Professional Documents
Culture Documents
Anggota : 1. Malissa Sherly T. N. 2. Susi Cendana 3. Christiansen W. 4. Anneke S. D. 5. Stella Widjaja 6. Wenny Fonda L. 7. Natalie S. 8. Raihana Asila binti A. Kadir 9. Nur Raihan binti Mohd Hatta 10. Nurul Liyana binti Mohd Yusof (10-2007.003) (10.2007.012) (10.2007.023) (10.2007.031) (10.2007.038) (10.2007.047) (10.2007.056) (10.2007.220) (10.2007.227) (10.2007.234)
BLOK 30
Emergency Medicine 2
Tertand a,
Penulis
Kata Pengantar.1 Daftar Isi.2 Pendahuluan..3 Aspek Hukum3 Prosedur Hukum...5 Prosedur Medikolegal..7 Pemeriksaan Medis..9 Pemeriksaan Lab.14 Intepretasi Hasil..19 Visum et Repertum ...22 Aspek Psikososial.26 Peranan LSM..27 Kesimpulan..30 Daftar Pustaka.31
PENDAHULUAN
Interaksi antara bidang medis dan hukum pada saat ini tidak dapat diragukan lagi, yang mana semakin meluas dan berkembang dari waktu ke waktu. Forensik Klinik adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mencakup pemeriksaan forensik terhadap korban hidup, investigasi dan aspek medikolegal. Dengan kata lain forensik klinik merupakan area praktek medis yang mengintegrasikan antara peranan medis dan hukum.Di sinilah peranan forensik klinis yang merupakan suatu ruang lingkup keilmuan yang berintegrasi antara bidang medis dan bidang hukum diperlukan. Berbeda dengan forensik patologi, seorang dokter di forensik klinik lebih banyak menghabiskan waktunya menangani korban hidup.Kasus-kasus yang ada di forensik klinik meliputi perkosaan (rape), pencabulan (molestation), kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence), dan kekerasan pada anak (child abuse). Kekerasan pada anak (child abuse) merupakan perlakuan dari orang dewasa atau anak yang usianya lebih tua dengan menggunakan kekuasaan atau otoritasnya, terhadap anak yang tidak berdaya yang seharusnya berada di bawah tanggung-jawab dan atau pengasuhnya, yang dapat menimbulkan penderitaan, kesengsaraan, bahkan cacat. Penganiayaan bisa fisik, seksual maupun emosional.
ASPEK HUKUM
A. Tentang Delik Aduan -. Pasal 74 KUHP (1) Pengaduan hanya boleh diajukan dalam waktu enam bulan sejak orang yang berhak mengadu mengetahui adanya kejahatan, jika bertempat tinggal di Indonesia, atau dalam waktu sembilan bulan jika bertempat tinggal di luar Indonesia. 1 (2) Jika yang terkena kejahatan menjadi berhak mengadu pada saat tenggang tersebut dalam ayat 1 belum habis, maka setelah saat itu pengaduan hanya masih boleh diajukan. Selama sisa yang masih kurang pada tenggang tersebut. 1 -. Pasal 75 KUHP
PROSEDUR HUKUM
1. Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis dari penyidik yang berwenang.
Repertum, tapi dalam bentuk surat keterangan. Hasil pemeriksaan sebelum diterimanya surat permintaan pemeriksaan dan bukan sebagai corpus dilicti ( benda bukti ). 4. Ijin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau jika korban adalah seorang anak, dari oaring tua atau walinya. Jelaskan terlebih dahulu tindakan tindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan disampai ke pengadilan. Hal ini perlu diketahui walaupun pemeriksaan dilakukan atas permintaan polisi, belum tentu korban akan menyetujui pemeriksaan itu dan tidak menolaknya. Selain itu bagian yang akan diperiksa merupakan the most private part dari tubuh seorang wanita. 5. Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter ketika pemeriksaan korban. 6. Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin jangan ditunda terlampau lama. Hindarkan korban dari menunggu dengan perasaan was-was dan cemas dia kamar pemeriksaan. Apalagi bila korban adalah seorang anak. Semua yang ditemukan harus dicatat, jangan tergantung pada ingatan semata. 7. Visum et Repertum diselesaikan secepat mungkin. Dengan adanya visum et Repertum, perkaea cepat dapat diselesaikan. Seorang terdakwa dapat cepat dibebaskan dari tahanan, bila ternyata ia tidak bersalah.
Jika orang tua hanya sekadar ingin mengetahui saja maka dokter dapat melakukan pemeriksaan. Tetapi jelaskan lebih dahulu bahawa hasil pemeriksaan tidak akan dibuat dalam bentuk surat keterangan, karena kita tidak mengetahui untuk apa surat keterangan itu. Mungkin untuk melakukan penuntutan atau untuk menuduh seseorang yang tidak bersalah. Dalam keadaan demikian umumnya anak tidak mau diperiksa. Sebaliknya orang tua malah mendesaknya. Sebaiknya dokter meminta izin tertulis untuk memeriksa dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tuanya.4
PROSEDUR MEDIKOLEGAL
Prosedur medikolegal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran. Pasal 133 KUHAP (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
pemeriksaan mayat unutk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
PEMERIKSAAN MEDIS
Pemeriksaan kasus kasus yang merupakan persetubuhan yang merupakan tindak pidana hendaknya dilakukan dengan teiti dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan semua bukti bukti yang ditemukannya karena berbeda dengan di klinik, ia tidak lagi mempunyai kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh lebih banyak bukti. Tetapi dalam melaksanakan kewajibannya, dokter jangan sampai meletakkan kepentingan si korban di bawah kepentingan pemeriksaan, terutama bila si korban adalah anak anak. Hendaknya pemeriksaan tidak sampai menambah trauma psikis yang sudah di deritanya.4 Visum et Repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan terdakwa dari penuntutan atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. Di Indonesia pemeriksaan korban persetubuhan yang diduga merupakan tindak kejahatan seksual umumnya dilakukan oleh dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan, kecuali di tempat yang tak ada dokter ahli demikian, dokter umumlah yang harus melakukan pemeriksaan tersebut.1 Sebagai ahli klinis yang perhatian utamanya tertuju pada kepentingan pengobatan
penderita, memang agak sukar untuk melaukan pemeriksaan yang berhubungan dengan
Anamnesis
10
a. Anamnesis umum Pengumpulan data tentang umur, tanggal dan tempat lahir, status perkawinan, siklus haid, penggunaan obat-obatan, penyakit kelamin dan penyakit kandungan serta adanya penyakit lain : epilepsy, katalepsi, syncope. Cari tahu pula apakah pernah bersetubuh? Persetubuhan yang terakhir? Apakah menggunakan kondom? Keluhan saat pemeriksaan?1
Penentuan umur korban amat perlu ditentukan pada pemeriksaan medis, karena hal itu menentukan jenis delik (delik aduan atau bukan), jenis pasal yang dilanggar dan jumlah hukuman yang dapat dijatuhkan. Dalam hal korban mengetahui secara pasti tanggal lahirnya/umurnya, apalagi jika dikuatkan oleh bukti diri (KTP,SIM dsb) , maka umur dapat langsung disimpulkan dari hal tersebut. Akan tetapi jika korban tak mengetahui umurnya secara pasti maka perlu diperiksa erupsi gigi molar II dan molar III. Gigi molar II mengalami erupsi pada usia kurang lebih 12 tahun, sedang gigi molar III pada usia 17 sampai 21 tahun. Untuk wanita yang telah tumbuh molar IInya, perlu dilakukan foto rongent gigi. Jika setengah sampai seluruh mahkota molar III sudah mengalami mineralisasi (terbentuk) , tapi akarnya belum maka usianya kurang dari 15 tahun. Kriteria sudah tidaknya wanita mengalami haid pertama atau menarche tak dapat dipakai untuk menentukan umur karena usia menarch saat ini tidak lagi pada usia 15 tahun tetapi seringkali jauh lebih muda dari itu.6
b. Anamnesis khusus. Hal khusus yang perlu diketahui adalah waktu kejadian; tanggal dan jam. Bila waktu antara kejadian dan pelaporan kepada yang berwajib berselang beberapa hari atau minggu, dapat
11
kemungkinan korban menjadi pingsan karena ketakutan tetapi mungkin juga korban dibuat pingsan oleh laki-laki pelaku dengan pemberian obat tidur atau obat bius. Tanyakan apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi, apakah setelah kejadian, korban mencuci, mandi dan mengganti pakaian. Tanyakan juga mengenai pelaku, apakah ia dikenal atau tidak? Berapa orang pelaku? Usia pelaku dan hubungan dengan korban?
PEMERIKSAAN FISIK KORBAN Pakaian Pakaian ditentukan helai demi helai dan dilihat apakah terdapat robekan lama atau baru sepanjang jahitan atau melintang pada pakaian, kancing terputus akibat tatikan, bercak darah, air mani, lumpur dan lain-lain yang mungkin berasal dari tempat kejadian. Dicatat juga apakah pakaian rapi atau tidak, benda yang melekat dan pakaian yang mengandung trace evidence dikirim ke laboratorium. Pemeriksaan Tubuh
12
4. Selaput dara Apakah ruptur atau tidak, Tentukan apakah ruptur baru atau lama. Pada ruptur lama, robekan menjalar sampai insertion disertai adanya jaringan parut di bawahnya. Catat lokasi ruptur dan apakah sampai insertion atau tidak. Ukur lingkaran orifisium dengan cara memasukkan ujung kelingking atau telunjuk perlahan-lahan sehingga teraba selaput dara menjepit ujung jari. Ukur lingkaran ujung jari pada batas ini. Ukuran pada seorang perawan kira-kira 2,5cm dan lingkaran yang memungkinkan persetubuhan adalah 9cm. Harus ingat bahwa persetubuhan tidak selalu terjadi deflorasi.
5. Frenulum labiorum pudenda dan commisura labiorum posterior diperiksa untuk melihat utuh atau tidak.
13
4. Darah Kemungkinan darah dari deflorasi. Dilakukan pemeriksaan golongan darah yang ditemukan.
6. Pemeriksaan sel epitel vagina pada glans penis Untuk menentukan apakah pria baru melakukan persetubuhan. Dilakukan dengan menekan kaca objek pada glans penis, daerah corona atau frenulum. Kemudian diletakkan terbalik di atas cawan berisi lugol sehingga uap yodium mewarnai lapisan kaca objek tersebut. Sitoplasma sel epitel vgina akan berwarna coklat tua karena mengandungi glikogen. 7. Dilakukan pemeriksaan secret urethra untuk menetukan apakah ada atau tidak penyakit kelamin.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan cairan mani (semen) pada korban. Untuk membuktikan adanya cairan mani, perlu dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut : *. Reaksi fosfatase asam Prinsipnya adalah enzim Fosfatase asam menghidrolisis Na- naftil fosfat; -naftol yang telah dibebaskan akan bereaksi dengan brentamine menghasilkan zat warnaazo yang
14
-. Elektroforesis ( Baxter ) Serum anti mani manusia selain spesifik untuk antigen manusia juga mengandung zat anti terhadap fosfatase asam. Pada fosfatase asam tampak pucat presipitin kea rah anoda sedangkan fosfatase vaginal puncak presipitin ke arah katoda. Cara ini adalah satu satunya cara untuk menentukan dengan pasti adanya mani manusia pada keadaan azoospermia. Dengan cara ini Baxter dapat menentukan adanya semen di dalam vagina sampai 4 hari pasca persetubuhan. 1, 7
-. Reaksi Florence Test ini tidak khas untuk cairan mani karena ekstrak jaringan berbagai organ, putih telur dan serangga akan memberikan Kristal serupa. Secret vagina kadang kadang memberikan hasil positif. Sebaliknya bila cairan mani belum cukup berdegradasi maka hasilnya mungkin negative. 1, 7 *. Reaksi ini dilakukan bila terdapat azoospermia dan cara lain untukmenentukan semen tidak dapat dilakukan. 1, 7 -. Reaksi Berberio Dasar reaksi adalah menentukanadanya spermin dalam semen. 1, 7
Pemeriksaan bercak cairan mani pada pakaian 1. Visual Bercak mani berbatas tegas dan lebih gelap dari sekitarnya. Bercak yang sudah agak tua berwarna kekuning kuningan. Pada bahan sutera/nylon batasnya sering tidak jelas tetapi selalu lebih gelap dari sekitarnya. Pada tekstil yang tidakmenyerap, bercak segar akan menunjukkan permukaan mengkilat dan translusen, kemudian akan mongering. Dalam waktu kira kira 1 bulan akan berwarna kuning sampai coklat. 1, 7 2. Sinar UV
15
Pentuan Spermatozoa 1) Tanpa pewarnaan Pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah terdapat spermatozoa yang bergerak. motilitas spermatozoa ini palig bermakna memperkirakan saat terjadinya persetubuhan. Umumnya disepakati bahwa dalam 2 3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak di dalam vagina. Haid akan memperpanjang waktu ini menjadi 3 4 jam. Setelah itu spermatozoa tidak bergerak lagi dan akhirnya ekornya akan menghilang ( lisis ), sehingga harus dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan. 1, 7
Cara pemeriksaan : Satu tetes lender vagina diletakkan pada kaca obyek, dilihat dengan pembesaran 500 X serta kondensor diturunkan. Perhatikan pergerakan sperma. Menurut Voight, sperma masih bergerak kira kira 4 jam setelah persetubuhan. Menurut Gonzales, sperma masih bergerak 30 60 menit pasca persetubuhan, tetapi kadang kadang bila ovulasi atau terdapat secret service dapat bertahan sampai 20 jam. Menurut Nicols, sperma masih ditemukan 5 6 hari pasca persetubuhan, walaupun setelah 3 hari hanya tinggal beberapa saja. Pada orang yang mati setelah persetubuhan, sperma masih dapat ditemukan sampai 2 minggu pasca persetubuhan, bahkan mungkin lebih lama lagi. 1, 7
Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa spermatozoa masih dapat ditemukan sampai 3 hari pasca persetubuhan, kadang kadang sampai 6 hari pasca persetubuhan. Bila sperma tidak ditemukan belum tentu di vagina tidak ada ejakulat mengingat kemungkinan azoospermia atau pasca vasektomi sehinga perlu penetuan cairan mani dalam cairan vagina. 1, 7 2) Dengan pewarnaan Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus pada nyala api. Pulas dengan HE, Methylene Blue atau Malachite Green. Cara pewarnaan yang paling mudah adalah malachite green. 1, 7
16
Keuntungan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit tidak terdiferensiasi, sel epitel berwarna merah muda merata dan leukosit tidak terwarnai. Kepala sperma tampak merah dan lehernya tampak merah muda, ekornya berwarna hijau. 1, 7 Penentuan golongan darah Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh, maka penentuan golongan darah dapat dilakukan secara langsung seperti pada penentuan golongan darah orang hidup, yaitu dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi.
1,7
Bila sel darah merah sudah rusak, maka penentuan darah golongan darah dapat dilakukan dengan cara menentukan jenis agglutinin dan antigen. Antigen mempunyai sifat yang jauh lebih stabil dibandingkan dengan aglutinin. Di antara sistem-sistem golongan darah, yang paling lama bertahan adalah antigen dari sistem golongan darah ABO. 1,7 Penentuan jenis antigen dapat dilakukan dengan cara absorbs inhibisi, absorbs elusi, atau aglutinasi campuran. Bila terjadi aglutinasi berarti darah mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indikator. 1,7 Golongan Darah Wanita O A B AB
Substansi
sendiri
A H A+H
B A+B B+H
17
18
INTEPRETASI HASIL
PEMBUKTIAN ADANYA PERSETUBUHAN Persetubuhan adalah suatu peristiwa dimana terjadi penetrasi penis ke dalam vagina, penetrasi tersebut dapat lengkap atau tidak lengkap dan dengan atau tanpa disertai ejakulasi. Dengan demikian hasil dari upaya pembuktian persetubuhan dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya: a. besarnya penis dan derajat penetrasinya b. bentuk dan elastisitas hymen c. ada tidaknya ejakulasi dan keadaan ejakulat itu sndiri d. posisi persetubuhan e. keaslian barang bukti serta waktu pemeriksaan Dengan demikian, tidak terdapatnya robekan pada hymen, tidak dapat dipastikan bahwa pada wanita tidak terjadi penetrasi; sebaliknya adanya robekan pada hymen hanya merupakan adanya suatu benda (penis atau benda lain), yang masuk ke dalam vagina Apabila pada persetubuhan tersebut disertai dengan ejakulasi dan ejakulat tersebut mengandung sperma, maka adanya sperma di dalam liang vagina merupakan tanda pasti adanya persetubuhan. Apabila ejakulat tidak mengandung sperma maka pembuktian adanya persetubuhan dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap ejakulat tersebut. Komponen yang terdapat di dalam ejakulat dan dapat diperiksa adalah enzim asam fosfatase, kholin, dan spermin. Apabila pada kejahatan seksual yang disertai dengan persetubuhan itu tidak sampai berakhir dengan ejakulasi, dengan sendirinya pembuktian adanya persetubuhan secara kedokteran forensik tidak mungkin dapat dilakukan secara pasti. Maksimal dokter dapat mengatakan bahwa pada diri wanita yang diperiksanya tidak ditemukan tanda-tanda persetubuhan, yang mencakup dua kemungkinan: 1. Memang tidak ada persetubuhan 2. Persetubuhan ada tetapi tanda-tandanya tidak dapat ditemukan. Apabila persetubuhan telah dapat dibuktikan secara pasti, maka perkiraan saat terjadinya persetubuhan, harus ditentukan; hal ini menyangkut masalah alibi yang sangat penting di dalam proses penyidikan. Sperma di dalam vagina masih dapat bergerak dalam waktu 4-5 jam post-coital, sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai 24-36 jam post-coital,
19
20
Gambar 1. Contoh tanda kekerasan pada kasus kejahatan seksual4 PERKIRAAN UMUR Dokter perlu menyimpulkan apakah wajah dan bentuk badan korban sesuai dengan umur yang dikatakannya. Keadaan perkembangan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan perlu dikemukakan. Ditentukan apakah gigi geraham belakang ke-2 sudah tumbuh atau belum;yang terjadi pada usia kira-kira 12 tahun, sedangkan gigi geraham ke- 3 akan muncul pada usia 17-21 tahun atau lebih. Untuk wanita yang telah tumbuh gigi geraham 2-nya, perlu dilakukan foto ronsen gigi. Jika setengah sampai seluruh mahkota geraham 3 sudah mengalami mineralisasi (terbentuk), tapi akarnya belum maka usianya kurang dari 15 tahun. Kriteria sudah tidaknya wanita mengalami haid pertama atau menarche tak dapat dipakai untuk menentukan umur karena usia menarch saat ini tidak lagi pada usia 15 tahun tetapi seringkali jauh lebih muda. PENENTUAN SUDAH ATAU BELUM WAKTUNYA DIKAWIN Bila pada wanita itu telah mengalami menstruasi, maka sudah waktunya untuk dikawin. Bila seorang wanita menyatakan belum pernah menstruasi, maka penentuaan ada atau tidaknya ovulasi masih diperlukan. Muller menganjurkan agar dilakukan observasi selama 8 minggu di rumah sakit untuk menentukan adakah selama itu wanita tadi mendapatkan menstruasi. Untuk menentukan apakah seorang wanita sudah pernah mengalami ovulasi atau belum, dapat dilakukan pemeriksaan vaginal smear.
21
VISUM et REPERTUM
Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia atau bagian dari tubuh manusia, baik hidup maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi) dan penyidik yang berwenang (atau hakim untuk visum et repertum psikiatrik) yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan sumpah, untuk kepentingan peradilan. Ada beberapa jenis Visum et Repertum, yaitu: Visum et Repertum Perlukaan atau Keracunan Visum et Repertum Kejahatan Susila Visum et Repertum Psikiatrik Visum et Repertum Jenazah
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHP. Visum et Repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana ia menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca visum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.10 Ketentuan umum pembuatan visum et repertum adalah: Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa. Bernomor, bertanggal dan bagian kiri atasnya dicantumkan kata Pro Justitia. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tanpa singkatan dan tidak menggunakan istilah asing. Ditandatangani dan diberi nama jelas pembuatannya serta dibubuhi stempel instansi tersebut.11 Susunan Visum et Repertum Ada 5 bagian visum et repertum, yaitu:
22
Pemberitaan Bagian Pemberitaan: Bagian ini memuat semua hasil pemeriksaan terhadap barang bukti yang dituliskan secara sistematik, jelas dan dapat dimengerti oleh orang yang tidak berlatar belakang pendidikan kedokteran. Dan terbagi tiga bagian, yaitu Pemeriksaan luar, Pemeriksaan dalam (bedah jenazah) dan Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pendukung lainnya. Kesimpulan Bagian kesimpulan memuat pendapat pribadi dokter tentang hubungan sebab akibat antara apa yang dilihat dan ditemukan dokter dengan penyebabnya. Misalnya jenis luka, kualifikasi luka, atau bila korban mati maka dokter menulis sebab kematiannya. Penutup Bagian penutup memuat sumpah atau janji, tanda tangan, dan nama terang dokter yang membuat. Sumpah atau janji dokter dibuat sesuai dengan sumpah jabatan atau pekerjaan dokter.
23
xxx/TUM/VER/IX/9
PRO JUSTITIA Visum et Repertum Saya yang bertanda tangan di bawah ini,Wendy Amelia Sihombing, dokter pada Rumah Sakit Umum Ulin, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan tertanggal 05 November 2010 no: XV/VER/IX/9, maka pada tanggal tujuh November dua ribu sepuluh, pukul dua belas Waktu Indonesia Tengah, bertempat di Rumah Sakit Umum Ulin, telah dilakukan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor registrasi xxxxxxx, yang menurut surat tersebut adalah: -------------------------
Nama : Umur : -
---------------------------------------------------------------------------------------------------14 tahun-------------------------------------------------------------------------------------------
:---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN------------------------------------------
1. Korban datang dalam keadaan --------------------------------------------------------------------------2. Pada korban ditemukan: --------------------------------------------------------------------------------a. Pada tangan kiri ditemukan --------------------------------------------------------------------b. Pada tangan kanan ditemukan ------------------------------------------------------------------
24
KESIMPULAN --------------------------------------------------------------------------------------------Telah diperiksa seorang korban gadis berumur lima belas tahun, pada pemeriksaan ditemukan/ tidak ditemukan sel mani dalam liang vagina.Terdapat luka pada--------------------, selanjutnya ditemukan robekan pada lokasi------- dengan arah-------------------. Ditemukan/tidak ditemukan sel mani dan adanya robekan pada selaput dara dapat terjadi pada persetubuhan. Persetubuhan dengan kekerasan pada perempuan ini baru / telah lama terjadi. Demikian sudah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya dan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sejumlah KUHP. ----------------------------------------------------
Amelia
25
ASPEK PSIKOSOSIAL
Penelitian menunjukkan bahwa kejadian kejahatan susila lebih sering dilakukan oleh pihak yang sebelumnya saling mengenal, misalnya antara tetangga, paman dengan keponakan, atau dengan teman yang umurnya tidak berbeda jauh. Kita tidak dapat mengatakan telah terjadi suatu kejahatan seksual jika pelaku dan korban sama-sama berusia diatas 15 tahun, apalagi jika dilakukan suka sama suka. Tetapi, kebanyakan pelaku dari tindakan asusila biasanya adalah orang yang usianya lebih tua. Tindakan ini dilakukan dapat dengan berbagai cara, misalnya pelaku langsung mempertontonkan organ genitalnya kepada korban, atau mungkin mengajak korban menonton video porno bersama, atau bahkan langsung menyetubuhi korban. Sedangkan korban, biasanya mengenal pelaku dengan baik, dan pelaku sering mengiming-imingi korban dengan sesuatu, semisal permen untuk anak yang masih kecil, atau makanan, atau minuman, atau bahkan ancaman. Apapun tindakan itu, korban harus mendapatkan perlindungan dan segera diterapi secara intensif yang dikenal sebagai terapi psikososial. Sayangnya, anak yang menjadi korban sering kali diam dan tidak ingin menceritakan kejadian yang dialaminya. Jika korban melakukannya berdasarkan rasa suka, maka sudah pasti korban tidak akan melaporkan kegiatan itu kepada siapapun. Tetapi lain halnya jika korban merasa sangat menderita atas kegiatan tersebut. Korban tersebut diam bukan karena menikmati, tetapi karena takut akan ancaman dari pelaku, dan juga rasa malu yang kelak harus dihadapi korban seandainya ia menceritakan masalah ini kepada orang lain, termasuk kepada orang tua. Di saat seperti ini, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk membangun kembali mental anak yang terpuruk. Jika anak tidak menginginkan aktivitas seksual tersebut, maka perilaku anak dapat berubah total, misalnya menjadi lebih pendiam, sering melamun, takut untuk bertemu dengan orang dewasa, dan sering bermimpi buruk pada malam hari. Orang tua harus membujuk sang anak, dan dapat mengatakan bahwa tekanan yang diberikan oleh pelaku bukanlah sebuah hal yang buruk, sehingga anak mau menceritakan masalahnya. Hal yang terbaik untuk menghindarkan anak dari pelaku kejahatan susila adalah dengan memberikan nasihat yang pas dan mudah dimengerti oleh anak tersebut sesuai dengan usianya. Untuk anak seperti pada kasus diatas, karena usianya membuat sang anak sudah mulai dapat diajak berdiskusi, orang tua tidak perlu menutupi apa itu hubungan seksual, dan sudah dapat memberitahu akibat dari perkosaan, penyakit akibat hubungan kelamin, dan kehamilan yang tidak diinginkan karena mencoba-coba melakukan hubungan seksual dengan pasangan.
26
-. Problem perilaku dan emosi pada anak Pendampingan psikologis sesuai usia anak, (ketakutan, agresif, depresi) bisa juga dirujuk ke Psikiater,
Problem keluarga (Orang tua yang terlalu Intervensi keluarga, amankan anak, rujuk ke menekan dan mengintimidasi) Problem sosial (malu, tidak LPA. mau Pendampingan psikologis sesuai usia anak, bisa juga dirujuk ke Psikiater,
bersosialisasi)
PERANAN LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. Organisasi ini dalam terjemahan harfiahnya dari Bahasa Inggris dikenal juga sebagai Organisasi non pemerintah (disingkat ornop atau ONP). Organisasi tersebut bukan menjadi bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara.Maka
9
secara
garis
besar
Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan (nirlaba) Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan para anggota seperti yang di lakukan koperasi ataupun organisasi profesi
27
28
29
KESIMPULAN
Pemeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindak pidana, hendak dilakukan dengan teliti dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan semua bukti yang ditemukan karena berbeda dengan pemeriksaan di klinik, ia tidak lagi mempunyai kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang untuk memperoleh lebih banyak bukti karena penundaan pemeriksaan dapat memberikan hasil yang kurang memuaskan. Visum et Repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan terdakwa dari penuntutan atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. Kesimpulan Visum harus memuatkan apakah terjadi persetubuhan atau tidak dan apakah terdapat tanda-tanda kekerasan terhadap korban. Tersangka dapat dikenakan tindak pidana berdasarkan hukumhukum dalam KUHP seperti berikut: 1. Diancam pidana penjara paling lama sembilan bulan untuk pria atau wanita yang telah kawin dan melakukan persetubuhan dengan wanita atau pria yang telah atau belum berkawin atas aduan dari suami atau isteri yang tercemar sesuai undangundang KUHP pasal 284. 2. Dihukum pidana penjara paling lama dua belas tahun apabila pria terbukti memaksa seorang wanita bersetubuh dengannya di luar perkawinan dengan kekerasan sesuai undang-undang KUHP pasal 285. 3. Diancam pidana penjara paling lama sembilan tahun apabila terbukti bersetubuh dengan wanita dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya di luar perkawinannya sesuai undang-undang KUHP pasal 286. 4. Diancam pidana penjara paling lama sembilan tahun apabila terbukti bersetubuh dengan wanita di bawah usia 15 tahun sesuai undang-undang KUHP pasal 287 dan merupakan delik aduan. Kasus tidak lagi menjadi delik aduan apabila bersetubuh dengan anak di bawah usia 12 tahun atau di bawah usia 15 tetapi menyebabkan luka berat atau kematian atau merupakan anak di bawah tanggungjawabnya. 5. Diancam pidana penjara paling lama tujuh tahun apabila terbukti mencabul anak di bawah umur atau anak di bawah jagaannya sesuai undang-undang KUHP pasal 294.
30
1.
Arif B dkk. Pemeriksaan medik pada kasus kejahatan seksual. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997.h.147-58.
2.
Kitab undang-undang hukum acara pidana [online]. 2010. (cited 2011 Januari 12). Available from: http://www.wirantaprawira.de/law/criminal/kuhap/index.html
3.
Wall WJ. The expert forensic scientist in court. Forensic science in courtthe role of the expert witness. 1st edition. Oxford: Wiley-Blackwell Publishers; 2009.p.3-102.
4.
Rogers D, Newton M. Sexual assault examination. In editor: Spark MM. Clinical forensic medicinea physcian guide. 2nd edition. New Jersey: Humana Press; 2005.p.61-126.
5.
Houck MM. Trace evidence. Forensic sciencemodern methods of solving crime. London: Praeger; 2007.p77-102.
6.
Catanese CA, Labay LM. Substanse abuse and poisoning. In: Catanese CA, editor. Color atlas of forensic medicine and pathology. Florida: CRC Press; 2010.p.85-110.
7.
Wagner Sa. Identification methods. Death scene investigationa field guide. London: CRC Press; 2009.p.111-20.
8.
Dharmono S. Penatalaksanaan holistik pada anak korban kekerasan. Diunduh tanggal 17 Januari 2011 dari eprints.ui.ac.id/3904/1/d2ba9622ff4c9218ce9c181c339467dd35d1f78b.pdf, 2009.
9.
Indrasari W. Peranan komisi perlindungan anak indonesia. Diunduh tanggal 17 Januari 2011 dari repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12121/1/09E01668.pdf, 2009.
10. Gasali A. Visum et repertum. Diunduh tanggal 17 Januari 2011 dari www.scribd.com, 2008. 11. Widiatmaka W. Visum et repertum. Diunduh tanggal 17 Januari 2011 dari http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/5b89f93c8126168b0b146743736b02b581a1 a0a3.pdf
31