You are on page 1of 5

Pidato Presiden SBY pada Hari Guru & PGRI Tahun 2007

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Salam sejahtera untuk kita semua.
Yang saya hormati Saudara Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dan para
Anggota Lembaga-lembaga Negara.
Yang saya hormati Menteri Pendidikan Nasional dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu.
Yang saya cintai Saudara Ketua Umum PGRI, Prof. Dr. Haji Muhammad Surya yang juga salah
satu dari sahabat saya, para tamu Pimpinan Organisasi Guru dari negara sahabat, khususnya dari
Brunei Darussalam dan dari Singapura.
Yang saya muliakan para Alim Ulama, para Pemuka Adat, para Tokoh Masyarakat, Pimpinan
Organisasi Kemasyarakatan Kaum Perempuan, para Mahasiswa, para Pelajar, khususnya para
Guru yang saya cintai dan saya banggakan.

Marilah pada kesempatan yang membahagiakan ini sekali lagi, kita panjatkan puji syukur ke
hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena kepada kita semua masih diberi
kesempatan, kekuatan, dan insya Allah kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita,
tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta. Kita juga bersyukur
hari ini, di tempat ini kita dapat menghadiri Peringatan Puncak Hari Guru Nasional Tahun 2007
dan Hari Ulang Tahun PGRI ke-62.

Sebelum saya melanjutkan sambutan saya ini, saya ingin menyampaikan pengantar singkat. Tadi,
pagi hari sekitar jam 07.00 pagi, saya dan rombongan terbang dari Halim Perdanakusuma Jakarta
menuju ke Riau ini. Kami semua menggunakan busana, pakaian yang sangat membanggakan ini.
Di pesawat, kita melihat 2 lambang PGRI kita pakai, terus terang dengan perasaan syukur,
bangga dan bahagia. Semoga pelita yang ada di lambang yang terlihat di kanan, kiri ini. Pelita
yang ada di dada-dada Saudara menerangi kehidupan bangsa Indonesia, menuntun perjalanan
bangsa menuju masa depan yang lebih baik.

Selama 30 tahun dulu saya mengabdi di karier pertama, di lingkungan TNI, 3 tahun saya
bertugas sebagai guru, guru militer, 3 tahun sebagai dosen. Saya pernah mengikuti pendidikan
PGSLP di Malang. Oleh karena itu, kita semua mencintai profesi guru, kita semua berterima
kasih atas segala pengabdian para guru yang mengantarkan kita semua menapaki masa depan
menuju cita-cita kita.

Pemimpin hakekatnya juga seorang guru, tidak harus kita menjadi Guru Bangsa, Bapak bangsa
atau Ibu bangsa, menjadi guru pun luar biasa mulianya, karena persyaratan menjadi guru sejati
amatlah berat. Dalam bahasa Jawa, guru sering dikatakan digugu dan ditiru. Ucapan seorang
guru, ucapan seorang pemimpin harus dapat dipercaya, karena benar, faktual, bukan fitnah dan
dapat dipertanggungjawabkan. Digugu, diikuti, dipercaya. Ucapan guru, ajakan guru, ajakan
pemimpin dilakukan dengan memberi contoh, menjadi contoh, akhirnya diikuti oleh anak
didiknya. Jika itu dilakukan pemimpin, diikuti rakyatnya, ditiru.

Seorang guru, pemimpin, apalagi tingkatan yang Guru Bangsa, yang berat bagi kita menuju ke
situ, itu lebih lagi persyaratkan untuk berfikir dan berbuat untuk masyrakat dan bangsanya. Lebih
mawas diri ketimbang melihat orang lain apalagi dengan kebiasaan, kebahagiaan, menyalahkan,
mengkritik secara berlebihan seolah-olah semua mereka salah, berat. Oleh karena itu, mari kita
menjadi guru yang baik, pemimpin yang baik, mawas diri, ilmu padi, makin berilmu, makin
tunduk.

Pemimpin juga disamping sebagai guru juga murid. Manusia tidak ada yang sempurna. Setiap
hari saya, saya yakin pemimpin-pemimpin yang lain melakukan perbaikan diri,
menyempurnakan kepribadian kita, memantapkan langkah kita, agar hari esok lebih baik. Saya
mengajak semua pemimpin di negeri ini untuk belajar menjadi guru yang baik, sekaligus murid
yang baik untuk melakukan hal-hal yang baik pula di hari depan.

Pertanyaannya kalau kita menyayangi guru, kalau kita mencintai guru, apakah kita peduli pada
kesejahteraan guru? Jawabannya kita harus peduli, kita harus terus-menerus meningkatkan
kesejahteraan dan kemampuan guru sesuai dengan kemampuan negara, kemampuan anggaran
Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah. Tetapi pemimpin juga harus adil. Sering saya menerima
SMS, menerima telpon, menerima surat, Pak SBY, kami kaum petani tolong diperhatikan, lain
kali kami para nelayan jangan dilupakan, kami para buruh tolong diingat, kami para petugas
kesehatan di daerah terpencil tolong dipikirkan nasib kami dan sebagainya.

Kita harus adil dengan tetap memprioritaskan kesejahteraan guru. Hadir di sini para Gubernur,
Bupati, dan Walikota dan para pemimpin adillah kepada semua yang dipimpin. Bimbinglah
mereka, ayomi mereka, majukan mereka, jangan melihat perbedaan, apakah berbeda secara
agama, secara suku, secara etnis, secara daerah atau berbeda dalam partai politik. Semua harus
disayangi, semua harus dicintai, semua harus dimajukan secara adil. Itulah pemimpin. Jangan
kita senang mengkotak-kotakan karena berbeda partai. Di hadapan Allah SWT yang dicatat
adalah kebajikan, perilaku yang baik untuk sesama manusia dan perilaku di jalan Tuhan Yang
Maha Kuasa. Ini perlu saya sampaikan, karena saya berhadapan dengan para guru yang memiliki
sifat yang mulia, yang ingin membangun bangsa dan negara bersama-sama ke depan nanti.

Hadirin yang saya muliakan,


Setiap kita memperingati Hari Guru, saya katakan tadi kita patut bersyukur, kita patut berterima
kasih kepada guru yang tulus, yang tulus dan mengingatkan kita untuk terus meningkatkan
pendidikan dan peran guru di tanah air kita ini.

Hari ini kita berada di Bumi Riau, saya ingin menyampaikan pantun sederhana ini:

Berlayar kita ke Pulau Rupat


Memandang lepas ke Pekanbaru
Bila kita ingin maju dan bermartabat
Mari tingkatkan pendidikan dan peran guru

Pemerintah dengan segala tantangan, dengan segala keterbatasan terus meningkatkan


pendidikan. Mengapa? Kita ingin menjadi manusia dan bangsa yang maju dan bermartabat. Kita
ingin menjadi bangsa dan manusia yang unggul dan berdaya saing. Kita orang-seorang ingin
hidup baik dan kita juga ingin menyumbangkan sesuatu untuk masyarakat kita. Adakah di antara
kita yang tidak ingin negaranya maju? Ada? Inginkah kita, bangsa kita menjadi bangsa yang
bermartabat? Bangsa yang maju? Bangsa yang menang dalam globalisasi? Jawabanya, mari kita
tingkatkan pendidikan kita, kita tingkatkan guru kita. Pemerintah terus meningkatkan
kesejahteraan dan kemampuan guru. Dua-duanya penting, guru kita harus makin profesional,
makin berkemampuan dan makin baik kesejahterananya.
Tanggal 2 Desember tahun 2004, Saudara masih ingat di Jakarta, saya canangkan, saya tetapkan
guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian lahir Undang-Undang, Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 dengan kerja keras Mendiknas dan Jajaran DPR dan pihak-pihak lain telah kita
undangkan. Sekarang kita ingin segera menata dalam Peraturan Pemerintah tentang guru dan
tentang dana pendidikan.

Harapan kita, dengan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri yang lengkap,
maka upaya untuk meningkatkan pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan guru akan dapat
kita laksanakan secara lebih efektif. Kemampuan guru ditingkatkan, beasiswa diberikan,
sertifikasi dilakukan, sekaligus gaji, tunjangan dan bantuan-bantuan lain untuk komunitas guru.

Saudara-saudara,
Bangsa ini harus terus melangkah ke depan, meskipun ujian, cobaan, dan tantangan yang kita
hadapi tidak ringan, berat. Tetapi saya yaki,n apabila pendidikan dalam arti luas digalakkan dan
ditingkatkan, arah perjalanan bangsa yang sudah benar ini, insya Allah mencapai tujuan yang
kita harapkan bersama.

Pertama, kita harus tahu dalam era globalisasi, persaingan kian keras, persaingan antar bangsa,
bahkan persaingan di dalam negeri. Jawabannya, mari kita tingkatkan kemampuan manusia
Indonesia. Pengetahuan dan ketrampilan, knowledge and skill. Mari kita tingkatkan keuletan
manusia kita, tidak mudah menyerah, gigih, sehingga dalam persaingan itu akan menang.

Yang kedua, tantangan yang kita hadapi adalah taraf hidup dan kesejahteraan rakyat kita
sebagian besar belum tinggi, sebagaimana yang kita harapkan. Jawabannya, mari kita
berdayakan manusia Indonesia, orang- seorang, komunitas-komunitas agar dalam kemampuan
mereka bisa, bukan hanya menggantungkan Pemerintah, mengurangi kemiskinan, mengurangi
pengangguran, meningkatkan penghasilan.

Yang ketiga, kita tahu Indonesia kaya akan sumber daya alam, potensinya besar, sumber daya
nasionalnya besar, tetapi selama ini belum sungguh kita kembangkan. Kalau begini terus,
merugi, kalau begini terus, sayang. Mari kita kembangkan bersama-sama dengan manajemen
yang baik seluruh Indonesia dengan menciptakan peluang-peluang untuk mencapai semuanya
itu.

Tantangan yang lain, bangsa yang berhasil bangsa yang inovatif, bangsa yang kreatif, sehingga
ekonominya makin maju dan akhirnya kesejahteraan rakyatnya pun makin maju. Jawabannya,
mari kita bangun keunggulan ini, kreativitas dan inovasi. Lembaga-lembaga pendidikan harus
mengembangkan metodologi, agar pelajarnya, siswanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
intellectual curiosity, agar mereka tumbuh seperti manusia yang kreatif dan inovatif.

Tantangan yang lain, alhamdulillah kita menikmati demokrasi yang makin baik, kebebasan yang
makin luas, hak-hak azasi yang makin dihormati dan makin dilindungi. Tetapi jangan kebebasan
ini dijalankan secara absolut, melampaui batasnya tanpa disertai akhlak, tanpa kita patuh pada
pranata hukum dan etika. Mari kita bangun sikap mental, perilaku bangsa yang mematuhi hukum
dan etika. Ajarkan di sekolah-sekolah sejak dini bagaimana anak-anak kita patuh hukum dan
etika.

Tantangan yang lain, bangsa Indonesia akan jaya, kalau bersatu. Bangsa Indonesia akan hancur,
kalau kita tidak rukun, tidak harmonis, bermusuhan, terkotak-kotak, padahal kita ini bangsa yang
majemuk. Oleh karena itu, mari kita satukan energi, satukan langkah melalui pendidikan bisa
dibangun anak-anak kita sejak dini untuk memiliki rasa persaudaraan, harmoni dan persatuan.

Dan yang ketujuh atau yang terakhir, tantangan yang kita hadapi adalah lingkungan atau dunia
yang makin banyak kerusakannya, terjadi perubahan iklim, terjadi pemanasan global,
mengganggu ketersediaan pangan, air, dan energi. Kalau kita biarkan terus, masa depan bumi
akan gelap, keberlanjutan kehidupan manusia akan mengalami krisis. Mari kita sadar, mencegah,
merawat lebih baik negeri kita, caranya melalui teknologi, melalui gaya hidup yang ramah
terhadap lingkungan, yang hemat terhadap energi dan bahan pangan. Bikin semuanya itu melalui
pendidikan sejak dini ditanamkan.

Saya senang tadi menyaksikan semangat satu guru, satu pohon. Saya mengajak seluruh rakyat
Indonesia untuk anak cucu kita, untuk masa depan kita, mari kita bangun budaya menanam,
bukan budaya merusak. Tanam yang baik untuk bumi kita, tanam yang baik untuk ekonomi dan
kesejahteraan kita, jangan melakukan penebangan-penebangan tanpa tanggung jawab. Hanya
dengan itu bumi kita selamat, Indonesia kita selamat.

Saudara-saudara,
Dengan semuanya itu, maka apa yang harus kita lakukan ke depan, pertama, pendidikan harus
tetap menjadi prioritas dan kita tingkatkan terus. Saya mengajak semua, mulai dari saya, berlaku
untuk saya, para Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, Pusat dan Daerah bersatu meningkatkan
pendidikan. Meningkatkan kesejahteraan guru, alokasikan anggaran dan sumber daya lain yang
pantas sesuai dengan kemampuan, baik negara Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah. Kita juga
ingin guru untuk terus dapat ditingkatkan komitmennya, tanggung jawabnya, kemampuannya
dan kewajiban negara meningkatkan kesejahteraannya.

Saya meminta Saudara Mendiknas, Menteri Keuangan, Menteri-menteri terkait mengajak PGRI
dan komunitas guru yang lain, bersama-sama dengan DPR nanti untuk merumuskan, agar
kenaikan anggaran pendidikan disertai dengan peningkatan kesejahteraan guru. Harus kita atur
dalam Undang-Undang dalam Peraturan Pemerintah dan peraturan-peraturan yang lain, tentu
saja kenaikan guru itu cukup signifikan, tidak meninggalkan juga tugas untuk meningkatkan
kesejahteraan saudara-saudara kita yang lain, profesi yang lain.

Kepada PGRI, kepada Prof. Dr. Surya yang saya kenal cukup gigih untuk berjuang
meningkatkan kesejahteraan guru dan pendidikan, baik dalam kapasitasnya sebagai Ketua PGRI
maupun sebagai salah satu unsur Pimpinan di Dewan Perwakilan Daerah, saya mengajak Beliau
untuk memberikan saran dan masukan yang tepat dan realistik untuk masa depan yang baik
pendidikan dan guru kita. Tidak perlu harus berunjuk rasa, kalau guru senang berunjuk rasa,
muridnya bingung, siapa yang ngajar mereka. Tanpa berunjuk rasa pun, kita akan tanggapi
dengan baik untuk merumuskan cara-cara yang baik.

Itulah Saudara yang saya sampaikan. Dan yang terakhir, saya mengucapkan selamat, terimalah
rasa hormat, rasa bangga saya kepada para tauladan yang tadi menerima tanda-tanda
penghargaan, baik para Gubernur, Bupati, Walikota maupun para guru, para kepala sekolah, para
pengawas dan para pendidik pendidikan non formal. Kami semua bangga teruslah berbuat baik
untuk pendidkan kita, untuk guru kita, untuk bangsa dan negara.
Indah nian Tari Rentak Durian
Luhurnya legenda Kerajaan Guantam
Sungguh mulia para teladan
Membikin cerah dan majunya kehidupan

Menutup pidato saya ini, di pesawat tadi, saya mendapatkan laporan dari Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara tentang apa yang dilakukan untuk menyelesaikan tenaga honorer
dari sebagian profesi, apakah guru, guru bantu, guru tidak tetap dan yang lain-lain, tenaga
kesehatan, tenaga penyuluh, tenaga teknis, tenaga administrasi dan lain-lain, jumlahnya jutaan
kita ingin selesaikan dalam waktu 5 tahun ini. Yang sudah selesai tahun 2007 adalah guru yang
berjumlah 351.505 yang statusnya masih bantu, tidak tetap dan lain-lain telah mendapatkan NIP
akan kita tuntaskan, yang sisa pada akhir 2007 ini. Tenaga Kesehatan juga selesai 2007, tenaga
penyuluh selesai tahun 2007. Yang lain, tenaga teknis dan tenaga administratif, Insya Allah akan
kita selesaikan pada tahun 2008 dan tahun 2009, sehingga tuntas sudah selama 5 tahun yang
selama ini belum jelas statusnya, kita pastikan statusnya untuk resmi menjadi Pegawai Negeri
Sipil Republik Indonesia.

Sekian Saudara-saudara. Terimalah sekali lagi, rasa sayang, rasa bangga kami kepada para guru.
Mari kita lanjutkan pengabdian kita, jayalah guru Indonesia, jayalah pendidikan kita untuk masa
depan kita bersama.

Sekian.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

You might also like