You are on page 1of 22

PENENTUAN LAJU DAN ORDE REAKSI DENGAN METODE

KONDUKTOMETRI

MAKALAH LAPORAN AKHIR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Kimia Fisika
Dosen Pengampu : Ir. Sri Wahyuni, M.Si
Harjito, S.Pd, M.Sc



Disusun oleh:
1. Dimas Gigih D. (4301408052)
2. Diah Ika Rusmawati (4301408054)
3. Hermawan Agung P (4301408064)




JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010








BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya
hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (L) suatu larutan bergantung
pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik
berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah
bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (L)
merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik
mempunyai satuan ohm-1. Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan
mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (L) berbanding lurus
dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak
kedua elektroda (l).
L= l/R = k (A / l)
dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm -1 cm -1
Kuat lemahnya larutan elektrolit sangat ditentukan oleh partikel-
partikel bermuatan di dalam larutan elektrolit. Larutan elektrolit akan
mengalami ionisasi, dimana zat terlarutnya terurai menjadi ion positif dan
negatif, dengan adanya muatan listrik inilah yang menyebabkan larutan
memiliki daya hantar listriknya.
Proses ionisasi memegan peranan untuk menunjukkan kemapuan daya
hantarnya, semakin banyak zat yang terionisasi semakin kuat daya hantarnya.
Demikian pula sebaliknya semakin sulit terionisasi semakin lemah daya
hantar listriknya.
Untuk larutan elektrolit besarnya harga 0 < < 1, untuk larutan non-
elektrolit maka nilai = 0. Dengan ukuran derajat ionisasi untuk larutan
elektrolit memiliki jarak yang cukup besar, sehingga diperlukan pembatasan
larutan elektrolit dan dibuat istilah larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit
lemah. Untuk elektrolit kuat harga = 1, sedangkan elektrolit lemah harga
derajat ionisasinya, 0 < < 1.









B. TUJUAN
Dalam percobaan ini akan ditunjukan bahwa reaksi penyabunan etil asetat
oleh ion hidroksida.
CH
3
COOC
2
H
5
+ OH CH
3
COO
-
+ C
2
H
5
OH
Adalah reaksi orde kedua. Disamping itu ditentukan pula tetapan laju
reaksinya.
Penentuan ini dilakukan dengan cara konduktometri.

C. MANFAAT
Mengetahui bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah
reaksi orde kedua menggunakan cara konduktometri.





























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu sifat larutan elektrolit adalah kemampuannya untuk
menghantarkan arus listrik. Sifat hantaran ini sangat berguna di dalam pemecahan
berbagai persoalan dalam bidang elektro analisis. Secara kuantitatif sifat hantaran
ini dapat digunakan untuk analisis suatu zat yang dipelajari dalam konduktometri.
Konduktometri merupakan metode analisis kimia yang didasarkan daya
hantar listrik suatu larutan. Besaran hantaran (L) bergantung pada jenis dan
konsentrasi zat dalam larutan. Besaran hantaran ini merupakan kebalikan dari
hantaran atau tahanan R.
Pada temperature tetapan hantaran suatu larutan bergantung pada (a)
konsentrasi ion, dan (b) kemobilan ion dalam larutan. Umumnya sifat hantaran
listrik dalam suatu elektrolit mengikuti hukum ohm, V=IR denga tegangan V, arus
I dan tahanan R. Hantaran (L) suatu larutan didefinisikan sebagai berikut sebagai
kebalikan dari tahanan,
L=I/R (9)
Hantaran jenis () suatu larutan ialah hantaran sebatang larutan tersebut yang
panjang l meter dan luas penampang lintangnya 1m
2.
Maka untuk permukaan
sejajar seluas A m
2
dan berjarak l m satu dari lain, berlakunya hubungan,
L= A/l ..(10)
Dalam pegukuran hantaran diperlukan pula suatu tetapan sel (k) yang
merupakan suatu bilangan, bila dikalikan dengan hantaran suatu larutan dalam sel
bersangkutan akan memberikan hantaran sejenis dari larutan tersebut, jadi :
= KL= k/R ..(11)
dari persaman (10) dan (11) jelaslah bahwa k =l /A yang merupakan tetapan bagi
suatu sel. Hantaran molar () yang terlarut didefinisikan sebagai hantaran yang
diperoleh kalau antara 2 elektroda yang cukup luas sejajar dan berjarak l meter,
ditemukan sejulah larutan yang mengandung 1 mol elektrolit itu. Dari
definisihantaran molar ini dan persamaan (10) dapat diturunkan persamaan
berikut,
= / c (12)
Dengan c adalah konsentrasi larutan dalam mol/ m
3

= c ..(13)
persamaan (12) berlaku untuk kehadiran sebuah elektrolit dalam larutan. Jika
lebih dari sebuah elektrolit yang terlarut, maka sesuai dengan hukum keaditifan
hantaran Kohlrausch untuk larutan yang encer haruslah berlaku:

(14)
ki = hantaran jenis karena kehadiral elektrolit i
c
i
= konsentrasi elektrolit I dalam mol/ m
3
c
ki
= konsentrasi kation elektrolit i dalam mol/ m
3

c
ai
= konsentrasi anion elektrolit dalam mol/ m
3

= hantaran ion kation elektrolit i


a
i
= hantaran ion anion dalam elektrolit i
dengan menggunakan persamaan (10) dan (12) dapat diturunkan :
L
t
= (1/k)
i
c
ki

ki
+ c
ai

ai
..(15)
Dengan konduktometri dapat ditentukan pula orde reaksi serta laju reaksinya.
Berlainan dengan cara titrasi maka pada konduktometri tidak dilakukan
penghentian reaksi. Selama reaksi berlangsung hantaran campuran berkurang
karena terjadi penggantian ion OH
-
dari larutan dengan ion CH
3
COO
-
. Dengan
pengandaian bahwa etil asetat, alcohol dan air tidak menghantarkan listrik
sedangkan NaOH dan CH
3
COONa terionisasi sempurna, maka hantaran larutan
pada waktu sama itu mengikuti persamaan,
Lt = (1/k) [(9b-x)
OH
-
+ X
CH3COO
-
+ b
Na
+
] (16)
Hantaran pada waktu t=0 dinyatakan dengan,
L
o
= (1/n) (b
OH
-
+ b
Na
+
) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (17)
Hantaran x mulai dari x = 0 hingga x = c dengan c adalah konsentrasi awal
pereaksi yang paling kecil, sedangkan bila a = b, maka c = a = b. Untuk semua
persamaan (16) dapat dinyatakan,
L
0
L
t
= (1/k) [ x (
OH
-
-
CH3COO
-
)](18)
L
0
L
c
= (1/k) [ c (
OH
-
-
CH3COO
-
)]..(19)
Dari persamaan (18) dan (19) diperoleh,


.. (20)
Hubungan hantaran atau tahanan dengan waktu tergantung pada berbagai keadaan
awal:
a. a = b

dengan mensubstitusikan persamaan (20) ke dalam persamaan (8) akan
memberikan,


Yang dapat disusun ulang menjadi,







Persamaan (25) mengungkapkan bahwa L
t
terhadap (l
0
-L
t
)/t merupakan
garis lurus dengan arah lereng 1/k
2
sehingga penentuan arah lereng itu
memungkinkan perhitungan dari tetapan laju reaksi k
1
.


















[]
[]

[]


Persamaan tersebut memungkinkan kita meramalkan konsentrasi A pada
setiap waktu setelah reaksi. Persamaan ini menunjukan bahwa dengan laju awal
yang sama, konsentrasi A mendekati nol dengan lebih lambat daripada reaksi orde
pertama.
Jika reaksi orde kedua keseluruhannya, tetapi orde pertama terhadap
masing-masing reaktan A dan B, maka hukum lajunya adalah.
[]

[][]
Kita tidak dapat mengintegrasikan hukum ini, sampai kita mengetahui
hubungan antara konsentrasi A dengan konsentrasi B yang bergantung pada
stoikiometri reaksi.

Jika konsentrasi awal [A]
0
dan [B]
0
, maka ketika konsentrasi A turun
menjadi [A]
0
x, maka konsentrasi B akan turun menjadi [B]
0
x (karena setiap
hilangnya A, memerlukan kehilangan satu B). dengan demikian

[]

[]

[]


Konsentrasi
Waktu
k kecil
k besar
Gambar 1. Variasi konsentrasi reaktan terhadap waktu dalam
reaksi kedua. Garis tipis merupakan pengurangan yang
bersangkutan, dalam reaksi orde pertama, dengan laju awal yang
sama.
ln v
Maka, karena d[A]/dt = -dx/dt, hukum lajunya adalah:

[]

[]


Karena x=0 jika t=0, maka

[]

[]

[]

[]

{
[]

[]

[]

[]

}
Dengan memperhatikan A =[A]
0
x dan B=[B]
0
x; jadi

[]

[]

[][]

[]

[]




























Slope = k
Slope = n
ln k
ln C

BAB III
METODOLOGI
A. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1) Konduktometri 5) Pipet volume 20 ml
2) Labu ukur 200 ml 1 buah 6) Botol timbang
3) Labu ukur 100 ml 1 buah 7) Gelas Kimia 50 ml
4) Labu erlenmeyer 250 ml 6 buah 8) Stopwatch
5) Pipet volume 10 ml
B. Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1) Etil asetat
2) Larutan NaOH 0,02 M 200 ml
3) Larutan KCl 0,1 M
4) Aquades
























C. Prosedur Percobaan






































Membuat larutan etil asetat 0,02 M 200 ml
Mencuci sel dengan air dan menentukan
hantarannya berulang sampai
menunjukkan hasil yang tetap
Membuat larutan KCl 0,1 M 100 ml
Membuat larutan NaOH 0,02 M 200 ml
Membilas dengan larutan KCl 0,1 M dan
menentukan hantarannya dalam larutan
tersebut
Menentukan temperature larutan tersebut
Menambahkan masing-masing NaOH dan
etil asetat ke dalam Erlenmeyer tertutup
Memipet larutan NaOH dan
mengencerkannya hingga volumenya sama
dengan campuran NaOH dan etil asetat
Meletakan dalam thermostat dan
menentukan hantarannya
Membilas sel hantaran dengan air dan
memasukannya ke dalam Erlenmeyer
tadi
Bila larutan NaOH dan etil asetat telah
mencapai thermostat maka kedua larutan
dicampu dan dikocok. Menjalankan
Stopwatch saat kedua larutan tercampur.
Menentukan hantaran pada menit
ke-5, 10, 15, 20, 25, dan 30
Sisa campuran dipanaskan beberapa menit kemudian didinginkan dan ditentukan
hantarannya.
Gambar alat:





D. Data Pengamatan
Suhu Aquades : 28
0
C
Suhu Larutan KCl : 29
0
C

Tabel 1. Data Hantaran (L
o
) pada Sampel
Sampel Tahanan (R
o
) Hantaran (L
o
)
Aquades 0,0287
-1
s
-1
34,8 s
Larutan KCl 0,0714
-1
s
-1
14 s
Larutan NaOH dan
Aquades
5,4795 x 10
-3

-1
s
-1
182,5 s

Tabel 2. Data Hantaran (L
o
) pada Larutan NaOH + Etil asetat
No. Waktu
(sekon)
Tahanan (R
o
) Hantaran
(L
o
)
(L
o
L
t
)
/t
x (mmol) k
1. 300 7,8616 x 10
-3

-1
s
-1

127,2 s 0,1843


0,16
2. 600 9,1491 x 10
-3

-1
s
-1

109,3 s 0,122
0,1537
3. 900 0,01
-1
s
-1
99,3 s 0,0924
0,1556
4. 1200 0,0106
-1
s
-1
94,2 s 0,0736
0,1496
5. 1500 0,0114
-1
s
-1
87,8 s 0,0631
0,1734
6. 1800 0,012
-1
s
-1
83,4 s 0,0551

7. 2100 0,0123
-1
s
-1
81.1 s 0,0483 0,21
8. Dipanaskan 0,0144
-1
s
-1
69,6 s - -
Harga k rata-rata = 0,1717

Tabel 3. Data kalibrasi Konduktometer dengan KCl
T
0
C
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
L 12,6
4
12,9
5
13,4
5
13,8
5
14,1
9
14,4
9
14,9
6
15,5
3
16,0
5
16,2
5






Grafik

Dari grafik didapat persamaan:
y = 337,21 x + 66,699 dengan R
2
= 0,9867
L
t
=

maka,




y = 337.21x + 66.699
R = 0.9867
0
20
40
60
80
100
120
140
0 0.05 0.1 0.15 0.2
L
t

(L
o
- L
t
)/ t
Grafik Hubungan antara L
t
dan (L
o
- L
t
)/ t
y x
BAB IV
PEMBAHASAN
Penentuan laju reaksi/ tetapan laju reaksi pada reaksi penyabunan etil
asetat oleh ion hidroksida dapat ditentukan secara konduktometri.
Reaksi yang terjadi:

Selain itu, percobaan inu juga bertujuan untuk menunjukkan bahwa reaksi
di atas merupakan reaksi orde dua. Penggunaan konduktometri dalam perobaan
ini karena zat yang bereaksi merupakan suatu larutan elektrolit, sehingga
penentuan konsentrasi zat tersebut dapat dilakukan melalui pengukuran daya
hantar listriknya. Jika konsentrasi pereduksi berkurang maka daya hantar
listriknya pun berkurang. Jadi konsentrasi suatu larutan yang bereaksi berbanding
lurus dengan daya hantar listriknya. Daya hantar listrik sendiri berbanding terbalik
dengan harga tahanannya, .
Sebelum larutan etil asetat dan NaOH (direaksikan) diukur daya
hantarnya, konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan KCl pada
berbagai suhu. Campuran etil asetat dan NaOH diukur daya hantarnya setelah
bereaksi selama 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, 30 menit, dan 35
menit. Dari hasil pengukuran diperoleh daya hantar listrik ampuran semakin lama
reaksi semakain berkurang. Hal ini karena makin lama waktu reaksi, maka
konsentrasi pereaksi makin berkurang sedangkan konsentrasi produk semakin
semakin bertambah. Sehingga konsentrasi etil asetat atau ion OH
-
dengan
CH
3
COO
-
pada larutan. Harga daya hantar listrik berturut-turut dari reaksi selama
5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, 30 menit, dan 35 menit adalah
127,2 s; 109,3 s; 99,3 s; 94,2 s; 87,8 s; 83,4 s; dan 81,1 s. Adapun sisa
campuran kemudian dipanaskan, setelah itu didinginkan dan diukur daya
hantarnya dengan konduktometer. Diperoleh daya hantar yang lebih kecil dari
waktu reaksi 35 yaitu: 69,6 s. Hal itu karena ketika dipanaskan reaksi
berlangsung sempurna dan ion OH
-
yang ada semakin sedikit dan membentuk
produk.
Daya hantar NaOH sendiri, sebelum direaksikan dengan etil asetat besar
yaitu 182,5 s. Karena NaOH termasuk elektrolit kuat dan ion-ionnya masih utuh
apalagi diencerkan dengan aquades.
Konsentrasi etil asetat dan NaOH yang digunakan pada percobaan ini
sama (a=b) yaitu 0.02 M. dengan demikian analisis data yang digunakan pada
percobaan ini juga menggunakan analisis untuk besar a=b, yaitu persamaan

.Untuk menentukan harga x atau besarnya konsentrasi zat yang


terpakai, serta persamaan

. Untuk menentukan k atau


tetapan laju reaksinya.
Dari perhitungan diperoleh nilai x yang semakin lama reaksi, semakin
besar nilai x, artinya semakin banyak zat yang bereaksi. Sedangkan nilai k
diperoleh 0,1717
Dari grafik

terhadap L
t
diperoleh suatu garis yang linear.
Grafik yang berupa garis lurus inilah yang menunjukkan bahwa reaksi etil asetat
dan NaOH merupakan arde kedua. Sehingga diperoleh persamaan y = 337,21 x +
66,699 dengan ketelitian R
2
= 0,9867; 98,67 %dari persamaan tersebut dapat dicari
nilai k dengan persamaan

dan diperoleh nilai k sebesar



BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan di atas dapat ditarik kesimpulan:
1. Penetapan laju reaksi dan reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida
dapat ditentukan dengan ara konduktometri.
2. Besarnya harga k secara perhitungan adalah 0,1717 sedangkan secara grafik
sebesar 0,1483.
3. Dari grafik yang diperoleh berupa garis lurus/ linear yang membuktikan
bahwa reaksi penyabunan etil asetat dan ion hidroksida merupakan orde
kedua.


DAFTAR PUSTAKA

Alberty, R. A. 1987. Physical Chemistry. New York : John Wiley and Sons
Castellan, G.W. 1983. Physical Chemistry. New York : Addison- Wesley
Publising
Company.
Mulyani, Sri. 2003. Kimia Fisika II. Bandung: UPI.
Tim Dosen Kimia Fisika. 2010. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik.
Semarang: Unnes.
Steinbach, King.-.Experiments in Physical Chemistry,hal.145-149.
http://akafarma.htm






















LAMPIRAN
Analisis Data:
Pembuatan Larutan :
1. Membuat larutan etil asetat 0,02M 200ml
M =
Mr
10 %

=
11 , 88
10 995 , 9 9 , 0

= 10,1634 M
Pengenceran :
M
1
.V
1
= M
2
.V
2

10,1634M x V
1
= 0,02 x 200
V
1
=
1634 , 10
4
= 0,3936 ml ~ 0,4 ml
Jadi, larutan etil asetat yang akan siencerkan sejumlah 0,4 ml dalam labu
tukur 200 ml dengan aquades sampai tanda batas.

2. Membuat larutan KCl 0,1 M 100ml, Mr KCl=74,56
M =
Mr
gr
x
p
1000

0,1 =
56 , 74
gr
x
100
1000

gr = 0,7456 gram

jadi, KCl yang digunakan untuk membuat 100 ml KCl dengan konsentrasi
0,1 M yaitu sebanyak 0,7456 gram.

3. Membuat larutan NaOH 0,02 M 200ml, Mr NaOH=40
M =
Mr
gr
x
p
1000

0,02 =
40
gr
x
200
1000

gr = 0,16 gram

Jadi, KCl yang digunakan untuk membuat 200 ml NaOH dengan
konsentrasi 0,02 M yaitu sebanyak 0,16 gram.



Menghitung Ro,Rt dan Rc
1) Ro =
Lo
1

Sampel air = Lo = 34,8 s
Ro =
Lo
1

=
8 , 34
1
= 0,0287
-1
s
-1

Sampel KCl = Lo = 14 s
Ro =
Lo
1

=
14
1
= 0,0714
-1
s
-1
Sampel NaOH dan aquades= Lo = 182,5 s
Ro =
Lo
1

=
5 , 182
1
= 5,4795 x 10
-3

-1
s
-1
2) Rt =
Lt
1

t = 5 menit = 300 sekon, Lt = 127,2 s
Rt =
2 , 127
1
= 7,8616 x 10
-3

-1
s
-1
t = 10 menit = 600 sekon, Lt = 109,3 s
Rt =
3 , 109
1
= 9,1491x10
-3

-1
s
-1
t = 15 menit = 900 sekon, Lt = 99,3 s
Rt =
3 , 99
1
= 0,01
-1
s
-1
t = 20 menit = 1200 sekon, Lt = 94,2 s
Rt =
2 , 94
1
= 0,0106
-1
s
-1
t = 25 menit = 1500 sekon, Lt = 87,8 s
Rt =
8 , 87
1
= 0,0114
-1
s
-1
t =30 menit = 1800 sekon, Lt = 83,4 s
Rt =
4 , 83
1
=0,012
-1
s
-1
t = 35 menit = 2100 sekon, Lt = 81,1 s
Rt =
1 , 81
1
=0,0123
-1
s
-1
Setelah dipanaskan :
Lc = 69,6 s
Rc =
Lc
1
=
6 , 69
1

= 0,0144
-1
s
-1


Menghitung A dan B dimana a = b = c = 0,02 M
A = ( )
|
.
|

\
|

|
.
|

\
|

|
.
|

\
|
1 1
1
Rc
Ro
c
a
Ro

= |
.
|

\
|
|
.
|

\
|

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|

1
0144 , 0
10 4795 , 5
1
02 , 0
02 , 0
10 4795 , 5
1
3
3
c

= ( )( ) 1 6195 , 0 4984 , 182
= -69,4406

B = ( )
|
.
|

\
|

|
.
|

\
|

|
.
|

\
|
1 1
1
Rc
Ro
c
b
Ro

= -69,4406 ,karena a =b =c = 0,02 M

Menentukan harga K
Lt = ( ) Lc Lt Lo
at K
+
-
1
1



- t = 5 menit = 300 sekon
127,2 = ( ) 6 , 69 2 , 127 5 , 182
300 02 , 0
1
1
+
- - K

127,2 = ( ) 6 , 69 3 , 55
6
1
1
+
K

127,2 = 6 , 69
2167 , 9
1
+
K

57,6 K
1
= 9,2167
K
1
= 0,16

- t = 10 menit = 600 sekon
3 , 109 = ( ) 6 , 69 3 , 109 5 , 182
600 02 , 0
1
2
+
- - K

3 , 109 = ( ) 6 , 69 2 , 73
12
1
2
+
K

3 , 109 = 6 , 69
1 , 6
2
+
K

39,7 K
2
= 6,1
K
2
= 0,1537

- t = 15 menit = 900 sekon
5 , 182 = ( ) 6 , 69 3 , 99 5 , 182
900 02 , 0
1
3
+
- - K

5 , 182 = ( ) 6 , 69 2 , 83
18
1
3
+
K

5 , 182 = 6 , 69
622 , 4
3
+
K

29,7 K
3
= 4,622
K
3
= 0,1556

- t = 20 menit = 1200 sekon
2 , 94 = ( ) 6 , 69 2 , 94 5 , 182
1200 02 , 0
1
4
+
- - K

2 , 94 = ( ) 6 , 69 3 , 88
24
1
4
+
K

2 , 94 = 6 , 69
6792 , 3
4
+
K

24,6 K
4
= 3,6792
K
4
= 0,1496

- t = 25 menit = 1500 sekon
8 , 87 = ( ) 6 , 69 8 , 87 5 , 182
1500 02 , 0
1
5
+
- - K

8 , 87 = ( ) 6 , 69 7 , 94
30
1
5
+
K

8 , 87 = 6 , 69
1567 , 3
5
+
K

18,2 K
5
= 3,1567
K
5
= 0,1734
- t = 30 menit = 1800 sekon
4 , 83 = ( ) 6 , 69 4 , 83 5 , 182
1800 02 , 0
1
6
+
- - K

4 , 83 = ( ) 6 , 69 7 , 94
36
1
6
+
K

4 , 83 = 6 , 69
1567 , 3
6
+
K



- t = 35 menit = 2100 sekon



Menghitung x pada t menit



t = 5 menit = 300 sekon


t = 10 menit = 600 sekon







t = 15 menit = 900 sekon







t = 20 menit = 1200 sekon







t = 25 menit = 1500 sekon









t = 30 menit = 1800 sekon







t = 35 menit = 2100 sekon







Menghitung


t = 5 menit = 300 sekon



t = 10 menit = 600 sekon



t = 15 menit = 900 sekon



t = 20 menit = 1200 sekon



t = 25 menit = 1500 sekon



t = 30 menit = 1800 sekon



t = 35 menit = 2100 sekon




Menghitung harga


Karena harga A = B maka AR
t
+ 1 = BR
t
+ 1, sehingga


t = 5 menit

]

t = 10 menit

]

t = 15 menit

[]

t = 20 menit

[]

t = 25 menit

[]

t = 30 menit

[]

t = 35 menit

[]

You might also like