You are on page 1of 12

PT.

ASTRA GRAPHIA Tbk


Analisis Rasio Keuangan untuk Tahun 2006 dan 2007 A. Rasio Likuiditas Merupakan Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajian financial jangka pendek yang berupa hutang hutang jangka pendek (short time debt) Menurut Van Horne : Sistem Pembelanjaan yang baik Current ratio harus berada pada batas 200% dan Quick Ratio berada pada 100%. 1. Rasio Lancar (Current Rasio) Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki, Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :

Tahun 2007 = 399,385,006,468 = 1,34 (dibulatkan 1,3 kali) 298,995,081,597 Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,3 kali utang lancar, atau setiap Rp 1,- utang lancar dijamin oleh Rp 1,3 harta lancar atau 1,3 : 1 antara aktiva lancar dengan utang lancar. Tahun 2006 = 370,125,946,223 = 2,43 (dibulatkan 2,4 kali) 152,613,468,971 Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 2,43 kali utang lancar, atau setiap Rp 1,- utang lancar dijamin oleh Rp 2,43 harta lancar atau 2,43 : 1 antara aktiva lancar dengan utang lancar. Jadi kesimpulan rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, keadaan perusahaan untuk tahun 2006 berada dalam kondisi baik mengingat rasionya di atas rata-rata industri. Namun, untuk tahun 2007 kondisinya kurang baik jika dibandingkan dengan perusahaan lain karena rasionya masih di bawah rata-rata industi. 2. Rasio Cepat (Quick Rasio) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid. Quick Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu :

Tahun 2007 = 399,385,006,468 - 123,452,778,245 = 0,92 kali 298,995,081,597 Tahun 2006 = 370,125,946,223 - 95,401,344,203 = 1,80 kali 152,613,468,971 Jadi kesimpulan, jika rata-rata industri untuk quick ratio adalah 0,5 kali, maka keadaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual sediaan bila hendak melunasi utang lancar, tetapi dapat menjual surat berharga atau penagihan piutang. 3. Cash Ratio ( Rasio Kas) Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di Bank. Cash Ratio dapat dihitung dengan Rumus yaitu : Tahun 2007 = 151,020,113,887 = 0,51 atau 51% 298,995,081,597 Tahun 2006 =151,615,322,660 = 0,99 atau 99% 152,613,468,971 Jadi kesimpulan, jika rata-rata industri untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau yang belum digunakan secara optimal. Sebaliknya apabila rasio kas di bawah rata-rata industri, kondisi kurang baik ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar lainnya. 4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over) Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Rasio Perputaran Kas dapat dihitung dengan Rumus yaitu :

Tahun 2007 = 725,580,692,316 = 7,23 dibulatkan 7 kali 100.389.924.871 Tahun 2006 = 619,038,682,221 = 2,85 dibulatkan 3 kali 217.512.477.252 Jadi kesimpulan, jika rata-rata untuk perputaran kas adalah 5%, maka keadaan perusahaan pada tahun 2006 kurang baik karena masih cukup jauh dari rata-rata industri. Namun, kondisi tahun 2007 dikatakan baik karena kondisinya sama dengan rata-rata industri. Catatan : Penjualan Bersih merupakan Pendapatan Bersih, dan Modal Kerja Bersih didapat dari Aktiva Lancar Utang Lancar. 5. Inventory to Net Working Capital Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Inventory to Net Working Capital dapat dihitung dengan Rumus yaitu :

Tahun 2007 = 123,452,778,245 = 1,23 dibulatkan 1% 399,385,006,468 298,995,081,597 Tahun 2006 = 95,401,344,203 = 0,44 dibulatkan 0% 370,125,946,223 152,613,468,971 Jadi kesimpulan, jika rata-rata industri untuk Inventory to Net Working Capital adalah 5% maka, keadaan perusahaan pada tahun 2006 kurang baik karena masih di bawah ratarata industri. Untuk tahun 2007 kondisinya kurang baik karena berada di bawah rata-rata industri. Artinya perusahaan tidak mengalami peningkatan. B. Rasio Solvabilitas Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Adapun Rasio yang tergabung dalam Rasio Leverage adalah : 1. Total Debt to Total Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva ) Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan

aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat dihitung denga rumus yaitu :

Tahun 2007 = 267,9741455 = 0,43 (43%) 624,557,293,214 Catatan : Total Hutang didapat dari Hutang Usaha Pihak Ketiga + Hutang Usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa + Hutang Lain-lain + Hutang Pajak + Hutang Obligasi. Rasio ini menunjukkan bahwa 43% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2006. artinya, bahwa setiap Rp. 100,- pendanaan perusahaan Rp. 43.- dibiayai dengan utang dan Rp. 57.- disediakan oleh pemegang saham. Tahun 2006 = 133,6887648 = 0,23 (23%) 584,838,895,959 Catatan : Total Hutang didapat dari Hutang Usaha Pihak Ketiga + Hutang Usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa + Hutang Lain-lain + Hutang Pajak. Rasio ini menunjukkan bahwa 23 % pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2006. artinya, bahwa setiap Rp. 100,- pendanaan perusahaan Rp. 23.- dibiayai dengan utang dan Rp. 77.- disediakan oleh pemegang saham. Jadi kesimpulan analisis rasio keuangan Tahun 2006 dan 2007 menggunakan analisis Debt to Total Asset Ratio digambarkan kondisi tersebut menunjukkan perusahaan dibiayai hampir dibiayai separuh utangnya. Jika perusahaan bermaksud menambah utangnya, maka perlu menambah ekuitasnya. Secara teoritis, apabila perusahaan dilikuidasi masih mampu menutupi utangnya dengan aktiva yang dimiliki. 2. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas) Merupakan Perbandingan antara hutang hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan yang menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya. Rasio ini dapat dihitung denga rumus yaitu :

Tahun 2007 = 267,9741455 = 0,85 (85%) 314,076,374,312

Catatan : Total Hutang didapat dari Hutang Usaha Pihak Ketiga + Hutang Usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa + Hutang Lain-lain + Hutang Pajak. Tahun 2006 = 133,6887648 = 0,91 (91%) 295,953,593,946 Catatan : Total Hutang didapat dari Hutang Usaha Pihak Ketiga + Hutang Usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa + Hutang Lain-lain + Hutang Pajak. Rasio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp.91,- tahun 2006 untuk setiap Rp.100,- yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 91 %. Demikian pula untuk tahun 2007 menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp.85,- untuk setiap Rp.100,- yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 85% dari ekuitas pemegang saham. Jadi kesimpulan analisis rasio keuangan Tahun 2006 dan 2007 menggunakan analisis Total Debt to Equity Ratio digambarkan jika rata-rata industri sebesar 80% perusahaan masih dianggap kurang baik, karena berada di atas rata-rata industri. Demikian pula untuk tahun 2006 dan 2007 tidak jauh berbeda. 3. Times Interest Earned Ratio Rasio ini merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini juga diartikan sebagai alat ukur untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio. Dengan rumus :

2007 = 100,769,576,352 = 15,5 (16 Kali) 6,488,287,281 2006 = 82,399,312,899 = 11,8 (12 Kali) 6,958,468,621 Catatan : Laba sebelum pajak didapat dari Total Penghasilan / (Beban) Lain-lain + Laba Sebelum Pajak Penghasilan Jadi kesimpulannya Times Interest Earned Ratio tahun 2006 adalah 12 kali atau dengan kata lain, biaya bunga dapat ditutup 12 kali atau dengan kata lain, biaya bunga dapat ditutup 12 kali dari laba sebelum bunga dan pajak. Kemudian, untuk tahun 2007 adalah

16 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 16 kali laba sebelum bunga dan pajak. Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 12 kali rasio untuk tahun 2006 baik. Akan tetapi, untuk tahun 2007 dinilai mengalami peningkatan oleh karena itu kemungkinan perusahaan dapat bunga pinjaman menjadi lebih besar tambahan pinjaman baru dari kreditor. 4. Long Term Debt to Equito Ratio (LTDtER) LTDeER merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Dengan Rumus : 2007 = 11,485,837,305 = 0,04 (4%) 314,076,374,312 2006 = 136,271,833,042 = 0,46 (46%) 295,953,593,946 Jadi kesimpulan analisis rasio keuangan Tahun 2006 dan 2007 menggunakan analisis LTDtER digambarkan perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri dimana tahun 2006 utang jangka panjang menyediakan 46% dari ekuitas dan tahun 2007 utang jangka panjang 4% dari ekuitas yang cenderung mengalami penurunan. C. Rasio Aktivitas Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektifitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Manfaat Rasio Aktivitas Dalam bidang piutang Perusahaan dapat mengetahui berapa lama piutang mampu ditagih selama saru periode. Kemudian perusahaan juga dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini beputar dalam satu periode. Dengan demikian, dapat diketahui efektif atau tidaknya kegiatan perusahaan dalam bidang penagihan. Perusahaan dapat mengetahui jumlah hari dalam rata-rata penagihan piutang (days of receivable) sehingga perusahaan dapat pula mengetahui jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih.

Dalam bidang persediaan Perusahaan dapat mengetahui hari rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang. Hasil ini dibandingkan dengan target yang telah ditentukan atau rata-rata industri. Kemudian perusahaan dapat pula membandngkan hasil ini dengan pengukuran rasio beberapa periode yang lalu. Dalam bidang modal kerja dan penjualan Perusahaan dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau dengan kata lain, berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan. Dalam bidang aktiva dan penjualan - perusahaan dapat mengathui berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputardalam satu periode. - Perusahaan dapat mengetahui penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan dalam suatu periode tertentu. 1. Perputaran Piutang Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan, bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. sebaliknya semakin rendah rasio ini maka perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang. Dapat dihitung dengan rumus : Tahun 2007 =

725,580,692,316 35,241,339,723

= 20,6 (21 Kali)

Tahun 2006 = 619,038,682,221 32.796.320.875

= 18,9 (19 Kali)

Artinya perputaran piutang untuk tahun 2006 = 19 kali dibandingkan penjualan dan perputaran piutang untuk tahun 2007 adalah 21 kali dibandingkan penjualan. Jika rata- rata industri untuk perputaran piutang adalah 21 kali, maka untuk tahun 2006 dapat dikatakan penagihan piutang yang dilakukan manajemen dapat dianggap tidak berhasil, Namun untuk tahun 2007 (21 kali) dianggap berhasil karena melebihi angka rata rata industri. Bagi bank yag akan memberikan kredit perlu juga menghitung hari rata-rata penagihan

piutang (days of receivable). Hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari ) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga sering disebut days sales uncollected. Menghitung rata-rata penagihan piutang (days of receivable) dapat digunakan dengan rumus :

Tahun 2007 = 365 = 17,38 hari dibulatkan 17 hari 21 Tahun 2006 = 365 = 19,21 hari dibulatkan 19 hari 19 Jika rata-rata industri 25 kali, artinya kondisi perusahaan untuk rata-rata jangka waktu penagihan untuk tahun 2006 dan 2007 kurang baik karena, konsumen membayar tagihan tidak tepat waktu. 2. Perputaran Persediaan Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan. Rasio ini juga dapat menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Semakin tinggi rasio ini maka hal ini menunjukkan perusahaan bekerja semakin efisien dan likuid persediaan semakin baik. Demikian pula apabila sebaliknya, maka perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk, hal ini akan menagkibatkan investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah. Dihitung dengan rumus : Tahun 2007 = 725,580,692,316 123,452,778,245

= 5,88 (6 Kali)

Rasio ini menunjukkan 6 kali persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun. Apabila rata-rata industri untuk inventory turn over adalah 5 kali, berarti inventory turn over kurang baik. Perusahaan menahan persediaan dalam jumlah yang berlebihan (tidak produktif).

Tahun 2006 = 619,038,682,221 = 6,49 (6,4 Kali) 95,401,344,203 Rasio ini menunjukkan 6,4 kali persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun. Apabila rata-rata industri untuk inventory turn over adalah 5 kali, berarti inventory turn over lebih baik. Perusahaan tidak menahan persediaan dalam jumlah yang berlebihan (tidak produktif) Kemudian untuk mengetahui berapa hari rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang, dapat di cari dengan cara membagikan jumlah hari dalam satu tahun dibagi perputaran persediaan yaitu : Tahun 2006 Rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang = 360 Hari = 56 Hari 6,4 Tahun 2007 Rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang = 360 Hari = 60 Hari 6 3. Perputaran Aktiva Tetap Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Dihitung dengan rumus :

Tahun 2007 =

725,580,692,316 = 3,222 (3,2 Kali) 225,172,286,746 Perputaran total aktiva tahun 2007 sebanyak 3,2 kali. Artinya setiap Rp.1,00 - aktiva dapat menghasilkan Rp. 3,2 penjualan. Tahun 2006 = 619,038,682,221 = 2,883 (2,9 Kali) 214,712,949,736 Perputaran total aktiva tahun 2006 sebanyak 2,9 kali. Artinya setiap Rp.1, 00 - aktiva dapat menghasilkan Rp. 2,9 penjualan. Digambarkan kondisi perusahaan sangat menggembirakan karena terjadi peningkatan rasio dari tahun 2006 ke tahun 2007. Kemudian jika dibandingkan dengan rata-rata industri untuk total asset turn over, yaitu 2 kali, berarti perusahaan sudah mampu

memaksimalkan aktiva yang dimiliki. Perusahaan diharapkan telah mampu untuk dapat meningkatkan lagi penjualannya atau mengurangi sebagian aktiva yang kurang produktif. Catatan : Total Aktiva Tetap di dapat dari Ekuitas (Modal saham, Tambahan modal disetor, Saldo laba yang telah ditentukan penggunaannya, Saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya) 4. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over) Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Dihitung dengan rumus :

Tahun 2007 =

725,580,692,316 = 1,162 (1,2 Kali) 624,557,293,214 Perputaran total aktiva tahun 2007 sebanyak 1.2 kali. Artinya setiap Rp.1,00- aktiva dapat menghasilkan Rp. 1.2 penjualan Tahun 2006 = 619,038,682,221 = 1,058 (1,1 Kali) 584,838,895,959 Perputaran total aktiva tahun 2006 sebanyak 1.1 kali. Artinya setiap Rp.1,00- aktiva dapat menghasilkan Rp. 1.1 penjualan Kondisi perusahaan sangat menggembirakan karena terjadi peningkatan rasio dari tahun 2006 ke tahun 2007. kemudian jika dibandingkan dengan rata-rata industri untuk total asset turn over, yaitu 2 kali, berarti perusahaan belum mampu memaksimalkan aktiva yang dimiliki. Perusahaan diharapkan mampu untuk dapat meningkatkan lagi penjualannya atau mengurangi sebagian aktiva yang kurang produktif. D. Rasio Profitabilitas Rasio ini merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. I. Gross Profit Margin Rasio profit margin atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu :

a.

Untuk margin laba kotor dengan rumus :

Margin laba kotor menunjukkan laba yang relatife terhadap perusahaan, dengan cara penjualan bersih dibagi laba kotor. Rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok penjualan. Tahun 2007 = 725,580,692,316 = 0,39 dibulatkan 39% 285,315,702,653 Tahun 2006 = 619,038,682,221 = 0,38 dibulatkan 38% 233,852,616,893 Jika rata-rata industri untuk profit margin adalah 30%, margin laba perusahaan tahun 2006 dan 2007 baik karena berada di atas rata-rata industri. b. Untuk margin bersih dengan rumus :

Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan. Tahun 2007 = 72,074,000,366 = 0,10 dibulatkan 10% 725,580,692,316 Tahun 2006 = 55,565,251,184 = 0,09 dibulatkan 9% 619,038,682,221 Jika rata- rata industri untuk profit margin adalah 5% margin laba perusahaan tahun 2006 sebesar 9% baik karena berada di atas rata- rata industri. Namun, untuk tahun 2007 dengan margin sebesar 10% dapat dikatakan baik karena masih di atas rata- rata industri. Hal ini menunjukkan bahwa harga barang barang perusahaan ini relatif baik atau biayabiayanya relatif rendah atau keduanya. Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa margin laba kotor tidak mengalami perubahan berarti, sedangkan margin laba bersih sama halnya tidak mengalami perubahan berarti. II. Return on Asset / ROA ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Dapat dihitung dengan rumus :

Tahun 2007 = 72,074,000,366 = 0,12 dibulatkan 12% 624,557,293,214 Tahun 2006 = 55,565,251,184 = 0,10 dibulatkan 10% 584,838,895,959 Perhitungan ROA tahun 2006 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperolehnya sebesar 10%. Kemudian, pada tahun 2007 meningkat menjadi sebesar 12%. Artinya hasil pengembalian investasi bertambah sebesar 2% dan ini menunjukkan kemampuan manajemen untuk memperoleh ROA. Jika rata-rata industri untuk ROA adalah 10 %, berarti margin laba perusahaan untuk tahun 2006 cukup baik, sedangkan untuk tahun 2007 sebesar 12%, meningkat 2% dari rata-rata industri. Meningkatnya rasio ini disebabkan tingginya margin laba karena tingginya perputaran aktiva. III. Return On Equity / ROE Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini juga menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Dapat dihitung dengan rumus :

Tahun 2007 = 72,074,000,366 = 0,23 dibulatkan 23% 314,076,374,312 Tahun 2006 = 55,565,251,184 = 0,19 dibulatkan 19% 295,953,593,946 Perhitungan ROE tahun 2006, menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperolehnya sebesar 19%. Kemudian, tahun 2007 meningkat menjad sebesar 23%. Artinya hasil pengembalian investasi bertambah sebesar 4% dan ini menunjukkan kemampuan manajemen untuk memperoleh ROE seiring dengan meningkatnya ROA namun jika rata-rata industri untuk ROE adalah 15% berarti kondisi perusahaan cukup baik karena keduanya masih di atas rata-rata industri.

You might also like