You are on page 1of 32

LAPORAN TUGAS MANDIRI PBL Makalah Kelompok A-6

Anggota : 1. Malissa Sherly T. N. 2. Susi Cendana 3. Christiansen W. 4. Anneke S. D. 5. Stella Widjaja 6. Wenny Fonda L. 7. Natalie S. 8. Raihana Asila binti A. Kadir 9. Nur Raihan binti Mohd Hatta 10. Nurul Liyana binti Mohd Yusof (10-2007.003) (10.2007.012) (10.2007.023) (10.2007.031) (10.2007.038) (10.2007.047) (10.2007.056) (10.2007.220) (10.2007.227) (10.2007.234)

BLOK 30
Emergency Medicine 2

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA 2011

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


KATA PENGANTAR Setiap hari, kehidupan yang kita jalani tidak pernah lepas dari masalah. Setiap pemberitaan di media selalu menampilkan adanya beragam tindakan kriminal yang terjadi dalam masyarakat. Dengan bertambahnya tindakan kriminal yang terjadi, maka semakin bertambah pula jumlah kasus hukum yang diterima oleh aparat hukum di Indonesia. Salah satu tugas dari aparat hukum tersebut adalah melakukan penyidikan terhadap setiap tindakan yang dicurigai adalah sebuah tindakan pidana. Dan dalam tugasnya sehari-hari, aparat hukum sering melibatkan dokter untuk dijadikan sebagai ahli yang dapat membantu, terutama dalam bidang kedokteran forensik. Meskipun demikian, sebagai calon dokter umum, kami diwajibkan untuk mengetahui berbagai dasar-dasar ilmu kedokteran forensik. Pembahasan dalam makalah ini menyajikan suatu pokok masalah yang sering dihadapi sehari-hari, dan dapat melibatkan dokter dalam prakteknya nanti. Topik Kejahatan Seksual menjadi bahasan utama dalam makalah ini, yang kelak mungkin akan kami hadapi sebagai seorang calon dokter. Dengan pembahasan yang kami coba lakukan dari sisi kedokteran forensik dan medikolegal, kami berharap dapat menambah luas wawasan kami sehubungan dengan berbagai macam tindakan kriminal yang terjadi dalam masyarakat, dan peranan kami sebagai dokter. Pembahasan dalam makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami sebagai penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca, dosen dan rekan-rekan semuanya, agar kelak nanti kami dapat membuat sebuah karya tulis yang lebih baik dan lebih bermanfaat.

Tertand a,

Penulis

Laporan Tugas Kelompok A-6

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.1 Daftar Isi.2 Pendahuluan..3 Aspek Hukum3 Prosedur Hukum...5 Prosedur Medikolegal..7 Pemeriksaan Medis..9 Pemeriksaan Lab.14 Intepretasi Hasil..19 Visum et Repertum ...22 Aspek Psikososial.26 Peranan LSM..27 Kesimpulan..30 Daftar Pustaka.31

Laporan Tugas Kelompok A-6

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2

PENDAHULUAN
Interaksi antara bidang medis dan hukum pada saat ini tidak dapat diragukan lagi, yang mana semakin meluas dan berkembang dari waktu ke waktu. Forensik Klinik adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mencakup pemeriksaan forensik terhadap korban hidup, investigasi dan aspek medikolegal. Dengan kata lain forensik klinik merupakan area praktek medis yang mengintegrasikan antara peranan medis dan hukum.Di sinilah peranan forensik klinis yang merupakan suatu ruang lingkup keilmuan yang berintegrasi antara bidang medis dan bidang hukum diperlukan. Berbeda dengan forensik patologi, seorang dokter di forensik klinik lebih banyak menghabiskan waktunya menangani korban hidup.Kasus-kasus yang ada di forensik klinik meliputi perkosaan (rape), pencabulan (molestation), kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence), dan kekerasan pada anak (child abuse). Kekerasan pada anak (child abuse) merupakan perlakuan dari orang dewasa atau anak yang usianya lebih tua dengan menggunakan kekuasaan atau otoritasnya, terhadap anak yang tidak berdaya yang seharusnya berada di bawah tanggung-jawab dan atau pengasuhnya, yang dapat menimbulkan penderitaan, kesengsaraan, bahkan cacat. Penganiayaan bisa fisik, seksual maupun emosional.

ASPEK HUKUM
A. Tentang Delik Aduan -. Pasal 74 KUHP (1) Pengaduan hanya boleh diajukan dalam waktu enam bulan sejak orang yang berhak mengadu mengetahui adanya kejahatan, jika bertempat tinggal di Indonesia, atau dalam waktu sembilan bulan jika bertempat tinggal di luar Indonesia. 1 (2) Jika yang terkena kejahatan menjadi berhak mengadu pada saat tenggang tersebut dalam ayat 1 belum habis, maka setelah saat itu pengaduan hanya masih boleh diajukan. Selama sisa yang masih kurang pada tenggang tersebut. 1 -. Pasal 75 KUHP

Laporan Tugas Kelompok A-6

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


Orang yang mengajukan pengaduan, berhak menarik kembali dalam waktu tiga bulan setelah pengaduan diajukan. B. Kejahatan Terhadap Kesusilaan -. Pasal 89 KUHP Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan. 2 -. Pasal 285 KUHP Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. -. Pasal 286 KUHP Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, pada hal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. -. Pasal 287 KUHP (1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, pada hal diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu kawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. (2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umurnya wanita belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah suatu hal tersebut pasal 291 dan pasal 294. 3 -. Pasal 289 KUHP Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.3 -. Pasal 290 KUHP Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun :

Laporan Tugas Kelompok A-6

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


1: Barang siapa melakukan perbuatan cabul, dengan seseorang pada hal diketahui, bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya; 2: Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang pada hal diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin; 3: Barang siapa membujuk seseorang yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain. 3 -. Pasal 291 KUHP (1) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 286, 287, 289 dan 290 mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama 12 tahun. (2) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 285, 286, 287 dan 290 itu mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun. -. Putusan PT Medan No 144/Pid/1983/PT Mdn Menghukum terdakwa yang dengan bujuk rayunya telah merampas kehormatan seorang wanita dengan menggunakan pasal 378 KUHP (penipuan). Dengan demikian kehormatan wanita tersebut dianggap sebagai barang. -. Pasal 81 UU Perlindungan Anak Setiap orang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau orang lain dipidana dengan pidana penjara maks 15 tahun min 3 tahun dan denda Rp 60 300 juta. Berlaku pula bagi yg menggunakan tipu muslihat, kebohongan, membujuk. -. Pasal 82 UU Perlindungan Anak Sengaja melakukan kekerasan atau ancaman, memaksa, tipu muslihat, kebohongan, membujuk untuk melakukan atau membiarkan dilakukannya percabulan dipidana dengan penjara maks 15 tahun min 3 tahun dan denda Rp 60 300 juta.

PROSEDUR HUKUM
1. Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis dari penyidik yang berwenang.

Laporan Tugas Kelompok A-6

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


2. Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda bukti. Kalau korban dating sendiri dengan membawa surat permintaan dari polisi, jagn diperiksa, suruh korban kembali kepada polisi. 3. Setiap Visum et Repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh korban pada waktu permintaan Visum et Repertum diterima oleh dokter. Bila dokter telah memeriksa korban yang datag dirumah sakit, atau ditempat praktek atas inisiatif sendiri, bukan atas pemintaan polisi, dan beberapa waktu kemudian polisi mengajukan permintaan dibuatkan Visum et Repertum, maka ia harus menolak, kerana segala sesuatu yang diketahui oleh dokter tentang diri korban sebelum ada permintaan untuk dibuatkan Visum et Repertum merupakan rahasia kedokteran yang wajib disimpannya ( KUHP Pasal 322 ). Dalam keadaan seperti itu, dokter dapat meminta kepada polisi supaya korban dibawa kembali kepadanya dan Visum et Repertum dibuat berdasarkan keadaan yang ditemukan pada waktu permintaan diajukan. Hasil pemeriksaan yang lalu tidak diberikan dalam bentuk Visum et

Repertum, tapi dalam bentuk surat keterangan. Hasil pemeriksaan sebelum diterimanya surat permintaan pemeriksaan dan bukan sebagai corpus dilicti ( benda bukti ). 4. Ijin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau jika korban adalah seorang anak, dari oaring tua atau walinya. Jelaskan terlebih dahulu tindakan tindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan disampai ke pengadilan. Hal ini perlu diketahui walaupun pemeriksaan dilakukan atas permintaan polisi, belum tentu korban akan menyetujui pemeriksaan itu dan tidak menolaknya. Selain itu bagian yang akan diperiksa merupakan the most private part dari tubuh seorang wanita. 5. Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter ketika pemeriksaan korban. 6. Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin jangan ditunda terlampau lama. Hindarkan korban dari menunggu dengan perasaan was-was dan cemas dia kamar pemeriksaan. Apalagi bila korban adalah seorang anak. Semua yang ditemukan harus dicatat, jangan tergantung pada ingatan semata. 7. Visum et Repertum diselesaikan secepat mungkin. Dengan adanya visum et Repertum, perkaea cepat dapat diselesaikan. Seorang terdakwa dapat cepat dibebaskan dari tahanan, bila ternyata ia tidak bersalah.

Laporan Tugas Kelompok A-6

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


8. Kadang-kadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh ibu atau bapa untuk memeriksa anak perempuannya, karena ia merasa sangsi apakah anaknya masih perawan, atau karena curiga jika atas diri anaknya baru terjadi persetubuhan. Dalam hal ini, perlu ditanyakan dahulu maksud pemeriksaan, apakah sekadar ingin mengetahui sahaja, atau ada maksud untuk melakukan penuntutan. Bila dimaksudkan akan melakukan penuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa anak itu. Katakana bahawa pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan permintaan polisi dan biasanya dilakukan di rumah sakit. Ada baiknya jika dokter memberikan penerangan pada ibu atau bapa itu, bahawa jika umur anaknya sudah 15 tahun, dan jika terjadinya persetubuhan tidak dengan paksaan maka menurut undang-undang, lelaki bersangkutan tidak dapat dituntut. Pengaduan mungkin hanya akan merugikan anaknya saja. Lebih baik jika orang tua itu dianjurkan untuk meminta nasehat dari seorang pengacara.

Jika orang tua hanya sekadar ingin mengetahui saja maka dokter dapat melakukan pemeriksaan. Tetapi jelaskan lebih dahulu bahawa hasil pemeriksaan tidak akan dibuat dalam bentuk surat keterangan, karena kita tidak mengetahui untuk apa surat keterangan itu. Mungkin untuk melakukan penuntutan atau untuk menuduh seseorang yang tidak bersalah. Dalam keadaan demikian umumnya anak tidak mau diperiksa. Sebaliknya orang tua malah mendesaknya. Sebaiknya dokter meminta izin tertulis untuk memeriksa dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tuanya.4

PROSEDUR MEDIKOLEGAL
Prosedur medikolegal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran. Pasal 133 KUHAP (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

Laporan Tugas Kelompok A-6

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. (3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuatkan identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat. Penjelasan pasal 133 KUHAP (2) keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan. Keputusan Menkeh No. M.01PW.07-03tahun 1982 Tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP Dari penjelasan Pasal 133 ayat (2) menimbulkan beberapa masalah antara lain sebagai berikut: a. Keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman itu alat bukti sah atau bukan? Sebab apabila bukan alat bukti yang sah tentunya penyidikan mengusahakan alat bukti lain yang sah dan ini berarti bagi daerah-daerah yang belum ada dokter ahli kedokteran kehakiman akan mengalami kesulitan dan penyidikan dapat terhambat. Hal ini tidak menjadi masalah walaupun keterangan dari dokter bukan ahli kedokteran kehakiman itu bukan sebagai keterangna ahli, tetapi keterangan itu sendiri dapat merupakan petunjuk dan petunjuk itu adalah alat bukti yang sah, walaupun nilainya agak rendah, tetapi diserahkan saja pada hakim yang menilainnya dalam sidang1. Pasal 183 KUHAP Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melalukannya. Pasal 216 KUHAP

Laporan Tugas Kelompok A-6

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


(1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak Sembilan ribu rupiah. (2) Disamakan dengan pejabat tersebut diatas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan umum. (3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya dapat ditambah sepertiga. Pasal 222 KUHAP Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan

pemeriksaan mayat unutk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

PEMERIKSAAN MEDIS
Pemeriksaan kasus kasus yang merupakan persetubuhan yang merupakan tindak pidana hendaknya dilakukan dengan teiti dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan semua bukti bukti yang ditemukannya karena berbeda dengan di klinik, ia tidak lagi mempunyai kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh lebih banyak bukti. Tetapi dalam melaksanakan kewajibannya, dokter jangan sampai meletakkan kepentingan si korban di bawah kepentingan pemeriksaan, terutama bila si korban adalah anak anak. Hendaknya pemeriksaan tidak sampai menambah trauma psikis yang sudah di deritanya.4 Visum et Repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan terdakwa dari penuntutan atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. Di Indonesia pemeriksaan korban persetubuhan yang diduga merupakan tindak kejahatan seksual umumnya dilakukan oleh dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan, kecuali di tempat yang tak ada dokter ahli demikian, dokter umumlah yang harus melakukan pemeriksaan tersebut.1 Sebagai ahli klinis yang perhatian utamanya tertuju pada kepentingan pengobatan

penderita, memang agak sukar untuk melaukan pemeriksaan yang berhubungan dengan

Laporan Tugas Kelompok A-6

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


kejahatan. Sebaiknya korban kejahatan seksual dianggap sebagai orang yang telah mengalami cedera fisik dan atau mental sehingga sebaiknya pemeriksaan ditangani oleh dokter klinik. Penundaan pemeriksaan dapat memberikan hasil yang kurang memuaskan.1 Pada tindak pidana di atas perlu dibuktikan telah terjadi persetubuhan dan telah terjadi paksaan dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan. Dokter dapat menentukan apakah persetubuhan telah terjadi atau tidak, dan apakah terdapat tanda tanda kekerasan. Tetapi ia tidak dapat menentukan apakah terdapat unsur paksaan dalam pidana ini. Ditemukannya tanda kekerasan pada tubuh korban tidak selalu merupakan akibat paksaan, mungkin juga disebabkan oleh hal lain yang tidak ada hubungannya dengan paksaan. Demikian pula jika dokter tidak menemukan tanda kekerasan, maka hal itu belum merupakan bukti tidak terjadi paksaan.1 Pada hakekatnya dokter tak dapat menentukan unsur paksaan yang terdapat pada tindak pidana perkosaan, sehingga ia juga tidak mungkin menentukan apakah perkosaan telah terjadi. Yang berwenang untuk menentukan hal tersebut adalah hakim, karena perkosaan adalah pengertian hukum, bukan istilah medis, sehingga dokter jangan menggunakan istilah perkosaan dalam Visum et Repertum.5 Jika terbukti bahwa si terdakwa telah sengaja membuat wanita itu pingsan atau tidak berdaya ia dapat dituntut telah melakukan tindak pidana perkosaan karena dengan membuat wanita itu pingsan atau tidak berdaya ia telah melakukan kekerasan. Jika umur korban belum cukup 15 tahun tetapi sudah diatas 12 tahun, penuntutan baru dilakukan bila ada pengaduan dari yang bersangkutan. Jadi dengan keadaan itu persetubuhan tersebut merupakan delik aduan, bila tidak ada pengaduan, tidak ada penuntutan. Tetapi akan berbeda jika : a. Umur korban belum cukup 12 tahun. b. Korban yang belum cukup 15 tahun itu menderita luka berat atau mati akibat perbuatan itu ( KUHP pasal 291 ), atau c. Korban yang belum cukup 15 tahun itu adalah anaknya, anak tirinya, muridnya, anak yang berada di bawah pengawasannya, bujangnya atau bawahannya ( pasal 294 ). Dalam keadaan di atas, penuntutan dapat dilakukan walaupun tidak ada pengaduan karena bukan lagi merupakan delik aduan.1

Anamnesis

Laporan Tugas Kelompok A-6

10

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


Pada umumnya anamnesis yang diberikan oleh orang sakit dapat dipercaya, sebaliknya anamnesis yang diperoleh dari korban tidak selalu benar. Untuk orangtua korban dan tersangka hanya dilakukan penanyaan berkaitan dengan informed consent. Untuk lebih lanjutnya, penyidik yang akan menanyai tersangka dan orangtua yang mengantar. Terdorong oleh berbagai maksud atau perasaan, misalnya maksud untuk memeras, rasa dendam, menyesal atau karena takut pada ayah atau ibu, korban mungkin mengemukakan hal-hal yang tidak benar. Anamnesis merupakan suatu yang tidak dapat dilihat atau ditemukan oleh dokter sehingga bukan merupakan pemeriksaan yang obyektif, sehingga seharusnya tidak dimasukkan dalam Visum et Repertum. Anamnesis dibuat terpisah dan dilampirkan pada Visum et Repertum dengan judul keterangan yang diperoleh dari korban. Dalam mengambil anamnesis, dokter meminta pada korban untuk menceritakan segala sesuatu tentang kejadian yang dialaminya dan sebaiknya terarah. Anamnesis terdiri dari bagian yang bersifat umum dan khusus.1

a. Anamnesis umum Pengumpulan data tentang umur, tanggal dan tempat lahir, status perkawinan, siklus haid, penggunaan obat-obatan, penyakit kelamin dan penyakit kandungan serta adanya penyakit lain : epilepsy, katalepsi, syncope. Cari tahu pula apakah pernah bersetubuh? Persetubuhan yang terakhir? Apakah menggunakan kondom? Keluhan saat pemeriksaan?1

Penentuan umur korban amat perlu ditentukan pada pemeriksaan medis, karena hal itu menentukan jenis delik (delik aduan atau bukan), jenis pasal yang dilanggar dan jumlah hukuman yang dapat dijatuhkan. Dalam hal korban mengetahui secara pasti tanggal lahirnya/umurnya, apalagi jika dikuatkan oleh bukti diri (KTP,SIM dsb) , maka umur dapat langsung disimpulkan dari hal tersebut. Akan tetapi jika korban tak mengetahui umurnya secara pasti maka perlu diperiksa erupsi gigi molar II dan molar III. Gigi molar II mengalami erupsi pada usia kurang lebih 12 tahun, sedang gigi molar III pada usia 17 sampai 21 tahun. Untuk wanita yang telah tumbuh molar IInya, perlu dilakukan foto rongent gigi. Jika setengah sampai seluruh mahkota molar III sudah mengalami mineralisasi (terbentuk) , tapi akarnya belum maka usianya kurang dari 15 tahun. Kriteria sudah tidaknya wanita mengalami haid pertama atau menarche tak dapat dipakai untuk menentukan umur karena usia menarch saat ini tidak lagi pada usia 15 tahun tetapi seringkali jauh lebih muda dari itu.6

b. Anamnesis khusus. Hal khusus yang perlu diketahui adalah waktu kejadian; tanggal dan jam. Bila waktu antara kejadian dan pelaporan kepada yang berwajib berselang beberapa hari atau minggu, dapat

Laporan Tugas Kelompok A-6

11

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


diperkirakan bahwa peristiwa itu bukan peristiwa perkosaan, tetapi persetubuhan yang pada dasarnya tidak disetujui oleh wanita yang bersangkutan. Karena berbagai alasan, misalnya perempuan itu merasa tertipu, cemas akan menjadi hamil atau selang beberapa hari baru diketahui ayah atau ibu dan karena ketakutan mengaku bahwa ia telah disetubuhi dengan paksa. Jika korban benar telah diperkosa biasanya akan segera melapor. Tetapi saat pelaporan yang terlambat mungkin juga disebabkan karena korban diancam untuk tidak melapor kepada polisi. Dari data ini dokter dapat mengerti mengapa ia tidak dapat menemukan lagi spermatozoa, atau tanda-tanda lain dari persetubuhan. Tanyakan pula di mana tempat terjadinya. 1 Sebagai petunjuk dalam pencarian trace evidence yang berasal dari tempat kejadian, misalnya rumput, tanah, dan sebagainya yang mungkin melekat pada pakaian atau tubuh korban. Sebaliknya petugas pun dapat mengetahui di mana harus mencari trace evidence yang ditinggalkan oleh korban atau pelaku. Perlu diketahui apakah korban melawan. Jika korban melawan maka pakaian mungkin ditemukan robekan, pada tubuh korban mungkin ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan dan pada alat kelamin mungkin terdapat bekas perlawanan. Kerokan kuku mungkin menunjukkan adanya sel-sel epitel kulit dan darah yang berasal dari pemerkosa atau penyerang. Cari tahu apakah korban pingsan. Ada

kemungkinan korban menjadi pingsan karena ketakutan tetapi mungkin juga korban dibuat pingsan oleh laki-laki pelaku dengan pemberian obat tidur atau obat bius. Tanyakan apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi, apakah setelah kejadian, korban mencuci, mandi dan mengganti pakaian. Tanyakan juga mengenai pelaku, apakah ia dikenal atau tidak? Berapa orang pelaku? Usia pelaku dan hubungan dengan korban?

PEMERIKSAAN FISIK KORBAN Pakaian Pakaian ditentukan helai demi helai dan dilihat apakah terdapat robekan lama atau baru sepanjang jahitan atau melintang pada pakaian, kancing terputus akibat tatikan, bercak darah, air mani, lumpur dan lain-lain yang mungkin berasal dari tempat kejadian. Dicatat juga apakah pakaian rapi atau tidak, benda yang melekat dan pakaian yang mengandung trace evidence dikirim ke laboratorium. Pemeriksaan Tubuh

Laporan Tugas Kelompok A-6

12

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


1. Dijelaskan penampilan, keadaan emosional dan tanda-tanda bekas hilang kesedaran atau diberikan obat seperti needle marks. Pada kasus yang diduga terjadi kehilangan kesadaran hendaklah dilakukan pemeriksaan urin dan darah. 2. Dilihat adanya atau tidak tanda-tanda kekerasan, memer atau luka lecet pada daerah mulut, leher, pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam dan pinggang. 3. Dicatat perkembangan alat kelamin sekunder, pemeriksaan refleks cahaya pupil, tinggi dan berat badan, tekanan darah, keadaan jantung dan abdomen. 4. Dilihat juga apakah terdapat trace evidence yang melekat pada tubuh korban dan sekiranya ada, diambil dan diperlakukan seperti bahan bukti. Pemeriksaan Khusus (Bagian Genitalia) Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan speculum hanya apabila pemeriksaan mengijinkan dan sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis obstetrik dan ginekologi. 1. Rambut kemaluan Ada atau tidaknya rambut melekat karena air mani mengering Rambut digunting untuk pemeriksaan laboratorium dan untuk perbandingan dengan rambut kemaluan pria tersangka. 2. Cari bercak air mani sekitar alat kelamin, kerok dengan sisi tumpul skalpel atau swab dengan kapas lidi dibasahi garam fisiologis 3. Vulva Tanda-tanda kekerasan seperti hiperemi,edema, memar dan luka lecet akibat goresan kuku. Introitus vagina dilihat apakah ada tanda-tanda kekerasan. Bahan sampel dari vestibulum diambil untuk pemeriksaan sperma.

4. Selaput dara Apakah ruptur atau tidak, Tentukan apakah ruptur baru atau lama. Pada ruptur lama, robekan menjalar sampai insertion disertai adanya jaringan parut di bawahnya. Catat lokasi ruptur dan apakah sampai insertion atau tidak. Ukur lingkaran orifisium dengan cara memasukkan ujung kelingking atau telunjuk perlahan-lahan sehingga teraba selaput dara menjepit ujung jari. Ukur lingkaran ujung jari pada batas ini. Ukuran pada seorang perawan kira-kira 2,5cm dan lingkaran yang memungkinkan persetubuhan adalah 9cm. Harus ingat bahwa persetubuhan tidak selalu terjadi deflorasi.

5. Frenulum labiorum pudenda dan commisura labiorum posterior diperiksa untuk melihat utuh atau tidak.

Laporan Tugas Kelompok A-6

13

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


6. Perlu juga dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah ada atau tidak penyakit kelamin. PEMERIKSAAN PADA PRIA TERSANGKA Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi: 1. Pakaian 2. Rambut kemaluan Diambil sebagai bahan pembanding sekiranya terdapat rambut yang ditemukan di kemaluan korban. 3. Bercak semen Dicatat apakah adanya bercak semen. Tidak mempunyai arti dalam pembuktian sehingga tidak perlu ditentukan

4. Darah Kemungkinan darah dari deflorasi. Dilakukan pemeriksaan golongan darah yang ditemukan.

5. Tanda bekas kekerasan Akibat perlawanan oleh korban

6. Pemeriksaan sel epitel vagina pada glans penis Untuk menentukan apakah pria baru melakukan persetubuhan. Dilakukan dengan menekan kaca objek pada glans penis, daerah corona atau frenulum. Kemudian diletakkan terbalik di atas cawan berisi lugol sehingga uap yodium mewarnai lapisan kaca objek tersebut. Sitoplasma sel epitel vgina akan berwarna coklat tua karena mengandungi glikogen. 7. Dilakukan pemeriksaan secret urethra untuk menetukan apakah ada atau tidak penyakit kelamin.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan cairan mani (semen) pada korban. Untuk membuktikan adanya cairan mani, perlu dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut : *. Reaksi fosfatase asam Prinsipnya adalah enzim Fosfatase asam menghidrolisis Na- naftil fosfat; -naftol yang telah dibebaskan akan bereaksi dengan brentamine menghasilkan zat warnaazo yang

Laporan Tugas Kelompok A-6

14

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


berwarna biru ungu. Cara pemeriksaan yaitu bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang telah terlebih dahulu di basahi dengan aquades beberapa menit. Kemudian kertas saring diangkat dan disemprot dengan reagens. Ditentukan waktu reaksi dari penyemprotan sampai timbul warna ungu.1, 7 *. Untuk membedakan fosfatase asam dari cairan semen dan fosfatase asam dari cairan lain menggunakan percobaan berikut : -. Inhibisi dengan I(-) tartrat ( Sivaram ) Untukmembedakan bercak mani dari bercak lain dari bercak lain digunakan I (-) tartat yang menghambat aktivitas enzim fosfatase asam dalam semen. 1, 7

-. Elektroforesis ( Baxter ) Serum anti mani manusia selain spesifik untuk antigen manusia juga mengandung zat anti terhadap fosfatase asam. Pada fosfatase asam tampak pucat presipitin kea rah anoda sedangkan fosfatase vaginal puncak presipitin ke arah katoda. Cara ini adalah satu satunya cara untuk menentukan dengan pasti adanya mani manusia pada keadaan azoospermia. Dengan cara ini Baxter dapat menentukan adanya semen di dalam vagina sampai 4 hari pasca persetubuhan. 1, 7

-. Reaksi Florence Test ini tidak khas untuk cairan mani karena ekstrak jaringan berbagai organ, putih telur dan serangga akan memberikan Kristal serupa. Secret vagina kadang kadang memberikan hasil positif. Sebaliknya bila cairan mani belum cukup berdegradasi maka hasilnya mungkin negative. 1, 7 *. Reaksi ini dilakukan bila terdapat azoospermia dan cara lain untukmenentukan semen tidak dapat dilakukan. 1, 7 -. Reaksi Berberio Dasar reaksi adalah menentukanadanya spermin dalam semen. 1, 7

Pemeriksaan bercak cairan mani pada pakaian 1. Visual Bercak mani berbatas tegas dan lebih gelap dari sekitarnya. Bercak yang sudah agak tua berwarna kekuning kuningan. Pada bahan sutera/nylon batasnya sering tidak jelas tetapi selalu lebih gelap dari sekitarnya. Pada tekstil yang tidakmenyerap, bercak segar akan menunjukkan permukaan mengkilat dan translusen, kemudian akan mongering. Dalam waktu kira kira 1 bulan akan berwarna kuning sampai coklat. 1, 7 2. Sinar UV

Laporan Tugas Kelompok A-6

15

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


Di bawah sinar UV bercak semen menunjukkan fluoresensi putih. Hasil pemeriksaan ini kurang memuaskan untukbercak pada sutera buatan atau nylon karena tidakmemberi fluoresensi. Bahan makanan, urin, serbuk detergen dan secret vagina juga memberikan fuoresensi juga. 1, 7 3. Perabaan taktil Secara perabaan/taktil, bercak mani teraba member kesan kaku seperti kanji. Pada tekstil yang tidakmenyerap, bila tidak teraba kaku, kita masih dapat mengenalinya karena permukaan bercak akan teraba kasar. 1, 7

Pentuan Spermatozoa 1) Tanpa pewarnaan Pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah terdapat spermatozoa yang bergerak. motilitas spermatozoa ini palig bermakna memperkirakan saat terjadinya persetubuhan. Umumnya disepakati bahwa dalam 2 3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak di dalam vagina. Haid akan memperpanjang waktu ini menjadi 3 4 jam. Setelah itu spermatozoa tidak bergerak lagi dan akhirnya ekornya akan menghilang ( lisis ), sehingga harus dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan. 1, 7

Cara pemeriksaan : Satu tetes lender vagina diletakkan pada kaca obyek, dilihat dengan pembesaran 500 X serta kondensor diturunkan. Perhatikan pergerakan sperma. Menurut Voight, sperma masih bergerak kira kira 4 jam setelah persetubuhan. Menurut Gonzales, sperma masih bergerak 30 60 menit pasca persetubuhan, tetapi kadang kadang bila ovulasi atau terdapat secret service dapat bertahan sampai 20 jam. Menurut Nicols, sperma masih ditemukan 5 6 hari pasca persetubuhan, walaupun setelah 3 hari hanya tinggal beberapa saja. Pada orang yang mati setelah persetubuhan, sperma masih dapat ditemukan sampai 2 minggu pasca persetubuhan, bahkan mungkin lebih lama lagi. 1, 7

Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa spermatozoa masih dapat ditemukan sampai 3 hari pasca persetubuhan, kadang kadang sampai 6 hari pasca persetubuhan. Bila sperma tidak ditemukan belum tentu di vagina tidak ada ejakulat mengingat kemungkinan azoospermia atau pasca vasektomi sehinga perlu penetuan cairan mani dalam cairan vagina. 1, 7 2) Dengan pewarnaan Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus pada nyala api. Pulas dengan HE, Methylene Blue atau Malachite Green. Cara pewarnaan yang paling mudah adalah malachite green. 1, 7

Laporan Tugas Kelompok A-6

16

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


Cara pemeriksaan : warnai dengan larutan Malachite green 1% selama 10 15 menit, lalu cuci dengan air mengalir dan setelah itu lakukan counter stain dengan larutan Eosin yellowish 1% selama 1 menit, terakhir cuci lagi dengan air mengalir. 1, 7

Keuntungan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit tidak terdiferensiasi, sel epitel berwarna merah muda merata dan leukosit tidak terwarnai. Kepala sperma tampak merah dan lehernya tampak merah muda, ekornya berwarna hijau. 1, 7 Penentuan golongan darah Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh, maka penentuan golongan darah dapat dilakukan secara langsung seperti pada penentuan golongan darah orang hidup, yaitu dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi.
1,7

Bila sel darah merah sudah rusak, maka penentuan darah golongan darah dapat dilakukan dengan cara menentukan jenis agglutinin dan antigen. Antigen mempunyai sifat yang jauh lebih stabil dibandingkan dengan aglutinin. Di antara sistem-sistem golongan darah, yang paling lama bertahan adalah antigen dari sistem golongan darah ABO. 1,7 Penentuan jenis antigen dapat dilakukan dengan cara absorbs inhibisi, absorbs elusi, atau aglutinasi campuran. Bila terjadi aglutinasi berarti darah mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indikator. 1,7 Golongan Darah Wanita O A B AB

Substansi

sendiri

A H A+H

B A+B B+H

dalam sekret vagina

A Substansi asing B B H* A+B H* A+H A H*

berasal dari semen

Laporan Tugas Kelompok A-6

17

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


Tabel 1. Gambaran substansi golongan darah dalam bahan pemeriksaan yang berasal dari forniks posterior vagina. Pemeriksaan DNA DNA menggunakan konsep polimorfisme. Polimorfisme adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bentuk yang berbeda dari suatu struktur dasar yang sama. Jika terdapat variasi pada suatu lokus yang spesifik dalam suatu populasi, maka lokus tersebut dikatakan bersifat polimorfik. Sifat polimorfik ini disamping menunjukkan variasi individu, juga memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk membedakan satu orang dengan orang lainnya. 1 Jenis pemeriksaan DNA : A. Pemeriksaan DNA tanpa amplifikasi Menggunakan metode Southern Blot dan memerlukan DNA yang relatif utuh. Pemeriksaan lebih lama. Pemeriksaan dapat berupa : -. Pelacak multilokus : banyak pita DNA. -. Pelacak single lokus : dua pita/orang. 1 B. Pemeriksaan DNA dengan amplifikasi Menggunakan metode PCR. Kemampuannya bisa memperbanyak DNA jutaan sampai milyaran kali memungkinkan dianalisisnya sampel forensic yang jumlahnya amat minim, hal ini penting karena banyak dari sampel forensic merupakan sampel postmortem yang tak segar lagi. Memerlukan DNA sedikit dan tidak perlu utuh. Pemeriksaannya cenderung cepat. Pemeriksaan terhadap N. gonorrhoea Pemeriksaan dari secret ureter (urut dengan jari) dan dipulas dengan pewarnaan Gram. Pemeriksaan dilakukan pada hari ke I, III, V dan VII. Jika pada pemeriksaan didapatkan N. gonorrhoea berarti terbukti adanya kontak seksual dengan seseorang penderita, bila pada pria tertuduh juga ditemukan N. gonorrhea, ini merupakan petunjuk yang cukup kuat. Jika terdapat ulkus, sekret perlu diambil untuk pemeriksaan serologik dan bakteriologik. -. Pemeriksaan kehamilan dan dilakukan bila ada indikasi.
1

pemeriksaan toksikologik terhadap urin dan darah juga

Laporan Tugas Kelompok A-6

18

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2

INTEPRETASI HASIL
PEMBUKTIAN ADANYA PERSETUBUHAN Persetubuhan adalah suatu peristiwa dimana terjadi penetrasi penis ke dalam vagina, penetrasi tersebut dapat lengkap atau tidak lengkap dan dengan atau tanpa disertai ejakulasi. Dengan demikian hasil dari upaya pembuktian persetubuhan dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya: a. besarnya penis dan derajat penetrasinya b. bentuk dan elastisitas hymen c. ada tidaknya ejakulasi dan keadaan ejakulat itu sndiri d. posisi persetubuhan e. keaslian barang bukti serta waktu pemeriksaan Dengan demikian, tidak terdapatnya robekan pada hymen, tidak dapat dipastikan bahwa pada wanita tidak terjadi penetrasi; sebaliknya adanya robekan pada hymen hanya merupakan adanya suatu benda (penis atau benda lain), yang masuk ke dalam vagina Apabila pada persetubuhan tersebut disertai dengan ejakulasi dan ejakulat tersebut mengandung sperma, maka adanya sperma di dalam liang vagina merupakan tanda pasti adanya persetubuhan. Apabila ejakulat tidak mengandung sperma maka pembuktian adanya persetubuhan dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap ejakulat tersebut. Komponen yang terdapat di dalam ejakulat dan dapat diperiksa adalah enzim asam fosfatase, kholin, dan spermin. Apabila pada kejahatan seksual yang disertai dengan persetubuhan itu tidak sampai berakhir dengan ejakulasi, dengan sendirinya pembuktian adanya persetubuhan secara kedokteran forensik tidak mungkin dapat dilakukan secara pasti. Maksimal dokter dapat mengatakan bahwa pada diri wanita yang diperiksanya tidak ditemukan tanda-tanda persetubuhan, yang mencakup dua kemungkinan: 1. Memang tidak ada persetubuhan 2. Persetubuhan ada tetapi tanda-tandanya tidak dapat ditemukan. Apabila persetubuhan telah dapat dibuktikan secara pasti, maka perkiraan saat terjadinya persetubuhan, harus ditentukan; hal ini menyangkut masalah alibi yang sangat penting di dalam proses penyidikan. Sperma di dalam vagina masih dapat bergerak dalam waktu 4-5 jam post-coital, sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai 24-36 jam post-coital,

Laporan Tugas Kelompok A-6

19

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


dan bila wanitanya masih akan dapat ditemukan sampai 7-8 hari. Perkiraan saat terjadinya persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses penyembuhan dari selaput dara yang robek. Pada umumnya penyembuhan tersebut akan tercapai dalam waktu 7-10 hari postcoital. Hal lain yang dapat diperiksa untuk menentukan terjadinya persetubuhan adalah pemeriksaan adanya kehamilan dan adanya penyakit kelamin. Terjadinya kehamilan jelas merupakan tanda adanya persetubuhan, akan tetapi oleh karena waktu yang dibutuhkan untuk itu cukup lama, dengan demikian nilai bukti ini menjadi kurang. Terjangkitnya penyakit kelamin pada wanita hanya merupakan petunjuk bahwa wanita itu telah mengalami persetubuhan dengan laki-laki yang menderita penyakit kelamin sejenis. Penyakit kelamin yang masa inkubasinya singkat lebih bermakna di dalam upaya pembuktian bila dibandingkan dengan penyakit kelamin yang masa inkubasinya lama. Tanda-tanda persetubuhan dengan berlangsungnya waktu akan menghilang dengan sendirinya, luka-luka akan sembuh dan mayat akan menjadi hancur. Dengan demikian pemeriksaan sedini mungkin merupakan keharusan, bila dari pemeriksaan diharapkan hasil yang maksimal. Pakaian korban yang telah diganti, tubuh wanita yang telah dibersihkan akan menyulitkan pemeriksaan oleh karena keadaannya sudah tidak asli. 8 PEMBUKTIAN ADANYA KEKERASAN Seorang dokter dapat menentukan apakah tanda-tanda kekerasan. Tetapi ia tidak dapat menentukan apakah terdapat unsur paksaan pada tindakan ini. Ditemukannya tanda kekerasan pada tubuh korban tidak selalu merupakan akibat paksaan, mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan paksaan. Demikian pula jika dokter tidak menemukan tanda kekerasan, maka hal itu belum merupakan bukti bahwa paksaan tidak terjadi. Oleh karena hal ini pada bagian kesimpulan suatu visum et repertum hanya dituliskan ada tidaknya tanda-tanda kekerasan serta jenis kekerasan yang menyebabkan. Pada pemeriksaan perlu diperhatikan apakah korban menunjukkan tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran, atau tanda-tanda telah berada di bawah pengaruh alkohol, hipnotik, narkotik. Apabila ada petunjuk bahwa alkonol, hipnotik, atau narkotik telah dipergunakan, maka dokter perlu mengambil urin dan darah untuk pemeriksaan toksikologi.9

Laporan Tugas Kelompok A-6

20

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2

Gambar 1. Contoh tanda kekerasan pada kasus kejahatan seksual4 PERKIRAAN UMUR Dokter perlu menyimpulkan apakah wajah dan bentuk badan korban sesuai dengan umur yang dikatakannya. Keadaan perkembangan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan perlu dikemukakan. Ditentukan apakah gigi geraham belakang ke-2 sudah tumbuh atau belum;yang terjadi pada usia kira-kira 12 tahun, sedangkan gigi geraham ke- 3 akan muncul pada usia 17-21 tahun atau lebih. Untuk wanita yang telah tumbuh gigi geraham 2-nya, perlu dilakukan foto ronsen gigi. Jika setengah sampai seluruh mahkota geraham 3 sudah mengalami mineralisasi (terbentuk), tapi akarnya belum maka usianya kurang dari 15 tahun. Kriteria sudah tidaknya wanita mengalami haid pertama atau menarche tak dapat dipakai untuk menentukan umur karena usia menarch saat ini tidak lagi pada usia 15 tahun tetapi seringkali jauh lebih muda. PENENTUAN SUDAH ATAU BELUM WAKTUNYA DIKAWIN Bila pada wanita itu telah mengalami menstruasi, maka sudah waktunya untuk dikawin. Bila seorang wanita menyatakan belum pernah menstruasi, maka penentuaan ada atau tidaknya ovulasi masih diperlukan. Muller menganjurkan agar dilakukan observasi selama 8 minggu di rumah sakit untuk menentukan adakah selama itu wanita tadi mendapatkan menstruasi. Untuk menentukan apakah seorang wanita sudah pernah mengalami ovulasi atau belum, dapat dilakukan pemeriksaan vaginal smear.

Laporan Tugas Kelompok A-6

21

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2

VISUM et REPERTUM
Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia atau bagian dari tubuh manusia, baik hidup maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi) dan penyidik yang berwenang (atau hakim untuk visum et repertum psikiatrik) yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan sumpah, untuk kepentingan peradilan. Ada beberapa jenis Visum et Repertum, yaitu: Visum et Repertum Perlukaan atau Keracunan Visum et Repertum Kejahatan Susila Visum et Repertum Psikiatrik Visum et Repertum Jenazah

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHP. Visum et Repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana ia menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca visum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.10 Ketentuan umum pembuatan visum et repertum adalah: Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa. Bernomor, bertanggal dan bagian kiri atasnya dicantumkan kata Pro Justitia. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tanpa singkatan dan tidak menggunakan istilah asing. Ditandatangani dan diberi nama jelas pembuatannya serta dibubuhi stempel instansi tersebut.11 Susunan Visum et Repertum Ada 5 bagian visum et repertum, yaitu:

Laporan Tugas Kelompok A-6

22

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


Pembukaan Ditulis pro justicia yang berarti demi keadilan dan ditulis di kiri atas sebagai pengganti materai. Pendahuluan Bagian pendahuluan berisi: Identitas tempat pembuatan visum berdasarkan surat permohonan mengenai jam, tanggal, dan tempat Pernyataan dokter, identitas dokter Identitas peminta visum Wilayah Identitas korban Identitas tempat perkara

Pemberitaan Bagian Pemberitaan: Bagian ini memuat semua hasil pemeriksaan terhadap barang bukti yang dituliskan secara sistematik, jelas dan dapat dimengerti oleh orang yang tidak berlatar belakang pendidikan kedokteran. Dan terbagi tiga bagian, yaitu Pemeriksaan luar, Pemeriksaan dalam (bedah jenazah) dan Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pendukung lainnya. Kesimpulan Bagian kesimpulan memuat pendapat pribadi dokter tentang hubungan sebab akibat antara apa yang dilihat dan ditemukan dokter dengan penyebabnya. Misalnya jenis luka, kualifikasi luka, atau bila korban mati maka dokter menulis sebab kematiannya. Penutup Bagian penutup memuat sumpah atau janji, tanda tangan, dan nama terang dokter yang membuat. Sumpah atau janji dokter dibuat sesuai dengan sumpah jabatan atau pekerjaan dokter.

Laporan Tugas Kelompok A-6

23

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


CONTOH VISUM ET REPERTUM
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Jl. Simpang Ulin No. x Banjarmasin

Nomor : Perihal : ----Lampiran

xxx/TUM/VER/IX/9

Banjarmasin, 10 November 2010

Hasil pemeriksaan atas korban bernama -----------------------------------------------:-----------------------------------------------------------------------------------------------------

PRO JUSTITIA Visum et Repertum Saya yang bertanda tangan di bawah ini,Wendy Amelia Sihombing, dokter pada Rumah Sakit Umum Ulin, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan tertanggal 05 November 2010 no: XV/VER/IX/9, maka pada tanggal tujuh November dua ribu sepuluh, pukul dua belas Waktu Indonesia Tengah, bertempat di Rumah Sakit Umum Ulin, telah dilakukan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor registrasi xxxxxxx, yang menurut surat tersebut adalah: -------------------------

Nama : Umur : -

---------------------------------------------------------------------------------------------------14 tahun-------------------------------------------------------------------------------------------

Jenis Kelamin :--------------------------------------------------------------------------------------------------Bangsa ------Pekerjaan Alamat : : ---------------------------------------------------------------------------------------------

:---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN------------------------------------------

1. Korban datang dalam keadaan --------------------------------------------------------------------------2. Pada korban ditemukan: --------------------------------------------------------------------------------a. Pada tangan kiri ditemukan --------------------------------------------------------------------b. Pada tangan kanan ditemukan ------------------------------------------------------------------

Laporan Tugas Kelompok A-6

24

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


c. Adanya luka lecet dan memar pada -----------------------------------------------------------d. Adanya lebam pada daerah -------------------------------------------------------------------------------------------------------------Adanya robekan baru selaput dara pada lokasi----------------------------------------------------------------------------------Pada korban dilakukan pemeriksaan penunjang berupa -------------, ditemukan: --Tidak ditemukan kelainan pada organ tubuh lainnya--------------------------------------------

KESIMPULAN --------------------------------------------------------------------------------------------Telah diperiksa seorang korban gadis berumur lima belas tahun, pada pemeriksaan ditemukan/ tidak ditemukan sel mani dalam liang vagina.Terdapat luka pada--------------------, selanjutnya ditemukan robekan pada lokasi------- dengan arah-------------------. Ditemukan/tidak ditemukan sel mani dan adanya robekan pada selaput dara dapat terjadi pada persetubuhan. Persetubuhan dengan kekerasan pada perempuan ini baru / telah lama terjadi. Demikian sudah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya dan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sejumlah KUHP. ----------------------------------------------------

Dokter tersebut di atas

dr. Wendy Sihombing

Amelia

NIP. 19969015 1 175896 001

Laporan Tugas Kelompok A-6

25

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2

ASPEK PSIKOSOSIAL
Penelitian menunjukkan bahwa kejadian kejahatan susila lebih sering dilakukan oleh pihak yang sebelumnya saling mengenal, misalnya antara tetangga, paman dengan keponakan, atau dengan teman yang umurnya tidak berbeda jauh. Kita tidak dapat mengatakan telah terjadi suatu kejahatan seksual jika pelaku dan korban sama-sama berusia diatas 15 tahun, apalagi jika dilakukan suka sama suka. Tetapi, kebanyakan pelaku dari tindakan asusila biasanya adalah orang yang usianya lebih tua. Tindakan ini dilakukan dapat dengan berbagai cara, misalnya pelaku langsung mempertontonkan organ genitalnya kepada korban, atau mungkin mengajak korban menonton video porno bersama, atau bahkan langsung menyetubuhi korban. Sedangkan korban, biasanya mengenal pelaku dengan baik, dan pelaku sering mengiming-imingi korban dengan sesuatu, semisal permen untuk anak yang masih kecil, atau makanan, atau minuman, atau bahkan ancaman. Apapun tindakan itu, korban harus mendapatkan perlindungan dan segera diterapi secara intensif yang dikenal sebagai terapi psikososial. Sayangnya, anak yang menjadi korban sering kali diam dan tidak ingin menceritakan kejadian yang dialaminya. Jika korban melakukannya berdasarkan rasa suka, maka sudah pasti korban tidak akan melaporkan kegiatan itu kepada siapapun. Tetapi lain halnya jika korban merasa sangat menderita atas kegiatan tersebut. Korban tersebut diam bukan karena menikmati, tetapi karena takut akan ancaman dari pelaku, dan juga rasa malu yang kelak harus dihadapi korban seandainya ia menceritakan masalah ini kepada orang lain, termasuk kepada orang tua. Di saat seperti ini, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk membangun kembali mental anak yang terpuruk. Jika anak tidak menginginkan aktivitas seksual tersebut, maka perilaku anak dapat berubah total, misalnya menjadi lebih pendiam, sering melamun, takut untuk bertemu dengan orang dewasa, dan sering bermimpi buruk pada malam hari. Orang tua harus membujuk sang anak, dan dapat mengatakan bahwa tekanan yang diberikan oleh pelaku bukanlah sebuah hal yang buruk, sehingga anak mau menceritakan masalahnya. Hal yang terbaik untuk menghindarkan anak dari pelaku kejahatan susila adalah dengan memberikan nasihat yang pas dan mudah dimengerti oleh anak tersebut sesuai dengan usianya. Untuk anak seperti pada kasus diatas, karena usianya membuat sang anak sudah mulai dapat diajak berdiskusi, orang tua tidak perlu menutupi apa itu hubungan seksual, dan sudah dapat memberitahu akibat dari perkosaan, penyakit akibat hubungan kelamin, dan kehamilan yang tidak diinginkan karena mencoba-coba melakukan hubungan seksual dengan pasangan.

Laporan Tugas Kelompok A-6

26

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


Nasihat tersebut tidak dapat melindungi anak-anak 100% terbebas dari tindakan kejahatan susila, karena sampai kapanpun tindakan kejahatan tersebut tidak akan pernah hilang. Tetapi, dengan membekali anak dengan nasihat-nasihat tersebut, para orang tua berharap agar anak-anak mereka dapat terbebas dari bahaya tersebut, karena sekali saja kejahatan tersebut menimpa sang anak, maka trauma psikologis yang dihasilkan dapat menghantuinya terus menerus hingga dewasa dan dapat mempengaruhi kehidupannya. 8,9 Aspek Psikososial Tatalaksana

-. Problem perilaku dan emosi pada anak Pendampingan psikologis sesuai usia anak, (ketakutan, agresif, depresi) bisa juga dirujuk ke Psikiater,

Problem keluarga (Orang tua yang terlalu Intervensi keluarga, amankan anak, rujuk ke menekan dan mengintimidasi) Problem sosial (malu, tidak LPA. mau Pendampingan psikologis sesuai usia anak, bisa juga dirujuk ke Psikiater,

bersosialisasi)

Tabel 2. Aspek psikososial yang dapat timbul dan penatalaksanaannya8

PERANAN LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. Organisasi ini dalam terjemahan harfiahnya dari Bahasa Inggris dikenal juga sebagai Organisasi non pemerintah (disingkat ornop atau ONP). Organisasi tersebut bukan menjadi bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara.Maka
9

secara

garis

besar

organisasi non pemerintah dapat di lihat dengan ciri sbb :


Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan (nirlaba) Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan para anggota seperti yang di lakukan koperasi ataupun organisasi profesi

Laporan Tugas Kelompok A-6

27

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


Berdasarkan Undang-undang No.16 tahun 2001 tentang Yayasan, maka secara umum organisasi non pemerintah di indonesia berbentuk yayasan. PERAN LSM DALAM PENANGAN MASALAH KEJAHATAN SEKSUAL KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) Peran (Pasal 76) :Melakukan sosialisasi Perundangan, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.Memberikan laporan, saran, masukan dan pertimbangan kepada presiden dalam rangka perlindungan anak. KOMNAS ( Komisi Nasional Perlindungan Anak) Prinsip organisasi :Memiliki prinsip sebagai organisasi yang independen dan memegang teguh prinsip pertanggungjawaban publik serta mengedepankan peluang dan kesempatan pada anak dan partisipasi anak serta menghargai dan memihak pada prinsip dasar anak. Menjamin hak anak untuk menyatakan pendapatnya secara bebas dalam semua hal yang menyangkut dirinya dan pandangan anak selalu dipertimbangkan sesuai kematangan anak. Secara khusus akan mengupayakan dan membela hak untuk berpartisipasi dan didengar pendapatnya dalam setiap kegiatan, proses peradilan dan administrasi yang mempengaruhi hidup anak. Komisi Nasional Perlindungan Anak memiliki peran : 1. Pemantauan dan Pengembangan Perlindungan Anak 2. Advokasi dan Pendampingan pelaksanaan Hak-Hak Anak 3. Kajian strategis terhadap berbagai kebijakan yang menyangkut Kepentingan Terbaik Anak 4. Kordinasi antar Lembaga, baik tingkat Regional, Nasional maupun Internasional Komisi Nasional Perlindungan Anak memiliki fungsi : 1. Melakukan pengumpulan data, informasi dan investigasi terhadap pelanggaran hakhak anak di Indonesia. 2. Melakukan kajian hukum dan Kebijakan Regional dan Nasional yang tidak memihak pada kepentingan terbaik anak. 3. Memberikan penilaian dan pendapat kepada pemerintah dalam rangka

mengintegrasikan hak-hak anak dalam setiap kebijakan.

Laporan Tugas Kelompok A-6

28

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


4. Memberikan pendapat dan laporan independen tentang hukum dan kebijakan berkaitan dengan anak. 5. Menyebarluaskan, publikasi dan sosialisasi informasi tentang hak-hak anak dan situasi anak di Indonesia. 6. Menyampaikan pendapat dan usulan tentang pemantauan, (pemajuan atau kemajuan), dan perlindungan hak-hak anak kepada parlemen, pemerintah dan lembaga terkait. 7. Mempunyai mandat untuk membuat laporan alternative kemajuan perlindungan anak di tingkat nasional. 8. Melakukan perlindungan khusus.

Laporan Tugas Kelompok A-6

29

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2

KESIMPULAN
Pemeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindak pidana, hendak dilakukan dengan teliti dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan semua bukti yang ditemukan karena berbeda dengan pemeriksaan di klinik, ia tidak lagi mempunyai kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang untuk memperoleh lebih banyak bukti karena penundaan pemeriksaan dapat memberikan hasil yang kurang memuaskan. Visum et Repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan terdakwa dari penuntutan atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. Kesimpulan Visum harus memuatkan apakah terjadi persetubuhan atau tidak dan apakah terdapat tanda-tanda kekerasan terhadap korban. Tersangka dapat dikenakan tindak pidana berdasarkan hukumhukum dalam KUHP seperti berikut: 1. Diancam pidana penjara paling lama sembilan bulan untuk pria atau wanita yang telah kawin dan melakukan persetubuhan dengan wanita atau pria yang telah atau belum berkawin atas aduan dari suami atau isteri yang tercemar sesuai undangundang KUHP pasal 284. 2. Dihukum pidana penjara paling lama dua belas tahun apabila pria terbukti memaksa seorang wanita bersetubuh dengannya di luar perkawinan dengan kekerasan sesuai undang-undang KUHP pasal 285. 3. Diancam pidana penjara paling lama sembilan tahun apabila terbukti bersetubuh dengan wanita dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya di luar perkawinannya sesuai undang-undang KUHP pasal 286. 4. Diancam pidana penjara paling lama sembilan tahun apabila terbukti bersetubuh dengan wanita di bawah usia 15 tahun sesuai undang-undang KUHP pasal 287 dan merupakan delik aduan. Kasus tidak lagi menjadi delik aduan apabila bersetubuh dengan anak di bawah usia 12 tahun atau di bawah usia 15 tetapi menyebabkan luka berat atau kematian atau merupakan anak di bawah tanggungjawabnya. 5. Diancam pidana penjara paling lama tujuh tahun apabila terbukti mencabul anak di bawah umur atau anak di bawah jagaannya sesuai undang-undang KUHP pasal 294.

Laporan Tugas Kelompok A-6

30

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2


DAFTAR PUSTAKA

1.

Arif B dkk. Pemeriksaan medik pada kasus kejahatan seksual. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997.h.147-58.

2.

Kitab undang-undang hukum acara pidana [online]. 2010. (cited 2011 Januari 12). Available from: http://www.wirantaprawira.de/law/criminal/kuhap/index.html

3.

Wall WJ. The expert forensic scientist in court. Forensic science in courtthe role of the expert witness. 1st edition. Oxford: Wiley-Blackwell Publishers; 2009.p.3-102.

4.

Rogers D, Newton M. Sexual assault examination. In editor: Spark MM. Clinical forensic medicinea physcian guide. 2nd edition. New Jersey: Humana Press; 2005.p.61-126.

5.

Houck MM. Trace evidence. Forensic sciencemodern methods of solving crime. London: Praeger; 2007.p77-102.

6.

Catanese CA, Labay LM. Substanse abuse and poisoning. In: Catanese CA, editor. Color atlas of forensic medicine and pathology. Florida: CRC Press; 2010.p.85-110.

7.

Wagner Sa. Identification methods. Death scene investigationa field guide. London: CRC Press; 2009.p.111-20.

8.

Dharmono S. Penatalaksanaan holistik pada anak korban kekerasan. Diunduh tanggal 17 Januari 2011 dari eprints.ui.ac.id/3904/1/d2ba9622ff4c9218ce9c181c339467dd35d1f78b.pdf, 2009.

9.

Indrasari W. Peranan komisi perlindungan anak indonesia. Diunduh tanggal 17 Januari 2011 dari repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12121/1/09E01668.pdf, 2009.

10. Gasali A. Visum et repertum. Diunduh tanggal 17 Januari 2011 dari www.scribd.com, 2008. 11. Widiatmaka W. Visum et repertum. Diunduh tanggal 17 Januari 2011 dari http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/5b89f93c8126168b0b146743736b02b581a1 a0a3.pdf

Laporan Tugas Kelompok A-6

31

You might also like