You are on page 1of 8

ZONASI HARGA LAHAN PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN CITRA IKONOS STUDY KASUS: TANGERANG SELATAN) MUHAMAD ASNAWI ASARWIYAH

108093000062 1. Latar Belakang Lahan adalah sumber daya potensial yang memiliki arti penting dan kedudukan strategis. Artinya, keberadaan lahan sangat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai tempat tinggal dan wahana aktivitas ekonomi maupun secara politis- teritoris (Ningrum, 2009). Suryana (1997, dalam Helmi et al., 2006) menyadari bahwa setiap pembangunan yang bersifat fisik akan memerlukan sumber daya lahan, kebutuhan akan waktu. Akibatnya akan terjadi perubahan penggunaan lahan di daerah perkotaan. Penggunaan lahan telah dilakukan penelitian dalam beberapa waktu yang diidentifikasi dari sejarah militer dan peta yang ada sejak (tahun 1772-1784, 1822-1854, 1900, 1956 dan 1988) dalam skala 1 : 25.000 - 1: 28.800 dan pemotretan udara (1949,1987 dan 2003) diproses dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) (Olah et al,2009). Sejak tahun 1990-an, pemerintah telah menggunakan teknologi SIG yang tumbuh secara substansial, dari 7 survei nasional yang dilakukan pada tahun 1997 dengan menggunakan sampel 200 kota dan kabupaten menyimpulkan bahwa penggunaan teknologi SIG dalam satu departemen pemerintah telah meningkat dari 20% pada tahun 1990 menjadi 87% diperkirakan pada akhir tahun 1997 (Ricards et al, 1999). SIG merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menunjang dalam penelitian ini. SIG dapat digunakan sebagai alat bantu utama yang menarik, dan menantang di dalam usaha-usaha untuk meningkatkan pemahaman, pengertian, pembelajaran, dan pendidikan mengenai konsep-konsep lokasi, ruang (spasial), kependudukan dan unsur-unsur geografis yang terdapat dipermukaan bumi berikut data-data atribut terkait yang menyertainya (Prahasta, 2002). Yunus (1987, dalam Helmi et al., 2006) menjelaskan bahwa kota adalah suatu daerah tertentu dengan tata guna lahan non agraris, tata guna lahan mana sebagian terbesar tertutup oleh bangunan yang bersifat non residensial maupun residensial (gedung lebih banyak dari vegetasi), pola jariangan jalan yang kompleks, dalam satuan yang kompak dan relatif lebih besar pada satuan permukiman di sekitarnya. Sementara itu sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas kota . Lahan yang dekat dengan pusat perdagangan di sekitar atau pusat kota akan mempunyai nilai tinggi dan nilai ini akan semakin berkurang dengan bertambah jauh jaraknya dari pusat kota.

Masalah yang dihadapi dalam mengumpulkan data mengenai faktor yang menentukan harga lahan suatu wilayah adalah banyaknya pekerjaan di lapangan, akibatnya membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu cara lain yang dapat meminimalkan pekerjaan survei langsung di lapangan, yaitu dengan memanfaatkan teknik penginderaan jauh atau pencitraan. Dengan pengindraan jauh, kota dapat direkam secara cepat dalam kondisi cuaca yang memungkinkan. Data tersebut mampu menggambarkan obyek dipermukaan bumi secara lengkap dan mirip dengan wujud serta letak obyek di permukaan bumi. Pemanfaatan citra IKONOS yang menyajikan gambaran obyek sebagaimana aslinya memungkinkan untuk memprediksi harga lahan pada permukiman perkotaan dan pola keruangan secara cepat dan obyektif. Harga lahan yang dimaksudkan dalam penelitian ini menitikberatkan pada nilai lahan yang dipandang dari segi letak staretegis ekonomis yang memiliki Nilai Jual Obyek (NJO). Penelitian mengenai pemanfaatan penginderaan jauh telah banyak dilakukan, contohnya mengenai pengembangan evaluasi lahan pertanian dengan memanfaatkan penginderaan jauh oleh Dung et al (2005), tiga tahun berikutnya Devineau et al (2008) meneliti tentang kesesuaian lahan ubi rambat dengan iklim kering di daerah Afrika barat dengan pendekatan ekologi dan etno-botani menggunakan SIG dan penginderaan jauh. Mengenai penginderaan jauh dengan menggunakan citra IKONOS juga telah dilakukan oleh Sullivan et al (2005) untuk perkiraan permukaan tanah. Pada tahun berikutnya Helmi et al (2006) membahas mengenai zonasi harga lahan pemukiman kota pontianak dengan menggunakan citra IKONOS. Kota Tangerang Selatan adalah wilayah otonom di Provinsi Banten. Wilayah ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Kota ini baru resmi dibentuk pada tahun 2008, oleh karena itu perlu dilakukan penataan kembali data-data mengenai lahan yang terdapat di kota Tangerang Selatan ini, terutama yang bersifat spasial. Dari uraian di atas dan berdasarkan penelitian yg telah dilakukan sebelumnya, maka judul dari penelitian ini adalah Zonasi Harga Lahan Pemukiman dengan Memanfaatkan Citra IKONOS.

2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengetahui zonasi harga lahan dengan menggunakan citra

IKONOS? 2. Bagaimana menganalisis zonasi harga lahan dengan memanfaatkan citra IKONOS?
3. Metode apa yang digunakan dalam penelitian ini?

3.

Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi hanya pada dua jenis masalah, yakni: pembuatan peta zonasi harga

lahan pemukiman dengan memanfaatkan citra IKONOS di kota Tangerang Selatan dan analisis pemanfaatan citra IKONOS untuk zonasi pemukiman di kota Tangerang Selatan. 4. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2012 sampai Juni 2012. Tempat penelitian yaitu BPN dan Dinas Tata Ruang Kota Tangerang Selatan. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah menghasilkan sebuah sistem informasi spasial zonasi harga lahan, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Analisis masalah yang terdapat dalam aplikasi sistem informasi spasial. 2. Analisis kebutuhan informasi pada sistem informasi spasial. 5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah: 1. Menjadi referensi bagi peneliti berikutnya, di bidang SIG berkenaan zonasi harga lahan dan penginderaan jauh. 2. Memberikan gambaran secara umum analisis spasial pemanfaatan citra satelit. 3. Memberikan gambaran umum tentang pembuatan sistem informasi spasial zonasi harga lahan dengan memanfaatkan citra satelit . 6. Metode Penelitian

Ada 4 metode yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari pengumpulan data sampai dengan pengembangan sistem, metode tersebut adalah: a. Observasi Observasi (observation) merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek datanya (Jogiyanto, 2008). b. Wawancara Menurut Moloeng (2002) teknik wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai/informan. Masalah pencatatan data wawancara merupakan suatu aspek utama yang amat penting dalam wawancara, karena jika tidak dilakukan dengan semestinya, maka sebagian dari data akan hilang, dan usaha wawancara akan sia-sia. c. Studi Pustaka Untuk menambah referensi akan teori - teori yang diperlukan, dilakukan studi pustaka dengan membaca dan mempelajari secara mendalam literatur-literatur yang mendukung penelitian ini. Di antaranya buku-buku, diktat, catatan, makalah dan artikel baik cetak maupun elektronik dan hasil penulisan karya ilmiah lainnya (Gulo, 2002).

7. Kerangka Berfikir

Mulai

Melakukan Observasi Melakukan Wawancara Melakukan Studi Pustaka Mengembangkan Sistem Permasalahan sistem Analisis sistem Perancangan sistem Impelementasi sistem

Metode Observasi (Jogiyanto, 2008)

Metode Wawancara (Moloeng, 2002)

Metode Studi Pustaka (Sonhaji, 1994)

Metode sistem berorientasi obyek menggunakan model waterfall (Susanto, 2002)

Selesai

8.

Landasan Teori (Doo Jung Jin, 1994) mendefinisikan sistem informasi geografis sebagai sistem komputer

yang menyimpan dan atribut link nongraphic atau secara geografis mereferensikan data dengan peta grafis untuk memungkinkan berbagai pengolahan informasi dan operasi layar, serta produksi peta, analisis, dan pemodelan. Dalam definisi yang paling sederhana, sistem informasi geografis adalah sistem komputer yang mampu menyimpan informasi yang berhubungan dengan titik-titik pada permukaan bumi. Penginderaan jauh adalah proses penginderaan, identifikasi, penggambaran, pengukuran fitur permukaan dan proses mereka dari jarak jauh tanpa langsung datang ke dalam kontak fisik. Penginderaan jauh tindakan Energi Electro Magnetic (EME) dari matahari yang direfleksikan, tersebar atau dipancarkan oleh fitur permukaan yang berbeda di bumi. Deteksi dan pengukuran tanda tangan spektral memungkinkan identifikasi fitur permukaan dengan satelit penginderaan jauh. Remote sensing menyediakan, multi-spektral, data multi-spasial, dan multi-temporal yang berguna untuk persediaan sumber daya, monitoring dan manajemen mereka. Penginderaan jauh telah terbukti penggunaan operasional dalam menjalankan penggunaan lahan / landcover pemetaan dan inventarisasi dengan tingkat kehandalan yang tinggi dan akurasi. Penginderaan jauh teknik telah berhasil dalam melaksanakan penggunaan lahan / landcover pemetaan dan estimasi daerah pada skala operasional untuk seluruh negara seperti pemetaan tanah dan limbah banyak lainnya (Gautam et al, 2000).

DAFTAR PUSATAKA

Ningrum

E.

2009.

Menanamkan

Konsep

Dasar

Konservasi

Lahan

Melalui Pembelajaran Geografi. GEA. Vol. 9 No. 2. Helmi, Gunawan T, Suharyadi. 2006. Zonasi harga lahan permukiman kota pontianak dengan memanfaatkan citra IKONOS. Sains dan Sibernatika. Vol. 19 No.2, pp. 175-185. Diane H, Brent S, Josh T. 2003. Zoning, Development Timing, And Agricultural Land Use At The Suburban Fringe: A Competing Risks. Approach Agricultural And Resource Economics Review. Vol. 32 No. 1, pp. 145-157. Gautam N C, Shankar G, Ravi, Raghavswamy V, Narasimha K, et al. 2000. Spatial Analysis Of Land Use/Land Cover Over India Using Satellite Based Remote Sensing Techniques. Indian Journal of Agricultural Economics, suppl. Remote Sensing and Agricultural Statistics: Rationale. Vol. 55 No. 2 , pp. 19. Jin D J. 1994. New books -- Geographic Information Systems: A Guide to the Technology by John C. Antenucci, Kay Brown, Peter L. Croswell, Michael J. Kevany and Hugh Archer. Ground Water. Vol. 32 No. 3, pp. 508. Olah, Branislav, Boltiziar, Martin. 2009. Land Use Changes Within The Slovak Biosphere Reserves' Zones. Ekolgia Vol. 28 No. 2, pp. 127-142.

Richards, Thomas B, Croner, Charles M, Rushton, Gerard, Brown, Carol K, Littleton Fowler, et al. 1999. Geographic Information Systems And Public Health: Mapping The Future. Public Health Reports. Vol. 11 No. 4, pp. 359-60. Olah, Branislav, Boltiziar, Martin. 2009. Land Use Changes Within The Slovak Biosphere Reserves' Zones. Ekolgia. Vol. 28 No. 2, pp. 127-142. Dung E J, Sugumaran R. 2005. Development Of An Agricultural Land Evaluation And Site Assessment (Lesa) Decision Support Tool Using Remote Sensing And Geographic Information System. Journal Of Soil And Water Conservation. Vol. 60 No. 5, pp. 228235. Boutt, David F; Hyndman, David W; Pijanowski, Bryan C; Long, David T. 2001. Identifying Potential Land Use-Derived Solute Sources To Stream Baseflow Using Ground Water Models And GIS. Ground Water. Vol. 39 No. 1, pp. 24-34. Sullivan, Dana G, Shaw, J N, Rickman, D. 2005. IKONOS Imagery to Estimate Surface Soil Property Variability in Two Alabama Physiographies. Soil Science Society of America Journal. Vol. 69 No. 6, pp. 1789-1798. Lattin, Peter D, Wigington, Parker J, Jr, Moser, Thomas J, Peniston, Barbara E, et al. Influence Of Remote Sensing Imagery Source On Quantification Of Riparian Land Cover/Land Use1. Journal of the American Water Resources Association. Vol. 40 No. 1, pp. 215-227. Devineau, Jean-louis, Aurouet, Axel, Douanio, Manaka, Hladik, Annette. 2008. Changes In The Availability And Uses Of Wild Yams According To Climatic Dryness And LandCover In Western Burkina Faso (West Africa): A Joint Ecological And Ethno-Botanical Approach Using GIS and Remote-Sensing. Biodiversity & Conservation Vol. 17 No. 8, pp. 1937-1963.

You might also like