You are on page 1of 2

Demo kenaikan BBM

Sejumlah aktivis saat itu bahkan harus terluka dan mendekam dalam penjara karena menolak kebijakan pemerintah yang dianggap tak pro rakyat tersebut. Lalu bagaimana sikap mereka saat ini ketika BBM kembali dinaikan? Mixil Mina Munir salah satu aktivis mahasiswa 98 yang pernah dipenjara diera Gus Dur karena menolak kenaikan BBM mengatakan aksi demonstrasi menentang kenaikan BBM belakangan ini memang sudah kerap terjadi bahkan pada masa pemerintahan sebelum SBY. "Pemerintahan SBY sudah berjalan 6 tahun, tapi tidak ada perbaikan yang signifikan pada banyak sektor. Ekses dari itu semua termasuk yang terbaru untuk menaikan BBM membuat masyarakat marah dan tidak bisa lagi menahan kekesalannya," jelas Mixil saat dihubungi okezone, Jumat (23/3/2012). Sementara itu mengenai demo besar-besaran pada 27 Maret mendatang, Mixil salah satu mantan aktivis Forkot menjawab sudah mengetahuinya. Bahkan, menurutnya salah satu kelompok mahasiswa yang tergabung pada Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMI) akan mengerahkan banyak massa untuk aksi di depan Istana Negara. "GMI akan mempelopori aksi tersebut dan akan memusatkan konsentrasi massa yang besar pada demo itu," ungkapnya. Sementara itu Ketua Panitia Temu Aktivis Lintas Generasi, (Tali Geni)Jeppri F Silalahi yang juga pernah dipenjara era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono karena menolak kenaikan BBM tahun 2008 lalu mengatakan penjara tak membuat jera para aktivis yang menolak kebijakan yang tak pro rakyat. Menurutnya, pengamanan aksi menolak kenaikan BBM saat ini sangat berlebihan. Pelibatan TNI dalam mengamankan demo adalah bentuk paranoid atas kegagalan pemerintah mendengar aspirasi rakyat yang tidak setuju dengan naiknya BBM. " Keberadaan TNI di lapangan bentuk arogan pemerintah dan nanti dikhawatirkan akan membuka memori luka rakyat pada zaman orde baru. Hati-hati ini bisa memicu kemarahan rakyat. TNI jangan mau dilibatkan untuk melindungi sikap dan kebijakan politik tertentu," ujar Jeppri yang juga mantan aktivis Forkot ini. Menurutnya, aksi yang dilakukan mahasiswa, buruh dan partai politik (PDIP) bukan merupakan tindakan anarkis sebaliknya aksi itu adalah untuk memperbaiki sistem demokrasi. "Yang anarkis itu adalah kebijakan pemerintah yang menaikan harga BBM tanpa mau membuka ruang demokrasi untuk memperdebatkan secara terbuka dengan mereka yang tak setuju serta mendengarkan solusi alternatifnya," ungkapnya. Dan kini Jeppri mengaku sedang melakukan koordinasi dan konsolidasi berbagai elemen baik mahasiswa, buruh dan parpol untuk menolak kenaikan harga BBM.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Agus Bintoro. Aktivis mahasiswa dari kampus Universitas Muhamadiyah Yogyakarta (UMY) yang juga sempet merasakan dinginya penjara Rutan Cipinang karena menolak kenaikan BBM ini mengaku masih melakukan gerakan konsolidasi dan juga aksi di sejumlah daerah salah satunya Yogyakarta. "Bagi kami, penjara tak akan bisa membuat kami diam untuk melawan kebijakan yang tak pro rakyat "Dengan begitu dia harus memikirkan apa masih di koalisi atau tidak. Karena dalam sistem demokrasi apapun yang namanya koalisi harus sama dengan pemerintah. Berkoalisi itu ibarat mau kawin," kata Zaenal pada Liputan6.com, belum lama ini. "Artinya kalau sekarang dia berbeda soal BBM, seharusnya dia berpikir secara strategis untuk ke depannya, apakah dia mau di dalam atau diluar koalisi, karena itu pilihan yang sangat gentleman," tambahnya. Menurut dia, sikap gentlement itu adalah sikap yang mendasar bagi partai-partai yang bergabung dalam koalisi. Namun, menurutnya hingga saat ini PKS belum malakukan sikap yang tegas dalam berkoalisi bersama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

You might also like