You are on page 1of 5

Situasi Demografi Agama di Indonesia 2010 Meskipun Indonesia bukanlah negara yang berdasarkan agama, agama menjadi salah

satu pertimbangan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Ia secara jelas menjadi salah satu dasar negara dan bahkan pemerintah memiliki hukum yang jelas tentang adanya agama resmi (diakui keberadaannya oleh pemerintah). Berdasarkan hasil sensus tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa atau bertambah sekitar 36 juta jiwa dalam kurun waktu 10 tahun. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata pada periode 2000-2010 adalah sebesar 1,49 persen pertahun. Dari jumlah tersebut sebanyak 207,2 juta jiwa (87,18 persen) mengaku beragama Islam, diikuti oleh penganut agama Kristen 16,5 juta jiwa (6,96 persen), 6,9 juta jiwa menganut agama Katolik (2,91 persen), 4 juta penganut agama Hindu (1,69 persen), 1,7 juta penganut Buddha (0,72 persen), 0,11 juta penganut Konghucu (0,05 persen), dan agama lainnya 0,13 persen. Jika dilihat berdasarkan wilayah, sebagian besar penganut agama Islam tinggal di propinsipropinsi di Jawa (62 persen). Sebanyak 20,2 persen penganut agama Islam tinggal di propinsi Jawa Barat, propinsi Jawa Timur 17,4 persen, dan propinsi Jawa Tengah 15,1 persen. Hal ini berhubungan dengan konsentrasi penduduk yang memang ada di pulau Jawa. Sementara itu penganut agama Kristen terbanyak tinggal di propinsi Sumatra Utara (21,2 persen) dan Propinsi Papua (11,2 persen). Sebagian besar penganut Katolik tinggal di Propinsi Nusa Tenggara Timur (36,7 persen) dan Kalimantan Barat (14,6 persen). Mayoritas penganut Hindu tinggal di propinsi Bali (80,9 persen). Selain juga cukup banyak ada di propinsi tetangga (Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat), para penganut agama Hindu juga terdapat di beberapa propinsi lain yang dahulu merupakan daerah tujuan transmigrasi, misalnya Lampung dan Sulawesi Tengah. Sementara itu, mayoritas penganut agama Buddha terdapat di DKI Jakarta (18,6 persen), Sumatera Utara (17,8 persen), dan Kalimantan Barat (14 persen). Penganut Konghucu sebagian besar terdapat di propinsi Bangka Belitung (34 persen) dan propinsi Kalimantan Barat (25,4 persen) yang memang banyak etnis Tionghoa tinggal di wilayah tersebut. Jika dipetakan persebaran penganut agama berdasarkan perbedaan perkotaan dan perdesaan, para penganut Islam, Kristen, dan Hindu hampir seimbang proporsinya baik yang tinggal di wilayah perkotaan dan perdesaan. Para penganut agama Buddha dan Konghucu mayoritas tinggal di kawasan perkotaan (88 persen dan 76 persen). Hal ini sesuai dengan fakta bahwa sebagian besar penganut agama Buddha banyak terdapat di DKI dan perkotaan Sumatra Utara. Sementara itu, para penganut agama Katolik (65 persen) dan agama lainnya (93 persen) tinggal di kawasan pedesaan. Dinamika Demografi Keagamaan Sejalan dengan pertambahan jumlah absolut penduduk Indonesia pada kurun waktu 1990 2010, hampir semua agama mengalami pertambahan jumlah pemeluk, kecuali pemeluk agama Buddha yang jumlahnya mengalami penurunan jumlah absolut sekitar 100 ribu jiwa. Kemungkinan hal ini dapat terjadi karena adanya pilihan agama resmi baru pada sensus Penduduk tahun 2010, yakni Konghucu. Pada tahun 1990 agama Konghucu belum diakui sebagai agama resmi negara, sehingga sebagian besar penganut Konghucu (kemungkinan besar etnis Tionghoa) memilih agama

Buddha sebagai identitas keagamaan. Hal ini serupa yang terjadi pada tahun-tahun terdahulu yang menempatkan para penganut agama-agama lokal, misalnya Kaharingan, ke agama Hindu. Laju penurunan rata-rata pemeluk agama Buddha pada kurun waktu 1990-2010 adalah sebesar 0,39 persen pertahun. Laju penurunan yang lebih drastis terjadi pada kelompok agama lainnya yang mencapai 3,15 persen per tahun. Selain kedua kelompok pemeluk agama tersebut, semua agama mengalami laju pertumbuhan yang positif. Pemeluk agama Kristen mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 2,14 persen per tahun, sementara pemeluk Katholik tercatat memiliki laju pertumbuhan terendah yakni 0,37 persen per tahun (lihat tabel 1) Tabel 1. Jumlah, Prosentase, dan Laju Pertumbuhan Pemeluk Agama di Indonesia Tahun 1990-2010
No
1 2 3 4 5 6 7

Agama
Islam Kristen Katholik Hindu Buddha Konghucu*) Lainnya TJ TT Total

1990
156,318,610 10,820,769 6,411,794 3,287,309 1,840,693

%
87.21 6.04 3.58 1.83 1.03

2000
177,528,772 11,820,075 6,134,902 3,651,939 1,694,682

%
88.22 5.87 3.05 1.81 0.84

2010
207,176,162 16,528,513 6,907,873 4,012,116 1,703,254 117,091

%
87.18 6.96 2.91 1.69 0.72 0.05 0.13 0.06 0.32 100

r 90-00
1.28 0.89 -0.44 1.06 -0.82 -3.18

r 00-10
1.56 3.41 1.19 0.95 0.05 -3.13

r 90-10
1.42 2.14 0.37 1.00 -0.39 -3.15

568,608

0.32

411,629

0.20

299,617 139,582 757,118

179,247,783

100

201,241,999

100

237,641,326

Sumber: BPS, Sensus Penduduk tahun 1990, 2000, 2010, diolah. Keterangan: TJ adalah Tidak terjawab; TT adalah Tidak ditanyakan; r adalah laju pertumbuhan. *) agama Konghucu baru diakui sebagai agama resmi pada tahun 2006(? Cek), sehingga data untuk tahun 1990 dan 2000 tidak tersedia. Meskipun secara jumlah absolut, semua agama mengalami pertambahan jumlah absolut, namun dari segi prosentase semua agama mengalami penurunan dalam waktu 10 tahun terakhir (2000-2010, kecuali pemeluk Kristen yang justru naik sebesar 1,19 persen. Proporsi pemeluk Islam turun 1 persen jika dibandingkan pada sensus sebelumnya. Sementara itu, proporsi penganut Hindu turun 0,75 persen, pemeluk Buddha turun 0,12 persen, dan Katholik turun 0,14 persen. Beberapa propinsi di Indonesia memiliki basis tradisi keagamaan yang kuat. Bahkan, beberapa di antaranya menggunakan jargon agama untuk merepresentasikan identitas. Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatra Barat, misalnya, secara terang-terangan menggunakan Islam sebagai identitas daerah. Aceh sudah lama dikenal sebagai Serambi Mekah, Sumatra Barat dengan rumusan Adat Bersendi Syara, Syara Bersendi Kitabullah (Al Quran), Bali .., dan Sulawesi Utara

Pada wilayah yang lebih rendah, beberapa kota dan kabupaten berlomba memunculkan jargonjargon agama sebagai identitas daerah, misal Gerbang Madinah, Kota Injil, dsb. Dari hasil sensus penduduk tahun 2010 memperlihatkan bahwa agama yang dijadikan dasar untuk klaim identitas memang merupakan mayoritas di masing-masing lokasi. Di Nanggroe Aceh Darussalam, pemeluk Islam mencapai proporsi lebih dari 98 persen dari keseluruhan penduduk di Propinsi tersebut. Hal serupa juga terjadi di Sumatra Barat yang mencapai lebih dari 97 persen pemeluk Islam, propinsi Bali untuk pemeluk Hindu (83,5 persen), atau propinsi Sulawesi Utara untuk pemeluk Kristen (63,6 persen). Identifikasi berdasar mayoritas semacam ini potensial memunculkan persoalan, ketika prosentase dimaknai secara politis. Kenaikan dan penurunan prosentase secara langsung akan mengarah pada situasi kompetisi, yang dapat bergerak liar dan menjangkau ranah lainnya. Akibatnya apa yang sesungguhnya bukan persoalan agama, umumnya lebih pada perebutan sumberdaya ekonomi, kemudian meluas menjadi konflik antaragama. Pada level ini agama, sebagaimana sumber identitas yang lain, menjadi sumber yang sangat kuat untuk memobilisasi dukungan. Pentingnya agama sebagai alat mobilisasi ini membuat agama kemudian secara sadar digunakan oleh suatu kelompok untuk menekan kelompok lainnya. Atas nama agama mayoritas, kemudian orang mempersoalkan kegiatan pembangunan tempat ibadah. Kasus pendirian GKI Yasmin, Gereja HKBP di Tangerang, pendirian masjid di Kupang dan di Manado, dan sebagainya (beri contoh lagi di daerah lainnya), merupakan contoh yang sangat jelas. ***carikan kutipan ttg minoritas dan arogansi mayoritas*** yang orang sini asli itu sedikit, hanya berapa gelintir, ngapain pula bikin gereja/masjid kami tidak pernah tanda tangan persetujuan *** Sebenarnya isu mayoritas-minoritas ini bukanlah isu yang baru. Isu tentang angka-angka semacam ini sudah muncul lama dan biasanya dikaitkan dengan upaya penyebaran agama tertentu. Pada tahun 1980-an misalnya, pernah muncul selebaran gelap konon berisi himbauan Paus di Vatikan bagi umat Nasrani di negara-negara mayoritas beragama Islam untuk mengabaikan program kebijakan keluarga berencana. Secara jelas disebutkan bahwa tujuan dari itu adalah mengimbangi jumlah penduduk yang beragama Islam. Untuk Indonesia targetnya sangat jelas, bahwa dengan memiliki sedikitnya 4 anak per keluarga maka pada tahun 2000 proporsi penganut Nasrani di Indonesia akan mencapai 25 persen dari penduduk muslim (karena yang muslim patuh pada pemerintah dan hanya punya anak maksimum 2 saja!). Lebih jauh, digambarkan pada tahun 2025, prosentase penduduk Nasrani ditargetkan mencapai 50 persen dari penduduk Indonesia. Tentu saja hal ini kemudian memunculkan reaksi anti-natal di kalangan muslim yang takut diimbangi jumlahnya. Isu jumlah ini menjadi lebih sensitif ketika dikaitkan dengan isu konversi (pindah agama). Isu tentang Kristenisasi, misalnya, hingga kini masih saja selalu muncul di setiap celah. Ketika terjadi bencana Tsunami di Aceh, gempa di Sumatra Barat, dan gempa Bantul, isu tentang paket bantuan yang disertai sosialisasi ajaran agama Kristen menjadi isu yang hangat di berbagai media, mulai dari mulut ke mulut hingga ke laman internet (lihat Suhadi, 2012, forthcoming). Lantas, saat ini tahun 2011, apakah isu tentang angka-angka tersebut terbukti di lapangan? Mengacu pada tabel 1 di atas jelas bahwa setidaknya hingga tahun 2011 proporsi penduduk muslim

relatif stabil pada kisaran 87 persen dalam 20 tahun terakhir. Penganut Nasrani (Kristen dan Katholik) pun relatif stabil pada 9 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia. *** apakah ada isu/cerita tentang Islamisasi di Bali/NTT/papua atau tempat lain???*** Apa yang tecermin pada angka-angka nasional tersebut juga dapat dilihat pada dinamika pemeluk agama pada tingkat propinsi. Dari tabel 2, terlihat bahwa posisi agama mayoritas di masingmasing propinsi yang dipilih tidak mengalami pergeseran posisi. Di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang konon dikabarkan adanya Kristenisasi pasca terjadinya Tsunami ternyata justru memperlihatkan hal yang sebaliknya. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, proporsi pemeluk agama Islam justru meningkat hampir 1 persen, dan sebaliknya pemeluk agama yang lain mengalami penurunan. Pemeluk Kristen mengalami penurunan sebesar 0,8 persen dan Katholik turun proporsinya sebesar 0,3 persen. Pemeluk agama Katholik juga menunjukkan peningkatan di basis utamanya yakni di propinsi Nusa Tenggara Timur. Tercatat pemeluk Katholik proporsinya naik sebesar 0,3 persen. Namun, uniknya pemeluk Islam dan Kristen pun juga mengalami peningkatan tipis. Hal ini mungkin merupakan keberhasilan implementasi kebijakan agam resmi dan/atau dakwah agama-agama besar, sehingga menyebabkan separo dari mereka yang beragama lainnya (lokal?) memilih untuk memeluk agama resmi. Jika memperhatikan data tabel 2, pemeluk agama Kristen memang paling konsisten mengalami peningkatan, kecuali di Aceh, Sulawesi Utara, dan Maluku. Uniknya, di propinsi dimana agama Kristen menjadi mayoritas, justru mengalami penurunan proporsi. Hal semacam ini agaknya menjadi pola umum di hampir semua propinsi yang dipilih. Di Sumatra Barat, Jawa Barat, Banten, dan Nusa Tenggara Barat yang sebagian besar penduduknya beragama Islam mengalami penurunan tipis. Penurunan yang cukup tajam terjadi di Bali, dimana proporsi pemeluk Hindu menurun hampir 4 persen dalam waktu 10 tahun terakhir. Hal ini berhubungan dengan tingginya migrasi masuk ke Bali dalam dasawarsa terakhir, sejalan dengan kembali bergairahnya industri pariwisata Bali pasca bom Bali. Tercatat angka migrasi risen masuk ke Bali dalam waktu 5 tahun terakhir sebesar 5,4 persen (BPS, 2011).

Tabel 2 Proporsi pemeluk agama terhadap jumlah penduduk beberapa propinsi 2000-2010 Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Barat Jawa Barat Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Maluku Islam 2000 2010
97,30 97,78 97,65 95,68 10,29 96,57 8,80 29,48 78,39 49,05 98,19 97,42 97,00 94,67 13,37 96,47 9,05 30,90 77,72 50,61

Kristen 2000 2010


1.94 1.16 1.26 1.60 0.97 0.19 33.81 64.60 16.02 42.49 1,12 1,43 1,81 2,53 1,66 0,31 34,74 63,60 16,98 41,40

Katholik 2000 2010


0.36 0.91 0.71 1.03 0.76 0.22 53.86 4.67 1.18 7.70 0,07 0,83 0,58 1,09

Hindu 2000 2010


0.01 0.01 0.10 0.44 0,00 0,00 0,05 0,08

Buddha 2000 2010


0.37 0.12 0.24 1.16 0.53 0.36 0.02 0.16 0.21 0.03 0,16 0,07 0,22 1,23 0,54 0,32 0,01 0,14 0,15 0,02

Lainnya 2000 2010


0.02 0.02 0.04 0.09 0.02 0.01 3.37 0.59 0.35 0.39 0,01 0,01 0,01 0,11 0,01 0,00 1,73 0,06 0,10 0,41

0,81 87.44 83,46 0,20 54,14 4,40 0,82 6,76 2.66 0.14 0.50 3.84 0.34 2,62 0,11 0,58 3,78 0,37

You might also like