dipastikan dirangkai sesuai dengan gambar.
2. Kran air pendingin dibuka, kecepatan alir diukur dengan jalan aliran Over Flow
ditampung selama 1 menit, dan volumenya diukur (V liter).
Kecepatan alir (F
t
) =
V liter =
V = 0,9 liter
V = 900 ml
3. Kran diatur sedemikian rupa sehingga didapatkan kecepatan alir 0,9 liter/menit
4. Pemanas (bagian bawah) dihidupkan. Panas yang disuplai satu heater = 2500 watt.
Jalannya proses diamati, suhu di Over Flow diukur dan dicatat waktu yang dibutuhkan
dari hidupnya pemanas sampai didapatkan suhu yang konstan di Over Flow. Setiap
pengukuran dilakukan dengan rentang waktu 5 menit.
5. Setelah suhu di Over Flow konstan, diukur dan dicatat kecepatan alir di Over Flow,
suhu di Over Flow, kecepatan alir Distillat dan Suhu Distillat.
6. Distilat ditampung dan ditentukan kadar alkoholnya dengan alkoholmeter.
7. Cara di atas diulangi untuk kecepatan alir 1,4 liter/menit dan 1,8 liter/menit.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Data Hasil Percobaan
No
Q
Pemanas
(Watt)
Kecepatan alir ( L/menit ) Suhu (C)
Waktu mencapai
Steady (menit)
F O D O D
1 2500 0,9
0,75 0,04 56 30
25
0,78 0,04 56 30
0,8 0,04 56 30
2 2500 1,4
0,76 0,03 55 30
20 0,79 0,04 55 30
0,82 0,04 55 30
3 2500 1,8
1,51 0,04 46 32
25 1,27 0,03 46 32
1,29 0,03 46 32
Waktu Mencapai Steady State
No
Kecepatan alir
(L/menit)
Suhu (C) Waktu mencapai
Steady (menit)
Kadar Alkohol
(%)
O D
1 0,9
55 30 5
2
58 30 10
56 30 15
56 30 20
56 30 25
2 1,4
59 30 5
4
55 30 10
55 30 15
55 30 20
3 1,8
45 32 5
3
45 32 10
46 32 15
46 32 20
46 32 25
Dari data diatas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu steady state maka kadar
alkoholnya akan semakin sedikit.
3.2. NERACA MASSA
Tabel 3.2.1. Neraca massa untuk 0,9 liter/menit
No. Nama bahan
Input
(liter/menit)
Output
(Liter/menit)
1 Sampel 3 2,96
2 Destilat - 0,04
3 Air Pendingin 0,9 -
4 Over Flow - 0,77
Total 3,9 3,77
Efisiensi kerja alat =
x 100 % = 96,67 %
Tabel 3.2.2. Neraca massa untuk 1,4 liter/menit
Efisiensi kerja alat=
x 100 % = 86,14 %
Tabel 3.2.3. Neraca massa untuk 1,8 liter/menit
No. Nama bahan
Input
(liter/menit)
Output
(Liter/menit)
1 Sampel 3 2,97
2 Destilat - 0,03
3 Air Pendingin 1,8 -
4 Over Flow - 1,35
Total 4,8 4,35
Efisiensi kerja alat =
x 100 % = 90,6 %
Dari table neraca massa 3.2.1, 3.2.2, dan 3.2.3 dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan
atau ketidakstabilan efisiensi kerja alat pada setiap kecepatan alir. Terjadi penurunan efisiensi
kerja alat pada kecepatan alir 1,4 liter/menit dan mengalami kenaikan pada kecepatan alir 1,8
liter/menit. Hal ini disebabkan karena tidak stabilnya supply air pendingin yang terkadang
cepat dan terkadang lambat, sehingga mempengaruhi efisiensi kerja alat yang juga menjadi
tidak stabil.
Dalam percobaan ini, efisiensi kerja alat yang tinggi didapatkan pada saat
menggunakan kecepatan alir 0,9 liter/menit. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa untuk
mendapatkan efisiensi kerja alat yang bagus maka lebih baik menggunakan kecepatan alir
yang kecil.
No. Nama bahan
Input
(liter/menit)
Output
(Liter/menit)
1 Sampel 3 2,96
2 Destilat - 0,04
3 Air Pendingin 1,4 -
4 Over Flow - 0,79
Total 4,4 3,79
3.3. NERACA ENERGI / PANAS
Tabel 3.3.1. Neraca energi/panas untuk 0,9 liter/menit
No. Nama bahan Input (Kj/detik) Output (Kj/detik)
1 Panas dibawa air pendingin 1,83 x 10
-3
-
2 Panas dari heater 2,5 -
3 Panas dibawa air Over Flow - 3 x 10
-3
4 Panas dibawa Distilat - 8,3 x 10
-5
5
Panas hilang kelingkungan
( Qloss)
- 2,4987
Total
2,5018 2,5018
Efisiensi kerja alat =
x 100 % = 100 %
Tabel 3.3.2. Neraca energi/panas untuk 1,4 liter/menit
No. Nama bahan Input (Kj/detik) Output (Kj/detik)
1 Panas dibawa air pendingin 2,83 x 10
-3
-
2 Panas dari heater 2,5 -
3 Panas dibawa air Over Flow - 3 x 10
-3
4 Panas dibawa Distilat - 8,3 x 10
-5
5
Panas hilang kelingkungan
( Qloss)
- 2,4997
Total
2,5028 2,5028
Efisiensi kerja alat =
x 100 % = 100 %
Tabel 3.3.3. Neraca energi/panas untuk 1,8 liter/menit
Efisiensi kerja alat =
x 100 % = 100 %
Dari table neraca massa 3.3.1, 3.3.2, dan 3.3.3 didapatkan bahwa neraca energi masuk
sama dengan neraca energi keluar, sehingga didapatkan efisiensi kerja alat 100%. Pada
kecepatan alir 0,9 liter/menit, 1,4 liter/menit dan 1,8 liter/menit, jumlah panas yang terlepas
kelingkungan hampir sama yaitu 2,4987 Kj/detik, 2,4997 Kj/detik dan 2,4994 Kj/detik. Hal
ini disebabkan karena terjadinya peningkatan suhu yang tinggi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi proses evaporasi adalah suhu. Suhu air pendingin yang keluar dari kondensor
lebih tinggi dari pada suhu masuk karena air itu menyerap panas dari kondensor. Semakin
tinggi peningkatan suhu maka proses evaporasi akan berjalan lebih lambat, sehingga panas
yang terlepas kelingkungan semakin banyak.
No. Nama bahan Input (Kj/detik) Output (Kj/detik)
1 Panas dibawa air pendingin 3,83 x 10
-3
-
2 Panas dari heater 2,5 -
3 Panas dibawa air Over Flow - 4,33 x 10
-3
4 Panas dibawa Distilat - 6,67 x 10
-5
5
Panas hilang kelingkungan
( Qloss)
- 2,4994
Total
2,5038 2,5038
BAB IV
KESIMPULAN
1. Proses Evaporasi adalah proses untuk memisahkan pelarut dengan proses penguapan dari
padatan ( zat terlarut ) yang tidak volatil ( tidak mudah menguap ).
- Inti dari proses ini adalah terjadinya perubahan fasa dari fasa cair menjadi fasa
uap, suatu proses yang membutuhkan energi yang relatif besar.
- Tujuan Evaporasi ialah untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut
yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap.
2. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, keadaan steady state pada proses evaporasi
baru akan diperoleh ditandai dengan temperatur distilat atau over flow yang tidak akan
berubah lagi ( konstan ) terhadap waktu.
3. Semakin banyak panas yang hilang ke lingkungan (Q loss) maka akan diperoleh hasil
distilat yang semakin sedikit. Dan jika laju alir umpan ke sistem relatif lebih besar maka
panas yang hilang ke lingkungan yang didapat juga akan lebih besar.
LAMPIRAN
A. Pembuatan alkohol 4% sebanyak 3 L
V
1
M
1
= V
2
M
2
3000 0,04 = V
2
0,96
V
2
=
V
2
= 125 ml
Jadi, alkohol yang dibutuhkan untuk membuat alkohol 4% adalah sebanyak 125 ml.
B. NERACA MASSA
1. Neraca massa untuk 0,9 liter/menit
- Destilat output = 0,04 liter/menit
- Sampel input = 3 liter/menit
- Sampel output = Sampel input Destilat output
= 3 l/m 0,04 l/m
= 2,96 liter/menit
- Over flow output =
|
.
|
\
| + +
3
0,8 0,78 0,75
= 0,77 liter/menit
- Total input = 3 l/m + 0,9 l/m
= 3,9 liter/menit
- Total output = Sampel output + Destilat output + over flow output
= 2,96 l/m + 0,04 l/m + 0,77 l/m
= 3,77 liter/menit
2. Neraca massa untuk 1,4 liter/menit
- Destilat output =
|
.
|
\
| + +
3
0,04 0,04 0,03
= 0,04 liter/menit
- Sampel input = 3 liter/menit
- Sampel output = Sampel input - Destilat output
= 3 l/m 0,04 l/m
= 2,96 liter/menit
- Over flow output =
|
.
|
\
| + +
3
0,82 0,79 0,76
= 0,79 liter/menit
- Total input = 3 l/m + 1,4 l/m
= 4,4 liter/menit
- Total output = Sampel output + Destilat output + Over flow output
=2,96 l/m + 0,04 l/m + 0,79 l/m
= 3,79 liter/menit
3. Neraca massa untuk 1,8 liter/menit
- Destilat output =
|
.
|
\
| + +
3
0,03 0,03 0,04
= 0,03 liter/menit
- Sampel input = 3 liter/menit
- Sampel output = Sampel input - Destilat output
= 3 l/m 0,03 l/m
= 2,97 liter/menit
- Over flow output =
|
.
|
\
| + +
3
1,29 1,27 1,51
=1,35 liter/menit
- Total input = 3 l/m +1,8 l/m
= 4,8 liter/menit
- Total output = Sampel output + Destilat output +Over flow output
= 2,97 l/m + 0,03 l/m + 1,35 l/m
= 4,35 liter/menit
C. NERACA ENERGI
1. Neraca energi untuk 0,9 liter/menit
- Panas dibawa air pendingin
F
T
= 0,9
x 10
-3
m
3
= 0,9 x 10
-3
( 0,9 x 10
-3
) x 1
= 0,9 x 10
-3
C
p1
= 4,1868 Kj/Kg
o
K
T
FT
= 30
o
C 303
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa air pendingin = F
T
.C
p1
.( T
FT
-T
R
)
= (0,9x10
-3
) x (4,1868 Kj/Kg
o
K)(303-273)
o
K
= 0,11 Kj/menit
= 1,83 x 10
-3
Kj/detik
- Panas dari Heater = 2500 watt
1 Watt = 1 J/detik
2500 watt = 2500 J/detik = 2,5 Kj/detik
- Panas dibawa air Over Flow
O = 0,77
x 10
-3
m
3
=0,77 x 10
-3
( 0,77 x 10
-3
) x 1
= 0,77 x 10
-3
C
p1
= 4,1868 Kj/Kg
o
K
T
o
= 56
o
C 329
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa air Over Flow = O.C
p1
(T
o
- T
R
)
=(0,77x10
-3
)x(4,1868 Kj/Kg
o
K)(329-273)
o
K
= 0,18 Kj/menit
= 3 x 10
-3
Kj/detik
- Panas dibawa Distilat
D
= 0,04
x 10
-3
m
3
= 0,04 x 10
-3
( 0,04 x 10
-3
) x 1
= 0,04 x 10
-3
C
p1
= 4,1868 Kj/Kg
o
K
T
D
=30
o
C 303
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa Distilat = D.Cp1 ( T
D
- T
R
)
= (0,04 x 10
-3
) x (4,1868 Kj/Kg
o
K) (303-273)
o
K
= 0,005 Kj/menit
= 8,3 x 10
-5
Kj/detik
- Q
loss
= [ F
T
.C
p1
.(T
FT
-T
R
) + Q] - [O.C
p1
(To-T
R
) + D.C
p1
(T
D-
T
R
)]
= (1,83 x 10
-3
+ 2,5) - (3 x 10
-3
+ 8,3 x 10
-5
)
Kj/detik
= 2,4987 Kj/detik
2. Neraca energi untuk 1,4 liter/menit
- Panas dibawa air pendingin
F
T
= 1,4
x 10
-3
m
3
= 1,4 x 10
-3
( 1,4 x 10
-3
) x 1
= 1,4 x 10
-3
C
p1
= 4,1868 Kj/Kg
o
K
T
FT
= 30
o
C 303
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa air pendingin = F
T
.C
p1
.( T
FT
-T
R
)
= (1,4x10
-3
) x (4,1868 Kj/Kg
o
K)(303-273)
o
K
= 0,17 Kj/menit
= 2,83 x 10
-3
Kj/detik
- Panas dari Heater = 2500 watt
1 Watt = 1 J/detik
2500 watt = 2500 J/detik = 2,5 Kj/detik
- Panas dibawa air Over Flow
O = 0,79
x 10
-3
m
3
= 0,79 x 10
-3
( 0,79 x 10
-3
) x 1
= 0,79 x 10
-3
C
p1
= 4,1868 Kj/Kg
o
K
T
o
= 55
o
C 328
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa air Over Flow = O.C
p1
(T
o
- T
R
)
=(0,79x10
-3
)x(4,1868 Kj/Kg
o
K)(328-273)
o
K
= 0,18 Kj/menit
= 3 x 10
-3
Kj/detik
- Panas dibawa Distilat
D
= 0,04
x 10
-3
m
3
= 0,04 x 10
-3
( 0,04 x 10
-3
) x 1
= 0,04 x 10
-3
C
p1
= 4,1868 Kj/Kg
o
K
T
D
=30
o
C 303
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa Distilat = D.Cp1 ( T
D
- T
R
)
= (0,04 x 10
-3
) x (4,1868 Kj/Kg
o
K) (303-273)
o
K
= 0,005 Kj/menit
= 8,3 x 10
-5
Kj/detik
- Q
loss
= [ F
T
.C
p1
.(T
FT
-T
R
) + Q] - [O.C
p1
(To-T
R
) + D.C
p1
(T
D-
T
R
)]
= (2,83 x 10
-3
+ 2,5) - (3 x 10
-3
+ 8,3 x 10
-5
)
Kj/detik
= 2,4997 Kj/detik
3. Neraca energi untuk 1,8 liter/menit
- Panas dibawa air pendingin
F
T
= 1,8
x 10
-3
m
3
= 1,8 x 10
-3
( 1,8 x 10
-3
) x 1
= 1,8 x 10
-3
C
p1
= 4,1868 Kj/Kg
o
K
T
FT
= 30
o
C 303
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa air pendingin = F
T
.C
p1
.( T
FT
-T
R
)
= (1,8x10
-3
) x (4,1868 Kj/Kg
o
K)(303-273)
o
K
= 0,23 Kj/menit
= 3,83 x 10
-3
Kj/detik
- Panas dari Heater = 2500 watt
1 Watt = 1 J/detik
2500 watt = 2500 J/detik = 2,5 Kj/detik
- Panas dibawa air Over Flow
O = 1,35
x 10
-3
m
3
= 1,35 x 10
-3
( 1,35 x 10
-3
) x 1
= 1,35 x 10
-3
C
p1
= 4,1868 Kj/Kg
o
K
T
o
= 46
o
C 319
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa air Over Flow = O.C
p1
(T
o
- T
R
)
=(1,35x10
-3
)x(4,1868 Kj/Kg
o
K)(319-273)
o
K
= 0,26 Kj/menit
= 4,33 x 10
-3
Kj/detik
- Panas dibawa Distilat
D
= 0,03
x 10
-3
m
3
= 0,03 x 10
-3
( 0,03 x 10
-3
) x 1
= 0,03 x 10
-3
C
p1
= 4,1868 Kj/Kg
o
K
T
D
=32
o
C 305
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa Distilat = D.Cp1 ( T
D
- T
R
)
= (0,03 x 10
-3
) x (4,1868 Kj/Kg
o
K) (305-273)
o
K
= 0,004 Kj/menit
= 6,67 x 10
-5
Kj/detik
- Q
loss
= [ F
T
.C
p1
.(T
FT
-T
R
) + Q] - [O.C
p1
(To-T
R
) + D.C
p1
(T
D-
T
R
)]
= (3,83 x 10
-3
+ 2,5) - (4,33 x 10
-3
+ 6,67 x 10
-5
)
Kj/detik
= 2,4994 Kj/detik
DAFTAR PUSTAKA
Dunan, Hendri. 2009. Proses Evaporasi. Surabaya : Edublogs.
Tim Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Proses I.
Pekanbaru : Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik Program Studi D3
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
Warren L, Mc. Cabe, dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid 1. Jakarta : Erlangga.